Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ibu Rumah Tangga Desa Kemirigede Sukses Meraup Jutaan Rupiah dari Batik

Ibu Rumah Tangga Desa Kemirigede Sukses Meraup Jutaan Rupiah dari Batik

Blitar, Beritasatu.com – Kelompok ibu rumah tangga asal Desa Kemirigede, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, telah berhasil mengembangkan usaha membatik. Dari usaha ini, mereka mampu meraih omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Mujiati, salah satu anggota kelompok tersebut, bersama sembilan ibu rumah tangga lainnya mulai menekuni usaha kain batik sejak 2021. Ia menceritakan bahwa usaha ini bermula setelah adanya pelatihan pembuatan kain batik yang diselenggarakan oleh pemerintah desa setempat.

Melihat potensi ekonomi yang bisa didapat, mereka kemudian mempraktikkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan tersebut.

“Kami mendapatkan ilmu dari pelatihan itu, lalu kami terapkan. Untuk itu kami berpikir ini bisa menjadi peluang untuk menambah penghasilan,” tutur Mujiati saat ditemui Beritasatu.com di Desa Kemirigede, pada Sabtu, (23/11/2024).

Mujiati menjelaskan, motif batik yang mereka buat terinspirasi dari keindahan alam sekitar, terutama bunga pinus yang ada di Taman Ayu Gogoniti, salah satu objek wisata unggulan di Desa Kemirigede.

Selain itu, mereka juga mengangkat motif cakrapalah, yang menjadi salah satu ciri khas batik Kabupaten Blitar.

“Kami terinspirasi dari alam, terutama bunga pinus yang banyak ditemukan di Gogoniti, yang juga menjadi ikon wisata di desa kami,” jelasnya.

Per harinya, kelompok ibu-ibu ini mampu memproduksi hingga 10 lembar kain batik. Setiap lembar kain batik dijual dengan harga Rp 200.000.

Batik karya mereka cukup diminati, tidak hanya oleh instansi pemerintahan di Kabupaten Blitar, tetapi juga dari luar daerah, bahkan luar pulau. 

“Selain diminati oleh instansi-instansi di Blitar, kami juga menjual batik ini melalui media sosial. Dari situ, banyak peminat dari Malang, Surabaya, bahkan Kalimantan dan Bali,” ujarnya.

Meski demikian, mereka juga menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan usaha tersebut.

Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah cuaca, terutama saat proses pengeringan kain setelah pewarnaan. Mereka masih mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan batik, sehingga cuaca sangat memengaruhi kelancaran produksi. 

“Kendala cuaca sangat berpengaruh karena proses pengeringan tergantung pada sinar matahari. Jika cuaca panas, produksi kami bisa berjalan cepat. Namun, saat musim penghujan, penjemuran harus lebih hati-hati. Jika kain terkena gerimis sedikit saja, produk bisa gagal, sehingga kami harus lebih teliti dan hati-hati,” pungkas Mujiati.

Dengan usaha batik ini, warga Desa Kemirigede juga dapat membuka lapangan pekerjaan di sekitarnya. Selain itu, mereka mampu menghasilkan omzet hingga Rp 25 juta per bulan.