Jakarta, Beritasatu.com – Phintraco Sekuritas memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi mengalami tekanan jual pada perdagangan Selasa (8/4/2025). Rentang pergerakan IHSG diproyeksikan berada pada level resistance 6.500, pivot 6.300, dan support di sekitar 6.160.
Menurut analisis Phintraco Sekuritas, tekanan jual tersebut kemungkinan besar merupakan bentuk reaksi pasar terhadap sejumlah isu global yang mencuat selama libur panjang Idulfitri. Diperkirakan, IHSG akan menutup celah harga di kisaran 6.240-6.320 sebelum menguji level support utama di 6.160.
“Jika tekanan berlanjut, area support kritikal selanjutnya diperkirakan berada di level 5.950 hingga 6.000,” tulis Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya pada Selasa (8/4/2025).
Sentimen negatif pasar, lanjut mereka, dipicu oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif balasan (reciprocal tariff) yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Indonesia, dengan besaran mencapai 32%.
“Pemerintah Indonesia saat ini tengah menempuh jalur diplomasi bilateral dengan mengirim delegasi tingkat tinggi ke AS sebagai respons terhadap kebijakan tersebut,” tambah Phintraco Sekuritas.
Beberapa poin negosiasi yang diusulkan mencakup ratifikasi perjanjian perdagangan dan investasi, pelonggaran kebijakan non-tarif, peningkatan impor serta investasi dari AS, hingga pemberian sejumlah insentif untuk memperkuat impor produk asal Negeri Paman Sam, termasuk penurunan bea masuk.
“Indonesia juga menjalin komunikasi intensif dengan Malaysia yang saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN,” tulis Phintraco Sekuritas lebih lanjut.
Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) sempat tertekan hingga menyentuh Rp 16.900 per dolar AS pada 7 April 2025, yang merupakan level terendah sejak krisis ekonomi 1998. Sebagai perbandingan, pada tahun tersebut Rupiah sempat terdepresiasi lebih dari 100% dalam dua bulan, dari Rp 8.000 ke Rp 16.843 per dolar AS.
Namun jika dibandingkan secara year to date (YTD), pelemahan rupiah saat ini baru sekitar 5% dengan asumsi nilai Rp 16.900 per dolar AS.
“Dengan demikian, meskipun nilai tukar rupiah kini menyentuh level yang lebih rendah dari 1998, skala depresiasinya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan krisis moneter dua dekade silam,” tutup Phintraco Sekuritas dalam analisis IHSG.
