Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

I Wayan Limbak, Maestro di Balik Lahirnya Tari Kecak

I Wayan Limbak, Maestro di Balik Lahirnya Tari Kecak

Liputan6.com, Yogyakarta – Tari Kecak yang kini mendunia sebagai ikon budaya Bali lahir dari kolaborasi antara seniman lokal dan seniman asing. I Wayan Limbak, penari asal Banjar Marga Bingung, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, bersama Walter Spies, pelukis asal Jerman, berhasil mentransformasi tarian sakral menjadi pertunjukan seni yang memukau dunia.

Mengutip dari berbagai sumber, gagasan penciptaan Tari Kecak bermula dari tarian Sang Hyang, sebuah tarian sakral yang rutin digelar dalam upacara suci di Pura Goa Gajah, Bedulu, Gianyar. Limbak dan Spies kemudian memodifikasi tarian tersebut dengan memasukkan elemen cerita Ramayana yang menghasilkan format baru yang kini dikenal sebagai Tari Kecak.

Pada masa awal penciptaannya, Tari Kecak hanya dibawakan oleh 40 orang penari yang berasal dari warga Bedulu. Mereka membentuk sekaa (kelompok) Cak dan mulai menggelar pertunjukan untuk tamu-tamu asing yang diundang Walter Spies.

Pertunjukan yang berlangsung selama 45 menit ini mengadaptasi kisah-kisah dari epos Ramayana yang populer di Bali. Keunikan Tari Kecak terletak pada penggunaan suara sebagai musik pengiring.

Para penari menciptakan irama melalui pengucapan cak cak cak yang bersahut-sahutan, tanpa menggunakan instrumen musik. Teknik ini menjadi ciri khas yang membedakan Tari Kecak dari tarian Bali lainnya.

I Wayan Limbak memiliki peran besar dalam memperkenalkan Tari Kecak ke panggung internasional. Bersama kelompok tarinya, ia berkeliling dunia mengikuti berbagai festival internasional.

Berkat dedikasinya, tarian yang dijuluki The Monkey Dance ini berhasil menarik perhatian global dan menjadi salah satu pertunjukan tari paling populer dari Indonesia. Hingga usia hampir seabad, dedikasi Limbak terhadap seni dan budaya tidak pernah surut.

Setiap pagi, ia masih setia melakukan ngayah (pelayanan sukarela) dengan menyapu halaman Pura Samuan Tiga. Bahkan di usia senjanya, ia masih mampu membawakan karakter Kumbakarna dengan gerakan-gerakan khas seperti nengkleng, ngulap-ulap, dan ngecak.

Kiprah I Wayan Limbak dalam dunia seni tari berakhir pada 31 Agustus 2003. Ia meninggal dunia di desa kelahirannya, Bedulu, Gianyar, Bali, dalam usia 106 tahun.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun