Hewan: Sapi

  • Digitalisasi tempat penerimaan susu pacu kualitas bahan baku

    Digitalisasi tempat penerimaan susu pacu kualitas bahan baku

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyampaikan program digitalisasi tempat penerimaan susu terbukti telah meningkatkan kualitas bahan baku susu segar di 96 titik di wilayah Tanah Air.

    ‎Wamenperin di Jakarta, Senin menyampaikan program tersebut dijalankan mengingat industri pengolahan susu saat ini masih mengalami tantangan dalam pemenuhan bahan baku susu segar, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

    ‎‎”Program ini terbukti meningkatkan kualitas bahan baku susu segar, serta berperan membangun sistem pengelolaan data yang transparan dan akurat sehingga menekan potensi kerugian sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak,” kata dia.

    ‎‎Wamenperin menyampaikan program digitalisasi yang sudah dijalankan sejak tahun 2022 ini melibatkan sembilan koperasi dengan anggota lebih dari 25 ribu orang peternak, dan mencatat produksi 680 ton per hari susu yang berkualitas baik.

    ‎‎Lebih lanjut, dari sisi ekspor, kinerja industri pengolahan susu nasional menunjukkan tren pertumbuhan positif yang mencapai 233,5 juta dolar AS pada tahun 2024.

    ‎‎Sementara itu sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyatakan, impor sapi perah yang dilakukan oleh pihaknya pada tahun ini yang mencapai 250 ribu ekor bertujuan untuk mengurangi ketergantungan susu impor (substitusi) dan memenuhi kebutuhan susu domestik.

    ‎‎”Yang sekarang kita konsumsi susu, yang di mana konsumsi susu per kapita kita juga masih rendah, itu pun 80 persennya masih impor. Kita ingin gap impor kita perbaiki, di samping juga ada market baru namanya Makan Bergizi Gratis (MBG), maka, mau nggak mau ini kan kejar-kejar antara waktu, antara kebutuhan sama suplainya,” kata dia ditemui di Jakarta, Jumat (13/7).

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga cabai rawit Rp118.000/kg, bawang merah Rp45.000/kg

    Harga cabai rawit Rp118.000/kg, bawang merah Rp45.000/kg

    Ilustrasi – Komoditas cabai merah besar dan cabai rawit. ANTARA/Ananto Pradana

    Bapanas: Harga cabai rawit Rp118.000/kg, bawang merah Rp45.000/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 10:25 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga cabai rawit merah tingkat konsumen Rp118.000 per kilogram dibandingkan sebelumnya Rp53.867 per kg, sedangkan bawang merah Rp45.000 per kg turun dari sebelumnya Rp52.719 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Senin pukul 06.30 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp17.000 per kg naik dari sebelumnya Rp16.282 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp15.500 per kg naik dari hari sebelumnya Rp14.560 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp13.000 per kg naik dari sebelumnya Rp12.843 per kg.

    Kedelai biji kering (impor) di harga Rp11.725 per kg naik dari sebelumnya Rp10.985 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp55.000 per kg nain dari hari sebelumnya Rp38.963 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp41.500 per kg turun dari sebelumnya Rp44.107 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp45.000 per kg naik dari sebelumnya Rp44.138 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp115.000 per kg turun dari sebelumnya Rp135.624 per kg, daging ayam ras Rp42.188 per kg naik dari sebelumnya Rp35.468 per kg, lalu telur ayam ras Rp37.714 per kg nain dari sebelumnya 29.732 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp20.000 per kg naik dari sebelumnya tercatat Rp18.367 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp21.514 per liter nain dari sebelumnya Rp20.966 per liter; minyak goreng curah Rp17.525 per liter turun dari sebelumnya Rp17.540 per liter; Minyakita Rp17.657 per liter naik dari sebelumnya Rp17.523 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp12.214 per kg nain dari sebelumnya Rp9.846 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp14.857 per kg naik dari sebelumnya Rp13.085 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp34.000 per kg turun dari sebelumnya Rp41.611 per kg; ikan tongkol Rp30.714 per kg turun dari sebelumnya Rp34.384 per kg; ikan bandeng Rp40.000 per kg naik dari sebelumnya Rp34.760 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp13.571 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.820 per kg.

    Sumber : Antara

  • 5 Makanan Favorit Orang RI yang Bisa Picu Serangan Jantung di Usia Muda

    5 Makanan Favorit Orang RI yang Bisa Picu Serangan Jantung di Usia Muda

    Jakarta

    Serangan jantung kini tak lagi hanya menyerang usia lanjut. Banyak kasus menunjukkan serangan jantung terjadi pada usia muda, dan salah satu pemicu utamanya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini sering kali dipicu oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.

    Di Indonesia, banyak makanan favorit yang sebenarnya menyimpan ‘bom waktu’ bagi kesehatan jantung, terutama jika dikonsumsi berlebihan. Berikut adalah 5 makanan favorit yang bisa memicu hipertensi dan meningkatkan risiko serangan jantung di usia muda:

    1. Gorengan

    Keripik, aneka gorengan, atau makanan ringan kemasan adalah camilan andalan banyak orang. Makanan-makanan ini tinggi akan garam dan lemak jenuh. Konsumsi garam berlebihan bisa meningkatkan volume darah dan tekanan pada pembuluh darah, yang berujung pada hipertensi. Begitu juga dengan makanan yang digoreng, lemak jenuhnya dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung.

    “Gorengan itu kenapa sih akhirnya jadi salah satu makanan yang dianjurkan untuk dihindari? Karena biasanya kita makan gorengan nggak mungkin cuman satu, jadi pasti lebih dari satu. Itu tuh udah jelas mudah sekali terjadi overdosis dari komponen yang ada di dalam gorengan itu,” terang spesialis penyakit dalam dr RA Adaninggar Primadia N, SpPD-KGH.

    2. Makanan Bersantan

    Masakan Indonesia kaya akan santan, seperti rendang, gulai, dan opor. Santan memang gurih dan lezat, tapi juga mengandung lemak jenuh yang tinggi. Lemak jenuh ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah bisa membentuk plak, menyumbat aliran darah, dan akhirnya memicu serangan jantung.

    3. Jeroan Sapi atau Ayam

    Sate, gulai, atau sop jeroan seperti usus, babat, dan hati sangat populer. Namun, jeroan mengandung kolesterol dan purin yang sangat tinggi. Konsumsi berlebihan bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan memicu penumpukan plak di pembuluh darah, yang menjadi penyebab utama hipertensi dan penyakit jantung.

    4. Mie Instan

    Mie instan adalah penyelamat di kala lapar melanda. Sayangnya, mie instan mengandung natrium (garam) yang sangat tinggi. Kandungan natrium ini berfungsi sebagai pengawet dan perasa. Konsumsi rutin mie instan dapat meningkatkan risiko hipertensi secara signifikan, terutama jika bumbu dihabiskan semua.

    5. Minuman Manis Kemasan

    Teh kemasan, kopi instan, atau minuman bersoda adalah pilihan praktis untuk menghilangkan dahaga. Namun, minuman ini sarat dengan gula tambahan. Konsumsi gula berlebihan tidak hanya berisiko menyebabkan diabetes, tapi juga bisa memicu peradangan dalam tubuh, meningkatkan berat badan, dan memperburuk kondisi pembuluh darah. Kondisi ini semua akan meningkatkan risiko hipertensi dan serangan jantung.

    Mengingat risiko serangan jantung di usia muda semakin nyata, bijak dalam memilih makanan adalah langkah penting. Kurangi konsumsi makanan-makanan di atas, perbanyak buah dan sayur, serta imbangi dengan olahraga teratur. Perubahan kecil dalam gaya hidup dapat membuat perbedaan besar untuk kesehatan jantung di masa depan.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Bapanas: Harga cabai rawit Rp118.000/kg, bawang merah Rp45.000/kg

    Bapanas: Harga cabai rawit Rp118.000/kg, bawang merah Rp45.000/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga cabai rawit merah tingkat konsumen Rp118.000 per kilogram dibandingkan sebelumnya Rp53.867 per kg, sedangkan bawang merah Rp45.000 per kg turun dari sebelumnya Rp52.719 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Senin pukul 06.30 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp17.000 per kg naik dari sebelumnya Rp16.282 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp15.500 per kg naik dari hari sebelumnya Rp14.560 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp13.000 per kg naik dari sebelumnya Rp12.843 per kg.

    Kedelai biji kering (impor) di harga Rp11.725 per kg naik dari sebelumnya Rp10.985 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp55.000 per kg nain dari hari sebelumnya Rp38.963 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp41.500 per kg turun dari sebelumnya Rp44.107 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp45.000 per kg naik dari sebelumnya Rp44.138 per kg.

    Lalu, daging sapi murni Rp115.000 per kg turun dari sebelumnya Rp135.624 per kg, daging ayam ras Rp42.188 per kg naik dari sebelumnya Rp35.468 per kg, lalu telur ayam ras Rp37.714 per kg nain dari sebelumnya 29.732 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp20.000 per kg naik dari sebelumnya tercatat Rp18.367 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp21.514 per liter nain dari sebelumnya Rp20.966 per liter; minyak goreng curah Rp17.525 per liter turun dari sebelumnya Rp17.540 per liter; Minyakita Rp17.657 per liter naik dari sebelumnya Rp17.523 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp12.214 per kg nain dari sebelumnya Rp9.846 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp14.857 per kg naik dari sebelumnya Rp13.085 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp34.000 per kg turun dari sebelumnya Rp41.611 per kg; ikan tongkol Rp30.714 per kg turun dari sebelumnya Rp34.384 per kg; ikan bandeng Rp40.000 per kg naik dari sebelumnya Rp34.760 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp13.571 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.820 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan mendorong hilirisasi susu dan pembibitan ternak nasional

    Wamentan mendorong hilirisasi susu dan pembibitan ternak nasional

    Kita ingin memperkuat ekosistem pembibitan dari hulu ke hilir, termasuk menjamin ketersediaan pakan berkualitas yang menjadi fondasi utama produktivitas peternakan.

    Banyumas (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mendorong penguatan pembibitan ternak unggul dan hilirisasi produksi susu nasional untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Kita ingin memperkuat ekosistem pembibitan dari hulu ke hilir, termasuk menjamin ketersediaan pakan berkualitas yang menjadi fondasi utama produktivitas peternakan,” kata Wamentan saat kunjungan kerja ke Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu sore.

    Menurut dia, pembibitan sapi dan kambing perah berkualitas tinggi menjadi kunci peningkatan produksi susu, sehingga jika ternak dipelihara sesuai standar operasional, hasil susu meningkat dan peternak bisa memperoleh keuntungan lebih besar.

    Sudaryono menilai peluang pasar susu nasional saat ini sangat besar, terutama melalui program MBG yang akan menyasar anak-anak sekolah serta ibu hamil dan menyusui.

    “Harapannya, kebutuhan susu MBG ini bisa disuplai oleh peternak lokal melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dengan begitu, ekonomi masyarakat desa ikut tumbuh,” katanya lagi.

    Wamentan mengaku sudah bertemu sejumlah pihak termasuk Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Cilacap untuk menyerap produksi susu harian BBPTU-HPT Baturraden yang mencapai 7.000 liter per hari guna memenuhi kebutuhan program MBG.

    Terkait dengan masalah harga, dia mengatakan, hal itu bisa diantisipasi melalui inovasi pengemasan yang lebih efisien agar harga jual susu tetap terjangkau.

    “Kalau pakai botol itu mahal, mungkin bisa pakai bantal plastik. Yang penting anak-anak kita minum susu, itu yang paling utama,” katanya menegaskan.

    Disinggung mengenai pemenuhan populasi sapi perah, Sudaryono mengatakan pengadaan sapi perah bukan dilakukan oleh pemerintah, tetapi melalui partisipasi aktif pihak swasta.

    “Impor sapi perah bukan oleh pemerintah, tapi kita mendorong swasta mendatangkan sapi hidup ke Indonesia,” katanya pula.

    Ia menyebutkan berdasarkan data Kementerian Pertanian menunjukkan, hingga saat ini sudah masuk sekitar 27.000 ekor dari target nasional 100.000 ekor sapi perah hingga akhir 2025.

    Wamentan menegaskan pentingnya sinergi semua pihak untuk memperkuat populasi sapi, produksi susu, dan distribusinya secara berkelanjutan.

    Dia juga menyaksikan penandatanganan kerja sama antara BBPTU-HPT dan pelaku usaha swasta dalam pengembangan sektor perbibitan serta produksi susu.

    Selain BBPTU-HPT Baturraden, Wamentan juga meninjau dua farm pengembangan peternakan di Banyumas, yaitu Farm Manggala di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, dan Farm Tegalsari di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono memperhatikan sapi perah di Farm Tegalsari di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, yang dikelola Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (3/8/2025) sore. ANTARA/Sumarwoto

    Dalam kesempatan terpisah, Kepala BBPTU-HPT Baturraden Dani Kusworo mengatakan saat ini balai tersebut memproduksi 7.000 liter susu per hari, sekitar 5.500 liter di antaranya didistribusikan ke masyarakat melalui koperasi dan industri pengolahan susu, termasuk beberapa produsen besar.

