Hewan: Ular

  • Lebih dari 95 Persen Hewan di Bumi, Ini Fakta Menarik tentang Invertebrata

    Lebih dari 95 Persen Hewan di Bumi, Ini Fakta Menarik tentang Invertebrata

    YOGYAKARTA – Hewan yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata) merupakan kelompok hewan terbesar di bumi. Jenis hewan ini hidup di berbagi habitat, mulai dari daratan hingga lautan dalam. Populasinya mencapi lebih dari 95 persen keseluruhan hewan yang ada di planet ini.

    Berikut akan dibahas pengertian invertebrata dan karakteristik utamanya. Selain itu juga akan disajikan beragam contoh hewan yang termasuk dalam kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang untuk mepermudah pemahaman. Terakhir akan dibagas enam filum hewan invertebrata.

    Hewan yang Tidak Memiliki Tulang Belakang: Ciri-ciri dan Klasifikasinya

    Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang punggung atau kolom vertebral. Sebagian besar hewan yang hidup di bumi termasuk dalam kategori ini. Istilah ini berasal dari kata Latin “vertebra” yang berarti sendi tulang belakang, ditambah awalan “in” yang berarti tidak.

    Konsep invertebrata pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Chevalier de Lamarck. Kelompok ini mencakup hampir semua hewan. Diperkirakan terdapat sekitar 12 juta spesies invertebrata yang masih hidup hingga saat ini.

    Ciri utama invertebrata adalah tidak memiliki tulang punggung. Invertebrata merupakan organisme multiseluler tanpa dinding sel seperti tumbuhan. Sebagian besar invertebrata berukuran kecil dan bergerak lambat karena tidak memiliki rangka internal yang keras.

    Banyak invertebrata memiliki eksoskeleton dari kitin untuk melindungi tubuh mereka. Sebagian besar bernapas melalui kulit karena tidak memiliki paru-paru. Selain itu, banyak invertebrata berkembang biak secara seksual melalui peleburan gamet jantan dan betina.

    Hampir semua invertebrata memiliki bentuk tubuh simetris. Mereka ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk wilayah ekstrem seperti laut dalam dan gurun. Beberapa invertebrata hidup menetap, contohnya Spons (Porifera), sementara lainnya sangat motil seperti serangga.

    Menurut data Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) pada 2009, terdapat lebih dari 1,3 juta spesies invertebrata yang telah diidentifikasi. Jumlah sebenarnya mungkin mencapai puluhan juta spesies, terutama dari kelompok serangga. Contoh umum invertebrata termasuk kerang, laba-laba, siput, cacing, bintang laut, dan gurita.

    Hewan tidak bertulang belakang terbagi menjadi enam filum yakni Porifera, Coelenterata, Vermes, Arthropoda, Mollusca, dan Echinodermata. Setiap filum memiliki ciri khasnya masing-masing yang membedakannya dari kelompok lainnya. Berikut penjelasannya.

    Porifera (Hewan Berpori)

    Porifera merupakan hewan dengan tubuh berpori seperti spons. Mereka hidup di perairan dengan warna tubuh yang beragam seperti merah, kuning, dan hijau. Contohnya adalah Spongilla, Euspongia, Poterion, dan Scypha.

    Coelenterata (Hewan Berongga)

    Coelenterata memiliki tubuh berongga dan tentakel untuk menangkap mangsa. Tentakel mereka dilengkapi sel beracun untuk melindungi diri. Contohnya adalah ubur-ubur, Obelia, Hydra, dan Anemon laut.

    Vermes (Cacing)

    Vermes adalah hewan bertubuh lunak dan simetris bilateral. Kelompok ini terbagi menjadi tiga jenis yakni cacing pipih, cacing gilig, dan cacing gelang. Contohnya adalah cacing hati, cacing perut, cacing kremi, cacing tanah, dan pacet.

    Mollusca (Hewan Lunak)

    Mollusca memiliki tubuh lunak dan banyak lendir. Beberapa memiliki cangkang yang berfungsi sebagai pelindung. Contohnya adalah cumi-cumi, gurita, siput, kerang, dan tiram.

    Arthropoda (Hewan Berkaki Beruas-ruas)

    Arthropoda memiliki tubuh berbuku-buku dan eksoskeleton keras dari kitin. Mereka memiliki alat indra yang sangat peka dan mata majemuk. Contohnya adalah belalang, lebah, kepiting, laba-laba, kalajengking, dan kaki seribu.

    Echinodermata (Hewan Berkulit Duri)

    Echinodermata memiliki tubuh berbentuk simetri radial dan diselimuti duri. Mereka memiliki sistem ambulakral untuk bergerak, bernapas, dan menangkap mangsa. Contohnya adalah bintang laut, landak laut, bintang ular, lilia laut, dan teripang.

    Demikian penjelasan soal hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Dengan memahami penjelasan tersebut, Anda bisa mengenali berbagai jenis invertebrata yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

  • Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        17 Desember 2025

    Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang Surabaya 17 Desember 2025

    Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com
    – Di balik rimbunnya hutan Gunung Lemongan di Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tersimpan kisah getir sekaligus heroik seorang pria lanjut usia yang dulu dicap gila.
    Ketika suara-suara sumbang meragukan visinya, bahkan negara sempat mempermasalahkan aksinya, Daim (64) tetap teguh menggenggam cangkulnya.
    Ia seorang perintis lingkungan sejati dari kaki
    Gunung Lemongan
    yang berani melawan stigma negatif demi satu tujuan mulia, yakni menghijaukan kembali tanah yang gersang.
    Lahir dan tumbuh di lereng Gunung Lemongan, membuat Daim, warga Dusun Bercah, Desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten
    Lumajang
    , Jawa Timur, membuatnya punya ikatan batin yang kuat dengan alam.
    Pengalaman pahit berupa banjir yang menghanyutkan rumahnya jadi pelecut semangat Daim berbuat lebih untuk hutan Lemongan.
    Kebakaran hutan dan pembalakan liar besar-besaran di hutan Lemongan jadi pemicu terjadinya banjir saat itu.
    “Dulu awalnya saya menanam pinang ini karena setiap musim kemarau selalu ada kebakaran hutan, kalau musim hujan seperti ini pasti ada banjir ya karena hutannya sudah gundul,” kata Daim mengawali cerita di lereng Gunung Lemongan, Selasa (16/12/2025).
    Aktivitas keluar masuk hutan, sudah dilakukan Daim sejak 29 tahun silam tepatnya pada Tahun 1996.
    Berbekal cangkul dan ember berisi bibit pinang, Daim melangkahkan kakinya mendaki lereng Gunung Lemongan yang curam, untuk menanam pinang.
    Tanaman pinang sengaja ia pilih usai mencoba berbagai jenis tanaman lainnya seperti sirsak, alpukat, nangka hingga kopi.
    Hasilnya, hanya pinang yang bisa bertahan. Sedangkan, tumbuhan lain yang pernah dicobanya pasti rusak oleh hewan liar penghuni Gunung Lemongan.
    “Pernah tanam sirsak, kopi, habis dimakan hewan, disini kan masih banyak hewan-hewan liar seperti kijang, kera, babi hutan, ular, kalau pinang ini aman enggak diganggu sama hewan,” ujar Daim.
    Lokasi yang dipilih Daim untuk menanam pinang adalah daerah di sekitar jurang hutan produksi.
    Alasannya hanya satu, menahan air hujan agar tidak membanjiri permukiman warga.
    Kata Daim, selain akar pinang yang mampu menyerap air dengan baik, pelepah dan daun yang jatuh ke tanah juga mampu menahan air hujan agar tidak terjadi erosi.
    “Saya coba tanam pinang di jurang, akhirnya jurang itu semakin dangkal dan saat musim hujan air yang turun tidak terlalu deras karena ada penahannya,” terang Daim.
    Percobaan penanaman pinang yang terbukti berhasil meredam banjir, membuat Daim semakin bersemangat untuk terus menanam.
    Dari yang awalnya bercocok di hutan produksi, Daim mulai masuk ke hutan lindung untuk menanam.
    Sampai akhirnya, kini luas hutan Lemongan yang telah dihijaukan kembali oleh Daim dengan pohon pinangnya sudah mencapai 14 hektar.
    “Tahun 1999 menanam (pinang) lagi berhasil, 2007 menanam di hutan lindung sampai sekarang, karena saya kira pinang ini nahan erosinya sangat kuat dan hutan itu dijaga terus menerus,” katanya.
    Saat Daim mulai tekun menanam pohon pinang di hutan, cemooh dan ejekan tetangga pun muncul. Daim dianggap gila.
    Sebab, saat semua orang menggandrungi pohon jati dan sengon, Daim malah memilih pohon pinang.
    Bagaimana tidak, pohon jati dan sengon memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jauh dibandingkan dengan pinang yang saat itu buahnya hanya dihargai Rp 3.000 per kilogram.
    Nilai tersebut untuk membeli beras satu kilo saja tidak cukup. Padahal saat itu harga beras sudah Rp 6.000 per kilogram.
    Namun, Daim sama sekali tidak goyah. Ia menutup telinganya rapat-rapat dan yakin kelak akan ada hasil manis yang akan dinikmatinya.
    Kata Daim, pohon jati dan sengon hanya bertahan sementara untuk menyerap air hujan.
    Sebab, saat pohon itu dipanen, hutan akan kembali gundul dan menyebabkan erosi lagi hingga berujung banjir yang bisa saja kembali merusak rumahnya seperti saat ia masih anak-anak.
    Aktivitas keluar masuk hutan rutin dilakoni Daim untuk menanam pohon pinang. Semak belukar hutan yang lebat dibukanya dengan arit kecil dan cangkul.
    Untuk memudahkan aksesnya, Daim menyempatkan membawa batu saat berangkat ke hutan. Satu per satu batu itu ditata hingga jadi jalan setapak.
    “Saya dianggap orang gila sama tetangga waktu saya bawa bibit pinang ke hutan karena saat itu enggak laku, setiap hari diolok orang tapi saya enggak gubris,” kata Daim.
    Saat panen pertama, Daim sempat terpikir akan cemoohan tetangga yang menyebutnya gila karena menanam tanaman yang tak punya nilai jual.
    “Saat panen pertama harganya murah sempat ada kepikiran omongan orang-orang ternyata benar, tapi saya melihat gunung kembali hijau lagi ini saya senang, jadi ya sudahlah saya teruskan karena memang saya gak pandang harga,” tambahnya.
    Tahun 2014, jadi titik balik kebangkitan tanaman pinang. Di pasaran, harganya mulai tinggi.
    Dari yang awalnya hanya Rp 3.000 per kilogram menjadi Rp 7.000 per kilogram.
    Sejak saat itu, tetangga yang dulunya mengejek Daim malah ikut menanam pinang di hutan.
    “Lama kelamaan menarik harga pinang ini, di situ akhirnya banyak yang ikut menanam, yang awalnya bilang gila sekarang bilangnya betul menanam pinang,” ucapnya.
    Banyak tetangga yang mengikuti jejaknya menanam pinang, tidak membuat Daim merasa tersaingi.
    Malah, Daim merasa senang banyak orang mulai sadar untuk menghijaukan kembali hutan.
    Meski tujuan utamanya ekonomi, bukan melestarikan lingkungan, kata Daim, setidaknya warga mau menanami hutan.
    “Saya bangga juga karena semakin banyak orang yang menanam maka semakin lestari alam ini, kalau saya sendiri ya gak mungkin mampu terus karena hutannya luas,” ungkapnya.
    Perbedaan tujuan utama ini ternyata juga membuat pola tanam warga yang ikut menanam pinang berbeda dengan yang selama ini dilakukan Daim.
    Tanaman pinang Daim melingkari gunung untuk mencegah terjadinya banjir. Sedangkan, warga yang mengikuti jejaknya cenderung asal menanam.
    “Ya tidak apa-apa nanti tinggal dibelajari saja cara menanamnya supaya pinang ini jadi sabuk gunung, sehingga kalau ada hujan tidak sampai banjir,” jelasnya.
    Keberadaan pohon pinang di hutan tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh Daim dan keluarga.
    Warga sekitar yang tidak ikut berkeringat menanam pinang ke hutan juga mendapatkan manfaatnya.
    Tidak hanya terbebas dari banjir, warga juga mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya pohon pinang di hutan.
    Salah satunya Suyit, tetangga Daim yang setiap hari keluar masuk hutan untuk mencari pelepah pinang dan daun pakis yang tumbuh di bawah pohon pinang.
    Pelepah pinang yang dikumpulkan Suyit akan dijual ke pengepul untuk digunakan sebagai bungkus dodol garut.
    Harganya, Rp 400 untuk setiap lembar pelepah pinang yang sudah dikupas dan dikeringkan.
    Sedangkan, daun pakis yang tumbuh di bawah pohon pinang bisa langsung dijual oleh Suyit ke pasar dengan harga Rp 5.000 per ikat.
    “Biasanya dapat uang enggak tentu, kadang Rp 20.000 pelepahnya saja, gratis ke Pak Daim, enggak perlu bayar, jadi ya untung ke saya asal tidak mengganggu pohonnya,” ujad Suyit.
    Selain warga yang mencari pelepah dan sayur, setidaknya ada 10 orang yang dipekerjakan Daim sebagai buruh panen dan kupas pinang.
    Mereka semua berasal dari tetangga di sisi kanan dan kiri rumah Daim.
    “Saya ada karyawan pengupas dan pemanen itu 10 orang lah, selain itu ada tetangga yang mencari pelepah, sayur, jalannya sudah ada dan tidak perlu modal tapi bisa menghasilkan rupiah,” ujar Daim.
    Meski niat Daim murni untuk menyelamatkan alam dari bencana, langkahnya menghijaukan kembali hutan Lemongan justru membawanya berhadapan dengan tembok birokrasi.
    Aksi menanamnya selama puluhan tahun sempat dipertanyakan legalitasnya oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di wilayah kehutanan.
    Perusahaan pelat merah itu menganggap kegiatan Daim ini ilegal. Sebab, yang dilakukannya selama ini dengan menghidupkan kembali fungsi hutan yang telah lama mati dianggap tidak berizin.
    Daim pun dipaksa mengurus perizinan hingga menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut.
    Jika ia menolak, penghargaan sebagai perintis lingkungan terancam tidak didapatkan.
    Mendengar hal itu, bukannya takut yang ada di benak Daim. Ia justru tidak peduli jika tidak mendapatkan penghargaan apa pun.
    Sebab, sejak awal bukan penghargaan yang ingin dicapai dari aktivitasnya merawat hutan.
    “Waktu itu hambatannya ya banyak sekali, dari Perhutani saya tidak diperbolehkan. Sempat tanya izin segala macam, lah saya kan bukan perusahaan, saya ini orang yang ada di sekitar lingkungan sini, kalau ada bencana yang kena ya saya dan tetangga yang lain, saya kan menanam bukan merusak,” ungkap Daim.
    Benar saja, Daim sempat tidak lolos dalam seleksi penghargaan tingkat provinsi.
    Namun, orang-orang baik yang takjub dengan pengabdian Daim kembali mengusulkan namanya untuk menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup.
    Sampai akhirnya, Daim diganjar penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2022.
    Kini, kata Daim, semua pihak termasuk Perhutani yang sempat mempermasalahkan aktivitasnya sudah memberikan dukungan penuh kepadanya dalam melestarikan hutan.
    “Sama (kementerian) kehutanan dibolehkan kalau menanam, yang tidak boleh merusak, akhirnya ya boleh dan sampai sekarang didukung sama Perhutani,” ujar Daim senang.
    Usia Daim tak lagi muda. Tenaganya juga sudah jauh berkurang dibanding awal ia menanam pinag.
    Kini, ia menaruh harapan besar di pundak generasi muda yang akan meneruskan perjuangannya merawat hutan.
    “Saya pesan sama anak-anak yang masih muda kalau bisa ikutilah yang baik dari pekerjaan saya ini,” tutur Daim penuh harap.
    Bagi Daim, menanam pohon tidak perlu rumit atau mahal. Yang penting adalah aksi nyata dan komitmen yang berkelanjutan.
    “Tidak perlu cari bibit yang sulit, pokok tanam saja di hutan, semakin banyak anak muda yang meniru (menanam), hutannya akan semakin lestari,” pesannya.
    Kata Daim, menanami hutan bukan aktivitas berkebun biasa, tapi upaya mitigasi bencana yang menjadi investasi keselamatan untuk sekolompok masyarakat di kaki gunung.
    “Lereng Gunung Lemongan ini pasti memiliki risiko bencana seperti gunung-gunung yang lain, tapi kalau ada penanggulangannya, ini seperti kita sedia payung sebelum hujan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7 Cara Efektif Mencegah Ular Masuk Rumah Saat Musim Hujan

    7 Cara Efektif Mencegah Ular Masuk Rumah Saat Musim Hujan

    Jakarta, Beritasatu.com – Musim hujan kerap membuat ular keluar dari habitat alaminya dan mendekati permukiman warga. Genangan air serta kondisi yang lembap menjadi pemicu reptil ini mencari tempat yang lebih aman, termasuk masuk ke area rumah.

    Ular tertarik pada lingkungan yang menyediakan makanan, seperti tikus, dan tempat persembunyian. Mengendalikan faktor-faktor ini di luar rumah adalah pertahanan pertama yang paling efektif.

    Lantas, bagaimana cara mencegah ular agar tidak masuk rumah saat musim hujan? Dilansir dari beragai sumber, berikut ulasannya.

    Cara Mencegah Ular Masuk Rumah

    1. Tata ulang halaman dan pekarangan

    Penataan lingkungan luar harus ringkas dan rapi agar ular sulit bersembunyi. Anda harus menjaga agar rumput di halaman selalu pendek karena rumput tinggi dan semak belukar yang lebat adalah tempat persembunyian ideal bagi ular.

    Selain itu, hilangkan tumpukan bahan bangunan, kayu, batu, atau puing-puing lainnya, karena benda-benda ini menciptakan ruang gelap dan lembap yang disukai ular. Pastikan juga teras atau balkon bersih dari barang-barang yang menumpuk.

    2. Pengendalian hama

    Kehadiran ular sering kali mengindikasikan adanya sumber makanan, terutama tikus. Kebersihan adalah kunci utama untuk menghindari hama ini, jadi jaga agar rumah bebas dari sisa makanan dan sampah.

    Kelola sampah dengan baik dan buang setiap hari, karena sampah yang menumpuk, khususnya organik, dapat menarik perhatian tikus.

    Beberapa bahan alami diketahui memiliki aroma yang tidak disukai oleh ular, yang dapat membantu menciptakan batas yang tidak nyaman bagi mereka.

    3. Aroma kuat yang tidak disukai ular

    Aroma alami bisa menjadi penghalang yang efektif karena indra penciuman ular yang sensitif. Zat seperti belerang (sulfur) dapat digunakan untuk mengusir ular, jadi taburkan di sekitar properti Anda.

    Ular juga tidak menyukai aroma kuat dari campuran minyak esensial seperti kayu manis dan cengkeh. Selain itu, menanam bawang putih dan bawang merah di sekitar area rumah dapat membantu karena tanaman ini mengeluarkan bau yang menyengat.

    4. Bahan penghalang fisik dan kimia

    Meskipun fokusnya pada cara alami, beberapa zat lain juga umum digunakan. Anda bisa menuangkan cuka di sekitar kolam renang atau area berair lainnya. Sebagai alternatif, semprotkan amonia di area yang dicurigai sebagai tempat persembunyian ular.

    5. Tutup celah dan lubang

    Pertahanan terakhir adalah mencegah ular menemukan celah untuk masuk ke dalam bangunan. Periksa seluruh bagian rumah, dari dinding hingga atap, untuk menemukan potensi titik masuk.

    Tutup semua celah atau lubang di dinding, lantai, serta di sekitar saluran pipa dan saluran air, karena celah kecil pun bisa menjadi jalan masuk.

    Penting juga untuk memasang jaring atau kasa pada saluran pembuangan air, ventilasi, dan lubang di atap. Terakhir, pastikan pintu dan jendela tertutup rapat, dan gunakan penyekat atau weatherstripping di bagian bawah pintu jika terdapat celah.

    6. Amankan gudang dan area penyimpanan

    Gudang dan garasi seringkali menjadi tempat persembunyian karena jarang diakses dan cenderung berantakan. Jangan biarkan barang-barang tersimpan menumpuk di lantai, lebih baik gunakan rak atau wadah tertutup. Pastikan pintu gudang atau garasi selalu tertutup rapat, terutama pada malam hari.

    7. Perhatikan tempat khusus

    Ular sering bersembunyi di area yang lembap dan jarang terjamah. Anda harus memastikan semua lubang ventilasi tertutup kasa. Selain itu, kontrol saluran air. Saluran ini sering menjadi jalur pergerakan ular, jadi pastikan saluran pembuangan luar bersih dan tertutup.

    Mencegah ular masuk rumah saat musim hujan adalah kombinasi dari kebersihan, penataan lingkungan, dan penutupan celah akses. Dengan menjaga pekarangan tetap rapi, menghilangkan sumber makanan seperti tikus, dan menutup setiap lubang kecil, Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko pertemuan dengan reptil ini.

    Konsistensi dalam menjaga kebersihan dan kerapian di dalam maupun luar rumah adalah kunci utama untuk memastikan rumah Anda aman dan bebas dari gangguan ular selama musim penghujan.

  • Kampoeng Dolanan Hadirkan Permainan Tradisional Inovatif di Sangihe

    Kampoeng Dolanan Hadirkan Permainan Tradisional Inovatif di Sangihe

    Sangihe, Beritasatu.com – Kampoeng Dolanan Sulawesi menarik perhatian masyarakat Sangihe dengan menghadirkan berbagai permainan tradisional yang dikemas secara inovatif. Perwakilan komunitas, Destu Ayu Hapsari, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan mengenalkan kembali permainan klasik kepada generasi muda sekaligus menjadi ajang nostalgia bagi orang dewasa.

    Salah satu permainan yang paling mencuri perhatian adalah ular tangga raksasa. Tidak seperti permainan tradisional pada umumnya, papan ular tangga ini dibuat dari bahan baliho berukuran sekitar tiga kali tiga meter.

    Dalam versi raksasa ini, pemain menjadi pion yang bergerak mengikuti kotak permainan, sedangkan dadu yang digunakan juga berukuran besar.

    “Ular tangga raksasa, jadi balihonya ukuran mungkin tiga kali tiga meter yang jadi pionnya adalah diri kita sendiri,” ujar Destu.

    Selain ular tangga, komunitas ini juga menghadirkan permainan klasik lainnya seperti cengkeng atau engkley (lompat-lompatan), lompat goroh (lompat tali), tarik tambang, serta permainan berbasis baliho seperti jejak langkah, yang mengharuskan pemain mengikuti jejak telapak tangan dan kaki yang tersedia di permukaan papan.

    Destu menambahkan, permainan-permainan tersebut dikemas secara menarik untuk memikat generasi Z dan generasi Alfa yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Sementara bagi orang dewasa, kegiatan ini menjadi kesempatan untuk menikmati kembali keseruan permainan tempo dahulu.

    “Permainan tradisional bukan cuma nostalgia, tetapi menjadi hal baru bagi anak-anak untuk diperkenalkan di tengah teknologi,” pungkasnya.

    Kehadiran Kampoeng Dolanan Sulawesi di Sangihe diharapkan dapat menghidupkan kembali kecintaan pada permainan tradisional sekaligus mempererat interaksi sosial lintas generasi.

     

  • Tangani Bencana,  Polisi Gresik Dibekali Pelatihan Penolong

    Tangani Bencana, Polisi Gresik Dibekali Pelatihan Penolong

    Gresik (beritajatim.com) – Efek cuaca buruk dan hujan deras yang melanda selama ini membuat kesiapsiagaan menjadi fokus utama. Untuk memantapkan kondisi ini, polisi yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas diberi pembekalan pelatihan penolong kepada masyarakat bila terjadi bencana.

    Wakapolres Gresik, Kompol Shabda Purusha mengatakan, pelatihan ini penting utamanya bagi personel yang bertugas di wilayah pedesaan, dan kelurahan yang memiliki peran strategis sebagai garda terdepan.

    “Kemampuan pertolongan awal harus dimiliki oleh setiap petugas, karena mereka adalah pihak pertama yang hadir ketika masyarakat menghadapi kondisi darurat,” katanya, Selasa (9/12/2025).

    Pelatihan diikuti para personel dari seluruh polsek jajaran serta tim pemadam kebakaran yang turut menjadi narasumber pendamping.

    “Pelatihan ini juga diberi edukasi tentang tata laksana penanganan korban kecelakaan, mulai dari pemeriksaan tanda vital hingga upaya menghentikan perdarahan serta prosedur penyelamatan korban sebelum tenaga medis tiba,” ujar Shabda Purusha.

    Pelatihan penanganan korban tidak hanya dilakukan di daratan, tapi juga bagaimana menangani korban yang tenggelam. Hal ini relevan dengan kondisi wilayah Gresik yang berada di area pesisir dan perairan.

    Hal serupa pada penanganan pemadam kebakaran, serta teknik penanganan satwa liar seperti ular yang sering muncul dalam kondisi banjir atau bencana alam.

    Dengan beragam materi tersebut, personel Polres Gresik bukan sekadar menjalankan kegiatan rutin, melainkan bentuk keseriusan institusi menghadirkan polisi yang responsif dan humanis.

    “Kami berharap melalui semua pelatihan ini personel yang bertugas sebagai polisi penolong bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga memberikan rasa aman dan keselamatan bagi masyarakat di wilayah tugasnya,” pungkas Shabda Purusha. [dny/kun]

  • Damkar: Pencitraan No, Eksekusi Yes!
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Desember 2025

    Damkar: Pencitraan No, Eksekusi Yes! Nasional 8 Desember 2025

    Damkar: Pencitraan No, Eksekusi Yes!
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com-

    Peeps
    ! Apasih yang terlintas di pikiran kalian, kalau aku menyebutkan damkar? Pasti kalian langsung mikir kalau damkar itu terkenal sebagai superhero multitalenta yang tanggap, cepat, dan sigap dalam membantu masyarakat.
    Terlihat dari banyak video yang viral belakangan ini, menunjukkan bagaimana
    damkar
    tidak hanya mempunyai jobdesk untuk memadamkan api, tetapi juga membantu evakuasi hewan-hewan berbahaya seperti ular, biawak, sarang tawon, bahkan tidak sedikit juga yang menghubungi damkar sebagai teman curhat.
    Kalo curhat di Chatgpt tidak ada wujudnya, ada damkar yang bisa jadi tempat curhat yang ada wujud nyata nya loh..
    Eksistensi damkar yang makin mengundang perhatian publik, menjadikan damkar terlihat seperti pahlawan yang siap membantu masalah apapun. No drama, no pencitraan, tapi langsung sat-set!
    Kalo di USA ada 991 yang siap membantu selama 24/7, di Indonesia ada 112 yang juga gak mau kalah untuk gercep membantu.
    Seperti yang dialami langsung oleh Inne, sebagai seseorang yang berlangganan dibantu oleh damkar.
    Rumah Inne pernah kedatangan ‘tamu tak diundang’ alias biawak.
    Hewan reptil itu bersinggah di atap rumahnya yang membuat Inne tidak nyaman sehingga ia memutuskan untuk menghubungkan damkar lewat nomor 112.
    Dan tidak perlu lama-lama, setelah Inne menghubungi 112, damkar dengan region terdekat dari rumah Inne, yaitu pos
    pemadam kebakaran
    Pasar Rebo sudah sampai di rumah Inne dalam waktu sekitar 1 jam.
    “Pertama dateng tuh heboh banget. Dia tuh pake mobil boxnya mereka yang gede. Bawa 2 mobil gede gitu. Terus rumahku kan emang di gang pojok gitu, jadi cuma ada sekitar 4 rumah doang. Itu tuh heboh dan mereka dateng pada kaget juga kan. Sebanyak ini (damkarnya) sampai 8 orang, 2 mobil gede”, kata Inne.
    Tidak kaleng-kaleng, biawak yang bersinggah di rumahnya berukuran mencapai 2 meter.
    Tetapi, karena ukurannya yang besar dan sulit ditangkap, percobaan pertama damkar untuk mengevakuasi biawak itu gagal.
    Eitsss.. tapi damkar gak nyerah begitu aja loh,
    Peeps!
    Mereka meminta Inne untuk menghubungi damkar lagi jika ada tanda-tanda biawak itu
    comeback
    .
    “Akhirnya tuh ketemu tuh yang telfon kedua. Dia jatuh di kamar mandi aku. Jadi, jatuh roboh dari atap dan masuk ke dalam bak mandi. Itu gede banget segede-gedenya pisang terus ketangkap dan dibawa”, jelasnya.
    Akhirnya, dipercobaan kedua biawak itu berhasil dievakuasi. Gotcha!
    Semenjak itu, rumah Inne masih sering kedatangan ‘tamu tak diundang’ seperti biawak yang berukuran lebih kecil dan ular. Sampai-sampai Inne dan damkar nya sudah seperti bestie karena sering bertemu.
    Tidak hanya itu, damkar yang membantu Inne juga tidak mau menerima sepeser pun imbalan.
    “Mereka tuh gak mau dibayar dan tidak mau mendapat apa-apa. Jadi sempet kayak ditawarin ‘Ayo pak minum dulu’ dijawab ‘Gak usah kita mau tugas lagi’. Maksudnya sampe kita tawarin minum pun mereka gak mau. Kayak bener-bener gak mau. Selesaiin tugas, bikin laporan, udah terus pergi gak mengharap apa-apa”, ucap Inne.
    Inne mengatakan kalau damkar bilang kepadanya bahwa mereka senang kalau diperlukan sama warga dan bisa membantu warga. Duh,
    act of service
    banget sih para damkar ini!
    Damkar ini juga memiliki pandangan yang positif dari perspektif Gen Z, salah satunya Nayla.
    “Mereka nolongin hal-hal kecil kayak gitu jujur menurut aku wajar banget ya, bahkan berarti tuh damkar ini bukan sebagai pemadam kebakaran doang, jadinya tuh sangat-sangat dibutuhkan warga. Justru malah kayak masyarakat Indonesia sangat percaya dengan damkar gitu ya, jadi pertolongan pertama nih, langsung nelfonnya damkar”, ucapnya.
    Meskipun Ia belum pernah merasakan pelayanan langsung dari damkar, tetapi Nayla sudah menilai bahwa damkar sangat bisa membantu Gen Z.
    “Sangat membantu banget ya untuk Gen Z untuk semua kalangan sih menurut aku. Misalnya kayak ada mahasiswa Gen Z yang kekunci di kosan gitu loh, akhirnya manggil damkar. Sangat membantu banget sih”, kata Nayla.
    Nayla juga memberikan julukan untuk damkar sebagai ‘Manusia Penyelamat’.
    Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa jika pekerjaan kita kerjakan dengan tulus, maka orang yang kita bantu dapat merasakan ketulusan kita dan memandang baik suatu hal yang kita kerjakan juga.
    Sooo, don’t forget to help each other
    yaa,
    peeps!
    Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com coba bikin kamu paham dengan bahasa yang mudah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ular Piton Kelaparan Masuk Kandang dan Telan Ayam, Warga Mojopetung Panik

    Ular Piton Kelaparan Masuk Kandang dan Telan Ayam, Warga Mojopetung Panik

    Gresik (beritajatim.com) — Warga Desa Mojopetung, Kecamatan Bungah, Gresik, dikagetkan adanya ular piton 1,5 meter yang kelaparan memangsa ayam di kandang ayam milik warga.

    Kejadian tersebut bermula saat Syauqi, warga setempat, sedang bersantai bersama istrinya di rumah. Tiba-tiba terdengar suara berisik di samping rumah. Saat dicek keluar, istrinya melihat ular piton berada di dalam kandang ayam yang sedang memangsa ayam.

    Tanpa berpikir panjang, Syauqi menghubungi Call Center 112 yang diteruskan ke Pos Dukun. Setelah itu, petugas Damkarla menuju lokasi sambil mengenakan alat perlengkapan diri (APD) serta penjepit ular. “Saya kaget ular pitonnya cukup besar habis memangsa ayam di kandang,” ujar Syauqi, Sabtu (6/12/2025).

    Setelah tiba di lokasi, petugas Damkarla melakukan proses pencarian ular yang dipantau oleh pemilik rumah. Mengetahui masih di dalam kandang ayam, petugas kemudian mengevakuasi ular piton yang kekenyangan usai menyantap mangsanya.

    “Kami tidak ada kendala sewaktu mengevakuasi ular piton tersebut. Sewaktu diamankan bersama lima personel yang bertugas tak ada masalah,” ujar Rizal Sulistyo Nugroho, petugas piket Damkarla Gresik. [dny/kun]

  • Spesies Aneh Ular Kuno Ditemukan di Inggris

    Spesies Aneh Ular Kuno Ditemukan di Inggris

    Jakarta

    Sebuah fosil ular yang baru diidentifikasi mengungkapkan petunjuk tentang evolusi ular awal. Ciri-ciri campurannya menyoroti cabang kuno pohon keluarga caenophidian.

    Identitasnya baru terungkap setelah lebih dari empat puluh tahun setelah pertama kali digali. Reptil yang diberi nama Paradosophision richardoweni ini membantu para peneliti mengeksplorasi bagaimana kelompok ular modern yang paling luas pertama kali mulai berevolusi.

    Fosil yang ditemukan di Hordle Cliff, di sepanjang pantai selatan Inggris pada 1981 ini, sekarang diakui sebagai milik spesies yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya.

    Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Comptes Rendus Palevol, hewan ini mewakili spesies baru yang disebut Paradoksofiion richardoweni. Ular ini hidup sekitar 37 juta tahun yang lalu, pada zaman Ketika wilayah yang kini menjadi Inggris memiliki lebih banyak spesies ular.

    Evolusi Caenophidian Awal

    Meskipun biologi tentang ular masih belum banyak diketahui, sisa-sisanya memberikan informasi berharga tentang sejarah awal capophidians, kelompok besar yang mencakup sebagian besar ular hidup. Paradoksofision tampaknya menjadi salah satu anggota paling awal dari garis keturunan ini.

    Anatominya menunjukkan perpaduan sifat yang tidak biasa yang saat ini tersebar di ular caenophidian yang berbeda, kombinasi yang tercermin dalam nama genus Paradoksofi, yang diterjemahkan menjadi ‘ular paradoks’ dalam bahasa Yunani.

    Adapun penamaan spesies ini mengambil nama dari Sir Richard Owen, yang menggambarkan ular fosil pertama dari Hordle Cliff dan memainkan peran kunci membangun Museum Sejarah Alam, tempat fosil-fosil ini disimpan.

    Penulis Utama studi Dr. Georgios Georgalis, dari Institute of Systematics and Evolution of Animals of the Polish Academy of Sciences di Krakow, mengatakan bahwa keberhasilan menggambarkan spesies baru dari koleksi yang sudah ada merupakan mimpi yang menjadi kenyataan.

    “Itu adalah impian masa kecil saya untuk dapat mengunjungi Museum Sejarah Alam, apalagi melakukan penelitian di sana,” ungkap Georgios seperti dikutip dari SciTechDaily.

    “Jadi, ketika saya melihat tulang belakang yang sangat aneh ini dalam koleksi dan tahu bahwa itu adalah sesuatu yang baru, itu adalah perasaan yang luar biasa,” sebutnya.

    Penemuan di Hordle Cliff

    Hordle Cliff, dekat Christchurch di pantai selatan Inggris, ibarat menawarkan jendela untuk menengok periode sejarah Bumi yang dikenal sebagai Eosen yang berlangsung sekitar 56 hingga 34 juta tahun yang lalu.

    Dr. Marc Jones, kurator reptil fosil dan amfibi yang ikut menulis penelitian, mengatakan bahwa zaman ini menyaksikan perubahan iklim yang dramatis di seluruh dunia.

    “Sekitar 37 juta tahun yang lalu, Inggris jauh lebih hangat dari sekarangMeskipun Matahari sedikit redup, kadar karbon dioksida atmosfer jauh lebih tinggi,” Marc menjelaskan.

    “Inggris pada zaman itu juga sedikit lebih dekat ke khatulistiwa, yang berarti bahwa ia menerima lebih banyak panas dari Matahari sepanjang tahun,” imbuhnya.

    Fosil pertama kali ditemukan di Hordle Cliff sekitar 200 tahun yang lalu. Pada awal 1800an Barbara Rawdon-Hastings, Marchioness of Hastings yang berburu fosil, mengumpulkan tengkorak kerabat buaya dari situs tersebut.

    Sejak itu, berbagai fosil kura-kura, kadal, dan mamalia juga telah ditemukan di Hordle Cliff. Ada juga fosil ular yang melimpah, termasuk beberapa spesies yang sangat penting.

    “Fosil ular yang ditemukan di Hordle Cliff adalah yang pertama dikenali ketika Richard Owen mempelajarinya pada pertengahan abad kesembilan belas. Mereka termasuk PaleryxPaleryx, ular konstriktor pertama yang disebutkan dalam catatan fosil,” kata Georgios.

    Untuk melihat lebih baik fosil-fosil ini, Marc dan Georgios mengambil CT scan tulang. Secara total, mereka mengidentifikasi 31 vertebra dari berbagai bagian tulang belakang Paradoksofi.

    Pemindaian menunjukkan bahwa fosil ini memiliki bentuk dan ukuran yang sedikit berbeda, karena tulang belakang ular secara bertahap meruncing dari kepala ke ekor. Namun, mereka berbagi beberapa fitur yang menunjukkan bahwa mereka semua milik satu spesies.

    Georgios memperkirakan bahwa Paradoksofi memiliki Panjang kurang dari satu meter, tetapi rincian lain tentang kehidupan hewan ini sulit untuk diungkap. Kurangnya tengkorak membuat sulit untuk mengetahui apa yang dimakannya, dan tulang belakang tidak memiliki tanda-tanda apakah hewan ini memiliki kebiasaan khusus, misalnya menggali.

    Meskipun tulang belakang tidak memberikan banyak tentang gaya hidup Paradoksofi, mereka sangat mirip dengan sekelompok ular yang dikenal sebagai Acrochordids. Reptil ini dikenal sebagai ular belalai gajah karena kulitnya yang luar biasa longgar.

    Saat ini, hanya beberapa spesies ular ini yang dapat ditemukan hidup di Asia Tenggara dan Australia utara. Tetapi mereka adalah salah satu cabang paling awal dari pohon keluarga caenophidian, dengan catatan fosil yang membentang lebih dari 20 juta tahun.

    “Karena Paradoksofi sangat mirip dengan acrochordids, mungkin saja ular ini bisa menjadi anggota tertua dari keluarga ini. Jika demikian, maka itu bisa berarti bahwa hewan ini adalah spesies akuatik, karena semua Acrochordids adalah akuatik,” rinci Georgios.

    “Di sisi lain, itu mungkin milik kelompok capophidian yang sama sekali berbeda. Tidak ada cukup bukti saat ini untuk membuktikan bagaimana ular ini mungkin hidup, atau keluarga mana yang dimilikinya,” duganya.

    Mencari tahu lebih banyak tentang Paradoksofi dan evolusi awal caenophidians berarti bahwa lebih banyak fosil perlu dipelajari. Georgios berharap untuk melanjutkan karya penelitiannya dalam koleksi reptil fosil yang ada. Ia percaya ada lebih banyak spesies baru menunggu ditemukan.

    (rns/afr)

  • Wanita China Masuk RS Kena Infeksi Paru Langka gegara Doyan Makan Katak Mentah

    Wanita China Masuk RS Kena Infeksi Paru Langka gegara Doyan Makan Katak Mentah

    Jakarta

    Seorang perempuan berusia 31 yang tidak disebutkan namanya di Shanghai, China mengalami infeksi paru usai mengonsumsi katak mentah. Bagaimana kejadiannya?

    Seorang wanita dibawa ke rumah sakit karena keluhan batuk berkepanjangan disertai dahak berdarah. Kondisi ini muncul 2-3 kali tiap hari.

    Pasien menuturkan batuk itu mulai muncul sekitar 4 bulan sebelum memutuskan ke rumah sakit. Lalu, sekitar sebulan sebelum gejala batuk muncul, pasien sempat mengalami demam tinggi yang menetap selama beberapa minggu dengan suhu mencapai 38,3 derajat celcius.

    Dikutip dari Livescience setelah melalui serangkaian pemeriksaan, dokter mendiagnosisnya sebagai pneumonia eosinofilik. Itu merupakan penyakit pernapasan langka yang terjadi ketika sel darah putih menumpuk di paru-paru dan memicu peradangan.

    Dokter memberinya obat steroid untuk mengurangi peradangan pada jaringan paru. Namun, gejala batuknya tetap tidak membaik setelah dua bulan pengobatan.

    CT scan menunjukkan adanya lesi berulang, atau cedera jaringan, sehingga ia dirujuk ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan lanjutan.

    Akhirnya diketahui, pasien sangat menyukai makan katak mentah. Melalui tes darah, ditemukan antibodi terhadap larva Spirometra mansoni, sejenis cacing pita yang dapat memicu infeksi parasit sparganosis. Infeksi ini terjadi ketika seseorang memakan ular atau katak yang terinfeksi larva tersebut dalam keadaan mentah atau kurang matang.

    Setelah tertelan, larva dapat bermigrasi ke berbagai jaringan dan organ tubuh. Dalam kasus pasien tersebut, larva menumpuk di paru-paru yang sebenarnya lokasi infeksi yang sangat jarang.

    Dokter memberikan tablet praziquantel, obat yang efektif melawan berbagai jenis cacing parasit. Setelah lima hari mengonsumsi obat tersebut, batuknya mulai mereda.

    CT scan yang dilakukan 20 hari kemudian menunjukkan area paru-paru yang terinfeksi mulai mengecil. Pada kunjungan satu bulan kemudian, batuknya benar-benar hilang.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Keceriaan Anak-anak Agam Korban Galodo di Tenda Pengungsian

    Keceriaan Anak-anak Agam Korban Galodo di Tenda Pengungsian

    Jakarta

    Peristiwa banjir bandang yang meluluh lantakkan Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) meninggalkan trauma bagi para korban bencana galodoh (banjir bandang). Tak hanya rumah, sebagian para korban juga kehilangan anggota keluarganya.

    Para korban kini tinggal di tenda-tenda pengungsian yang tersebar di beberapa titik. Mereka menunggu uluran tangan pemerintah supaya bisa mendapatkan kembali rumahnya yang tergusur banjir bandang.

    Di tengah ketidakpastian itu, Polwan Polda Riau hadir bersama konselor psikolog. Sebanyak 42 mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Indonesia (Himpsi) turun ke tenda pengungsian untuk memulihkan para korban secara mental.

    Tim Trauma Healing tidak datang dengan tangan kosong. Mereka hadir membawa mainan hingga snack.

    Keceriaan anak-anak merekah saat tim trauma healing mengajak mereka untuk bermain. Aneka permainan seperti ular tangga, buku mewarnai, congklak diharapkan memulihkan kejiwaan anak-anak.

    “Tim Trauma Healing akan membantu pemulihan psikis para korban pascabencana, khususnya kaum rentan seperti anak-anak, ibu-ibu dan lansia,” kata Indra, Kamis (4/12/2025).

    Psikolog Polda Riau Ipda Olivia Margareth mengatakan pihaknya memberikan treatment berbeda untuk anak-anak dan ibu-ibu. Bagi anak-anak, psikolog mengembalikan keceriaan anak-anak dengan games dan mainan.

    Olivia mengatakan, dari hasil asesmen awal, para korban bencana mengalami trauma dengan tingkatan berbeda-beda,, terutama ketika mendengar suara-suara yang mirip dengan galodoh.

    “Berdasarkan hasil asesmen awal, banyak ditemukan tingkat trauma dari gejala awal, ringan, juga berat,” jelasnya.

    Bagi mereka yang mengalami trauma tingkat sedang hingga berat, kami menyediakan khusus berupa TP2. Gejala tersebut diidentifikasi ditandai dengan kecemasan , sedih hingga khawatir akan terjadi bencana susulan.

    “Karena sekarang ini sudah hari keenam, kami melihat tingakatannya itu trauma ringan hingga sedang,” imbuhnya.

    Tercatat hingga saat ini jumlah korban tewas mencapai 200 orang, 60 hilang, dan ribuan warga mengungsi akibat galodoh yang terjadi Kamis, 27 November 2025.

    (mea/maa)