Hewan: Sapi

  • Aturan Impor Jutaan Ekor Sapi Perah Tunggu Tanda Tangan Prabowo

    Aturan Impor Jutaan Ekor Sapi Perah Tunggu Tanda Tangan Prabowo

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan telah memiliki rancangan aturan terkait impor sapi perah. Aturan itu dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres), dan tinggal menunggu tanda tangan Presiden Prabowo Subianto untuk sah ditetapkan dan berlaku. 

    Mengutip dokumen paparan Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR pada hari Selasa (5/11/2024) lalu, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat ada 55 perusahaan yang akan mengimpor 1,3 juta ekor sapi perah. Impor ini dilakukan untuk turut menggenjot produksi susu dalam negeri untuk program Makan Bergizi Gratis.

    Melansir detikfinance, importasi akan dilakukan bertahap mulai tahun 2025 sampai 2029 nanti. Sumbernya adalah dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Meksiko.

    “Pemerintah berencana merevisi Peraturan Presiden (Perpres) terkait kebijakan impor sapi perah, sehingga nantinya sapi impor dapat disalurkan langsung kepada peternak lokal. Kami sudah melapor ke Menteri Sekretaris Negera (Mensesneg) dan beliau setuju,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (14/11/2024).

    “Insya Allah, akan diteruskan ke Presiden. Jika izin hari ini dimasukkan, hari ini juga kami tanda tangani. Tidak ada prosedur rumit. Kita ingin agar kebutuhan susu nasional dapat terpenuhi dengan baik,” imbuh dia.

    Perpres tersebut, kata Amran, mencerminkan komitmen pemerintah menekan ketergantungan atas susu impor.

    “Usulan Perpres baru ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor susu dan menciptakan pasar yang lebih stabil bagi peternak dalam negeri,” ujarnya.

    “Pemerintah berharap regulasi ini akan mendorong industri pengolahan susu nasional untuk berkontribusi dalam memperkuat sektor peternakan sapi perah di Indonesia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak lokal,” ucap Amran. 

    RI Andalkan Susu Impor

    Amran menuturkan awal mula ketergantungan Indonesia atas susu impor. Padahal, Indonesia pernah memiliki kebijakan pengembangan susu dalam negeri.

    Menurutnya, kewajiban penyerapan susu lokal dihapus pada era krisis finansial Asia 1997-1998 karena intervensi IMF, yang mendorong liberalisasi ekonomi dan membuka pintu bagi impor susu yang lebih tinggi.

    “Dulu, pada 97-98, kewajiban menyerap susu lokal dicabut berdasarkan saran IMF. Sekarang kami hidupkan kembali agar peternak lokal bisa berkembang dan produksi dalam negeri meningkat. Akibat pencabutan kebijakan tersebut, impor susu di Indonesia meningkat drastis,” paparnya. 

    “Bayangkan, dulu kita hanya impor 40 persen, sekarang sudah mencapai 80 persen. Ini dampak dari regulasi yang ada. Secara bertahap angka ini akan kami tekan, nah ini akan berbalik nantinya, dengan regulasi baru pasti produksi kita meningkat seiring berjalannya waktu,” tukas Amran.

    Kini, dia pun kembali mewajibkan penyerapan susu produksi peternak lokal. 

    “Kami wajibkan industri menyerap susu peternak di Indonesia. Tetapi di sisi lain, kami minta peternak jaga kualitasnya agar industri pun mendapatkan susu dengan kualitas terbaik,” tegasnya.

    “Alhamdulillah, sekarang sudah sepakat bergandengan tangan membangun Indonesia, khususnya sektor persusuan dan peternakan sapi perah. Kami sangat bahagia, dan ini adalah tonggak sejarah kebangkitan produksi susu Indonesia,” sebutnya.

    Di sisi lain, Amran menambahkan, program Makan Bergizi Gratis yang direncanakan Presiden Prabowo Subianto akan mendongkrak permintaan susu di dalam negeri. Dia yakin, hal itu akan juga mendorong peningkatan produksi susu di dalam negeri.