    “Alhamdulillah, kami sekarang juga sudah bekerja sama dengan tiga SPPG untuk program Makan Bergizi Gratis. Setiap minggunya, kami melakukan dua kali pengiriman, masing-masing 3.500 botol,” katanya pula.

    Ia mengatakan potensi produksi susu BBPTU-HPT sebenarnya jauh lebih besar karena jika dikonversikan, 1 liter susu dapat diolah menjadi delapan botol.

    Artinya dengan kapasitas produksi saat ini, kata dia lagi, BBPTU-HPT Baturraden mampu menghasilkan hingga 40.000 botol susu per hari.

    “Itu berarti bisa memenuhi kebutuhan 12 hingga 15 SPPG setiap hari,” katanya.

    Lebih lanjut, dia mengatakan BPPTU-HPT Baturraden menargetkan peningkatan hasil produksi susu yang saat ini rata-rata 12-15 liter per sapi perah per hari.

    Dalam hal ini, pihaknya telah mencoba teknologi pakan hijauan seperti silase dan mineral blok yang diproduksi sendiri.

    “Di awal tahun 2025, produksi kami baru 9-10 liter, dan sekarang sudah bisa mencapai 12-15 liter per ekor per hari,” katanya..

    Dengan peningkatan tersebut, pihaknya menargetkan produksi per ekor bisa mencapai 20 liter per hari.

    Jika target itu tercapai dari 450 ekor sapi perah yang dimiliki BPPTU-HPT Baturraden, kata dia pula, produksi harian bisa mencapai 10.000-12.000 liter pada tahun 2026.

    “Dengan produksi 10.000 sampai 12.000 liter per hari, insya Allah kita bisa mengcover 20 SPPG di Banyumas,” kata Dani.

    Selain peningkatan produksi, BPPTU-HPT Baturraden juga akan menambah populasi sapi melalui kerja sama dengan PT Suri Nusantara untuk mengimpor 1.000 ekor sapi dari tahun 2025 hingga 2029.

    Pada tahap awal, sebanyak 250 ekor sapi akan masuk pada tahun 2025 dan sisanya bakal ditempatkan di kandang baru seluas 50 hektare yang akan dibangun oleh perusahaan importir tersebut di daerah Manggala.

    Pewarta: Sumarwoto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gejala Intoleransi Laktosa yang Muncul Setelah Makan, Hindari 3 Makanan Ini

    Gejala Intoleransi Laktosa yang Muncul Setelah Makan, Hindari 3 Makanan Ini

    Jakarta

    Lactose intolerance atau intoleransi laktosa dialami banyak orang, data di Amerika Serikat menunjukkan setidaknya 30 dari 50 juta warganya memiliki kondisi tersebut. Intoleransi laktosa dikaitkan dengan kondisi tubuh seseorang yang tidak bisa memecah laktosa, gula yang terkandung dalam susu, secara baik.

    Walhasil, mereka kerap mengeluhkan gejala kembung, mual, diare, sakit perut, sekitar 30 hingga 60 menit setelah mengonsumsi makanan kaya laktosa.

    Beth Ferrell Jenks, ahli gizi dan asisten profesor nutrisi di University of North Carolina di Chapel Hill, menyebut toleransi individu pada produk susu bisa bervariasi. Tergantung pula dengan produk susu rendah laktosa tertentu, atau keju yoghurt, yang minim memicu gejala intoleransi laktosa.

    Masalah intoleransi laktosa cenderung dimulai pada usia dewasa, ketika tubuh secara bertahap memproduksi lebih sedikit laktase, enzim yang memecah laktosa.

    “Beberapa orang mungkin tidak menyadari perubahan ini dalam pencernaan mereka,” kata dr Suneeta Krishnareddy, seorang ahli gastroenterologi di Columbia University Irving Medical Center di New York City, dikutip dari CNA, Minggu (3/8/2025).

    “Namun, yang lain mungkin mengalami gejala yang sangat parah sehingga mereka mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi makanan tertentu,” kata dr Nitin K. Ahuja, seorang ahli gastroenterologi di Penn Medicine di Philadelphia.

    Memahami pemicu intoleransi laktosa terkadang relatif sulit, tetapi bisa dimulai dengan menghindari semua produk susu dari pola makan, lalu secara bertahap memperkenalkan kembali sejumlah kecil makanan dan minuman tertentu yang mengandung laktosa untuk melihat bagaimana reaksi setelahnya.

    Berikut adalah produk susu yang paling besar risikonya memicu intoleransi laktosa.

    1. Susu sapi

    Susu skim, 1 persen, 2 persen, dan susu murni semuanya mengandung antara 12 dan 12,5 gram laktosa per cangkir. Itu kira-kira jumlah maksimum laktosa yang dapat dikonsumsi orang dengan intoleransi laktosa per hari tanpa menunjukkan gejala, kata Ella Haddad, ahli gizi dan profesor emeritus nutrisi di Universitas Loma Linda di California.

    Jadi, cobalah batasi diri hingga satu gelas susu per hari, atau kurang, jika mengonsumsi jenis produk susu lainnya.

    2. Keju yang tidak dimatangkan (atau segar):

    Keju umumnya mengandung lebih sedikit laktosa daripada susu, tetapi beberapa jenis mengandung lebih banyak daripada yang lain. Keju yang belum dimatangkan, artinya tidak dibiarkan matang selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun, biasanya mengandung lebih banyak laktosa daripada keju yang dimatangkan, kata Jenks. Ini karena selama proses penuaan, bakteri memecah laktosa, mengubahnya menjadi asam laktat.

    Keju yang tidak dimatangkan cenderung lunak dan lembap, dan sering kali dikemas dalam wadah. Setengah cangkir keju cottage dengan 2 persen lemak susu mengandung sekitar empat gram laktosa. Dua sendok makan krim keju bebas lemak mengandung hampir dua gram. Meskipun keju yang tidak berumur mungkin lebih dapat ditoleransi daripada susu sapi, Jenks menyarankan untuk membatasinya jika memungkinkan.

    3. Es krim

    Banyak es krim, yang sebagian besar terbuat dari susu dan krim, kaya akan laktosa sehingga harus dibatasi. Namun, beberapa versi mengandung lebih banyak laktosa daripada yang lain.

    Jika es krim mengandung lebih banyak susu daripada krim, kemungkinan es krim tersebut kaya akan laktosa sehingga lebih sulit dicerna, kata Dr. Haddad. Hal ini karena susu mengandung lebih banyak laktosa daripada krim.

    (naf/naf)

  • Bapanas: Harga bawang merah Rp48.737/kg, cabai rawit Rp49.727/kg

    Bapanas: Harga bawang merah Rp48.737/kg, cabai rawit Rp49.727/kg

    harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium Rp15.956 per kg turun dari sebelumnya Rp16.187 per kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga bawang merah tingkat konsumen Rp48.737 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp52.411 per kg, sedangkan cabai rawit merah Rp49.727 per kg turun dari sebelumnya Rp55.114 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Minggu pukul 10.00 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp15.956 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp16.187 per kg.

    Lalu, beras medium di harga Rp14.256 per kg turun dari hari sebelumnya Rp14.510 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.579 per kg turun dari sebelumnya Rp12.604 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp5.921 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp6.334 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.698 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp10.813 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp37.317 per kg turun dari hari sebelumnya Rp38.990 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp41.134 per kg turun dari sebelumnya Rp43.531 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp39.854 per kg turun dari sebelumnya Rp43.925 per kg.

    Lalu daging sapi murni Rp134.994 per kg naik dari sebelumnya Rp134.835 per kg, daging ayam ras Rp34.521 per kg turun dari sebelumnya Rp35.473 per kg, lalu telur ayam ras Rp28.992 per kg turun dari sebelumnya 29.705 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.168 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp18.323 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.475 per liter turun dari sebelumnya Rp20.943 per liter; minyak goreng curah Rp17.478 per liter turun dari sebelumnya Rp17.561 per liter; Minyakita Rp17.314 per liter turun dari sebelumnya Rp17.511 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.480 per kg turun dari sebelumnya Rp9.800 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.725 per kg turun dari sebelumnya Rp13.055 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp41.696 per kg turun dari sebelumnya Rp41.761 per kg; ikan tongkol Rp33.875 per kg turun dari sebelumnya Rp34.653 per kg; ikan bandeng Rp33.851 per kg turun dari sebelumnya Rp34.933 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.413 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.757 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp104.077 per kg turun dari sebelumnya Rp104.629 kg, daging kerbau segar lokal Rp139.600 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.628 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pengusaha Pakan Ternak di Ponorogo Buktikan KUR BRI Bisa Membuat Usaha Berkembang – Page 3

    Pengusaha Pakan Ternak di Ponorogo Buktikan KUR BRI Bisa Membuat Usaha Berkembang – Page 3

    Liputan6.com, Ponorogo – Bermodal tekad kuat dan kepercayaan pada pendanaan dari perbankan, Tommy Wavolta, warga Dukuh Jetis Desa Plancungan, Kecamatan Slahung, Ponorogo, membuktikan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI bisa menjadi jalan menuju kesuksesan. Bersama sang istri, Dwi Eli Ernawati, Tommy kini menakhodai usaha pakan ternak Dara Farm, yang mampu menyuplai kebutuhan peternak hingga ke luar daerah.

    Awal ceritanya tak selalu mulus. Pada 2018, Tommy ingin memulai usaha mandiri. Namun keterbatasan modal menjadi tembok penghalang. Kesempatan datang ketika ia mengenal KUR dari BRI. Dengan keberanian, Tommy mengajukan pinjaman dan modal itulah yang menjadi titik awal kesuksesan perjalanan bisnisnya.

    “Waktu awal saya benar-benar nggak punya modal. Padahal kepengin punya usaha sendiri, hingga akhirnya saya diperkenalkan dengan KUR BRI,” kenangnya.

    Ia semula menjalankan usaha gas elpiji yang sampai dengan saat ini masih berjalan dan peternakan ayam jawa super hingga berjalan hampir 5 tahun, sebelum melihat peluang lebih besar di sektor peternakan lainnya.

     

    Melihat peluang lainnya, tahun 2021 Tommy memutuskan beralih mengembangkan usaha peternakan kambing dimulai dari 4 ekor sebagai sarana belajar tentang perawatan kambing hingga sekarang jika ditotal mencapai hampir 60 ekor. Namun tantangan baru muncul terkait ketersediaan pakan yang memadai dan terjangkau.

    “Pelihara kambing makin banyak, pakan makin susah. Jadi saya kepikiran bikin pakan sendiri,” ujarnya.

    Bersama sang istri, Tommy mulai bereksperimen membuat pakan ternak. Bahan bakunya berasal dari limbah industri pangan seperti ampas tahu press yang mereka datangkan dari Bekasi, serta onggok atau gamblong dari Lampung dan bahan lainnya yang didatangkan dari Jawa Timur. Onggok adalah limbah pengolahan tepung tapioka yang kaya karbohidrat, cocok untuk pakan ternak.

    “Sekali datangkan onggok dari Lampung bisa sampai 35 ton, dan dalam sebulan dua kali pengiriman. Ampas tahu juga sebulan sampai 25 ton,” kata Dwi Eli Ernawati.

    Selain bahan baku tersebut, juga mendatangkan bahan pakan dari limbah produksi dari wilayah Jawa Timur hingga mencapai 20 ton perbulan. Hasil olahan Dara Farm kini menjadi andalan banyak peternak di Ponorogo, Madiun hingga Pacitan. Pakan buatan Tommy bisa digunakan untuk berbagai jenis ternak, mulai unggas, Kambing, Domba, hingga Sapi.

     

    Produksi pakan rata-rata mencapai 15 ton per bulan, yang didukung oleh dua karyawan tetap serta tenaga lepas jika volume kerja meningkat, terutama saat bongkar muat bahan baku. Tak hanya memproduksi pakan fermentasi, Tommy juga menanam rumput gajah dan hijauan pakan ternak lainnya untuk memenuhi kebutuhan hijauan, bahkan sampai bisa menjualnya untuk memenuhi permintaan dari peternak di sekitar Ponorogo. Dara Farm kini tumbuh menjadi usaha terpadu yang memanfaatkan potensi lokal sekaligus limbah pangan dari luar daerah.

    Menurut Tommy, keberhasilan usahanya tak lepas dari dukungan modal KUR BRI.

    “Tanpa KUR BRI, saya mungkin tidak bisa memulai usaha. Pinjaman itu yang membantu saya berani melangkah,” tuturnya.

    Kini Tommy tak berhenti bermimpi. Ia bercita-cita memiliki pabrik pakan ternak dengan brand sendiri agar bisa menjangkau pasar lebih luas.

    “Saya ingin punya brand pakan sendiri. Biar produk Dara Farm makin dikenal,” katanya penuh semangat.

    Kisah Tommy Wavolta menjadi bukti nyata bagaimana KUR BRI bukan sekadar pinjaman, melainkan bisa menjadi pintu menuju sukses. Dari keterbatasan modal, Tommy kini menjadi salah satu pengusaha pakan ternak yang diperhitungkan di Ponorogo dan sekitarnya.

