Ular Dua Meter Bersembunyi di Dekat Area Main Anak-anak di Salatiga
Tim Redaksi
SALATIGA, KOMPAS.com
– Berniat bersih-bersih di area perumahan, seorang petugas kebersihan malah menemukan ular berukuran besar.
Ular yang bersembunyi di rerumputan tersebut akhirnya dievakuasi petugas Damkar Kota
Salatiga
.
Asih Budi Lestari, Kepala Seksi Pemadaman dan Penyelamatan pada Bidang Damkar Kota Salatiga, mengatakan ular yang diamankan petugas adalah jenis
sanca kembang
dengan panjang dua meter.
“Tidak ada laporan ular tersebut memangsa ternak warga, untuk persembunyian ular diperkirakan di sekitar semak-semak,” ujarnya, Minggu (4/5/2025).
Budi menjelaskan,
evakuasi ular
tersebut berdasarkan laporan warga.
Pada Minggu (4/5/2025) pukul 16.41 WIB, seorang petugas kebersihan perumahan sedang melaksanakan bersih-bersih di area bawah Perum Graha Veteran, Jalan Karangkepoh II, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
“Saat itu, dia melihat ada ular besar bersembunyi di rerumputan. Lalu warga dari perumahan tersebut mendatangi Markas Damkar Kota Salatiga untuk meminta bantuan evakuasi,” kata Budi.
Menurut Budi, pertimbangan ular dievakuasi karena tempat bersembunyi ular tersebut dekat dengan taman bermain untuk anak-anak.
“Demi
keamanan warga
dan anak-anak, akhirnya ular tersebut dievakuasi,” ungkapnya.
Budi menambahkan, meski tidak ada kesulitan saat mengevakuasi ular sanca tersebut, petugas sempat kewalahan.
Ada tiga petugas yang bekerja keras menangkap ular tersebut.
Dia mengimbau warga untuk selalu waspada dan rutin membersihkan lingkungan agar tidak ada hewan liar yang masuk ke area permukiman warga.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Hewan: Ular
-
/data/photo/2025/05/04/6817686403b11.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ular Dua Meter Bersembunyi di Dekat Area Main Anak-anak di Salatiga Yogyakarta 4 Mei 2025
-

Andra Soni Minta Anti Bisa Ular Tersedia di Puskesmas Kawasan Baduy
Serang –
Warga Suku Baduy mengeluhkan soal ketersediaan anti bisa ular kepada Gubernur Banten, Andra Soni, saat acara Seba Baduy di Gedung Negara, Kota Serang, Banten. Andra pun akan meminta jajarannya untuk menyediakan anti bisa ular tersebut.
“Ketersediaan obat atau anti bisa ular, mohon agar anti bisa ular itu disiapkan atau selalu tersedia di sekitar warga Baduy,” ujar Andra Soni dalam acara Seba Baduy di Kota Serang, Sabtu (3/5/2025).
Menurut Andra, yang juga dipanggil Bapak Gede oleh Suku Baduy, ia akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Lebak terkait ketersediaan anti bisa ular.
“Telah diinformasikan bahwa di Ciboleger terdapat Puskesmas milik Pemerintah Kabupaten Lebak yang melayani warga Baduy. Mohon kepala dinas dapat bekerja sama dan berkolaborasi untuk memastikan ketersediaan obat tersebut,” katanya.
Ia juga menyinggung soal ketersediaan anti bisa ular di RSUD Banten dan mewajibkan rumah sakit tersebut untuk memiliki serum anti bisa ular.
“Pernah ada warga yang tergigit ular dan dibawa ke RSUD Banten, namun tidak tersedia obat anti bisa ular. Sebagai rumah sakit pusat terbesar di Banten, saya mohon agar obat tersebut wajib tersedia,” ujarnya.
Jaro Oom menyampaikan sebagaimana ritual tahunan Seba, mereka membawa pesan para tetua adat dari Baduy. Dalam Seba kali ini, mereka membawa 1.769 warga.