    (dce/dce)

  • Mentan permudah impor sapi perah guna tingkatkan kualitas produksi

    Mentan permudah impor sapi perah guna tingkatkan kualitas produksi

    Kami tidak akan persulit untuk impor sapi perah bagi para peternak demi meningkatkan kualitas susu lokalPasuruan (ANTARA) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa Kementerian Pertanian akan mempermudah peternak termasuk di wilayah Pasuruan untuk mengimpor sapi perah guna meningkatkan kualitas susu dalam negeri.

    Amran menjelaskan hal tersebut merupakan langkah nyata keberpihakan pemerintah kepada peternak sapi perah lokal, demi meningkatkan kualitas susu lokal dalam upaya mendukung Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Kami tidak akan persulit untuk impor sapi perah bagi para peternak demi meningkatkan kualitas susu lokal,” ujar Amran di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis.

    Dalam acara Gerakan Peningkatan Produksi Susu Segar dalam Negeri tersebut, Amran meminta seluruh elemen di Kementerian Pertanian untuk tidak mempersulit izin impor sapi perah.

    Selain itu, Amran juga menegaskan tidak boleh ada gratifikasi di tubuh Kementan dalam melayani masyarakat terutama para peternak sapi perah dan importir sapi di Indonesia.

    “Kami akan blacklist importirnya dan kami siap memberhentikan pegawai yang masih berani mempermainkan nasib masyarakat,” ujar Amran.

    Amran menjelaskan bahwa peternak bisa berkoordinasi langsung dengan importir sapi perah lokal yang siap membantu agar nantinya Kementan bisa melegalkan proses tersebut.

    “Peternak yang mau impor sapi untuk produksi susu, bebas akan saya tanda tangani langsung, tidak ada main-main dengan peraturan dan mempersulit masyarakat,” tegas Amran.

    Selain itu Amran juga menjelaskan bahwa pihaknya akan mendalami terkait pendanaan peternak yang akan mengimpor sapi perah dengan beberapa pihak terkait termasuk bank daerah dan koperasi untuk merumuskan skema pinjaman dalam pengadaan impor bagi peternak.

    Sementara itu salah satu perwakilan importir hewan ternak asal Banyuwangi Aminoto Kurniawan menjelaskan bahwa pihaknya tidak akan mengambil sepeserpun keuntungan dalam pelaksanaan impor sapi bagi peternak di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Pasuruan.

    “Kami beli berapa akan kami jual dengan harga yang sama, semua demi peternak kita,” ujar Aminoto.

    Pernyataan tersebut langsung disambut baik oleh Mentan Amran. Mentan menjelaskan langkah ini merupakan wujud kecintaan anak bangsa demi kemakmuran Indonesia.

    “Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada pihak importir dalam dukungannya bagi peternak sapi perah lokal,” ujar Menteri Amran.

    Baca juga: Kemenkop koordinasi dengan Kemendag evaluasi regulasi impor susu
    Baca juga: Kementan berencana impor 1 juta sapi perah dalam lima tahun
    Baca juga: Barantin sebut 3.323 sapi hidup asal Australia tiba di Indonesia

    Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah/Fahmi Alfian
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2024

  • Mentan teken nota kesepahaman dukung penyerapan susu peternak lokal

    Mentan teken nota kesepahaman dukung penyerapan susu peternak lokal

    Kalau mau mencintai Indonesia, IPS harus mencintai peternak sapi perah lokal di IndonesiaPasuruan (ANTARA) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menandatangani nota kesepahaman antara pemerintah dengan peternak dan pengepul susu, serta Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto

    Dalam acara yang digelar di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, Mentan mendorong kerja sama antarpemangku kepentingan untuk menambah penyerapan susu dari peternak lokal sebagai bentuk kebangkitan industri susu sapi lokal.

    “Kalau mau mencintai Indonesia, IPS harus mencintai peternak sapi perah lokal di Indonesia,” ujar Amran.

    Amran menjelaskan regulasi tentang impor susu sudah diubah sesuai arahan Presiden Prabowo demi melindungi peternak lokal. Mentan meminta pelaku IPS untuk menambah jumlah penyerapan susu dari peternak lokal dan membatasi impor susu dari luar negeri.

    Hal ini merupakan langkah Kementerian Pertanian menanggapi turunnya kapasitas produksi dan penyerapan susu lokal.

    “Ini adalah hari kebangkitan untuk peternakan susu di Indonesia yang mana sejalan dengan Program Makan Siang Gratis Presiden yang di dalamnya terdapat susu,” ujar Amran.

    Baca juga: Menperin dukung upaya Mentan untuk serap produksi susu domestik

    Baca juga: Mentan mediasi peternak sapi perah dan industri pengolahan susu

    Selain itu Amran menegaskan kepada peternak untuk terus menjaga kualitas susu hasil produksinya. Ia meminta para peternak untuk tidak curang dengan mencampur susu dengan air supaya memperoleh jumlah yang lebih banyak.

    Menurut Amran, permasalahan yang sempat viral di mana peternak membuang susu sapi lantaran susunya tidak terserap oleh IPS ini sudah terselesaikan.

    Pihaknya akan siap membantu permasalahan peternak lokal melalui call-center yang beroperasi selama 24 jam jika ada susu yang tidak terserap.

    “Jangan ada lagi buang susu karena tidak terserap, tapi naikkan mutu dan kualitas supaya industri menyerap,” ujar Amran.

    Ia juga menjelaskan bahwa Kementan juga akan mendukung impor sapi bagi peternak lokal dengan harapan meningkatkan kualitas susu yang diproduksi peternak.

    “Kita harus tegas supaya kualitas susu kita naik dan membantu anak-anak penerus bangsa untuk tumbuh dengan lebih baik,” ujar Mentan.

    Baca juga: Kementan berencana impor 1 juta sapi perah dalam lima tahun

    Baca juga: Wamentan kawal investasi produksi daging-susu demi ketahanan pangan

    Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah/Fahmi Alfian
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Harga pangan, bawang merah naik menjadi Rp37.410 per kg

    Harga pangan, bawang merah naik menjadi Rp37.410 per kg

    Pedagang menunjukkan bawang merah di Pasar Senen, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom/pri.

    Harga pangan, bawang merah naik menjadi Rp37.410 per kg
    Dalam Negeri   
    Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 14 November 2024 – 11:00 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif per Kamis, bawang merah naik Rp890 menjadi Rp37.410 per kilogram (kg). Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik tipis 0,06 persen atau Rp10 menjadi Rp15.450 per kg.

    Sedangkan beras medium turun tipis 0,44 persen atau Rp60 menjadi Rp13.440 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik tipis 0,08 persen atau Rp10 menjadi Rp12.560 per kg. Berikutnya komoditas bawang merah naik 2,44 persen atau Rp890 menjadi Rp37.410 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 0,54 persen atau Rp220 menjadi Rp41.040 per kg.

    Sementara itu, harga komoditas cabai merah keriting turun 1,77 persen atau Rp510 menjadi Rp28.290 per kg; sedangkan cabai rawit merah naik 1,33 persen atau Rp560 menjadi Rp42.730 per kg. Sementara itu, harga daging sapi murni naik 0,88 persen atau Rp1.180 menjadi Rp135.660 per kg; sedangkan daging ayam ras turun 1,13 persen atau Rp410 menjadi Rp35.820 per kg; lalu telur ayam ras juga turun 0,53 persen atau Rp150 menjadi Rp28.330 per kg.
     

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik tipis 0,09 persen atau Rp10 menjadi Rp10.590 per kg; sedangkan gula konsumsi turun 0,28 persen atau Rp50 menjadi Rp17.940 per kg. Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana terpantau turun 0,27 persen atau Rp50 menjadi Rp18.320 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 0,12 persen atau Rp20 menjadi Rp16.860 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 0,39 persen atau Rp40 menjadi Rp10.110 per kg; sedangkan tepung terigu non curah stabil di harga Rp13.120 per kg. Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 0,34 persen atau Rp20 menjadi Rp5.940 per kg; harga garam halus beryodium naik 0,87 persen atau Rp100 menjadi Rp11.610 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau turun 1,42 persen atau Rp530 menjadi Rp36.610 per kg; lalu ikan tongkol turun 0,39 persen atau Rp120 menjadi Rp30.770 per kg; kemudian ikan bandeng juga turun 1,56 persen atau Rp520 menjadi Rp32.760 per kg.

    Sumber : Antara

  • OPINI : Momentum Kebangkitan Persusuan Nasional

    OPINI : Momentum Kebangkitan Persusuan Nasional

    Bisnis.com, JAKARTA – Hari-hari ini publik dikagetkan oleh kejadian tragis: peternak sapi perah membuang susu yang dihasilkan. Susu dibuang di sungai, disiramkan di lahan, dibuat mandi atau dibagi-bagi. Ini terjadi di Pasuruan, Jawa Timur, juga Boyolali, Jawa Tengah.

    Langkah itu dilakukan peternak karena mereka frustrasi. Mereka tidak menemukan jalan keluar, seperti ada di jalan buntu. Ini terjadi karena industri pengolah susu (IPS) tidak mau menampung produksi peternak. Ada yang terang-terangan mengurangi serapan, ada pula yang berdalih dengan menerapkan persyaratan lebih ketat. Boleh jadi hal serupa terjadi di luar Jawa Timur dan Jawa Tengah.

    Menurut para peternak, sikap IPS dalam berelasi dengan peternak selama ini tidak konsisten. Ketika harga susu impor mahal, IPS mengejar-ngejar peternak agar berproduksi tinggi. Sebaliknya, ketika harga susu impor murah, IPS mengurangi serapan susu. Kejadian tragis ini terus berulang.

    Sebagai penerima harga dan pihak lemah, peternak seringkali berada di posisi kalah. Ketergantungan yang tinggi ke IPS membuat peternak seolah tidak punya pilihan. Susu segar tidak tahan lama. Jika tidak segera diolah atau diserap IPS bakal basi. Data Gabungan Koperasi Susu Indonesia, setidaknya 200 ton susu per hari tidak terserap. Ini akar masalah yang berpuluh-puluh tahun tidak berubah: relasi peternak-IPS yang tidak seimbang.

    Di masa lalu, relasi yang tidak seimbang itu dimediasi pemerintah. Negara hadir dengan mengatur rasio penyerapan susu segar dalam negeri (SSDN) dengan impor bagi IPS. Lewat surat keputusan bersama tiga menteri (Perdagangan dan Koperasi, Perindustrian, dan Pertanian), beleid dimulai pada 1982 dengan rasio penyerapan SSDN dengan impor antara 1:1,6—7. Artinya IPS bisa mengimpor 1,6 ton—7 ton bahan baku susu dengan menyerap 1 ton SSDN. Rasio bersifat dinamis, tergantung situasi. Ditambah skema kredit sapi perah, Inpres Nomor 2 Tahun 1985 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional dan pengembangan koperasi dunia sapi perah amat cerah. Populasi sapi perah dan produksi susu meningkat dan jumlah koperasi naik. Rasio impor susu dibanding SSDN menurun drastis.

    Pada puncak keemasan, rasio impor susu dibandingkan dengan produksi SSDN mencapai 2:1 alias porsi impor hanya 50% (Rochadi, 2024). Namun, situasi cerah itu tidak berlangsung lama. Ketika krisis moneter menghajar pada 1997/1998 dan Indonesia menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF), tata niaga SSDN dihapuskan tepatnya Januari 1998.

