IMF Prediksi Ekonomi Global 2025 Terkoreksi Jadi 2,8 Persen

IMF Prediksi Ekonomi Global 2025 Terkoreksi Jadi 2,8 Persen

Jakarta, Beritasatu.com – Lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,8%. Angka ini lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2025 yang sebesar 3,6%.

Hal ini tidak terlepas dari tekanan perekonomian dunia yang terjadi karena penerapan tarif balasan (resiprokal) dari Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara.

“Berdasarkan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 2,8% tahun ini dan 3% pada tahun depan, dengan penurunan kumulatif sekitar 0,8% dari World Economic Outlook pada Januari 2025,” ucap Director Research Department IMF Pierre‑Olivier Gourinchas dikutip dari channel YouTube IMF pada Rabu (23/4/2025).

Dia mengatakan pihaknya juga melakukan simulasi apabila AS tidak memberlakukan tarif resiprokal maka pertumbuhan ekonomi dunia masih bisa mencapai 3,2%.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi global masih berada di atas tingkat resesi. Lebih lanjut proses disinflasi global terus berlanjut, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dengan inflasi yang direvisi naik sebesar 0,1% di kedua tahun tersebut.

“Ketegangan perdagangan sangat memengaruhi perdagangan global. Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan perdagangan global akan lebih dari setengahnya dipotong dari 3,8% tahun lalu menjadi 1,7 % tahun ini,” kata Pierre.

Pierre mengungkapkan bahwa semua negara terkena dampak negatif dari lonjakan ketidakpastian kebijakan perdagangan, lantaran aktivitas bisnis hingga investasi jadi terganggu.

Lembaga keuangan juga akan menilai kembali risiko pelaku usaha yang selama ini menjadi  peminjam mereka. Ketidakpastian juga meningkat karena gangguan sektoral yang kompleks yang dapat disebabkan oleh tarif yang akan menyebabkan naik turunnya rantai pasokan, seperti sebelumnya terjadi saat pandemi.

“Bagi mitra dagang, tarif sebagian besar bertindak sebagai guncangan permintaan eksternal yang negatif,” ungkap Pierre.

Untuk AS, penerapan tarif tersebut memberikan guncangan pasokan yang mengurangi produktivitas dan output secara permanen dan meningkatkan tekanan harga untuk sementara.

“Hal tersebut kian menambah prospek yang sudah melemah dan membuat kami merevisi pertumbuhan turun sebesar 0,9% menjadi 1,8%, dengan penurunan 0,4% dari tarif saja,” terang dia terkait ekonomi global.