    Pada kesempatan terpisah, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya mengungkapkan bahwa BRI terus menunjukkan komitmennya dalam mengimplementasikan Asta Cita guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).  Dengan semakin luas akses pembiayaan melalui KUR, semakin banyak pelaku usaha yang dapat bertumbuh, berkembang, dan berkontribusi lebih besar dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional.

    Hingga akhir Triwulan II tahun 2025, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp83,88 triliun, atau setara 47,93% dari total alokasi KUR tahun ini sebesar Rp175 triliun. Penyaluran ini dilakukan dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan. KUR BRI terus didorong sebagai solusi keuangan bagi pengusaha UMKM untuk memperkuat kapasitas usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.

     

    (*)

  • Harga Pangan 3 Agustus: Beras Premium Turun, Daging Kerbau Lokal Naik

    Harga Pangan 3 Agustus: Beras Premium Turun, Daging Kerbau Lokal Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan, rata-rata harga komoditas pangan di tingkat konsumen bergerak turun pada Minggu pagi (3/8/2025) dibanding hari sebelumnya. Hanya daging kerbau segar lokal yang tercatat bergerak naik pagi ini.

    Menyitir Panel Harga Bapanas, Minggu (3/8/2025), pukul 07.50 WIB, harga daging kerbau segar lokal di tingkat konsumen terpantau naik signifikan yakni 4,73% menjadi Rp148.333 per kilogram (kg).

    Sementara, harga daging kerbau beku impor terpantau turun 4,42% dibanding hari sebelumnya, menjadi Rp100.000 per kg. Kendati mengalami penurunan, harga komoditas ini masih di atas harga acuan penjualan (HAP) di tingkat konsumen sebesar Rp80.000 per kg.

    Lebih lanjut, laporan Bapanas menunjukkan bahwa harga berbagai klasifikasi beras bergerak turun. Di tingkat konsumen, harga beras premium secara rata-rata turun 2,44% menjadi Rp15.792 per kg, atau berada pada rentang harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah Rp14.900 per kg – Rp15.800 per kg.

    Kemudian, harga beras medium terpantau turun 2,25% menjadi Rp14.184 per kg dan beras SPHP tercatat turun 0,44% menjadi Rp12.549 per kg dibanding hari sebelumnya.

    Bapanas juga merekam penurunan harga pada sejumlah komoditas pangan. Pagi ini, harga jagung di tingkat peternak anjlok 13,58% menjadi Rp5.474 per kg dan kedelai biji kering impor turun 1,78% menjadi Rp10.621 per kg.

    Bawang merah dan bawang putih juga turun signifikan dibanding hari sebelumnya. Tercatat harga bawang merah di tingkat konsumen turun 10,79% menjadi Rp46.756 per kg dan bawang putih bonggol turun 8,82% menjadi Rp35.552 per kg.

    Berbagai jenis cabai juga menunjukkan penurunan harga. Dibanding hari sebelumnya, harga cabai merah keriting turun 9,73% menjadi Rp39.295 per kg, cabai merah besar turun 16,02% menjadi Rp36.887 per kg, dan cabai rawit merah turun 10,57% menjadi Rp49.288 per kg.

    ilustrasi cabai

    Kemudian, harga daging sapi murni turun 3,25% menjadi Rp130.447 per kg, daging ayam ras turun 3,27% menjadi Rp34.312 per kg, dan telur ayam ras turun 2,76% menjadi Rp28.886 per kg.

    Bapanas merekam, harga gula konsumsi turun 1,41% menjadi Rp18.064 per kg, tepung terigu curah turun 3,29% menjadi Rp9.478 per kg, dan tepung terigu kemasan turun 2,93% menjadi Rp12.672 per kg.

    Harga minyak goreng kemasan turun 3,78% menjadi Rp20.152 per liter, minyak goreng curah turun 1,5% menjadi Rp17.297 per liter, dan minyakita turun 1,98% menjadi Rp17.164 per liter.

    Selanjutnya, harga garam konsumsi tercatat turun signifikan 5,83% dibanding hari sebelumnya, menjadi Rp11.071 per kg.

    Terakhir, berbagai jenis ikan terpantau bergerak turun. Ikan kembung turun 4,94% menjadi Rp39.696 per kg, ikan tongkol turun 5.62% menjadi Rp32.707 per kg, dan ikan bandeng turun 2,54% menjadi Rp34.047 per kg.

