Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan koreksi 3,30% selama sebulan terakhir yang disertai keluarnya dana asing senilai Rp 7,62 triliun. Saat IHSG tertekan, investor banyak memburu saham-saham lapis kedua dan ketiga.
“Seiring respons investor terhadap data-data makro ekonomi, investor melakukan switch. Investor lebih tertarik terhadap saham-saham lapis ketiga karena saham-saham big caps memiliki kecenderungan bergerak lebih lambat,” ucap Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati kepada Beritasatu.com, Selasa (7/1/2025).
Menurut Ike, meski saham-saham big caps memiliki kapitalisasi besar di pasar saham, tetapi investor lebih memilih berinvestasi pada saham-saham yang memiliki kapitalisasi lebih tipis. Hal ini membuat transaksi saham-saham lapis ketiga cenderung lebih ramai di tengah ketidakpastian ekonomi.
Lebih lanjut, Ike merekomendasikan investor untuk melihat situasi pasar dengan bijak dan mengambil langkah sesuai dengan strategi ke depan. “Saya selalu menekankan kepada investor bahwa sesuaikan dengan strategi. Kalau strateginya untuk long term, maka bisa melakukan strategi buy on weakness untuk saham-saham big caps,” kata dia.
Dia menilai, saham-saham big caps diskonnya sudah luar biasa, termasuk saham-saham big banks dengan fundamental masih bisa survive. “Fundamentalnya mereka relatif masih sehat, sehingga saham perbankan cukup menarik untuk kita koleksi untuk investasi jangka panjang,” kata dia.
Kemudian bagi para traders yang sukanya aktivitas jual beli harian, bisa memilih saham yang saat ini tingkat transaksinya tinggi. “Contoh saham-saham lapis ketiga adalah PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), saya lihat itu ramai belakangan ini. Kalau tipe trading, pilih saham-saham yang seperti itu,” pungkas Ike.