Hewan: Ular

  • Damkar Gresik Evakuasi Ular Viper Besar Bergelantungan di Pohon, Warga Pelemwatu Sempat Panik

    Damkar Gresik Evakuasi Ular Viper Besar Bergelantungan di Pohon, Warga Pelemwatu Sempat Panik

    Gresik (beritajatim.com) – Warga Desa Pelemwatu, Kecamatan Menganti, Gresik, digegerkan oleh kemunculan seekor ular viper berukuran cukup besar yang bergelantungan di atas pohon. Ular berbisa dan mematikan itu pertama kali ditemukan oleh petugas kebersihan yang sedang membersihkan halaman di dekat gudang Asri Blok A2/5.

    Mengetahui ada ular di atas pohon, petugas kebersihan meminta bantuan warga yang melintas untuk menurunkannya dan menaruhnya di tong sampah. Setelah itu, ular tersebut dilaporkan kepada salah satu karyawan gudang bernama Lia.

    Karena khawatir salah mengevakuasi mengingat ular viper dikenal sangat berbisa, Lia langsung menghubungi petugas pemadam kebakaran lapangan (Damkarla) Gresik di pos Menganti.

    “Saya takut ularnya berukuran cukup besar dan berbisa. Daripada karyawan kami digigit, saya langsung menghubungi petugas damkarla,” ujar Lia, Rabu (15/10/2025).

    Tak lama kemudian, petugas Damkarla Gresik yang dipimpin Teguh Priyanto bersama lima personel lainnya tiba di lokasi dan berhasil mengevakuasi ular tersebut menggunakan alat khusus. Teguh menjelaskan bahwa ular tersebut merupakan jenis viper pohon yang dikenal memiliki bisa mematikan dan bersifat agresif ketika merasa terancam.

    “Jenis ini tergolong berbahaya karena memiliki bisa yang bisa merusak jaringan tubuh. Namun, selama tidak diganggu, biasanya ular ini tidak menyerang,” ungkap Teguh.

    Proses evakuasi berlangsung kurang dari satu jam dan menarik perhatian warga sekitar yang sempat panik. Setelah berhasil diamankan, ular tersebut dibawa ke posko Damkarla untuk penanganan lebih lanjut.

    Pihak Damkarla Gresik mengimbau masyarakat agar tetap waspada, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar area dengan pepohonan rimbun. Jika menemukan hewan melata berbahaya, warga diminta segera melapor agar dapat ditangani dengan aman. [dny/beq]

  • Ragunan andalkan tim medis agar satwa tak stres pada jam malam hari

    Ragunan andalkan tim medis agar satwa tak stres pada jam malam hari

    Jakarta (ANTARA) – Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan mengandalkan tim medis untuk memastikan satwa agar tak stres pada jam buka malam hari atau “Night at Ragunan Zoo”.

    “Pengecekan kesehatan satwa dilakukan setiap hari oleh tim medis Taman Margasatwa Ragunan,” kata Kepala Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan (UPTMR) Endah Rumiyati saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

    Sebagai pengelola, pihaknya memastikan satwa dalam kondisi sehat melalui pemeriksaan rutin oleh tim medis. Salah satunya, satwa diberikan multivitamin agar satwa tidak stres dan tak ada penurunan nafsu makan.

    “Iya tidak ada yang stres dan mengalami penurunan nafsu makan karena telah dilakukan habituasi terhadap satwa dan lingkungannya,” katanya.

    Kemudian, dikatakan pencahayaan di kandang hewan-hewan sudah disesuaikan dengan kenyamanan satwa.

    Sebanyak 3.713 orang mengunjungi uji coba hari pertama Ragunan buka jam malam hari (Night at Ragunan Zoo) pada Sabtu (11/10). Jumlah kendaraan yang datang, yakni 318 unit mobil, 651 unit motor dan 39 unit sepeda.

    Program itu dilaksanakan setiap Sabtu atau malam Minggu dengan jam operasional pukul 18.00-22.00 WIB.

    Dalam uji coba ini, hanya seperempat area Taman Margasatwa Ragunan yang diaktivasi meliputi area jalan kaki (jogging) 1,8 km, area kuliner UMKM di sekitar bundaran hingga empat titik lokasi satwa yang aktif di malam hari.

    Adapun empat titik satwa tersebut antara lain namalia kecil (binturong, landak, musang), reptil (ular, kura-kura) serta harimau dan kuda nil.

    Untuk menikmati kegiatan ini, pengunjung diwajibkan menggunakan mobil kereta berkapasitas lima orang dalam satu kali perjalanan dengan tarif yang telah ditentukan.

    Di lokasi tersebut, akan ada atraksi pemberian makan satwa dan edukasi oleh para penjaga kebun binatang (zookeeper) dengan jadwal yang sudah ditentukan.

    Bagi pengunjung yang ingin berkeliling melihat satwa “nocturnal” (aktif di malam hari) tersedia layanan “e-car” yang disewakan seharga Rp250.000 per jam dengan kapasitas lima orang.

    Kemudian, ada kegiatan berolahraga yakni “Night Workout at Ragunan Zoo” yang menawarkan pengalaman olahraga unik di tengah suasana malam kebun binatang yang dikelilingi oleh alam, udara segar dan suara satwa malam.

    Kegiatan ini cocok untuk individu maupun komunitas yang ingin mencoba cara baru menikmati malam Jakarta.

    Pengunjung diajak untuk aktif bergerak melalui berbagai aktivitas olahraga dengan jarak tempuh yang sudah ditentukan, yakni 1,8 km.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ragunan tambah penerangan dan “buggy car” untuk buka sampai malam

    Ragunan tambah penerangan dan “buggy car” untuk buka sampai malam

    Jakarta (ANTARA) – Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, akan menambah penerangan dan mobil angkut (buggy car) untuk mendukung operasional sampai malam atau “Night at Ragunan Zoo”.

    “Kami sudah melakukan evaluasi terkait penambahan penerangan dan keterbatasan ‘buggy car’,” kata Kepala Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan (UPTMR) Endah Rumiyati saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

    Evaluasi itu meliputi penambahan penerangan di zona rekreasi dan olahraga. Direncanakan akan ditambah 100 unit.

    Kemudian, untuk “buggy car” sedang dalam tahapan pengkajian lebih lanjut terkait pengadaannya. “Kalau untuk penerangan akan kami maksimalkan dan untuk ‘buggy car’ sedang kami lakukan kajian,” katanya.

    Sebanyak 3.713 orang mengunjungi uji coba hari pertama Ragunan buka jam malam hari (Night at Ragunan Zoo) pada Sabtu (11/10). Jumlah kendaraan yang datang, yakni 318 unit mobil, 651 unit motor dan 39 unit sepeda.

    Program itu dilaksanakan setiap Sabtu atau malam Minggu dengan jam operasional pukul 18.00-22.00 WIB.

    Dalam uji coba ini, hanya seperempat area Taman Margasatwa Ragunan yang diaktivasi meliputi area jalan kaki (jogging) 1,8 km, area kuliner UMKM di sekitar bundaran hingga empat titik lokasi satwa yang aktif di malam hari.

    Adapun empat titik satwa tersebut antara lain namalia kecil (binturong, landak, musang), reptil (ular, kura-kura) serta harimau dan kuda nil.

    Untuk menikmati kegiatan ini, pengunjung diwajibkan menggunakan mobil kereta berkapasitas lima orang dalam satu kali perjalanan dengan tarif yang telah ditentukan.

    Di lokasi tersebut, akan ada atraksi pemberian makan satwa dan edukasi oleh para penjaga kebun binatang (zookeeper) dengan jadwal yang sudah ditentukan.

    Bagi pengunjung yang ingin berkeliling melihat satwa “nocturnal” (aktif di malam hari) tersedia layanan “e-car” yang disewakan seharga Rp250.000 per jam dengan kapasitas lima orang.

    Kemudian, ada kegiatan berolahraga yakni “Night Workout at Ragunan Zoo” yang menawarkan pengalaman olahraga unik di tengah suasana malam kebun binatang yang dikelilingi oleh alam, udara segar dan suara satwa malam.

    Kegiatan ini cocok untuk individu maupun komunitas yang ingin mencoba cara baru menikmati malam Jakarta.

    Pengunjung diajak untuk aktif bergerak melalui berbagai aktivitas olahraga dengan jarak tempuh yang sudah ditentukan, yakni 1,8 km.

    Selain menyehatkan tubuh, kegiatan ini juga memberikan sensasi berbeda karena dilakukan di luar jam kunjungan biasa sehingga suasana Ragunan terasa lebih tenang dan magis.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tiga ribu orang lebih kunjungi uji coba pertama “Night at Ragunan Zoo”

    Tiga ribu orang lebih kunjungi uji coba pertama “Night at Ragunan Zoo”

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 3.713 orang mengunjungi uji coba hari pertama Ragunan buka jam malam hari (Night at Ragunan Zoo) pada Sabtu (11/10).

    “Sejak uji coba pertama pada Sabtu, tercatat sebanyak 3.713 pengunjung,” kata Kepala Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan (UPTMR) Endah Rumiyati saat dihubungi di Jakarta, Senin.

    Endah merinci jumlah kendaraan yang datang yakni 318 unit mobil, 651 unit motor dan 39 unit sepeda.

    Dia menjelaskan, program itu dilaksanakan setiap Sabtu atau malam Minggu dengan jam operasional pukul 18.00-22.00 WIB.

    “Night at Ragunan Zoo hanya dibuka setiap Sabtu,” ucapnya.

    Dalam uji coba ini, hanya seperempat area Taman Margasatwa Ragunan yang diaktivasi meliputi area jalan kaki (jogging 1,8 km, area kuliner UMKM di sekitar bundaran) hingga empat titik lokasi satwa yang aktif di malam hari.

    Adapun empat titik satwa tersebut antara lain namalia kecil (binturong, landak, musang), reptil (ular, kura-kura) serta harimau dan kuda nil.

    Untuk menikmati kegiatan ini, pengunjung diwajibkan menggunakan mobil kereta berkapasitas lima orang dalam satu kali perjalanan dengan tarif yang telah ditentukan.

    Di lokasi tersebut, akan ada atraksi pemberian makan satwa dan edukasi oleh para penjaga kebun binatang (zookeeper) dengan jadwal yang sudah ditentukan.

    Bagi pengunjung yang ingin berkeliling melihat satwa “nocturnal” (aktif di malam hari) tersedia layanan “e-car” yang disewakan seharga Rp250.000 per jam dengan kapasitas lima orang.

    Kemudian, ada kegiatan berolahraga yakni “Night Workout at Ragunan Zoo” yang menawarkan pengalaman olahraga unik di tengah suasana malam kebun binatang yang dikelilingi oleh alam, udara segar dan suara satwa malam.

    Kegiatan ini cocok untuk individu maupun komunitas yang ingin mencoba cara baru menikmati malam Jakarta.

    Pengunjung diajak untuk aktif bergerak melalui berbagai aktivitas olahraga dengan jarak tempuh yang sudah ditentukan, yakni 1,8 km.

    Selain menyehatkan tubuh, kegiatan ini juga memberikan sensasi berbeda karena dilakukan di luar jam kunjungan biasa sehingga suasana Ragunan terasa lebih tenang dan magis.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pengunjung Wisata Malam Ragunan Tak Bisa Lihat Satwa, Pemprov Cari Solusi

    Pengunjung Wisata Malam Ragunan Tak Bisa Lihat Satwa, Pemprov Cari Solusi

    Jakarta

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta merespons soal tidak semua pengunjung bisa melihat satwa di Night at The Ragunan Zoo atau wisata malam Ragunan. Pemprov Jakarta menyebut semua itu masih dalam tahap uji coba.

    “Tentu semua masih tahap uji coba,” kata Staf Khusus Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Sosial Chico Hakim kepada wartawan, Senin (13/10/2025).

    Seperti diketahui, hanya pengunjung yang menaiki buggy car yang bisa melihat satwa. Chico menerangkan pihaknya akan terus mengevaluasi uji coba wisata malam Ragunan termasuk perihal buggy car. Pihaknya juga akan memperbaiki pencahayaan di area sekitar kandang satwa.

    “Dan akan terus dievaluasi dan diperbaiki, mulai dari pencahayaan khususnya yang bukan di area kandang, termasuk juga ketersediaan buggy car,” ujarnya.

    Chico mengatakan pengunjung bisa tetap berjalan kaki ke kandang-kandang satwa tapi memerlukan waktu yang lama. Pemprov Jakarta, katanya, kini tengah mencari solusi dan membuka opsi menggunakan shuttle bus.

    “Warga yang berjalan kaki tetap bisa menuju kandang-kandang namun memang membutuhkan waktu lebih lama. Kami sedang mencarikan solusi ke depannya, apakah dengan shuttle bus dan sebagainya,” ujar Chico.

    “Masyarakat Antusias dalam uji coba hari pertama Night at Ragunan Zoo, Sabtu, 11 Oktober 2025, Jumlah pengunjung sampai pukul 21.00 penutupan loket 3.708 pengunjung,” ujarnya.

    Chico menerangkan dalam uji coba wisata malam Ragunan ini hanya sebagian area yang dibuka. Area itu mulai dari area jogging 1,8 km, kuliner UMKM di sekitar bundaran, hingga 4 titik lokasi satwa yang aktif di malam hari.

    Lebih lanjut, Chico memerinci 4 titik satwa yang diuji coba wisata malam Ragunan antara lain mamalia kecil, reptil, harimau, kuda nil. Dia menyebut pengelola memperhatikan pencahayaan di sekitar area titik itu.

    “Ada 4 titik satwa antara lain : Mamalia kecil (Binturong, landak, musang), Reptil (Ular, kura-kura), harimau, kuda nil – dengan pencahayaan yang disesuaikan dengan kenyamanan hewan,” ujarnya.

    “Alhamdulillah Pantauan Sementara dari uji coba hewan tidak stress karena dikelola dari sisi pencahayaan dan juga minim suara,” imbuhnya.

    Pengunjung Mengeluh Tak Bisa Lihat Satwa

    Sebelumnya, pengunjung wisata malam Ragunan, Haini (32) mengaku baru tahu jika harus menaiki buggy car untuk bisa melihat satwa. Diketahui, harga sewa buggy car itu Rp 50 ribu per orang.

    “Tahunya lewat berita sama media sosial itu bisa lihat satwa cuman kan nggak semuanya, dan hewannya paling nokturnal kalau malam. Terus nggak harus sewa mobil, ternyata sewa mobil per orangnya Rp 50 ribu yang satu mobil itu, bisa sampai lima orang. Jadi pas udah nyampai sini, ya udah nggak bisa nikmatin satwa nokturnalnya,” kata Haini.

    Haini kecewa tak bisa melihat satwa di wisata malam Ragunan ini. Dia berharap informasi terkait hal itu akan disampaikan lebih detail.

    “Kalau dibilang kecewa ya kecewa cuman mungkin informasinya kurang aja, kurang lengkap,” ujarnya.

    Selain itu, Haini juga mengeluhkan minimnya lampu penerangan wisata malam Ragunan. Dia berharap lampu penerangan itu ditambah.

    “Dan yang kedua, kurangnya pencahayaan, kayak tadi pas masuk di gerbang utama dari parkiran itu kan memang gelap ya. Mungkin bisa nextnya ditambah pencahayaannya,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Ragunan Night Zoo atau wisata malam Ragunan dibuka pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB Sabtu (12/10) kemarin. Berikut jadwal kegiatan feeding time wisata zoo malam Ragunan kemarin:

    Kandang Mamalia Kecil
    – Trenggiling pukul 19.00 WIB
    – Linsang pukul 20.00 WIB
    – Landak pukul 21.00 WIB
    – Musang Bulan pukul 21.00 WIB
    – Harimau pukul 19.00 WIB
    – Kuda Nil Kerdil pukul 18.30 WIB dan 20.30 WIB

    (whn/imk)

  • Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Jakarta

    Seorang nenek berusia 82 tahun di China dilarikan ke rumah sakit setelah makan 8 ekor katak hidup. Awalnya, ia berniat mengobati masalah nyeri punggung bawahnya.

    Keputusan itu diambil oleh pasien karena mengetahui sebuah kepercayaan memakan amfibi hidup-hidup dapat meredakan rasa sakit, hernia nukleus pulposus (HNP). Pada bulan September, ia meminta keluarganya untuk menangkap katak, meski saat itu ia tak menjelaskan untuk apa katak tersebut.

    Setelah mendapatkan 3 katak, perempuan dengan nama keluarga Zhang itu langsung mengonsumsinya hidup-hidup. Keesokan harinya, ia mengonsumsi lima ekor lagi katak hidup.

    Tak lama berselang, Zhang mengalami keluhan nyeri perut luar biasa. Ia akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

    “Ibu saya memakan delapan katak hidup. Sekarang rasa sakit yang tajam membuatnya tidak bisa berjalan,” ujar salah seorang putra Zhang, dikutip dari Metro, Minggu (12/10/2025).

    Melalui hasil pemeriksaan, dokter menyebut Zhang mengalami infeksi parasit. Dokter dari rumah sakit tersebut mengaku ini bukanlah kejadian yang pertama kali.

    Pada tahun 2015, seorang pasien wanita berusia 29 tahun menjalani operasi pengangkatan parasit sepanjang 10 cm, dari kepalanya. Belakangan diketahui pasien ini telah mengonsumsi katak hidup sejak usia 5 tahun.

    “Menelan katak hidup telah merusak sistem pencernaan pasien dan menyebabkan munculnya beberapa parasit di tubuhnya (pasien nenek-nenek), termasuk sparganum,” ujar dokter.

    Sparganum adalah bentuk larva dari cacing pita Spirometra yang dapat menginfeksi manusia melalui air atau daging hewan seperti katak, ular, atau ikan yang dikonsumsi mentah. Infeksi ini disebut sparganosis, dan dapat menyebabkan benjolan, nyeri, atau peradangan di jaringan tubuh, termasuk otak dan mata.

    Hewan memang sering digunakan dalam pengobatan tradisional China. Beberapa di antaranya termasuk katak, empedu ular, dan salamander, untuk mengatasi berbagai penyakit. Salamander raksasa dipercaya dapat membantu mengobati anemia dan disentri, sementara katak dan berudu sering digunakan untuk mengatasi masalah kulit.

    Namun, sebagian besar dokter memperingatkan bahwa mengonsumsi hewan-hewan ini dalam keadaan mentah atau hidup dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Jakarta

    Seorang nenek berusia 82 tahun di China dilarikan ke rumah sakit setelah makan 8 ekor katak hidup. Awalnya, ia berniat mengobati masalah nyeri punggung bawahnya.

    Keputusan itu diambil oleh pasien karena mengetahui sebuah kepercayaan memakan amfibi hidup-hidup dapat meredakan rasa sakit, hernia nukleus pulposus (HNP). Pada bulan September, ia meminta keluarganya untuk menangkap katak, meski saat itu ia tak menjelaskan untuk apa katak tersebut.

    Setelah mendapatkan 3 katak, perempuan dengan nama keluarga Zhang itu langsung mengonsumsinya hidup-hidup. Keesokan harinya, ia mengonsumsi lima ekor lagi katak hidup.

    Tak lama berselang, Zhang mengalami keluhan nyeri perut luar biasa. Ia akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

    “Ibu saya memakan delapan katak hidup. Sekarang rasa sakit yang tajam membuatnya tidak bisa berjalan,” ujar salah seorang putra Zhang, dikutip dari Metro, Minggu (12/10/2025).

    Melalui hasil pemeriksaan, dokter menyebut Zhang mengalami infeksi parasit. Dokter dari rumah sakit tersebut mengaku ini bukanlah kejadian yang pertama kali.

    Pada tahun 2015, seorang pasien wanita berusia 29 tahun menjalani operasi pengangkatan parasit sepanjang 10 cm, dari kepalanya. Belakangan diketahui pasien ini telah mengonsumsi katak hidup sejak usia 5 tahun.

    “Menelan katak hidup telah merusak sistem pencernaan pasien dan menyebabkan munculnya beberapa parasit di tubuhnya (pasien nenek-nenek), termasuk sparganum,” ujar dokter.

    Sparganum adalah bentuk larva dari cacing pita Spirometra yang dapat menginfeksi manusia melalui air atau daging hewan seperti katak, ular, atau ikan yang dikonsumsi mentah. Infeksi ini disebut sparganosis, dan dapat menyebabkan benjolan, nyeri, atau peradangan di jaringan tubuh, termasuk otak dan mata.

    Hewan memang sering digunakan dalam pengobatan tradisional China. Beberapa di antaranya termasuk katak, empedu ular, dan salamander, untuk mengatasi berbagai penyakit. Salamander raksasa dipercaya dapat membantu mengobati anemia dan disentri, sementara katak dan berudu sering digunakan untuk mengatasi masalah kulit.

    Namun, sebagian besar dokter memperingatkan bahwa mengonsumsi hewan-hewan ini dalam keadaan mentah atau hidup dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Hari Kedua Pacu Jalur HUT ke-26 Kuansing, Kapolres Pastikan Situasi Aman

    Hari Kedua Pacu Jalur HUT ke-26 Kuansing, Kapolres Pastikan Situasi Aman

    Kuantan Singingi

    Pelaksanaan Pacu Jalur dalam rangka Hari Jadi ke-26 Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) memasuki hari kedua. Polres Kuansing memastikan situasi aman dan kondusif.

    “Polres Kuansing bersama jajaran TNI dan instansi terkait telah menyiapkan pengamanan secara maksimal agar pelaksanaan Pacu Jalur berjalan aman dan tertib. Alhamdulillah, pada hari kedua seluruh kegiatan berlangsung meriah tanpa gangguan keamanan,” ujar Kapolres Kuansing AKBP Raden Ricky Pratidiningrat, Sabtu (11/10/2025).

    Polres Kuansing mengerahkan 552 personel untuk mengamankan Pacu Jalur di Tepian Narosa. Personel ditempatkan di titik-titik strategis seperti area penonton, jalur masuk kendaraan, pos pengawasan air, dan titik kumpul masyarakat untuk memastikan kenyamanan seluruh pengunjung.

    “Personel kami hadir untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat yang datang menyaksikan jalannya lomba. Pacu Jalur bukan hanya tradisi olahraga, tetapi juga simbol kekompakan dan kebanggaan masyarakat Kuansing. Karena itu, kami ingin memastikan kegiatan ini berlangsung dengan aman dan lancar hingga hari terakhir,” imbuhnya.

    Foto: Kapolres Kuansing AKBP Raden Ricky Pratidiningrat memastikan penyelenggaraan Pacu Jalur di hari kedua berlangsung meriah dan situasi kondusif. (dok. Polres Kuansing)

    Ricky menyampaikan bahwa Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan, tetapi juga warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan bersama.

    Sementara itu, Kabag Ops Polres Kuansing Kompol Teguh Wiyono menyampaikan apresiasi kepada seluruh personel yang telah bekerja keras menjaga situasi tetap aman dan kondusif selama kegiatan berlangsung. Ia juga mengingatkan agar seluruh perlengkapan pengamanan dicek kembali serta mengimbau personel untuk menjaga kesehatan dan kesiapsiagaan menghadapi pelaksanaan pacu jalur di hari-hari berikutnya.

    “Sinergi antarinstansi merupakan kunci utama keberhasilan pengamanan kegiatan besar seperti Pacu Jalur. Evaluasi dan koordinasi akan terus dilakukan setiap hari agar pengamanan semakin optimal hingga babak final nanti,” kata Teguh.

    Foto: Pacu Jalur dalam rangka HUT ke-26 Kabupaten Kuansing diikuti puluhan jalur yang tak hanya berasal dari Kuansing, tetapi juga dari daerah lain. (dok. Polres Kuansing)

    Pacu Jalur turut dibuka secara resmi oleh Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby, dihadiri Kapolres Kuansing AKBP Ricky, Dandim 0302/Inhu-Kuansing Letkol Inf Emick Chandra Nasution, Ketua DPRD Kuansing Juprizal, Sekretaris Daerah Zulkarnain, Ketua Umum Panitia Andi Cahyadi, Ketua TP PKK Ny. Yulia Herma Suhardiman Amby, serta unsur Forkopimda, para camat, tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat Kabupaten Kuansing.

    Pacu Jalur digelar sejak Jumat (10/10) hingga Minggu (12/10) besok, di Tepian Narosa, dalam rangka memperingati HUT ke-26 Kabupaten Kuansing. Sebanyak 38 hilir dilaksanakan pada hari pertama, menampilkan jalur-jalur terbaik dari berbagai kecamatan di Kuantan Singingi maupun dari kabupaten tetangga seperti Indragiri Hulu.

    Sejumlah jalur yang berhasil meraih kemenangan pada hari pertama di antaranya Limbago Sati Rantau Kuantan dari Kopah, Ular Kumbang Danau Robo dari Pembatang, Tuah Kalajengking Muda Indragiri dari Danau Baru, Panglimo Hitam Bintang Nagoghi dari Ketaping Jaya, dan Putri Kumayang Linduang Daun 2025 dari Pulau Ingu. Sementara itu, pada hilir ke-24, kedua jalur dinyatakan gugur oleh dewan hakim karena tidak hadir di garis start.

    (mea/idh)

  • Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Liputan6.com, Jakarta Ocang (70), warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, tewas setelah terlibat duel sengit dengan seekor king cobra sepanjang 4 meter.

    Meskipun Ocang, seorang petani yang dikenal sebagai pemburu ular, berhasil membunuh ular, nyawanya tak tertolong. Racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya saat ia berjuang mencari pertolongan.

    Menurut keterangan dari sahabat korban, Apih Libra Rustiana, insiden tragis ini bermula sekitar pukul 05.00 WIB di dekat kandang ayam milik korban. Ular king cobra itu terlihat muncul ke arah kandang.

    “Kalau kata manusia mah, ini ular duel dulu, bawa parang, macok (dipatuk). Sempat diikat dulu sama sendiri (kaki) sebelah kanan,” ujar Apih Libra dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/10/2025).

    Ocang dikenal bukan sebagai pawang, melainkan sebagai tukang berburu ular dan biawak. Apih menduga, Abah Ocang saat itu tidak sekadar ingin menyingkirkan ular, tetapi juga hendak mengambil kulitnya.

    “Pasalnya, Ocang ini kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak. Jadi kalau dengan ular sudah biasa. Kecuali pada saat ini ular berbisa, diduga bukan untuk mengambil ularnya, tapi untuk mengambil kulitnya,” jelasnya.

    Apih juga menerangkan bahwa Ocang sempat mengikat kakinya sendiri setelah dipatuk, namun perlawanan terus dilakukan karena ular belum mati. Gerakan aktif korban setelah terpatuk disinyalir mempercepat penyebaran bisa.

    “Selama bergerak kan si bisa itu cepat bereaksinya. Kalau diam mah enggak akan cepat gitu. Ini bereaksi (bergerak) ke sana kemari, diikat sendiri, dan terus duel dengan ularnya karena belum mati,” tambah Apih.

    Korban ditemukan sekitar pukul 06.00 WIB. Ocang sempat berusaha mencari pertolongan menuju Puskesmas yang berjarak sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor, melintasi jalan setapak di perkebunan Cihideung, perbatasan Desa Padasenang dan Cidadap.