  • Mengenal "Belulut", Budaya Desa Sade yang Pel Lantai Pakai Kotoran Sapi
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        3 Agustus 2025

    Mengenal "Belulut", Budaya Desa Sade yang Pel Lantai Pakai Kotoran Sapi Nasional 3 Agustus 2025

    Mengenal “Belulut”, Budaya Desa Sade yang Pel Lantai Pakai Kotoran Sapi
    Tim Redaksi
    LOMBOK, KOMPAS.com

    Desa Sade
    , yang dikenal sebagai desa wisata di Nusa Tenggara Barat (NTB), punya keunikan sendiri dalam merawat rumah mereka.
    Lantai rumah di Desa Sade yang terbuat dari campuran tanah liat, ternyata memerlukan perawatan khusus yang disebut belulut.
    Belulut merupakan proses melumuri lantai rumah dengan menggunakan
    kotoran sapi
    atau kerbau.
    Keunikan yang ada di desa adat
    suku Sasak
    itu tidak lazim dilakukan di daerah lain, namun telah menjadi tradisi turun temurun di sana.
    Kompas.com berkesempatan melihat langsung proses belulut saat menyambangi Desa Sade, Rembitan, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, yang dilakukan oleh warga suku Sasak.
    Pada Sabtu (2/8/2025) siang, Anggi (33), warga Desa Sade sekaligus penjual kain tenun, nampak sedang berjongkok sembari mengambil sesuatu di lantai depan pintu rumahnya.
    Anggi mengatakan, ia sedang mengepel lantai rumahnya atau disebut bale yang terbuat dari campuran tanah liat.
    “Lagi apa, Bu?” tanya Kompas.com kepada ibu tersebut.
    “Lagi ngepel,” jawab Anggi.
    Uniknya, lantainya yang sedang dipel itu justru berubah warna menjadi kehijauan.
    Terlihat pula Anggi mengeluarkan sesuatu yang berwarna hijau agak tua dari sebuah kantong plastik hitam dan mengoleskannya ke lantai.
    Saat ditanya lebih lanjut, ia mengungkap bahwa lantainya dipel dengan cara digosokkan menggunakan kotoran sapi.
    “Pake tahi sapi,” kata Anggi lagi.
    Menurut Anggi, hampir semua rumah adat di Desa Sade melakukan belulut.
    Sebab, ini sudah menjadi tradisi turun temurun bagi suku Sasak.
    Mayoritas rumah adat di desa tersebut memiliki bentuk serupa, yakni lantai berwarna keabu-abuan yang terbuat dari tanah liat.
    Rumah di Desa Sade juga memiliki dinding anyaman bambu serta atap dari alang-alang atau rumput kering dengan bentuk melengkung atau runcing.
    Kegiatan mengepel lantai dengan kotoran sapi atau belulut, kata Anggi, kerap dilakukannya sebanyak dua kali dalam satu minggu.
    “Dua kali seminggu,” ungkap Anggi.
    Bukan hanya melakukan belulut di bagian depan rumah, seluruh lantai di dalam rumah juga dipelnya dengan kotoran sapi.
    Wanita berusia 33 tahun itu menyebut tradisi ini dilakukan agar membuat lantai rumah lebih kuat dan tahan lama.
    “Kan biar enggak berdebu, biar kuat tanahnya, biar enggak retak-retak. Kalau ada retak-retak, dipel lagi, digosok. Namanya belulut. Itu memperkuat lantai rumah kita,” tutur Anggi.
    Meski dipel dengan kotoran sapi, dari penginderaan Kompas.com, tidak tercium bau kotoran yang mencolok.
    Hal ini, menurut Anggi, disebabkan oleh proses belulut yang menggunakan kotoran sapi yang masih segar.
    “Enggak bau, karena kan baru keluar dari rice cooker-nya,” ucap Anggi, sambil tertawa.
    Anggi menyebut, lantai yang sudah dipel dengan kotoran sapi dapat kering dalam waktu sekitar 15 menit dan langsung dapat digunakan tanpa dibilas.
    “15 menit. Setelah kering bisa disapu, pake sapu padi,” kata dia lagi.
    Sebagaimana diketahui, Desa Sade telah dikenal sebagai desa wisata sejak 1982, dan diakui secara resmi oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 1993.
    Desa adat suku Sasak ini juga menjadi salah satu tujuan Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming Raka saat kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2 Agustus 2025.
    Desa tersebut bukan hanya menawarkan arsitektur rumah adat dan budaya yang khas, tetapi juga menjual beragam kerajinan seperti kain tenun, kain songke, tampu kemalu, hingga aksesori dari bahan alami.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.