    Sejak saat itu, wajib serap produksi SSDN tidak ada lagi. Pasar persusuan Indonesia masuk pasar bebas. Naik-turun harga susu di pasar dunia langsung ditransmisikan ke pasar domestik. Posisi IPS yang kuat membuat harga yang diterima peternak tidak seimbang dari biaya produksi (Budiyono, 2008). IPS bahkan bisa memaksa pemerintah menyubsidi dengan membayar bea masuk pada 2008.

    Ketiadaan proteksi bagi peternak sapi perah diikuti penurunan porsi SSDN dari impor. Sejak saat itu porsi SSDN dari total kebutuhan susu antara 20%—23%. Produksi SSDN tahun ini diperkirakan 1 juta ton atau setara 21% dari total kebutuhan konsumsi 4,7 juta ton. Stagnasi dunia peternakan sapi perah juga tampak dari mayoritas (80-an persen) diusahakan peternak kecil dengan kepemilikan 2—5 ekor sapi, sebagai usaha sambilan keluarga, modal terbatas, lemah manajemen dan adopsi teknologi. Ujung dari kondisi ini adalah produktivitas sapi perah rakyat masih rendah: 12,4 liter/hari. Padahal, potensinya bisa lebih 20 liter/hari.

    Tahun depan, pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memulai program makan bergizi gratis (MBG). Dengan anggaran Rp71 triliun akan menyasar sekitar 15 juta jiwa. Baik santri, siswa maupun ibu hamil dan menyusui. Selain menu makan, susu juga masuk dalam paket MBG. Jika program MBG berjalan penuh dengan sasaran 83 juta jiwa, dibutuhkan tambahan susu 3,6 juta ton. Jadi, ketika itu terjadi total kebutuhan susu (reguler dan MBG) mencapai 8,5 juta ton. Ini jumlah yang besar. Jika separuh bisa dipasok dari produksi domestik, akan memberikan dampak berganda luar biasa pada ekonomi lokal.

    Akan tetapi, itu hanya bisa terwujud bila program MBG disinergikan dengan upaya serius mengungkit peternakan sapi perah rakyat yang sekarat. Serangkaian kebijakan perlu dirakit dan dipastikan dieksekusi dengan baik agar momentum tidak hilang.

    Pertama, kembali memberlakukan wajib serap SSDN bagi IPS dengan rasio tertentu terhadap impor. Seperti di masa lalu, rasio dibuat dinamis agar fleksibel mengikuti dinamika pasar susu dunia. Kedua, wajib menggunakan SSDN minimal 20%—50% dalam program susu gratis. Di tahun pertama wajib SSDN 20% dan dinaikan bertahap seiring kenaikan produksi domestik.

    Ketiga, meracik kebijakan persusuan dengan melibatkan peternak rakyat. Masing-masing IPS bisa diwajibkan jadi bapak angkat dan membina hingga berhasil. Pemerintah menyusun hak dan kewajiban, mengawasi, mengevaluasi, dan memperbaiki terus-menerus tanpa perlu menjadi pemain.

  • Demi Ketahanan Pangan, Pemerintah Perluas Lahan Tani dengan Asuransi

    Demi Ketahanan Pangan, Pemerintah Perluas Lahan Tani dengan Asuransi

    Jakarta: Rencana Presiden Prabowo Subianto yang akan melakukan perluasan lahan tani menjadi empat juta hektare mendapat dukungan sejumlah pihak. Apalagi program perluasan lahan tani juga diperkuat dengan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang dimiliki Kementerian Pertanian (Kementan) guna melindungi petani padi dari risiko gagal panen.
     
    “Asuransi ini memberikan kompensasi finansial kepada petani yang mengalami kerugian akibat bencana alam atau kejadian yang merugikan lainnya, seperti banjir, kekeringan, atau hama,” ucap Anggota Dewan Pembina Aliansi Masyarakat Penyelamat Pertanian Indonesia (AMPPI) Septradi, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 13 November 2024.
     