    Saat ditemukan, Ocang sudah tidak bernyawa. Di kakinya terlihat bekas gigitan yang mengeluarkan darah, dan tak jauh dari sana, ular king cobra tersebut terkapar dengan kepala yang sudah tertancap kayu.

    “Terlihat ada yang lewat dan melihat Mang Ocang kenapa? Dilihat keluar darah di kaki. Dipastikan karena apa, terlihat ada ular yang terkapar malah kepala ditusuk kayu, dibiarkan saja sudah seperti itu,” ungkapnya.

    Telepon genggam milik korban ditemukan di dekat pangkalan ojek di pertigaan Cipetir, yang mengindikasikan bahwa ia tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan mencari pertolongan.

    Menurut Apih Libra, ular king cobra tersebut bukan pertama kalinya terlihat. Ular itu telah terlihat tiga kali sebelumnya di sekitar kediaman korban, di mana kerap memangsa ayam milik warga.

  • Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Liputan6.com, Jakarta Ocang (70), warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, tewas setelah terlibat duel sengit dengan seekor king cobra sepanjang 4 meter.

    Meskipun Ocang, seorang petani yang dikenal sebagai pemburu ular, berhasil membunuh ular, nyawanya tak tertolong. Racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya saat ia berjuang mencari pertolongan.

    Menurut keterangan dari sahabat korban, Apih Libra Rustiana, insiden tragis ini bermula sekitar pukul 05.00 WIB di dekat kandang ayam milik korban. Ular king cobra itu terlihat muncul ke arah kandang.

    “Kalau kata manusia mah, ini ular duel dulu, bawa parang, macok (dipatuk). Sempat diikat dulu sama sendiri (kaki) sebelah kanan,” ujar Apih Libra dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/10/2025).

    Ocang dikenal bukan sebagai pawang, melainkan sebagai tukang berburu ular dan biawak. Apih menduga, Abah Ocang saat itu tidak sekadar ingin menyingkirkan ular, tetapi juga hendak mengambil kulitnya.

    “Pasalnya, Ocang ini kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak. Jadi kalau dengan ular sudah biasa. Kecuali pada saat ini ular berbisa, diduga bukan untuk mengambil ularnya, tapi untuk mengambil kulitnya,” jelasnya.

    Apih juga menerangkan bahwa Ocang sempat mengikat kakinya sendiri setelah dipatuk, namun perlawanan terus dilakukan karena ular belum mati. Gerakan aktif korban setelah terpatuk disinyalir mempercepat penyebaran bisa.

    “Selama bergerak kan si bisa itu cepat bereaksinya. Kalau diam mah enggak akan cepat gitu. Ini bereaksi (bergerak) ke sana kemari, diikat sendiri, dan terus duel dengan ularnya karena belum mati,” tambah Apih.

    Korban ditemukan sekitar pukul 06.00 WIB. Ocang sempat berusaha mencari pertolongan menuju Puskesmas yang berjarak sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor, melintasi jalan setapak di perkebunan Cihideung, perbatasan Desa Padasenang dan Cidadap.

    Saat ditemukan, Ocang sudah tidak bernyawa. Di kakinya terlihat bekas gigitan yang mengeluarkan darah, dan tak jauh dari sana, ular king cobra tersebut terkapar dengan kepala yang sudah tertancap kayu.

    “Terlihat ada yang lewat dan melihat Mang Ocang kenapa? Dilihat keluar darah di kaki. Dipastikan karena apa, terlihat ada ular yang terkapar malah kepala ditusuk kayu, dibiarkan saja sudah seperti itu,” ungkapnya.

    Telepon genggam milik korban ditemukan di dekat pangkalan ojek di pertigaan Cipetir, yang mengindikasikan bahwa ia tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan mencari pertolongan.

    Menurut Apih Libra, ular king cobra tersebut bukan pertama kalinya terlihat. Ular itu telah terlihat tiga kali sebelumnya di sekitar kediaman korban, di mana kerap memangsa ayam milik warga.