Hewan: Sapi

  • Embusan angin segar bagi peternak sapi perah

    Embusan angin segar bagi peternak sapi perah

    Jakarta (ANTARA) – Peternak sapi perah, Danu Nugroho dan beberapa lainnya, agaknya tak menduga jika aksi mandi susu pada Sabtu (9/11) di Boyolali, Jawa Tengah, itu memantik perhatian publik.

    Bercelana pendek dan berkaus singlet, Danu tampak tak ragu diguyur susu segar oleh rekannya di bak mobil pikap. Aksi itu juga dilakukan beberapa peternak sapi perah lain.

    Tampak puluhan mobil pikap serupa dengan muatan susu segar juga berjejer di sepanjang jalan itu. Aksi tak biasa ini setidaknya menyedot perhatian publik di sekitarnya. Sedikitnya susu segar 50 ribu liter atau 50 ton susu terbuang selama aksi itu.

    Di sela aksi itu, peternak juga membagikan susu segar kepada warga secara gratis di Simpang Lima Boyolali. Warga tampak antusias mendapatkan berkah minuman bergizi itu.

    Aksi unik Danu dan kawan-kawan itu kontan menghiasi peliputan media massa media cetak, elektronik, televisi, hingga media daring.

    Danu seraya menyeka susu yang mengguyur kepala dan sekujur tubuhnya mengaku aksinya sebagai bentuk keprihatinan karena sejak September tahun ini, susu produksi mereka sering ditolak oleh industri pengolahan susu (IPS) di daerah itu.

    Koordinator aksi, Sriyono, mengaku aksi itu sebagai bentuk protes sekaligus kekecewaan karena produksi mereka ditolak oleh IPS dengan beragam alasan sehingga peternak tidak tahu harus berbuat apa.

    Alasan pabrik, kata Sriyono, mulai dari lesunya pasar. Namun, ia menduga pembatasan itu karena faktor impor susu yang memang tak ada batasan.

    Sriyono menyebut kebutuhan susu nasional selama ini 80 persen dipenuhi impor, sedangkan produksi nasional hanya memasok 20 persen.

    Problem keberpihakan

    Susu merupakan salah satu sumber pangan asal hewani yang sangat penting perannya dalam meningkatkan status gizi seseorang.

    Oleh karena itu, di tengah menurunnya daya beli kelompok masyarakat tertentu saat ini, aksi “buang-buang” susu itu cukup menyita perhatian sekaligus keprihatinan.

    Tak hanya itu, publik menjadi sadar dan paham bahwa ternyata kebutuhan dan konsumsi susu nasional serta kemampuan produksi tak terlalu menggembirakan.

    Data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perindustrian pada 2021 menunjukkan bahwa kebutuhan susu nasional sejumlah 4,19 juta ton, sedangkan kemampuan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) hanya 0,87 juta ton.

    Artinya, produksi SSDN hanya mampu memenuhi sekitar 19–20 persen kebutuhan susu nasional, selebihnya harus dipenuhi melalui impor.

    Kementerian Perindustrian pada 2022 menyebutkan bahwa kebutuhan susu selama 6 tahun terakhir mengalami peningkatan dengan rata- rata 6 persen per tahun, sedangkan produksi susu segar dalam negeri hanya tumbuh 1 persen.

    Copyright © ANTARA 2024

  • Wamenkop: Koperasi bagian dari pertahanan negara

    Wamenkop: Koperasi bagian dari pertahanan negara

    Selasa, 12 November 2024 17:39 WIB

    Pekerja memindahkan susu sapi di Koperasi Unit Desa (KUD) Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (12/11/2024). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Spt.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2024

  • Menteri Koperasi: 80% Susu yang Dikonsumsi Warga RI Hasil Impor – Espos.id

    Menteri Koperasi: 80% Susu yang Dikonsumsi Warga RI Hasil Impor – Espos.id

    Perbesar

    ESPOS.ID – Ilustrasi susu. (Freepik)

    Esposin, JAKARTA — Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyatakan akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengevaluasi aturan atau regulasi impor susu menyusul permasalahan kelebihan produksi susu dalam negeri yang tak terserap oleh pabrik.

    Dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Senin (11/11/2024), Budi Arie mengatakan sekitar 80% susu yang dikonsumsi masyarakat Indonesia saat ini berasal dari impor. Impor susu terbesar saat ini berasal dari Selandia Baru dan Australia.

    Promosi
    BRI Hadirkan Kemudahan Investasi Sukuk Tabungan ST013 melalui BRImo

    “Selandia Baru dan Australia memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia, yang menghapuskan bea masuk pada produk susu sehingga membuat harga produk susu mereka setidaknya 5% lebih rendah dibandingkan dengan harga pengekspor produk susu global lainnya,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. 

    Ia menuturkan situasi semakin buruk karena industri pengolahan susu (IPS) lebih memilih mengimpor susu bubuk (skim) daripada susu segar.

    Akibatnya, para peternak sapi perah di Indonesia rugi karena harga susu segar produksi mereka menjadi sangat rendah, yaitu hanya Rp7.000 per liter, di bawah harga ideal Rp9.000 per liter.

    Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono menambahkan bahwa dari total produksi susu nasional, 70% disumbangkan oleh koperasi peternak sapi perah. Namun, jumlah ini baru bisa memenuhi 20% dari total kebutuhan susu dalam negeri.

    Menurut data pemerintah, konsumsi susu nasional pada 2023 mencapai 4,6 juta ton. Namun, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 1 juta ton atau sekitar 20% dari total kebutuhan. Sementara sisanya berasal dari impor.

    “Oleh karena itu, sisa yang 80% yang sementara ini dilakukan importasi susu itu nanti secara bertahap akan kita kurangi dan kita akan mendorong industri pengolahan susu yang berbadan hukum, berbadan usaha koperasi,” ucap Ferry.

    Ia menambahkan bahwa Kemenkop juga akan meminta Kementerian Perdagangan untuk meninjau kembali soal pengenaan bea masuk 0% terhadap produk susu impor, yang saat ini didominasi oleh Selandia Baru dan Australia.

    Di sisi lain Indonesia dan Australia saat ini memiliki perjanjian perdagangan bebas bilateral IA-CEPA, yang telah berlaku sejak 5 Juli 2020.

    Melalui perjanjian IA-CEPA, Australia telah menghilangkan seluruh tarif bea masuk (6.474 pos tarif) untuk produk-produk Indonesia, sehingga ekspor Indonesia ke Australia sepenuhnya bebas bea masuk.

    Sementara itu, Indonesia juga telah menghapuskan sebagian besar tarif bea masuknya (94,5%) atau setara dengan 10.229 pos tarif untuk produk-produk Australia.

    Kondisi peternak dan koperasi susu menjadi sorotan belakangan ini setelah para peternak sapi perah dan pengepul susu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengeluhkan pembatasan kuota penyerapan susu oleh industri pengolahan susu.

    Para pengepul susu dan peternak melakukan aksi protes di Kabupaten Boyolali pada Sabtu (9/11/2024) dengan aksi mandi susu menggunakan susu yang tak terserap industri pengolahan susu.

    Produksi susu oleh peternak sapi perah dan pengepul susu di Kabupaten Boyolali mencapai 140.000 liter per hari. Belakangan ini, serapan IPS hanya sekitar 110.000 liter per hari. Terdapat sisa sebanyak 30.000 liter per hari yang tak terserap pabrik.

    Salah satu koperasi yang terdampak adalah KUD Mojosongo, yang merupakan koperasi produksi susu terbesar di Kabupaten Boyolali.

    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram “Solopos.com Berita Terkini” Klik link ini.

  • Harga daging sapi turun menjadi Rp130.350 per kg pada Selasa pagi

    Harga daging sapi turun menjadi Rp130.350 per kg pada Selasa pagi

    Pembeli membayar daging sapi kepada penjual di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta, Minggu (27/2/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

    Harga daging sapi turun menjadi Rp130.350 per kg pada Selasa pagi
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Selasa, 12 November 2024 – 10:40 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif per Selasa pagi, beras dan bawang naik sedangkan daging sapi murni turun menjadi Rp130.350 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,26 persen atau Rp40 menjadi Rp15.490 per kg.

    Begitu pun beras medium naik 0,22 persen atau Rp30 menjadi Rp13.540 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog juga naik 0,40 persen atau Rp50 menjadi Rp12.610 per kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah naik 1,71 persen atau Rp610 menjadi Rp36.370 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 1,68 persen atau Rp680 menjadi Rp41.180 per kg.

    Sedangkan harga komoditas cabai merah keriting turun 3,86 persen atau Rp1.110 menjadi Rp27.670 per kg; sementara cabai rawit merah naik 1,73 persen atau Rp700 menjadi Rp41.260 per kg.

    Berikutnya, harga daging sapi murni turun 3,35 persen atau Rp4.520 menjadi Rp130.350 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 1,38 persen atau Rp500 menjadi Rp36.740 per kg; lalu telur ayam ras juga naik 1,54 persen atau Rp440 menjadi Rp28.290 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 1,61 persen atau Rp170 menjadi Rp10.730 per kg; lalu gula konsumsi juga naik 0,84 persen atau Rp150 menjadi Rp18.100 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana terpantau stabil di harga Rp18.330 per kg; sedangkan minyak goreng curah turun 1,13 persen atau Rp190 menjadi Rp16.610 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 0,69 persen atau Rp70 menjadi Rp10.080 per kg; begitu pun tepung terigu non curah juga turun 1,22 persen atau Rp160 menjadi Rp12.960 per kg.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 5,35 persen atau Rp320 menjadi Rp6.300 per kg; harga garam halus beryodium turun 1,21 persen atau Rp140 menjadi Rp11.390 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau turun 1,51 persen atau Rp560 menjadi Rp36.510 per kg; sedangkan ikan tongkol naik 0,71 persen atau Rp220 menjadi Rp31.170 per kg; lalu ikan bandeng turun 2,73 persen atau Rp910 menjadi Rp32.400 per kg.

    Sumber : Antara

  • Biar Diterima Industri Pengolahan Susu, Menperin Minta Mentan Bina Peternak Sapi Perah – Page 3

    Biar Diterima Industri Pengolahan Susu, Menperin Minta Mentan Bina Peternak Sapi Perah – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa seluruh industri pengolah susu (IPS) harus menyerap hasil panen peternak lokal.

    Hal ini disampaikan menyusul kejadian peternak susu di Pasuruan, Jawa Timur, dan Boyolali, Jawa Tengah, yang terpaksa membuang susu karena ditolak oleh industri.

    Menteri Amran telah memfasilitasi pertemuan antara pihak industri dan peternak untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Hasilnya, ia menetapkan kewajiban bagi seluruh industri untuk menyerap susu dari peternak lokal.

    “Kami sudah mempertemukan industri, peternak, dan pengepul, semuanya sudah sepakat, damai, dan seterusnya,” ujar Menteri Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (11/11/2024).

    Kewajiban penyerapan susu lokal ini telah ditetapkan dalam regulasi baru. Surat edarannya juga langsung disebarkan ke dinas peternakan di berbagai daerah di Indonesia.

    “Kami mengubah regulasi, seluruh industri wajib menyerap susu dari peternak lokal. Suratnya sudah kami tandatangani dan dikirim ke dinas-dinas di provinsi dan kabupaten untuk ditindaklanjuti,” jelas Mentan.

     

  • Daging Sapi Turun, Minyak Goreng Stabil

    Daging Sapi Turun, Minyak Goreng Stabil

    Jakarta: Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif per Selasa pagi (12/11), beras dan bawang naik sedangkan daging sapi murni turun menjadi Rp130.350 per kilogram (kg).
     
    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 12 November 2024, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,26 persen atau Rp40 menjadi Rp15.490 per kg.
     
    Begitu pun beras medium naik 0,22 persen atau Rp30 menjadi Rp13.540 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog juga naik 0,40 persen atau Rp50 menjadi Rp12.610 per kg.
    Berikutnya komoditas bawang merah naik 1,71 persen atau Rp610 menjadi Rp36.370 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 1,68 persen atau Rp680 menjadi Rp41.180 per kg.
     
    Sedangkan harga komoditas cabai merah keriting turun 3,86 persen atau Rp1.110 menjadi Rp27.670 per kg; sementara cabai rawit merah naik 1,73 persen atau Rp700 menjadi Rp41.260 per kg.
     
