TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Ansar Allah (Houthi) di Yaman mengumumkan penargetan Tel Aviv dengan pesawat tak berawak dan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS) di Laut Merah.
Juru bicara militer Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree, mengumumkan penargetan tersebut setelah meluncurkan operasi tersebut dalam sebuah pernyataan Rabu (26/3/2025) pagi.
“Pasukan rudal, angkatan udara, dan angkatan laut telah melakukan operasi militer gabungan dalam beberapa jam terakhir yang menargetkan kapal-kapal angkatan laut musuh di Laut Merah, yang dipimpin oleh kapal induk AS Harry S. Truman, yang menjadi tempat dimulainya agresi terhadap Yaman,” kata Yahya Saree, seperti diberitakan Al Jazeera.
Yahya Saree menambahkan Houthi sebelumnya telah menargetkan target militer Israel di wilayah Jaffa (Tel Aviv) yang diduduki dengan pesawat tanpa awak, dan operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya.
Juru bicara tersebut mengindikasikan Houthi akan melanjutkan operasinya terhadap Israel sampai agresi Israel di Gaza berhenti.
Ia juga menegaskan Houthi akan terus melawan agresi AS terhadap Yaman.
Sebelumnya, Houthi mengumumkan pesawat AS telah melancarkan sedikitnya 10 serangan udara terhadap distrik Al-Salem dan Sahar di Saada, Yaman utara.
Departemen Pertahanan AS (Pentagon) belum mengeluarkan pengumuman resmi mengenai pelaksanaan serangan di Yaman.
Sejak 15 Maret 2025, AS telah melancarkan serangan udara intensif terhadap Houthi, yang dilaporkan telah menanggapi serangan AS dengan menargetkan kapal induk AS di Laut Merah beberapa kali.
Sebelumnya, Houthi menyatakan solidaritas untuk rakyat Gaza dan mulai menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah sejak 19 November 2023.
Sekutu Israel, AS, membentuk Koalisi Laut Merah bersama Inggris dan negara-negara pendukungnya untuk bersama-sama menargetkan Houthi di Yaman.
Serangan Houthi berhenti dengan berlakunya perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza pada 19 Januari 2025.
Pada 14 Maret 2025, Houthi melanjutkan operasi militernya terhadap Israel karena Israel mengabaikan ultimatum mereka untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.
Houthi berjanji untuk mengintensifkannya selama Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza sejak 18 Maret lalu dan melanggar perjanjian gencatan senjata, seperti diberitakan Khaberni.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel