Hewan: Sapi

  • Wamentan: Pembangunan pertanian menjawab tiga fokus utama pemerintah

    Wamentan: Pembangunan pertanian menjawab tiga fokus utama pemerintah

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan seluruh program pembangunan pertanian mengarah pada tiga fokus utama pemerintah sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

    “Program pemerintah difungsikan untuk tiga tujuan utama, yang pertama adalah investasi, yang kedua adalah penciptaan lapangan pekerjaan, dan yang ketiga adalah pengentasan kemiskinan,” kata Wamentan saat meresmikan sekaligus meninjau fasilitas biogas PT Greenfields Dairy Indonesia (Greenfields Indonesia) di Blitar, Jawa Timur, sebagaimana keterangan di Jakarta, Sabtu.

    Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar menyampaikan pembangunan pertanian termasuk penguatan industri susu menjadi salah satu contoh konkret bagaimana sektor pertanian dapat mendorong peningkatan investasi nasional, tidak hanya dari luar negeri tetapi juga dari pelaku usaha lokal.

    Selain investasi, lanjutnya, pembangunan pabrik susu juga menciptakan lapangan kerja baru baik dalam skala industri maupun di sektor kemitraan peternak lokal yang menjadi bagian dari rantai pasok produksi.

    “Jika soal pabrik susu investasi menjadi bagian dari target makin banyak investasi di Indonesia. Investasi tidak harus dari asing, tapi dari lokal juga boleh,” ujar Wamentan.

    Program pembangunan pertanian juga diarahkan untuk menurunkan angka kemiskinan, dengan memperluas akses ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan produksi dan distribusi komoditas hasil pertanian.

    Wamentan memastikan langkah tersebut telah sejalan dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pertanian sebagai sektor strategis penggerak utama ekonomi rakyat Indonesia.

    “Kalau ada pabrik investasi susu di satu tempat maka di situ ada penciptaan lapangan kerja, baik di pabriknya maupun kemitraan yang diharapkan mitranya lebih banyak,” ucap Wamentan.

    Sudaryono juga menyoroti pentingnya pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi energi terbarukan atau biogas, serta penguatan kemitraan peternak rakyat dengan industri pengolahan susu lokal untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Limbah letong (kotoran sapi) telah lama jadi masalah. Dan Alhamdulillah, per hari ini fasilitas pengolahan limbah Greenfields telah selesai. Jadi limbah letong jika difermentasi dan diproses akan berubah menjadi gas (biogas) yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik serta kebutuhan rumah tangga,” katanya.

    Ia menambahkan, pengelolaan limbah peternakan yang terintegrasi dengan pemanfaatan energi terbarukan adalah bagian dari transformasi pertanian dan peternakan modern.

    “Mari kita terus kolaborasi dan berinovasi untuk mewujudkan pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan demi ketahanan pangan dan energi bangsa,” kata Wamentan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Riza Mulyadi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan ajak pelaku usaha ubah kotoran sapi menjadi energi terbarukan

    Wamentan ajak pelaku usaha ubah kotoran sapi menjadi energi terbarukan

    Dengan difermentasi dan diproses, limbah ini bisa menjadi biogas yang digunakan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan rumah tangga.

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengajak pelaku usaha peternakan di Indonesia untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi energi terbarukan.

    Wamentan saat meninjau fasilitas biogas milik PT Greenfields Dairy Indonesia, di Blitar, Jawa Timur sebagaimana keterangan di Jakarta, Sabtu, mengatakan kotoran sapi atau letong yang selama ini dianggap masalah bisa diolah menjadi sumber energi bersih dan bernilai tambah.

    “Limbah letong (kotoran sapi) sudah menjadi masalah lama. Alhamdulillah, hari ini fasilitas pengolahan limbah Greenfields telah selesai. Dengan difermentasi dan diproses, limbah ini bisa menjadi biogas yang digunakan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan rumah tangga,” kata Wamentan.

    Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar menuturkan, fasilitas biogas milik PT Greenfields Dairy Indonesia menjadi yang terbesar di sektor peternakan sapi perah di Indonesia, dengan kapasitas mencapai 12.000 meter kubik.

    Dia menyebutkan limbah dari sekitar 10.000 ekor sapi bisa diolah setiap hari. Selain menghasilkan gas, limbah juga diproses menjadi pupuk dan bahan kandang yang memiliki nilai jual.

    “Limbah tidak hanya menjadi biogas, tetapi juga menjadi pupuk dan bahan kandang yang memiliki nilai ekonomi,” ujar Mas Dar.

    Menurutnya, itu bagian dari transformasi pertanian yang makin modern dan berkelanjutan. Ia berharap model seperti Greenfields bisa direplikasi di banyak daerah.

    “Saya harap ini bisa menjadi contoh bagi usaha peternakan lain di seluruh Indonesia. Mari kita terus berkolaborasi dan berinovasi demi pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan untuk ketahanan pangan dan energi bangsa,” katanya lagi.

    Tak hanya soal lingkungan dan energi, Mas Dar juga menyinggung pentingnya industri susu lokal untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditujukan untuk 82,9 juta siswa di seluruh Indonesia.

    Mas Dar menegaskan, produksi susu dalam negeri harus digenjot agar tak terus bergantung pada impor.

    “Susu akan menjadi pasar yang berkembang besar, dan yang harus kita pastikan adalah susu yang dikonsumsi anak-anak adalah produk lokal, bukan impor,” ujarnya menegaskan.

    Ia pun mendorong kemitraan erat antara peternak rakyat dan industri pengolahan susu.

    “Greenfields sudah membuktikan kemitraannya dengan masyarakat di Blitar, Malang, dan Pasuruan. Jika konsumsi susu naik, produksi juga akan meningkat,” katanya lagi.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menilai, pengelolaan limbah peternakan yang terintegrasi dengan pengembangan energi terbarukan sejalan dengan arah kebijakan pembangunan peternakan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

    “Inisiatif seperti ini sangat kami dukung, karena tidak hanya mengatasi persoalan limbah, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan energi nasional. Ini adalah bagian dari upaya transisi menuju peternakan yang hijau, modern, dan bernilai ekonomi tinggi,” ujar Agung.

    CEO Greenfields Indonesia Akhil Chandra mengatakan komitmen pihaknya untuk terus mengembangkan produksi susu secara bertanggung jawab terhadap lingkungan.

    “Fasilitas biogas ini semakin memperkuat komitmen kami pada keberlanjutan, memanfaatkan limbah peternakan sapi perah menjadi energi terbarukan, serta memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” kata Akhil.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga bawang merah Rp46.278/kg, cabai rawit Rp49.642 /kg

    Harga bawang merah Rp46.278/kg, cabai rawit Rp49.642 /kg

    Cabai rawit merah, cabai merah keritng, dan bawang merah dijual pedagang di Pasar Rumput, Jakarta, Selasa (15/4/2025). ANTARA/Harianto

    Bapanas: Harga bawang merah Rp46.278/kg, cabai rawit Rp49.642 /kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 02 Agustus 2025 – 10:45 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga bawang merah tingkat konsumen Rp46.278 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp52.150 per kg, sedangkan cabai rawit merah Rp49.642 per kg turun dari sebelumnya Rp54.267 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Sabtu pukul 07.50 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp16.309 per kg naik tipis dari sebelumnya Rp16.182 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp14.340 per kg turun dari hari sebelumnya Rp14.434 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.606 per kg naik dari sebelumnya Rp12.601 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp5.605 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp6.286 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.793 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp10.814 per kg.

    Berikutnya, bawang putih bonggol di harga Rp38.274 per kg turun dari hari sebelumnya Rp38.693 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp40.307 per kg turun dari sebelumnya Rp43.203 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp38.150 per kg turun dari sebelumnya Rp44.293 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp131.612 per kg turun dari sebelumnya Rp134.823 per kg, daging ayam ras Rp35.894 per kg naik dari sebelumnya Rp35.279 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.537 per kg turun dari sebelumnya 29.607 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.261 per kg naik dari sebelumnya tercatat Rp18.254 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.359 per liter turun dari sebelumnya Rp20.883 per liter; minyak goreng curah Rp17.135 per liter turun dari sebelumnya Rp17.505 per liter; Minyakita Rp17.277 per liter turun dari sebelumnya Rp17.842 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.495 per kg turun dari sebelumnya Rp9.763 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.883 per kg turun dari sebelumnya Rp12.959 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp41.421 per kg turun dari sebelumnya Rp41.445 per kg; ikan tongkol Rp34.438 per kg naik dari sebelumnya Rp34.398 per kg; ikan bandeng Rp34.692 per kg naik dari sebelumnya Rp34.393 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.376 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.581 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp99.286 per kg turun dari sebelumnya Rp104.979 kg, daging kerbau segar lokal Rp140.000 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.744 per kg.

    Sumber : Antara

  • Bapanas: Harga bawang merah Rp46.278/kg, cabai rawit Rp49.642 /kg

    Bapanas: Harga bawang merah Rp46.278/kg, cabai rawit Rp49.642 /kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga bawang merah tingkat konsumen Rp46.278 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp52.150 per kg, sedangkan cabai rawit merah Rp49.642 per kg turun dari sebelumnya Rp54.267 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Sabtu pukul 07.50 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp16.309 per kg naik tipis dari sebelumnya Rp16.182 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp14.340 per kg turun dari hari sebelumnya Rp14.434 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.606 per kg naik dari sebelumnya Rp12.601 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp5.605 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp6.286 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.793 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp10.814 per kg.

    Berikutnya, bawang putih bonggol di harga Rp38.274 per kg turun dari hari sebelumnya Rp38.693 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp40.307 per kg turun dari sebelumnya Rp43.203 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp38.150 per kg turun dari sebelumnya Rp44.293 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp131.612 per kg turun dari sebelumnya Rp134.823 per kg, daging ayam ras Rp35.894 per kg naik dari sebelumnya Rp35.279 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.537 per kg turun dari sebelumnya 29.607 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.261 per kg naik dari sebelumnya tercatat Rp18.254 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.359 per liter turun dari sebelumnya Rp20.883 per liter; minyak goreng curah Rp17.135 per liter turun dari sebelumnya Rp17.505 per liter; Minyakita Rp17.277 per liter turun dari sebelumnya Rp17.842 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.495 per kg turun dari sebelumnya Rp9.763 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.883 per kg turun dari sebelumnya Rp12.959 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp41.421 per kg turun dari sebelumnya Rp41.445 per kg; ikan tongkol Rp34.438 per kg naik dari sebelumnya Rp34.398 per kg; ikan bandeng Rp34.692 per kg naik dari sebelumnya Rp34.393 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.376 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.581 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp99.286 per kg turun dari sebelumnya Rp104.979 kg, daging kerbau segar lokal Rp140.000 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.744 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tarif Trump dan Akhir Tenggat Waktu, Siapa Sudah Sepakat-Siapa Belum?

    Tarif Trump dan Akhir Tenggat Waktu, Siapa Sudah Sepakat-Siapa Belum?

    Jakarta

    Saat kampanye pemilihannya dulu, Donald Trump pernah menyebut bahwa “tarif adalah kata terindah dalam kamus.” Enam bulan setelah kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Trump mulai mewujudkan visinya soal perdagangan global secara nyata.

    Pada 2 April lalu, Trump mengumumkan kebijakan yang mengejutkan banyak pihak, yakni semua barang impor ke Amerika Serikat akan dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Tak berhenti di situ, sekitar 60 negara lainnya juga akan dikenakan “tarif timbal balik” dengan besaran lebih tinggi, sebagai balasan atas kebijakan dagang yang menurut Trump bersifat tidak adil. Ia menyebut negara-negara tersebut sebagai “pelanggar terburuk.”

    Tarif dasar mulai berlaku segera setelah pengumuman, sementara pemberlakuan tarif timbal balik sempat ditunda selama 90 hari karena menyebabkan gejolak di pasar keuangan. Per 1 Agustus, kebijakan tersebut resmi diberlakukan.

    Trump menegaskan bahwa tenggat waktu tersebut tidak akan berubah bahkan memperkuat pernyataannya lewat unggahan di platform media sosial Truth Social:

    “INI TETAP BERLAKU, DAN TIDAK AKAN DIPERPANJANG,” tulisnya dalam huruf kapital. Seraya menyebut, “HARI BESAR UNTUK AMERIKA!!!”

    Sejumlah negara telah menandatangani kesepakatan dagang baru dengan Amerika Serikat untuk menghindari tarif tinggi. Namun, masih banyak negara lain yang belum mencapai kesepakatan, termasuk sekutu-sekutu dekat Amerika seperti Australia, Taiwan, dan Selandia Baru.

    Negara yang sepakat menghindari tarif tambahan AS

    Menjelang tenggat 1 Agustus, sejumlah negara mulai meneken kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat untuk menghindari tarif tinggi yang diterapkan pemerintahan Trump.

    Kesepakatan tersebut, yang masih harus disetujui oleh seluruh 27 negara anggota Uni Eropa, telah mendapat kritik tajam. Perdana Menteri Prancis, Franois Bayrou, mengatakan pekan ini bahwa Uni Eropa telah menyerah dan menyebut hari Minggu (31/07) sebagai “hari kelam.”

    Inggris menjadi negara pertama yang mencapai kesepakatan dagang dengan AS pada Mei lalu. Produk-produk Inggris akan dikenai tarif dasar 10 persen, tetapi beberapa sektor mendapatkan pengecualian. Inggris masih dalam proses negosiasi untuk mendapat pengecualian dari tarif 25 persen yang dikenakan pada baja dan aluminium. Sebagai imbal balik, Inggris setuju untuk membuka pasarnya lebih luas bagi etanol dan daging sapi asal Amerika Serikat.

    Nasib negara di Asia di tengah tarif Trump

    Jepang juga meneken kesepakatan pada Juli. Dalam perjanjian itu, ekspor Jepang ke Amerika Serikat, termasuk sektor otomotif yang menyumbang 30 persen dari total ekspor Jepang ke AS pada 2024, akan dikenai tarif sebesar 15 persen. Namun, tarif sebesar 50 persen untuk baja dan aluminium tetap diberlakukan. Pemerintah AS menyebut bahwa Jepang akan melakukan investasi sebesar 550 miliar dolar ke dalam perekonomian Amerika sebagai bagian dari kesepakatan.

    Sementara itu, Korea Selatan berhasil menurunkan ancaman tarif 25 persen menjadi tarif dasar 15 persen untuk semua barang ekspor mereka ke AS. Dalam pernyataannya pada Rabu (30/07), Trump menyebut bahwa Korea Selatan juga sepakat berinvestasi sebesar 350 miliar dolar (sekitar Rp5,6 kuadriliun) di berbagai proyek di Amerika, serta membeli produk energi seperti gas alam cair senilai 100 miliar dolar (sekitar Rp1,6 kuadriliun) dari AS. Selain itu, Korea Selatan juga akan menerima barang-barang asal Amerika, termasuk mobil dan hasil pertanian, tanpa mengenakan tarif masuk. Trump menegaskan bahwa kesepakatan ini menguntungkan semua pihak dan menyebutnya sebagai pencapaian besar.

    Negosiasi juga telah berhasil diselesaikan dengan beberapa negara Asia lainnya. Filipina, eksportir utama produk teknologi tinggi dan pakaian jadi, menyepakati bahwa ekspornya akan dikenai tarif sebesar 19 persen. Vietnam, yang sempat diancam dengan tarif 49 persen, berhasil menegosiasikannya menjadi 20 persen untuk produk utama seperti pakaian dan alas kaki. Meski begitu, AS tetap akan menerapkan tarif sebesar 40 persen untuk barang-barang transshipment, yakni produk dari negara ketiga yang dikirim lewat Vietnam untuk menghindari tarif tinggi. Sebaliknya, produk Amerika akan masuk ke Vietnam tanpa dikenai bea masuk.

    Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat akan dikenai tarif sebesar 19 persen, tetapi Washington menyebut bahwa hampir seluruh produk Amerika akan masuk ke pasar Indonesia tanpa tarif.

    Sementara itu, Pakistan, yang semula menghadapi ancaman tarif sebesar 29 persen sebagaimana diumumkan Trump pada 2 April, mengumumkan pada Kamis (31/07) bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif tersebut. Sebagai bagian dari perjanjian, Amerika Serikat juga akan memberikan dukungan dalam pengembangan cadangan minyak nasional Pakistan.

    Cina menghadapi kasus khusus

    Cina, ekonomi terbesar kedua di dunia, menjadi kasus khusus. Washington dan Beijing saling menaikkan tarif pada produk masing-masing hingga lebih dari 100% sebelum akhirnya menurunkan sementara tarif tersebut untuk periode 90 hari. Masa jeda ini dijadwalkan berakhir pada 12 Agustus 2025.

    Cina telah mengambil sikap agresif menanggapi ancaman Trump yang sempat ingin menerapkan tarif 145% pada impor dari Cina, dengan membalas melalui tarif balasan atas produk AS serta memblokir penjualan mineral tanah jarang dan komponen penting yang digunakan oleh industri pertahanan dan teknologi tinggi AS.

    Negara-negara yang belum sepakat dengan Trump

    Brasil menjadi salah satu negara yang menghadapi tekanan. Meski Brasil mengalami defisit perdagangan dengan AS, artinya Brasil lebih banyak mengimpor ketimbang mengekspor ke AS, Presiden Trump tetap mengancam akan menerapkan tarif 50% atas produk Brasil, dengan alasan politik.

    Trump menyebut persidangan terhadap mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro sebagai “perburuan penyihir” dan menuntut agar Bolsonaro dibebaskan. Sebaliknya, Presiden Brasil saat ini, Luiz Inacio Lula da Silva, menyindir Trump dengan menyebutnya “kaisar”, dan mengatakan ia tidak takut mengkritik Trump secara terbuka.

    India juga masuk dalam daftar negara yang menghadapi sanksi dagang dari AS. Trump menuding India memiliki surplus dagang yang besar dan tetap menjalankan hubungan dagang dengan Rusia. Pada Rabu (30/07), ia mengumumkan tarif sebesar 25% untuk produk India, serta “hukuman tambahan” karena pembelian minyak dari Rusia, yang menurut Trump ikut mendanai perang di Ukraina.

    Meski begitu, Trump masih menyebut India sebagai sekutu. Di platform Truth Social, ia menulis: “India adalah teman kita,” tetapi seraya menambahkan bahwa “tarif India terhadap produk AS terlalu tinggi.”

    Kanada dan Meksiko hadapi ancaman Trump

    Dua mitra dagang utama AS di kawasan Amerika Utara, Kanada dan Meksiko, juga tidak lepas dari tekanan. Padahal, perdagangan ketiga negara ini diatur dalam perjanjian dagang USMCA yang dirundingkan Trump saat masa jabatan pertamanya.

    Awal Agustus, Trump mengancam akan menaikkan tarif atas produk Meksiko dari 25% menjadi 30%, dengan alasan kurangnya kerja sama dari pemerintahan Presiden Claudia Sheinbaum dalam mengamankan perbatasan bersama.

    Meski demikian, Trump memutuskan memperpanjang tarif yang sudah ada selama 90 hari untuk memberi waktu tambahan dalam proses negosiasi.

    Sementara itu, hubungan dagang AS-Kanada juga terguncang. Perdana Menteri Kanada Mark Carney pesimistis akan tercapai kesepakatan baru, terutama setelah Trump mengancam tarif 35% terhadap semua barang Kanada yang tidak tercakup dalam USMCA.

    Trump telah lebih dulu mengenakan tarif 25% atas mobil dan suku cadangnya pada Maret, disusul tarif 50% untuk baja dan aluminium pada Juni. Tarif 35% baru akan berlaku untuk semua produk lainnya dari Kanada.

    Artikel ini pertama kali terbit bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga video “Trump Bahas Negosiasi Tarif dengan India, Singgung Keanggotaan BRICS” di sini:

    (ita/ita)

  • Ketika Suara Perempuan Rimba Menggema di Balai Desa

    Ketika Suara Perempuan Rimba Menggema di Balai Desa

    Liputan6.com, Jakarta Sekelompok perempuan orang rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) dari Kelompok Tumenggung Yudi perlahan melangkah menuju Balai Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pamenang, Merangin, Rabu (30/7). Di antara mereka ada Mariam, Sinta dan Ponco. Berjalan berdampingan dengan Lukas dan Ngelelai, dua lelaki yang turut mewakili kelompok dalam kegiatan di balai desa.

    Langkah mereka mantap. Bukan sekadar menghadiri pertemuan, tetapi membawa harapan dan menyuarakan aspirasi komunitas mereka dalam agenda Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) pembahasan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes).

    Orang rimba, sebagai bagian dari masyarakat Desa Pelakar Jaya, tentu juga ingin sumber daya desa dialokasikan untuk masyarakat yang hingga ini masih tergolong marginal.

    Momen RKPDes cukup penting bagi orang rimba untuk bersuara dan memberikan usulan supaya pembangunan yang direncanakan di desa juga menyentuh komunitas mereka. Maklum, sebelumnya kelompok mereka tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan desa.

    Semangat ini yang mendorong Mariam dan perempuan rimba lainnya ke ruang pertemuan balai desa. Kegiatan yang tahun-tahun sebelumnya tidak pernah mereka jalani.

    Pagi itu, mereka duduk di deretan kursi tetamu undangan desa, berdampingan dengan tokoh-tokoh desa lainnya. Mereka bertekad, kehadirannya bukan sebagai tamu yang datang dan mendengarkan, tetapi sudah bersiap dengan usulan yang akan disuarakan.

    Ketika kesempatan itu datang, Mariam, seorang perempuan orang rimba, berdiri dan mengacungkan tangan. Dengan suara tegas namun bersahaja, dia menyampaikan harapan. Dia ingin sumber air di wilayah permukiman.

    “Kami ingin ada sumber air bersih, Pak. Selama ini kami hanya punya satu sumur, dan semua keluarga menggunakannya. Di musim kemarau ini, airnya semakin sedikit. Kami minta ada tambahan sumur,” tutur perempuan berusia sekitar 30 tahun itu dengan lantang.

    Pernyataan Mariam disambut anggukan setuju dari perempuan rimba lainnya. Keterbatasan air bersih dirasakan oleh komunitas orang rimba. Di permukiman mereka yang terdiri dari 25 rumah bantuan pemerintah, saat ini dihuni oleh 22 kepala keluarga.

    Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka harus berjalan kaki cukup jauh ke sumber air Pamsimas. Setiap pagi, para perempuan berjalan beriringan membawa jeriken untuk menampung dan membawa air pulang ke rumah.

    Bagi orang rimba, ketersediaan air bersih untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) kini menjadi kebutuhan penting, tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk mendukung kesiapan anak-anak mereka bersekolah.

    Seiring bergabungnya anak-anak orang rimba di sekolah bersama masyarakat umum, mereka mulai menyesuaikan diri, termasuk dalam hal kebersihan pribadi. Kini, aktivitas mandi pagi sebelum berangkat sekolah mulai menjadi kebiasaan baru. Namun, keterbatasan air bersih sering menghambat mereka.

    “Kami ingin anak-anak kami terus bersekolah. Kami harap mereka bisa pergi ke sekolah dalam keadaan bersih dan mengenakan seragam yang layak. Kami juga berharap ada bantuan pakaian sekolah untuk anak-anak kami,” sambung Mariam.

    Mariam menyampaikan pendapatnya dengan lugas dan yakin. Wajahnya tak lagi ragu seperti tahun-tahun sebelumnya. Di sampingnya, Sinta—seorang ibu muda dengan dua anak—menyuarakan aspirasi yang tak kalah penting.

    “Kami juga ingin ada bantuan untuk beternak sapi. Perempuan rimba juga ingin maju seperti warga desa, punya penghasilan sendiri,” ujar Sinta dengan nada serius.

  • Justin Timberlake Curhat Alami Kelelahan Tak Biasa, Ternyata Kena Lyme Disease

    Justin Timberlake Curhat Alami Kelelahan Tak Biasa, Ternyata Kena Lyme Disease

    Jakarta

    Penyanyi Justin Timberlake baru-baru ini mengumumkan dirinya didiagnosis Lyme disease. Pengakuan ini ia sampaikan setelah merasakan gejala aneh seperti sakit saraf dan kelelahan ekstrem selama tur dunianya.

    Dalam sebuah unggahan di Instagram, Timberlake mengungkapkan perjuangannya. Ia mengaku diagnosis itu mengejutkan, tetapi juga menjadi jawaban atas kondisi fisiknya.

    “Di antara hal-hal lain, saya telah berjuang melawan beberapa masalah kesehatan dan didiagnosis dengan Lyme disease,” tulisnya. “Saya tidak mengatakannya agar Anda merasa kasihan, tetapi untuk memberikan sedikit pencerahan tentang apa yang telah saya hadapi di balik layar.”

    Timberlake menambahkan bahwa diagnosis ini menjelaskan mengapa ia sering mengalami “nyeri saraf yang luar biasa,” kelelahan, atau sakit saat tampil di panggung.