    Berikutnya, harga daging sapi murni turun 3,35 persen atau Rp4.520 menjadi Rp130.350 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 1,38 persen atau Rp500 menjadi Rp36.740 per kg; lalu telur ayam ras juga naik 1,54 persen atau Rp440 menjadi Rp28.290 per kg.
     

     

    Harga minyak goreng kemasan stabil

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 1,61 persen atau Rp170 menjadi Rp10.730 per kg; lalu gula konsumsi juga naik 0,84 persen atau Rp150 menjadi Rp18.100 per kg.
     
    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana terpantau stabil di harga Rp18.330 per kg; sedangkan minyak goreng curah turun 1,13 persen atau Rp190 menjadi Rp16.610 per kg.
     
    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 0,69 persen atau Rp70 menjadi Rp10.080 per kg; begitu pun tepung terigu non curah juga turun 1,22 persen atau Rp160 menjadi Rp12.960 per kg.
     
    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 5,35 persen atau Rp320 menjadi Rp6.300 per kg; harga garam halus beryodium turun 1,21 persen atau Rp140 menjadi Rp11.390 per kg.
     
    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau turun 1,51 persen atau Rp560 menjadi Rp36.510 per kg; sedangkan ikan tongkol naik 0,71 persen atau Rp220 menjadi Rp31.170 per kg; lalu ikan bandeng turun 2,73 persen atau Rp910 menjadi Rp32.400 per kg.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Menperin Dukung Langkah Mentan untuk Gunakan Susu Segar Dalam Negeri

    Menperin Dukung Langkah Mentan untuk Gunakan Susu Segar Dalam Negeri

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung inisiatif Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang mewajibkan industri pengolahan susu (IPS) untuk menyerap susu segar dari dalam negeri (SSDN) yang dihasilkan oleh peternak dan pengepul sebagai bahan baku utama industri.

    “Langkah ini menunjukkan dukungan nyata pemerintah terhadap peternak lokal,” ucap Agus dikutip dari Antara, Selasa (12/11/2024).

    Menperin menyampaikan, produksi SSDN domestik saat ini baru dapat memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan industri pengolahan susu, yaitu sekitar 750.000 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 530.000 ton pasokan susu segar diperoleh dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia, yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak, dengan kualitas susu yang memenuhi standar. Sementara itu, sekitar 80% bahan baku susu masih harus diimpor.

    Menurut Agus, industri pengolahan susu nasional tumbuh rata-rata 5% per tahun, sedangkan produksi susu segar domestik hanya tumbuh sekitar 0,9%per tahun. Hal ini menyebabkan semakin besarnya ketergantungan pada impor karena adanya kesenjangan antara produksi SSDN dan kebutuhan bahan baku industri.

    “Agar kesenjangan ini tidak semakin lebar, kami mengharapkan Kementerian Pertanian sebagai pembina peternak sapi perah dapat melakukan pembinaan yang lebih intensif, mulai dari proses pemerahan, penyimpanan, hingga penanganan susu, agar sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh industri,” jelasnya.

    Lebih jauh, Agus juga menyatakan dukungannya terhadap keterlibatan peternak sapi perah rakyat dalam program petani milenial yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.

    Inisiatif ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk terjun sebagai peternak dan produsen susu lokal, demi mencapai swasembada pangan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional.

    Agus juga mendukung agar susu dijadikan komoditas barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) agar dapat diusulkan masuk dalam neraca komoditas.

    Langkah ini bertujuan untuk menjaga kebutuhan dan ketersediaan susu di tingkat nasional, serta menyediakan platform bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam pembinaan dan penjaminan ketersediaan SSDN guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri.

    “Dengan sinergi dan kerja sama yang baik dari seluruh pemangku kepentingan, diharapkan produktivitas dan kualitas susu dalam negeri dapat terus meningkat,” pungkasnya.

  • Impor Susu Tembus 80%, Wamentan Ancam Cabut Izin Industri yang Tak Serap Produksi Peternak Lokal

    Impor Susu Tembus 80%, Wamentan Ancam Cabut Izin Industri yang Tak Serap Produksi Peternak Lokal

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan 80% kebutuhan susu sapi dalam negeri terpenuhi oleh impor. Merespons ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan sanksi pencabutan izin bagi industri pengolahan susu yang tak menyerap susu dari peternak sapi perah lokal.

    “Susu kita ini, dari kebutuhan 100%, baru 20% yang bisa kita sediakan dari peternak lokal. Pada 1997 dahulu impornya 40%. Lama-lama gapnya makin gede, sekarang 80% impor. Kalau dibiarkan, lama-lama impor semua,” ungkapnya dalam wawancara khusus program “Beritasatu Special” BTV di kantor Kementan, Senin (11/11/2024).

    Menanggapi permasalahan ini, Sudaryono mengungkapkan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah mempertemukan peternak sapi perah, pengepul, dan industri pengolahan susu. Dalam mediasi tersebut, semua pihak sepakat untuk menyerap produksi susu dalam negeri secara maksimal.

    “Jadi, nanti Pak Menteri akan tinjau. Tadi antara semua dunia usaha, industri pengolahan, pengepul, dan petani susu sudah dikumpulkan semua. Sudah dibuatkan edaran dan surat keputusan industri pengolahan susu wajib hukumnya menerima susu dari peternak lokal,” jelasnya.

    Dengan ini, Sudaryono berharap sebagian besar kebutuhan susu sapi dalam negeri akan terpenuhi oleh peternak sapi perah lokal. Dia menegaskan, apabila industri pengolahan susu tidak menyerap susu lokal maka izin impornya akan dicabut.

    “Kalau enggak diserap susu lokalnya, maka kebutuhan dia yang lain untuk impor dan lain-lain, kita akan cabut. Tadi sudah sepakat, sudah salaman. Nah, kita ingin dorong sebanyak mungkin. Jadi enggak ada batasan-batasan. Selama peternak itu bisa memproduksi susu, maka wajib hukumnya itu harus ambil semua,” tegasnya.

    Sudaryono menyampaikan, dengan langkah ini pemerintah optimistis susu dari peternak sapi perah lokal akan lebih terserap. Apalagi, kata dia, Presiden Prabowo Subianto juga telah menyiapkan program makan bergizi gratis yang akan menyerap susu dari peternak lokal.

    “Pemerintah itu ada di tengah, kita membela rakyat. Peternak kita belain dan mereka harus juga sesuai dengan aturan dong, enggak boleh nakal-nakal juga. Industri juga harus kita belain, tetapi mereka ini enggak boleh atas nama efisiensi, atas nama kualitas, dan lain-lain, terus enggak mau serap. Ini dua-duanya harus jaga semua,” ujarnya.

  • Aksi Peternak Buang Susu, Kementan Tangguhkan Izin Impor Lima Perusahaan Susu

    Aksi Peternak Buang Susu, Kementan Tangguhkan Izin Impor Lima Perusahaan Susu

    Jakarta: Aksi sejumlah peternak yang membuang susu akibat keterbatasan penyerapan ini memicu respons tegas dari Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Ia mengambil lankah penangguhan izin impor lima perusahaan susu.

    “Ada lima perusahaan impornya kami tahan dulu izinnya sampai semua kondusif seluruh Indonesia,” kata Amran dalam konferensi pers di kantor Kementan, Jakarta Selatan, Senin 11 November 2024.

    Baca juga: Aksi Kecewa, Peternak di Jatim Buang Ribuan Liter Susu Segar

    Amran menegaskan pembuangan susu itu lantaran pembatasan penyerapan susu dalam negeri oleh industri. Amran bahkan mengancam pencabutan izin permanen bagi perusahaan-perusahaan jika masih enggan menyerap susu sapi dari peternak lokal.

    “Kalau dari lima ada yang masih mencoba (tidak serap susu lokal), aku cabut izinnya dan tidak boleh impor lagi. Itu ketegasan kami dari kementerian, karena kami tidak ingin antara peternak dengan industri tidak bergandengan tangan,” imbuhnya.

    Sebelumnya sejumlah peternak di berbagai daerah melakukan pembuangan susu hasil produksi sendiri. Mereka menuding kebijakan pembatasan oleh industri sebagai biang kerok.

    Di antaranya di Boyolali, Jawa Tengah. Para peternak mengepresikan protes dengan melakukan mandi susu.

    Jakarta: Aksi sejumlah peternak yang membuang susu akibat keterbatasan penyerapan ini memicu respons tegas dari Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Ia mengambil lankah penangguhan izin impor lima perusahaan susu.
     
    “Ada lima perusahaan impornya kami tahan dulu izinnya sampai semua kondusif seluruh Indonesia,” kata Amran dalam konferensi pers di kantor Kementan, Jakarta Selatan, Senin 11 November 2024.
     
    Baca juga: Aksi Kecewa, Peternak di Jatim Buang Ribuan Liter Susu Segar
    Amran menegaskan pembuangan susu itu lantaran pembatasan penyerapan susu dalam negeri oleh industri. Amran bahkan mengancam pencabutan izin permanen bagi perusahaan-perusahaan jika masih enggan menyerap susu sapi dari peternak lokal.
     
    “Kalau dari lima ada yang masih mencoba (tidak serap susu lokal), aku cabut izinnya dan tidak boleh impor lagi. Itu ketegasan kami dari kementerian, karena kami tidak ingin antara peternak dengan industri tidak bergandengan tangan,” imbuhnya.
     
    Sebelumnya sejumlah peternak di berbagai daerah melakukan pembuangan susu hasil produksi sendiri. Mereka menuding kebijakan pembatasan oleh industri sebagai biang kerok.
     
    Di antaranya di Boyolali, Jawa Tengah. Para peternak mengepresikan protes dengan melakukan mandi susu.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Bawang Merah Naik Jadi Rp36.410/Kg

    Bawang Merah Naik Jadi Rp36.410/Kg

    Jakarta: Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum naik per Senin (11/11) pagi, bawang putih naik Rp1.290 menjadi Rp36.410 per kilogram (kg).
     
    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 1,94 persen atau Rp300 menjadi Rp15.740 per kg.
     
    Begitu pun beras medium naik 0,44 persen atau Rp60 menjadi Rp13.570 per kg; sedangkan beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 0,80 persen atau Rp100 menjadi Rp12.470 per kg.
     
    Berikutnya komoditas bawang merah naik 3,67 persen atau Rp1.290 menjadi Rp36.410 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 2,58 persen atau Rp1.040 menjadi Rp41.390 per kg.
     
    Kemudian harga komoditas cabai merah keriting naik 4,75 persen atau Rp1.340 menjadi Rp29.580 per kg; Lalu cabai rawit merah juga naik 1,79 persen atau Rp710 menjadi Rp40.460 per kg.
     

     

    Harga daging sapi turun
     
    Berikutnya, harga daging sapi murni turun 3,47 persen atau Rp4.690 menjadi Rp130.590 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 1,55 persen atau Rp560 menjadi Rp36.640 per kg; lalu telur ayam ras naik 2,85 persen atau Rp810 menjadi Rp29.220 per kg.
     
    Selanjutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 2,73 persen atau Rp290 menjadi Rp10.900 per kg; lalu gula konsumsi juga naik 1,50 persen atau Rp270 menjadi Rp18.250 per kg.
     
    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 0,60 persen atau Rp110 menjadi Rp18.380 per kg; sedangkan minyak goreng curah turun 0,78 persen atau Rp130 menjadi Rp16.640 per kg.
     
    Lalu harga tepung terigu curah naik 0,59 persen atau Rp60 menjadi Rp10.160 per kg; sedangkan tepung terigu non curah turun 1,37 persen atau Rp180 menjadi Rp12.590 per kg.
     
    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 8,92 persen atau Rp530 menjadi Rp6.470 per kg; harga garam halus beryodium turun 3,11 persen atau Rp360 menjadi Rp11.200 per kg.
     
    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik 3,27 persen atau Rp1.200 menjadi Rp37.870 per kg; begitu pun ikan tongkol naik 1,28 persen atau Rp390 menjadi Rp30.860 per kg; lalu ikan bandeng juga naik 2,21 persen atau Rp730 menjadi Rp33.830 per kg.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)