Pertama, mereka meminta Pemprov Banten tetap melindungi alam mulai dari gunung Karang karang hingga Ujung Kulon. Sebagai warga adat, mereka juga ingin perlindungan alam khususnya daerah Kanekes.
“Tradisi kami budaya tadi kami kemungkinan ketika masyarakat bertani, kami bertani di leweung kami khusus hayang dikhususkan anti bisa (Tradisi kami adalah bertani, kami bertani di hutan dan ingin ada permintaan terkait anti bisa,”ujarnya.
(aik/wnv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Waduh! Ratusan Siswa Sekolah Sakit Setelah Menyantap MBG Terkontaminasi Bangkai Ular
GELORA.CO – Lebih dari 100 anak di Mokama, Bihar, India, mengalami sakit setelah mengonsumsi makan siang gratis di sekolah mereka pada minggu lalu. Insiden ini diduga disebabkan oleh kontaminasi bangkai ular dalam makanan yang disajikan. Komisi Hak Asasi Manusia Nasional India (NHRC) telah turun tangan untuk menyelidiki kasus ini.
Menurut laporan, juru masak sekolah tersebut menyajikan makanan kepada anak-anak setelah mengeluarkan bangkai ular dari dalamnya. Peristiwa ini memicu kemarahan dan demonstrasi dari para orang tua yang memprotes kondisi kebersihan dan keamanan makanan di sekolah. Mereka memblokir jalan sebagai bentuk protes atas kejadian tersebut.
Program makan siang gratis di India, yang bertujuan meningkatkan angka kehadiran anak-sekolah dan memerangi kelaparan, kini menjadi sorotan setelah insiden ini. Kejadian ini mengungkap masalah serius terkait kebersihan dan keamanan makanan dalam program tersebut yang melayani jutaan anak di seluruh negeri.
Investigasi NHRC dan Tuntutan Laporan
NHRC telah menuntut laporan terperinci dari pejabat pemerintah dan kepolisian setempat. Laporan tersebut harus mencakup status kesehatan terkini dari seluruh anak yang terdampak. “Berita tentang anak-anak yang jatuh sakit, karena mengonsumsi makan siang tersebut, menyebabkan pemblokiran jalan oleh penduduk desa yang berunjuk rasa,” kata komisi tersebut dalam sebuah pernyataan.
Komisi juga menekankan pentingnya penyelidikan menyeluruh untuk memastikan hal serupa tidak terulang. Mereka meminta pertanggungjawaban pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini. “Mereka menuntut ‘laporan terperinci’ dari pejabat senior negara bagian dan polisi, yang mencakup ‘status kesehatan anak-anak’,” demikian pernyataan NHRC.
NHRC menyatakan bahwa jika laporan tersebut dikonfirmasi, maka hal ini menunjukkan “masalah serius pelanggaran hak asasi manusia para siswa.” Pernyataan tersebut menambahkan bahwa komisi akan terus memantau perkembangan investigasi dan memastikan keadilan bagi para korban.
Dampak dan Sejarah Insiden Serupa
Program makan siang gratis di India, yang menyediakan makan siang untuk jutaan anak di sekolah-sekolah negeri, bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi anak-anak dalam pendidikan dan mengatasi masalah kelaparan. Namun, insiden di Mokama ini menyoroti celah dalam sistem pengawasan dan standar kebersihan program tersebut.
Insiden serupa telah terjadi di India sebelumnya. Salah satu kasus yang paling menggemparkan terjadi pada tahun 2013 di Distrik Saran, Bihar, di mana 23 anak meninggal dunia setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi pestisida. Tragedi tersebut mendorong pemerintah untuk meningkatkan keamanan pangan di sekolah-sekolah.
Kasus Mokama ini kembali mengingatkan pentingnya pengawasan yang ketat dan peningkatan standar kebersihan dalam penyediaan makanan bagi anak-anak di sekolah. Peristiwa ini juga memicu diskusi publik mengenai perlunya reformasi dan peningkatan sistem pengawasan dalam program makan siang gratis di seluruh India.