    Apa itu Lyme Disease?

    Dikutip dari Mayo Clinic, Lyme disease adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Borrelia. Penyakit ini umumnya ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu yang membawa bakteri tersebut. Kutu pembawa bakteri ini banyak ditemukan di wilayah Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa bagian di Kanada.

    Gejala Lyme disease bisa bervariasi dan sering muncul secara bertahap. Sayangnya, tidak semua orang menyadari pernah digigit kutu. Gejala umum yang perlu diwaspadai adalah ruam kulit berbentuk lingkaran yang menyebar dari lokasi gigitan, yang sering disebut ruam “mata sapi” (bull’s-eye). Gejala awal lainnya bisa berupa demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

    Beberapa orang juga bisa mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, dan leher kaku.

    Dalam beberapa kasus, gejala Lyme disease bisa terus berlanjut bahkan setelah pengobatan. Kondisi ini dikenal sebagai Post-Treatment Lyme Disease Syndrome (PTLDS). Gejala yang sering dilaporkan termasuk nyeri sendi atau arthritis yang tidak membaik, nyeri di seluruh tubuh, kelelahan kronis, dan masalah dengan memori.

    (kna/kna)

  • Harga bawang merah Rp47.810/kg, cabai rawit Rp49.062/kg

    Harga bawang merah Rp47.810/kg, cabai rawit Rp49.062/kg

    Ilustrasi – Pedagang menunjukkan cabai rawit yang dijual di pasar. ANTARA FOTO/Abdan Syakura/Spt/aa

    Bapanas: Harga bawang merah Rp47.810/kg, cabai rawit Rp49.062/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 01 Agustus 2025 – 11:15 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga bawang merah tingkat konsumen Rp47.810 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp51.836 per kg, sedangkan cabai rawit merah Rp49.062 per kg turun dari sebelumnya Rp55.512 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Jumat pukul 07.50 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp16.151 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp16.160 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp14.346 per kg turun dari hari sebelumnya Rp14.413 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.647 per kg naik dari sebelumnya Rp12.610 per kg.

    Komoditas jagung tk peternak tercatat Rp5.691 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp6.487 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.605 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp10.792 per kg.

    Berikutnya, bawang putih bonggol di harga Rp37.506 per kg turun dari hari sebelumnya Rp38.766 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp39.046 per kg turun dari sebelumnya Rp43.452 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp36.812 per kg turun dari sebelumnya Rp44.047 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp130.593 per kg turun dari sebelumnya Rp134.769 per kg, daging ayam ras Rp34.408 per kg turun dari sebelumnya Rp35.384 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.311 per kg turun dari sebelumnya 29.608 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.224 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp18.251 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.526 per liter turun dari sebelumnya Rp20.849 per liter; minyak goreng curah Rp17.035 per liter turun dari sebelumnya Rp17.527 per liter; Minyakita Rp17.173 per liter turun dari sebelumnya Rp17.482 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.501 per kg turun dari sebelumnya Rp9.761 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.260 per kg turun dari sebelumnya Rp12.951 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp39.722 per kg turun dari sebelumnya Rp41.472 per kg; ikan tongkol Rp33.718 per kg turun dari sebelumnya Rp34.499 per kg; ikan bandeng Rp34.068 per kg turun dari sebelumnya Rp34.853 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.121 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.654 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp98.750 per kg turun dari sebelumnya Rp105.632 kg, daging kerbau segar lokal Rp136.500 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.628 per kg.

    Sumber : Antara

  • Bapanas: Harga bawang merah Rp47.810/kg, cabai rawit Rp49.062/kg

    Bapanas: Harga bawang merah Rp47.810/kg, cabai rawit Rp49.062/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga bawang merah tingkat konsumen Rp47.810 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp51.836 per kg, sedangkan cabai rawit merah Rp49.062 per kg turun dari sebelumnya Rp55.512 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Jumat pukul 07.50 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp16.151 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp16.160 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp14.346 per kg turun dari hari sebelumnya Rp14.413 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.647 per kg naik dari sebelumnya Rp12.610 per kg.

    Komoditas jagung tk peternak tercatat Rp5.691 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp6.487 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.605 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp10.792 per kg.

