Hewan: Monyet

  • 7
                    
                        Mengingat Anak 5 Tahun Diserang Monyet di Tangsel, Kini Kawanan Liar Kembali Masuk Permukiman
                        Megapolitan

    7 Mengingat Anak 5 Tahun Diserang Monyet di Tangsel, Kini Kawanan Liar Kembali Masuk Permukiman Megapolitan

    Mengingat Anak 5 Tahun Diserang Monyet di Tangsel, Kini Kawanan Liar Kembali Masuk Permukiman
    Editor
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Empat tahun setelah seorang bocah berusia lima tahun diserang monyet liar di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), kekhawatiran serupa kembali dirasakan warga Tangerang Selatan.
    Kali ini, kawanan monyet liar muncul di permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, pada Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.
    Sedikitnya ada 12 ekor monyet terlihat berpindah dari satu rumah ke rumah lain dengan cara melompat di atas atap.
    Kemunculan hewan-hewan itu membuat warga waspada, terutama karena banyak anak-anak yang antusias melihat dari halaman rumah.
    “Ini kan (monyet liar) termasuk binatang buas juga, takutnya
    nyerang
    anak-anak,” ujar Ketua RT 003 RW 001 Rawa Buntu, Lily (48), saat ditemui
    Kompas.com
    , Senin (6/10/2025).
    Lily mengatakan, pihaknya telah mengimbau warga agar tidak mendekati kawanan monyet ketika hewan-hewan itu memasuki lingkungan.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” katanya.
    Lily menduga kawanan monyet liar itu berasal dari kawasan Puspiptek, yang berjarak tak jauh dari Rawa Buntu.
    Ia menilai, pembangunan di kawasan tersebut, termasuk proyek stadion sepak bola, membuat monyet kehilangan kenyamanan dan sumber makanan.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspiptek karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” ujar Lily.
    Untuk berjaga-jaga, warga kini menyiapkan bambu guna mengusir monyet agar tidak turun ke halaman rumah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata Ijjo (30), warga setempat.
    Meski belum ada korban, warga tetap khawatir kawanan monyet menyerang anak-anak yang sedang bermain.
    “Waktu itu banyak anak-anak yang lihat, mereka antusias. Takutnya ada yang gigit. Alhamdulillah enggak ada yang turun,” ujarnya.
    Pada Januari 2021, bocah bernama Rasyikul Zafran Kiyoshi (5) diserang monyet liar di halaman rumahnya di Perumahan Puspiptek, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan.
    Akibat serangan itu, Rasyikul mengalami luka robek di lengan kiri dan kanan hingga harus mendapat 23 jahitan.
    “Lagi main di teras belakang rumah, terus dari arah luar itu ada monyet tiba-tiba menyerang anak saya. Digigit tangan kiri, baru kanan,” kata ayah korban, Bambang (41), saat diwawancarai waktu itu.
    Bambang segera membawa anaknya ke Balai Kesehatan Puspiptek untuk mendapat pertolongan.
    Ia juga telah melaporkan kejadian itu ke pengurus lingkungan dan meminta pemerintah untuk menangkap serta merelokasi monyet liar yang berkeliaran.
    Empat tahun berselang, kekhawatiran serupa kini muncul di Rawa Buntu.
    Warga berharap pemerintah daerah segera bertindak agar kawanan monyet liar tak kembali menebar ancaman di permukiman.
    (Reporter: Intan Afrida Rafni, Tria Sutrisna | Editor: Akhdi Martin Pratama, Sandro Gatra)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Mengingat Anak 5 Tahun Diserang Monyet di Tangsel, Kini Kawanan Liar Kembali Masuk Permukiman
                        Megapolitan