“Dilaporkan, juru masak menyajikan makanan tersebut kepada anak-anak setelah mengeluarkan seekor ular mati dari dalamnya,” kata National Human Rights Commission (NHRC) atau Komisi Hak Asasi Manusia Nasional dalam sebuah pernyataan.
Makanan tersebut disajikan di sebuah sekolah yang dikelola pemerintah di Kota Mokama di Bihar, salah satu negara bagian termiskin di India, kata NHRC. Komisi tersebut menuntut pejabat pemerintah daerah dan polisi untuk menyelidiki laporan media bahwa “lebih dari 100 anak jatuh sakit” setelah menyantap makan siang di sekolah tersebut.
-

Makan Siang Gratis Tercemar Bangkai Ular, Ratusan Anak India Keracunan
Jakarta, CNBC Indonesia – Lebih dari 100 anak sekolah di negara bagian Bihar, India, dilaporkan jatuh sakit setelah menyantap makan siang gratis yang sempat tercemar bangkai ular. Kejadian mengejutkan ini memicu penyelidikan resmi dari Komisi Hak Asasi Manusia Nasional India (NHRC) dan gelombang protes dari masyarakat setempat yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah.
Dalam pernyataan resmi, NHRC menyebut bahwa insiden terjadi di sebuah sekolah negeri yang dikelola pemerintah di kota Mokama, salah satu wilayah di negara bagian Bihar yang dikenal sebagai salah satu daerah termiskin di India.
Makan siang yang disediakan pekan lalu itu menjadi pemicu keracunan massal setelah seorang juru masak dilaporkan tetap menyajikan makanan kepada para murid meskipun sebelumnya menemukan bangkai ular di dalam hidangan tersebut.
“Diduga, juru masak menyajikan makanan kepada anak-anak setelah mengeluarkan seekor ular mati dari dalam makanan,” ujar NHRC dalam pernyataan tertulisnya, dilansir dari AFP, Sabtu (3/5/2025).
Menurut laporan media lokal, lebih dari 100 anak mengalami gejala keracunan makanan setelah menyantap hidangan tersebut. Reaksi cepat dari masyarakat tak dapat dihindari, para orang tua dan penduduk desa marah besar, memblokir jalan sebagai bentuk protes terhadap kelalaian yang terjadi.
“Berita mengenai anak-anak yang jatuh sakit akibat mengonsumsi makan siang sekolah telah memicu aksi pemblokiran jalan oleh warga desa yang marah,” tulis NHRC.
Program makan siang gratis menjadi salah satu kebijakan utama pemerintah India untuk mendorong partisipasi anak-anak di sekolah negeri, terutama di wilayah miskin seperti Bihar. Program ini telah berjalan selama bertahun-tahun dan menjangkau jutaan anak setiap harinya.
Namun, insiden terbaru ini kembali menyoroti lemahnya pengawasan terhadap kebersihan dan keamanan makanan yang disediakan.
NHRC menegaskan bahwa mereka telah meminta laporan mendetail dari pejabat tinggi negara bagian dan pihak kepolisian. Laporan tersebut diharapkan mencakup kondisi kesehatan terbaru dari anak-anak yang terdampak dan hasil penyelidikan menyeluruh terkait sumber makanan yang tercemar.
“Jika laporan-laporan tersebut terbukti benar, maka hal ini merupakan isu serius yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia anak-anak,” lanjut pernyataan itu.
Insiden ini juga mengingatkan publik pada tragedi serupa yang terjadi pada tahun 2013 di distrik Saran, Bihar, di mana 23 anak sekolah meninggal dunia setelah mengonsumsi makanan yang tercemar pestisida. Peristiwa itu sempat memicu reformasi kebijakan keamanan makanan di sekolah.
(luc)
-

Shinkansen Lumpuh Gara-Gara Ular, Butuh 1 Jam Pulihkan Layanan – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Salah satu jalur kereta peluru tersibuk di Jepang terhenti sementara pada Rabu (30/4/2025), setelah seekor ular sepanjang satu meter menyebabkan korsleting listrik.
Insiden itu terjadi di jalur Tokaido Shinkansen, yang menghubungkan Tokyo, Nagoya, dan Osaka, tepat saat Jepang memasuki masa libur panjang Golden Week.
Dikutip dari Kyodo News dan The Guardian, ular tersebut ditemukan melilit kabel listrik antara Stasiun Maibara dan Gifu-Hashima sekitar pukul 17.25 waktu setempat.
Reptil itu diyakini memanjat tiang listrik dan mati saat menyentuh kabel, memicu pemadaman yang menghentikan sejumlah perjalanan kereta.
Akibat gangguan tersebut, ratusan penumpang terpaksa menunggu di dalam kereta hingga layanan kembali normal setelah pukul 19.00.
Meski korsleting terjadi, sistem pencahayaan dan AC di dalam kereta tetap berfungsi, menurut penumpang yang diwawancarai.
“Saya sering naik shinkansen beberapa kali dalam sebulan, tapi ini pertama kalinya saya mengalami pemadaman listrik,” kata Satoshi Tagawa (46), yang sedang dalam perjalanan menuju Tokyo.
Kereta Shinkansen di jalur ini mengangkut rata-rata 430.000 penumpang setiap hari, dengan lebih dari 370 keberangkatan.
Dengan kecepatan hingga 285 km/jam, waktu tempuh dari Tokyo ke Osaka hanya sekitar dua setengah jam.
Tokaido Shinkansen dikenal memiliki catatan keselamatan yang luar biasa, tanpa satu pun korban jiwa sejak pertama kali beroperasi menjelang Olimpiade Tokyo 1964.
Operator Central Japan Railway Co (JR Tokai) mencatat bahwa kereta ini bahkan hanya terlambat rata-rata 1,6 menit dari jadwal.
Bukan Insiden Pertama
Ini bukan pertama kalinya ular mengganggu layanan Shinkansen.
Pada April tahun lalu, seekor ular sepanjang 40 cm ditemukan di dalam kereta dari Nagoya ke Tokyo.
Meski tidak ditemukan kembali oleh petugas, kereta tersebut harus diganti, mengakibatkan keterlambatan selama 17 menit.
Kejadian serupa juga pernah terjadi pada 2009, saat seekor ular memicu pemadaman listrik dan menghentikan layanan kereta antara Tokyo dan Fukushima.
Insiden terbaru ini terjadi bersamaan dengan dimulainya Golden Week, saat jutaan warga Jepang bepergian untuk liburan dan pulang kampung.
Selain itu, pembukaan Osaka Expo 2025 yang dimulai pertengahan April juga meningkatkan arus perjalanan menuju wilayah Kansai.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
-

Ular Sebabkan Pemadaman Listrik, Layanan Shinkansen Tokyo-Osaka Sempat Alami Gangguan
JAKARTA – Layanan kereta cepat Tokaido Shinkansen yang menghubungkan Tokyo dan Osaka sempat terganggu pada Hari Rabu setelah seekor ular melilit kabel listrik dan menyebabkan pemadaman, kata operator.
Insiden tersebut terjadi antara stasiun Gifu-Hashima dan Maibara sekitar pukul 17.25 waktu setempat, menyebabkan penghentian sementara kereta tujuan Tokyo antara Shin-Osaka dan Nagoya serta kereta tujuan Osaka antara Shin-Osaka dan Tokyo.
Layanan kereta kembali normal sekitar pukul 19.00 waktu setempat, setelah kondisi keselamatan dipastikan, kata JR Central, melansir Kyodo News 30 April.
Penumpang berkumpul di sekitar staf di Stasiun Nagoya untuk mencari penjelasan atas keterlambatan tersebut, sementara kerumunan besar juga mengantre di mesin tiket.
“Saya menggunakan shinkansen beberapa kali dalam sebulan, tetapi ini pertama kalinya saya mengalami penghentian sementara karena pemadaman listrik,” kata Satoshi Tagawa (46) yang akan kembali ke Tokyo.
“Saya lega,” kata Kazutoshi Tachi (26) setelah mengetahui layanan telah kembali beroperasi.