    Berikutnya, bawang putih bonggol di harga Rp37.506 per kg turun dari hari sebelumnya Rp38.766 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp39.046 per kg turun dari sebelumnya Rp43.452 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp36.812 per kg turun dari sebelumnya Rp44.047 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp130.593 per kg turun dari sebelumnya Rp134.769 per kg, daging ayam ras Rp34.408 per kg turun dari sebelumnya Rp35.384 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.311 per kg turun dari sebelumnya 29.608 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.224 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp18.251 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.526 per liter turun dari sebelumnya Rp20.849 per liter; minyak goreng curah Rp17.035 per liter turun dari sebelumnya Rp17.527 per liter; Minyakita Rp17.173 per liter turun dari sebelumnya Rp17.482 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.501 per kg turun dari sebelumnya Rp9.761 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.260 per kg turun dari sebelumnya Rp12.951 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp39.722 per kg turun dari sebelumnya Rp41.472 per kg; ikan tongkol Rp33.718 per kg turun dari sebelumnya Rp34.499 per kg; ikan bandeng Rp34.068 per kg turun dari sebelumnya Rp34.853 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.121 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.654 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp98.750 per kg turun dari sebelumnya Rp105.632 kg, daging kerbau segar lokal Rp136.500 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.628 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tanda Kiamat Muncul di Mana-Mana, Tampak Jelas di Keju

    Tanda Kiamat Muncul di Mana-Mana, Tampak Jelas di Keju

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dampak “kiamat” perubahan iklim akibat aktivitas manusia bisa terlihat jelas dari keju. Para ilmuwan memperingatkan bahan dasar pembuatan keju, kualitas susu sapi terpengaruh dengan krisis ini.

    Studi yang dipublikasikan di Journal of Dairy Science, peneliti dari Universite Clermont Auvergne Prancis menemukan rasa susu sapi yang berubah. Ini disebabkan makanan yang dikonsumsi hewan tersebut mengalami perubahan.

    Sapi mengonsumsi makanan pakan tambahan seperti jagung dan konsentrat. Sebab makanannya, rumput mengalami kekeringan dan membuatnya menjadi kurang untuk dikonsumsi sapi.

    Karena perubahan itu, membuat rasa kandungan gizi susu berubah. Pada akhirnya rasa keju pun menjadi kurang nikmat.

    “Kalau perubahan iklim terus berjalan seperti sekarang, kita akan merasakannya dalam rasa keju kita,” ujar Matthieu Bouchon, peneliti utama dari studi tersebut kepada Science News.

    Mereka melakukan penelitian pada 2021 dengan membandingkan dua kelompok sapi. Salah satunya mengonsumsi rumput dan sisanya diberi pakan tambahan.

    Sapi yang makan jagung akan menghasilkan sapi dengan volume setara dan emisi metana lebih rendah. Namun rasa susu yang dihasilkan kurang gurih dan kaya dibandingkan dengan sapi yang mengonsumsi rumput.

    Sapi yang merumput juga memiliki lebih banyak asam lemak omega-3 dan asam laktat. Kandungan ini penting bagi kesehatan jantung dan sistem pencernaan.

    Fenomena ini terjadi pada banyak wilayah. Mulai dari Eropa hingga Brasil.

    Salah satu peternak sapi perah asal Brasil, Gustavo Abijaodi mengatakan perubahan iklim membuat kandungan susu di sana menurun.

    “Kami menghadapi banyak masalah dengan kandungan protein dan lemak dalam susu karena suhu panas,” ungkap Abijaodi. “Kalau kami bisa menstabilkan dampak panas, sapi akan menghasilkan susu yang lebih baik dan bergizi.”

    Temuan lainnya adalah pola makan sapi berubah. Sebab suhu ekstrem karena pemanasan global membuat sapi makan lebih sedikit.

    “Sapi menghasilkan panas saat mencerna makanan, jadi kalau mereka sudah merasa panas, mereka akan makan lebih sedikit untuk menurunkan suhu tubuhnya,” kata Pakar peternakan lainnya, Marina Danes dari Universitas Federal Lavras, Brasil.

    Sapi yang makan lebih sedikit akan membuat daya tahan tubuh hewan menjadi menurun. Selain itu juga akan membuat hewan menjadi rentan terkena penyakit.

    “Proses ini bisa berujung pada penurunan daya tahan tubuh, membuat hewan lebih rentan terkena penyakit,” jelasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]