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sejumlah warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, menyiapkan bambu untuk mengusir kawanan monyet liar yang berkeliaran di lingkungan mereka.
    Tujuannya, agar monyet-monyet itu tidak turun ke halaman rumah warga.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” ujar warga setempat, Ijjo (30), saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Warga khawatir jika kawanan monyet itu masuk ke permukiman warga dan turun ke halaman rumah, ditakutkan akan menyerang anak-anak.
    Apalagi saat kawanan monyet itu datang, banyak anak-anak yang antusias untuk melihatnya.
    “Khawatir turun, takut ada (monyet) yang gigit anak-anak dan Alhamdulillah enggak ada (monyet) yang turun sama sekali,” kata dia.
    Adapun sekelompok monyet yang masuk ke pemukiman warga di Rawa Buntu itu baru pertama kali terjadi.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” jelas dia.
    Sementara itu, Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” kata Lily.
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” jelas dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang palinh tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” jelas dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap Lily.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah Megapolitan 6 Oktober 2025

    Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com —
    Sekelompok monyet liar terlihat berkeliaran di kawasan permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, pada Sabtu (4/10/2025).
    Kemunculan hewan-hewan tersebut membuat warga resah karena khawatir akan menyerang anak-anak.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” ujar Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily Alay (48), saat ditemui
    Kompas.com
    , Senin (6/10/2025).
    Lily mengimbau warga agar tidak mendekati kawanan monyet saat hewan-hewan itu masuk ke permukiman.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat.
    Alhamdulillah
    sejauh ini tidak ada yang terluka,” kata dia.
    Saat kejadian, warga sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tangerang Selatan untuk menangkap dan mengembalikan monyet-monyet tersebut ke habitatnya. Namun, upaya itu tidak berhasil karena kawanan monyet bertahan di atas pohon tertinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” jelas Lily.
    Sementara itu, seorang warga bernama Ijjo (30) mengatakan, warga akhirnya menyiapkan bambu untuk berjaga-jaga agar monyet tidak turun ke halaman rumah.
    “Jadi kami antisipasi saja, bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, kemunculan kawanan monyet di Rawa Buntu merupakan peristiwa pertama yang terjadi. Ia menduga hewan-hewan itu berasal dari kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek).
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucapnya.
    Warga berharap Pemerintah Kota Tangerang Selatan segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut dapat dikembalikan ke habitat aslinya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, pada Sabtu (4/10/2025).
    Warga menduga monyet-monyet tersebut keluar dari kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) karena habitatnya yang terganggu.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” ujar Ketua RT 003 RW 002 Rawa Buntu, Lily Alay (48) saat ditemui Kompas.com, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, keberadaan proyek pembangunan di Puspitek membuat kawanan monyet itu kehilangan kenyamanan dan sumber makanan.
    Padahal, Puspitek itu tempat kawanan monyet liar itu tinggal dan banyak orang yang memberi makan saat berada di sana.
    “Mungkin karena lapar, atau penyebab lainnya, jadi mereka kabur dari tempat itu, karena mungkin sudah enggak nyaman, akhirnya mereka masuk ke pemukiman warga, ke tempat umumlah,” kata dia.
    Lily mengatakan, kawanan monyet tersebut sempat terlihat di sekitar atap rumah warga pada pukul 11.00 WIB.
    Bahkan monyet-monyet itu sempat berpindah dari satu atap rumah ke rumah lainnya.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” kata dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” ujar dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” kata dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan, monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Mengingat Anak 5 Tahun Diserang Monyet di Tangsel, Kini Kawanan Liar Kembali Masuk Permukiman
                        Megapolitan

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga di Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.
    Kemunculan monyet tersebut membuat warga resah karena khawatir mengganggu anak-anak dan warga sekitar.
    Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” ujar Lily saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” ujar dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” kata dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Antisipasi Rabies, DKP2P Tuban Bakal Gelar Vaksinasi Hewan Gratis

    Antisipasi Rabies, DKP2P Tuban Bakal Gelar Vaksinasi Hewan Gratis

    Tuban (beritajatim.com) – Peringati hari hewan sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Oktober 2025, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Kabupaten Tuban menggelar kegiatan vaksinasi gratis kepada hewan ternak seperti Anjing, Kucing, Musang dan Monyet.

    Diketahui, kegiatan tersebut dilaksanakan pada 7 Oktober 2025 mendatang di lokasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Tuban yang terletak di Jalan Raya Merakurak, Bogorejo, Tuban.