“Namun, saya muak dengan masalah-masalah (dengan layanan shinkansen). Saya ingin layanan tersebut berjalan tepat waktu,” tambahnya.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5204203/original/064668100_1745994414-1aca966f-951d-43ae-a9e7-426863e27808.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Berawal dari Kapal Penjelajahan HMS Endeavor, Indonesia Kini Punya Kapal Penelitian di Papua – Page 3
Liputan6.com, Jakarta Di awali dengan penjelajahan HMS Endeavor, kapal penelitian pertama di dunia, yang berlayar pada 1768 untuk menelusuri Samudra Pasifik demi memecahkan Terra Australis Incognita atau “Tanah Selatan yang Tidak Dikenal”, kini kapal penelitian telah beroperasi di berbagai belahan dunia dan memperkaya ilmu pengetahuan.
Di Provinsi Papua Selatan, perusahaan sawit nasional Tunas Sawa Erma (TSE) Group kini sedang membangun kapal penelitian yang bernama “Papua Lestari” untuk mencari tahu kehidupan kura-kura moncong babi dan ekosistem sungai habitatnya.
Kapal tersebut mampu menampung 5 orang untuk beraktivitas di dalamnya. Selain ruangan untuk barang-barang perlengkapan penelitian, kapal ini juga dilengkapi sejumlah fasilitas untuk mempermudah pekerjaan para peneliti.
Kapal ini menjadi sebuah sarana penting dalam rangka melakukan penelitian biota air di Papua, terutama kura-kura moncong babi. Dengan adanya “Papua Lestari”, para peneliti bisa melakukan aktivitasnya dengan lebih baik sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas penelitian.
Kapal penelitian “Papua Lestari” sejatinya merupakan fasilitas yang disediakan oleh TSE Group, tak hanya menjadi alat transportasi bagi para peneliti namun juga sebuah simbol untuk menyebarkan pesan pelestarian.
“Papua Lestari dibangun untuk meneliti ekosistem di sungai dan rawa di Papua, baik itu kura-kura moncong babi, ikan, ular dan lain sebagainya. Selain itu, kapal penelitian ini juga bisa menjadi simbol untuk membuka mata masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan,” ucap Direktur TSE Group Luwy Leunufna dikutip Selasa (30/4/2205).
Perampungan kapal ini merupakan bagian dari komitmen program Papua Conservation yang dicanangkan TSE Group dan IPB University sejak tahun 2022. Program ini bertujuan untuk melindungi hak kehidupan dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hewan endemik.
Program ini Tak hanya berfokus pada konservasi untuk kura-kura moncong babi saja, tapi juga hewan endemik Papua lainnya, yaitu cenderawasih kuning besar di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Papua Selatan.
-
/data/photo/2025/04/24/6809edbd46a60.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Digigit Ular Hijau Ekor Merah, Begini Penanganannya agar Selamat Surabaya
Digigit Ular Hijau Ekor Merah, Begini Penanganannya agar Selamat
Tim Redaksi
MADIUN, KOMPAS.com
–
Gigitan ular
hijau ekor merah sebenarnya tidak menyebabkan orang meninggal dunia jika cepat ditangani.
Kematian pada orang yang digigit
ular hijau ekor merah
terjadi karena penanganan yang terlambat dan banyaknya gerakan yang dilakukan korban pada daerah yang tergigit.
Koordinator Jaga Satwa Indonesia yang berpusat di Kota Madiun, Jawa Timur,
Yonny Purwandana
, menyatakan bahwa penanganan awal korban tergigit ular hijau ekor merah menjadi penentu keselamatan korban.
“Kami pernah menangani pasien nenek yang tergigit ular hijau ekor merah. Kalau penanganan awalnya benar, maka cepat tertolong. Biasanya, kalau sudah ditangani di rumah sakit, diberikan serum yang menyerupai sehingga cepat tertangani,” kata Yonny.
Menurut Yonny, sebagai langkah awal saat tergigit ular hijau ekor merah, harus dipastikan daerah yang tergigit tidak banyak digerakkan.