    “Kementan sedang berupaya untuk menyesuaikan mekanisme asuransi pertanian dengan karakteristik komoditas lain yang berisiko, seperti kedelai dan jagung,” tambah dia.
    Septradi memaparkan, perluasan lahan tani menjadi empat juta hektare itu untuk tujuh komoditas penting di antaranya, padi, jagung, kedelai, singkong, tebu, sagu, dan sukun. Menurutnya, perluasan lahan tani tersebut harus didukung.
     
    Apalagi strategi ekstensifikasi subsektor tanaman pangan dilakukan dengan mencetak tiga juta hektare sawah baru di beberapa wilayah seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Merauke di Papua Selatan.
     
    “Selain itu juga di Lampung, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah pendukung produksi komoditas seperti jagung, kedelai dan tebu. Ekspansi lahan ini juga diharapkan bisa mencakup daerah-daerah lain yang secara geografis memiliki kondisi tanah dan iklim yang mendukung untuk pertanian,” papar dia.
     
    “Fokus utama dari ekspansi ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan tujuh komoditas penting,” tegas Septradi.
     

     

    Tingkatkan swasembada pangan

    Lebih lanjut Septradi mengatakan, saat ini Kementan juga menyampaikan program perluasan lahan tani bertujuan untuk meningkatkan swasembada pangan, mengurangi ketergantungan impor, serta memperkuat perekonomian desa dan sektor pertanian.
     
    Upaya ini tentu melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, petani, dan sektor swasta, untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program.
     
    “Perluasan lahan tani ini juga harus dibarengi dengan kesiapan unsur-unsur pendukung lain seperti bibit, pupuk, dan petani yang menggarap. Untuk memastikan keberhasilan program perluasan lahan tani perlu adanya kesiapan yang matang terhadap berbagai unsur pendukung selain lahan itu sendiri,” jelas dia.
     
    Sementara terkait faktor cuaca yang kurang menentu dan ekstrem, Septradi mengakui hal tersebut memang menjadi salah satu tantangan terbesar dalam sektor pertanian di Indonesia.
     
    Kondisi ini, menurut dia, menyebabkan ketidakpastian dalam hasil pertanian, termasuk fenomena seperti kekeringan panjang, banjir, atau angin topan yang merusak tanaman.
     
    “Oleh karena itu, perlindungan terhadap petani melalui asuransi pertanian menjadi penting agar petani dapat mengurangi risiko kerugian akibat kegagalan panen atau kerusakan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem,” beber Septradi.
     
    Jasindo siap beri perlindungan

    Sejalan dengan rencana perluasan lahan tani ini, Direktur Utama PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Andy Samuel menyatakan pihaknya siap untuk mendukung program pemerintah dalam pencanangan swasembada pangan.
     
    “Jasindo sudah memiliki pengalaman selama beberapa tahun dalam memberikan perlindungan kepada petani padi, bahkan kami juga telah memberikan perlindungan kepada peternak sapi juga,” sebut Andy saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
     
    Lebih lanjut Andy menambahkan, Jasindo juga siap jika pemerintah melalui Kementan meminta Jasindo untuk melindungi komoditas-komoditas lain yang menjadi program pemerintah.
     
    “Kami sebagai perusahaan BUMN siap mendukung semua program yang dicanangkan pemerintah yang sesuai dengan core bisnis perusahaan,” tutup Andy.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Lebak Jadi Penyuplai Daging Program Makan Bergizi Gratis di Banten-Jabar

    Lebak Jadi Penyuplai Daging Program Makan Bergizi Gratis di Banten-Jabar

    Lebak

    Penjabat (PJ) Bupati Lebak, Gunawan Rusminto, menyebut Kabupaten Lebak akan menjadi penyuplai daging sapi pada program makan bergizi gratis di Banten dan Jawa Barat. Rencana ini akan melibatkan BUMDes di Lebak.

    “Lebak rencananya yang akan suplai daging untuk Banten dan sebagian Jawa Barat seperti Bogor, Sukabumi,” kata Gunawan saat menghadiri kunjungan kerja Menteri Desa dan PDT di Kecamatan Cikulur, Lebak, Rabu (13/11/2024).

    Nantinya di Lebak akan ada peternakan sapi untuk memenuhi kebutuhan daging potong dan susu segar. Hingga saat ini, sudah ada dua investor yang akan berinvestasi ke peternakan di Gunung Kencana.

    “Masih dalam kajian, sudah disurvei di Gunung Kencana, mudah-mudahan bisa diassessment. Iya dua untuk daging sapi dan susunya,” tuturnya.

    Gunawan belum bisa menjelaskan lebih detail rencana suplai daging di Banten dan Jawa Barat ini. Meski begitu, Gunawan memastikan program makan bergizi gratis juga akan melibatkan BUMDes di Lebak.

    “Atensi Pak Menteri (Yandri Susanto) memetakan potensi yang ada di desa-desa. Kita ada 116 BUMDes yang sudah siap dan akan kita gali terus,” pungkasnya.

    (aik/aik)

  • Harga daging ayam naik Rp1.950 jadi Rp38.070 per kg

    Harga daging ayam naik Rp1.950 jadi Rp38.070 per kg

    Ilustrasi – Jajaran Badan Pangan Nasional (Bapanas) melakukan pemantauan harga pangan, salah satunya daging ayam ras di salah satu pasar. ANTARA/HO-Humas Bapanas

    Harga daging ayam naik Rp1.950 jadi Rp38.070 per kg
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Rabu, 13 November 2024 – 10:27 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum naik per Rabu pagi, daging ayam ras naik Rp1.950 menjadi Rp38.070 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 07.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 1,23 persen atau Rp190 menjadi Rp15.640 per kg.

    Begitu pun beras medium naik 0,74 persen atau Rp100 menjadi Rp13.600 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog juga naik 0,32 persen atau Rp40 menjadi Rp12.590 per kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah naik 0,25 persen atau Rp90 menjadi Rp36.200 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 2,11 persen atau Rp860 menjadi Rp41.610 per kg.

    Kemudian harga komoditas cabai merah keriting naik 0,24 persen atau Rp70 menjadi Rp28.950 per kg; begitu pun cabai rawit merah naik 1,94 persen atau Rp810 menjadi Rp42.490 per kg.

    Sementara itu, harga daging sapi murni turun 5,37 persen atau Rp7.230 menjadi Rp127.520 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 5,40 persen atau Rp1.950 menjadi Rp38.070 per kg; lalu telur ayam ras juga naik 2,81 persen atau Rp800 menjadi Rp29.230 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 2,17 persen atau Rp230 menjadi Rp10.810 per kg; lalu gula konsumsi juga naik 1,78 persen atau Rp320 menjadi Rp18.270 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana terpantau turun 0,49 persen atau Rp90 menjadi Rp18.220 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 1,72 persen atau Rp290 menjadi Rp16.570 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah naik 2,36 persen atau Rp240 menjadi Rp10.390 per kg; begitu pun tepung terigu non curah juga naik 3,66 persen atau Rp480 menjadi Rp13.600 per kg.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 6,02 persen atau Rp360 menjadi Rp6.340 per kg; harga garam halus beryodium naik 2,42 persen atau Rp280 menjadi Rp11.840 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik hingga 7,93 persen atau Rp2.930 menjadi Rp39.900 per kg; lalu ikan tongkol naik 2,18 persen atau Rp670 menjadi Rp31.390 per kg; kemudian ikan bandeng juga naik 2,26 persen atau Rp750 menjadi Rp33.940 per kg.

    Sumber : Antara

  • Video: Peternak Nangis Susu Impor ke RI Bebas Pajak, Siapa Salah?

