TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor industri manufaktur memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Badan Pusat Statistik mencatat kontribusi manufaktur pada 2024 sebesar 18,98 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB).
Capaian di atas tentu tidak terlepas dari peran investasi baru di Tanah Air. Dari data Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI), banyak investasi baru yang dilakukan pada tahun lalu.
Yang dapat diungkapkan, data serapan lahan untuk investasi pada 2024 mencapai kurang lebih seluas 400 hektare.
“Kalau dari segi luasan, memang kita ini nggak jelek-jelek amat. Khususnya untuk di daerah-daerah Jabodetabek dan Karawang. Serapan total di Indonesia dalam luasan itu kurang lebih sekitar 400 hektaran,” tutur Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar, usai acara Dialog Nasional Optimalisasi Kawasan Industri, Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Untuk nilai total investasi, HKI belum memiliki data akurat, sebab keterbatasan untuk mendapatkannya dari sumber-sumber terpercaya.
Guna terus mendongkrak kinerja industri, Sanny berharap dukungan dari pemerintah, seperti kemudahan perolehan perizinan.
“Ini saja kinerjanya sudah lumayan, apalagi kalau kita ini di support. Makanya sekali lagi harapan kita ini betul-betul semua pihak mendukung kinerja daripada industri kita ini,” ucapnya.
Menyoal wilayah mana yang paling banyak mendapat investasi di tahun lalu, Sanny menyebut hal tersebut tergantung pada kebutuhan industri.
Industri padat karya kebanyakan memilih daerah dengan upah minimun paling rendah, karena kebutuhan akan pekerja yang sangat banyak dalam operasional.
“Itu misalkan bisa di Jawa Tengah, termasuk Jawa Timur dan Jawa Barat tapi mungkin yang di sisi kabupaten tertentu gitu, yang di daerah mungkin agak selatan dan semacam. Soalnya perbandingannya bisa jauh sekali, bisa dua kali lipat. Yang satu mungkin upah Rp 5,2 juta gitu, di tempat yang lain mungkin masih Rp 2,2 juta, Rp 2,3 juta, jauh lebih dari dua kalinya,” kata Sanny.