Bila perlu, daerah tergigit diberikan bidai kayu untuk mempersempit ruang gerak.
“Makanya, orang yang tergigit ular hijau penanganannya awalnya seperti orang patah tulang agar daerah yang tergigit tidak banyak bergerak. Setelah itu, langsung dibawa ke rumah sakit,” ucap Yonny.
Adapun serum penawar
bisa ular hijau ekor merah
ini belum ada di Indonesia.
“
Ular hijau ekor merah
juga mematikan. Tetapi di Indonesia, serumnya belum ada. Serum ular yang ada baru untuk penanganan ular kobra, tanah, dan welang,” ucap Yonny.
Ia mengatakan bahwa bisa ular yang masuk ke tubuh manusia tidak melalui darah, tetapi melalui kelenjar getah bening.
Artinya, ketika makin banyak gerakan, limfogen akan terpompa, kemudian kontraksi ke otot, dan selanjutnya ke kelenjar getah bening, sehingga menyebabkan bisa menjalar ke mana-mana.
“Makanya, yang menentukan itu satu jam. Kalau tertangani baik, maka selamat. Kalau tidak, maka bisa fatal. Bedanya kobra dan ular hijau, kalau kobra bisa menyembur dan menggigit, sementara ular hijau hanya menggigit saja,” tutur Yonny.
Ular hijau ekor merah, kata Yonny, bisa ditemukan di berbagai tempat.
Bahkan, ada yang ditemukan di pot bunga atau pohon.
Ular itu bisa berdiam diri hingga satu minggu dan berkamuflase dengan warna daun yang berwarna hijau.
Ular hijau ekor merah berkembang biak dengan langsung beranak, tidak bertelur seperti ular kobra.
Sekali beranak, ular hijau ekor merah dapat melahirkan 15 ekor.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Warga Sidorukun Gresik Kaget, Muncul Ular Piton 4 Meter
Gresik (beritajatim.com) — Warga Kelurahan Sidorukun, Kecamatan Kota Gresik, digegerkan dengan kemunculan seekor ular piton sepanjang empat meter di depan rumah seorang warga, Minggu (20/4/2025).
Peristiwa ini terjadi di rumah Suwanto, warga Jalan Harun Tohir Gang 64, Gresik. Saat hendak melaksanakan salat Isya, Suwanto tidak sengaja melihat seekor ular besar melingkar di halaman depan rumahnya.
“Saya langsung teriak minta tolong karena takut. Khawatir ular itu bisa membahayakan warga lain,” ungkap Suwanto.
Tak berani mengambil risiko, Suwanto segera menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarla) Kabupaten Gresik untuk meminta pertolongan.
Perwira piket Damkarla Gresik, M. Nurul Haqqi, mengatakan bahwa tim evakuasi tiba di lokasi kurang dari 10 menit setelah menerima laporan. Petugas langsung melakukan size-up situasi dan penyisiran area sekitar.
Dengan menggunakan alat pelindung diri lengkap (APD) dan peralatan rescue khusus, tim berhasil mengevakuasi ular tersebut tanpa menimbulkan korban maupun kerugian.
“Ular kemudian kami amankan dan masukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibawa ke markas,” jelas Nurul Haqqi.
Meski kejadian ini tidak menimbulkan korban, kemunculan ular berukuran besar di kawasan permukiman padat menjadi pengingat penting bagi warga untuk selalu waspada terhadap potensi gangguan satwa liar.
Sebagai catatan, hingga pertengahan April 2025 ini, Dinas Damkarla Kabupaten Gresik telah menangani 49 kasus penyelamatan (rescue), termasuk di antaranya evakuasi hewan liar seperti ular. [dny/but]
-

Ini 3 Rute Alternatif untuk Hindari Kemacetan Menuju Pelabuhan Tanjung Priok – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebanyak tiga rute alternatif untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Perhubungan Kecamatan Tanjung Priok, Rafles mengimbau warga agar menempuh jalur alternatif.
“Cari alternatif yang lebih baik,” kata Rafles pada Jumat (18/4/2025).