    Video: Peternak Nangis Susu Impor ke RI Bebas Pajak, Siapa Salah?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peternak berteriak karena susu sapi impor bebas masuk ke dalam negeri tanpa dimensi bea masuk alias 0%. Peternak pun berharap agar pemerintah segera mengubah perundingan dagang yang sudah berjalan.

    Managing Editor CNBC Indonesia Ayyi Achmad Hidayah menuturkan hal ini menjadi momentum untuk memperbaiki industri susu nasional.

    Sementara Editor CNBC Indonesia Damiana Cut Emeria menuturkan, kondisi ini sudah terjadi sejak Indonesia menyerah pada IMF, dan akhirnya membuka impor. Pemerintah juga dinilai seharusnya mulai bergerak untuk menutup pelan-pelan impor susu sejak lama.

    Selengkapnya saksikan dialog Shafinaz Nachiar bersama Managing Editor CNBC Indonesia Ayyi Achmad Hidayah dan Editor CNBC Indonesia Damiana Cut Emeria dalam segmen Editor’s View di Program Closing Bell, Rabu (13/11/2024).

  • Tak Terprovokasi Aksi Boyolali, Peternak Sapi di Lembang Lebih Disulitkan Harga Pakan Mahal

    Tak Terprovokasi Aksi Boyolali, Peternak Sapi di Lembang Lebih Disulitkan Harga Pakan Mahal

    JABAR EKSPRES  – Peternak sapi perah di Kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengaku tidak terpengaruh dengan aksi peternak sapi di Boyolali yang membuang susu karena tak dibeli oleh Industri Pengolah Susu (IPS).

    Salah seorang peternak sapi di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Wawan (52) mengungkapkan, peternak sapi diwilayahnya masih memeras susu sapi secara normal, yakni dua kali sehari, pagi dan sore.

    “Alhamdulilah masih normal di sini, enggak seperti di media sosial ada peternak sapi yang membuang susu hasil peras sapinya,” katanya kepada wartawan, Rabu (13/11/2024).

    Menurutnya, para peternak sapi di Lembang seusai memeras susu. Mereka langsung mengantarkan hasil perasnya ke penampungan sementara sebelum dikumpulkan di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).

    Kendati begitu, Wawan kerap merasa dipusingkan oleh harga susu murni yang masih tetap dijual seharga Rp7.200 kepada koperasi.

    “Kami enggak membuang-buang susu, yang kami pusingkan saat ini oleh harga pakan yang masih mahal. Belum lagi peternak juga memiliki beban para buruh perah. Satu ekor sapi dibutuhkan pakan sekitar 30-40 kilogram/hari,” katanya.

    “Untuk kejadian seperti di Boyolali di kita enggak ada karena koperasi masih menampung susu. Sementara harga susu yang diterima koperasi masih tetap,” sambungnya.

    Padahal, lanjut dia, sapi perah harus memperhatikan nutrisi dengan pemberian tambahan hijauan agar tak berpengaruh terhadap produksi susu. Dengan begitu, otomatis pengeluaran ekstra dibutuhkan demi menjaga kesehatan dan kualitas susu sapi.

    “Kami peternak tetap harus memberi pakan tambahan agar sapi sehat dan produksi susunya banyak,” bebernya.

    Kondisi serupa dialami peternak sapi di Kampung Nyalindung RT05/RW08, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Titi. Seorang perempuan berusia 54 tahun ini mengungkapkan hasil pendapatan dari susu perah hanya cukup untuk sekedar makan tiap bulannya.

    Ia mencontohkan hasil susu dari satu ekor sapi per harinya sekitar 12 sampai 18 liter. Jumlah yang didapatkan per bulannya sekitar Rp3.000.000. Sementara pengeluaran mulai dari pakan, perawatan kesehatan, dan lainnya mencapai Rp2.200.000. Jadi ia mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp800.000 per ekornya, dikalikan 6 ekor sapi.