Rute alternatif bagi kendaraan kecil yang telah disiapkan di antaranya;
1.Dari Cilincing menuju ke Jalan Yos Sudarso.
Traffic Light Jaya ke kiri > Simpang lima semper > ke arah Plumpang pasar Ular ke kiri > Jalan Yos Sudarso arah Kelapa Gading .
Pasar Ular kanan > menuju ke Polres Jakut atau ke arah Rs koja atau Jalan Yos Sudarso.
2. Dari Polres Jakarta Utara
Depan Polres Jakarta Utara belok Kiri > pertigaan pinggir kali kanan > menuju Tower Pelindo kanan > Jalan Yos Sudarso atau ke arah Pasar Ular > simpang lima semper > Tl Jaya Cilincing
3. Dari Terbus Tanjung Priok
Traffic Light PTT kanan > Menuju Jalan Gadang lurus ke arah Jalan Sunter Utara
KEMACETAN TANJUNG PRIOK – Kemacetan di Jalan Yos Sudarso menuju kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, terpantau macet, Jumat (18/4/2025) pagi. Kemacetan didominasi oleh truk-truk trailer. (Tribunnews.com/Alfarizy AF)
Dia mengimbau agar pengguna jalan lain mencari jalur alternatif.
Petugas dari Dinas Perhubungan juga masih terus memisahkan kendaraan-kendaran roda empat pribadi dengan antrean truk trailer.
Pihaknya tetap akan terus berupaya mengurai kepadatan, dan kami juga akan menggunakan sistem buka tutup.
“Kami juga akan memisahkan antara antrean trailer dan pengguna jalan lainnya,” ujarnya.
Berdasarkan pemantauan pada Jumat (18/4/2025) pagi, antrean kendaraan terjadi di sepanjang ruas Jalan Yos Sudarso, dan juga Jalan Tol Pelabuhan.
Hal tersebut pun dibenarkan oleh Kanit Lantas Polsek Tanjung Priok, AKP Yulianto, yang menyebut jika volume kendaraan pada pagi hari ini masih cukup padat.
Demi sirkulasi kendaraan yang keluar masuk area Pelabuhan tidak deadlock, petugas kepolisian pun menyekat-nyekat antrean kendaraan, khususnya di persimpangan.
“Masih terjadi crowded yang arah masuk pelabuhan, untuk itu kami sekat-sekat dari berbagai arah,” ujar Yulianto.
Kepadatan kendaraan itu saat ini masih didominasi oleh kendaraan-kendaran truk trailer yang menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelabuhan Tanjung Priok masih mengalami kepadatan dikarenakan antrean truk trailer ke arah pelabuhan.
Kemacetan yang terjadi menuju area Pelabuhan Tanjung Priok tidak hanya berimbas kepada truk trailer saja.
Padatnya antrean kendaraan besar yang ingin masuk ke area pelabuhan peti kemas itu pun berdampat ke pengguna jalan lain, termasuk bus angkutan.
Pantauan Tribunnews di lokasi, cukup banyak bus yang terjebak di tengah kemacetan tersebut.
Laju mereka tertahan saat melintas di Jalan Yos Sudarso menuju Terminal Tanjung Priok, di Jalan Enggano.
Kernet Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Masriadi, mengatakan jika bus-nya terjebak sudah terjebak macet selama 3 jam di Jalan Yos Sudarso menuju terminal.
“Sudah 3 jam-an di sini (Jalan Yos Sudarso), untung penumpang kosong,” ujar dia saat ditemui Tribunnews.
Kernet bus tujuan Karang Pucung, Cilacap itu pun mengatakan jika dampak kemacetan ini tentu berimbas juga terhadap penumpang.
Dia mengatakan jika penumpang di terminal harus sudah diangkut pada pukul 09.00 WIB. Namun, bus yang dibawanya tentu tak datang tepat waktu.
“Kasihan penumpang yang nunggu sih kalau begini. Ya kalau kami kan sudah biasa macet, walaupun ini parah,” kata Masriadi.
“Teman saya kemarin lebih parah sih, enam jam baru sampe terminal,” paparnya.