    Kepala Bidang Kesehatan Hewan DKP2P Tuban Pipin Diah Larasati mengatakan bahwa kemarin tanggal 28 September 2025 memperingati Hari Rabies, sehingga kegiatan ini termasuk dalam hal itu dengan mengusung tema Bergerak Bersama Kamu, Saya dan Komunitas (Act Now, You, Me and Community).

    “Walaupun di Kabupaten Tuban khususnya di Jawa Timur masih bebas rabies, tapi kita perlu mengedukasi masyarakat sehingga kita bergerak sekarang,” ujar Pipin Diah Larasati. Sabtu (04/09/2025).

    Adapun untuk pendaftaran pagunya sebanyak 400 dosis tapi sudah terpenuhi, padahal buka flyer itu hanya satu hari, sehingga saat ini sudah closed. “Animo masyarakat luar biasa, memang 400 pendaftar itu beberapa ada pemilik yang memiliki lebih dari satu hewan,” tambahnya.

    Ia menjelaskan, nantinya hewan sebelum dilakukan vaksinasi akan diperiksa dulu kondisi hewannya, harus sehat, kalau misal ada kondisi yang kurang bagus, ada kutunya, kadang stres, biasanya tidak pernah keluar dibawa kesini suhunya tinggi, tekanan detak jantung tinggi tidak di kasih vaksinasi tapi vitamin.

    “Pemberian vaksinasi ini gratis, memang sebagai salah satu upaya pencegahan dengan vaksinasi, jadi pemerintah Kabupaten Tuban setiap tahunnya komitmen,” terang Pipin sapanya.

    Apabila hewan itu sehat pastinya akan mempengaruhi lingkungan, termasuk rabies itu penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia. “Kita tahu, masyarakat yang sudah memilih untuk mengurusi hewan harus menjaga kesejahteraannya, dari memberi makan, memberi perlindungan dari hujan, panas kemudian dari kedinginan rasa kelaparan itu perlu, termasuk penanganan penyakitnya,” tutup Pipin. [dya/kun]

  • Penelitian Ungkap Kebiasaan Simpanse Minum Alkohol

    Penelitian Ungkap Kebiasaan Simpanse Minum Alkohol

    Jakarta

    Simpanse secara rutin mengonsumsi buah yang telah difermentasi di alam liar, dan dalam prosesnya, mereka juga menelan alkohol dalam jumlah yang cukup signifikan, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan oleh jurnal Science.

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Aleksey Maro dari University of California melaporkan bahwa setiap hari, simpanse mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang setara dengan satu botol bir kecil bagi manusia.

    Di Taman Nasional Kibale di Uganda dan Taman Nasional Taï di Pantai Gading, para peneliti menganalisis 20 varietas buah yang paling sering dimakan simpanse, yang mengandung kandungan alkohol rata-rata 0,3%.

    Seekor simpanse bisa mengonsumsi sekitar 4,5 kilogram buah-buahan ini setiap hari, dengan total kandungan alkohol mencapai 14 gram. Jika diukur berdasarkan berat badan simpanse yang berkisar 41 kilogram, jumlah tersebut setara dengan konsumsi lebih dari setengah liter bir.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi alkohol secara rutin bukan hanya fenomena budaya bagi manusia, tetapi mungkin berakar lebih dalam pada perilaku kerabat terdekat kita.

    Temuan ini sejalan dengan hasil studi lain yang diterbitkan pada tahun lalu, ketika tim dari University of Exeter juga mengamati simpanse mengonsumsi buah-buahan fermentasi secara bersama-sama di Taman Nasional Hutan Cantanhez di Guinea-Bissau, Afrika Barat.

    Sebagian besar buah pohon sukun Afrika yang diteliti memiliki kandungan alkohol hingga 0,61%. Namun, belum jelas apakah kadar alkohol yang rendah tersebut menyebabkan mabuk pada simpanse.

    “Data kami memberikan bukti pertama tentang berbagi makanan beralkohol dan pemberian makan oleh primata besar non-manusia liar, dan mendukung gagasan bahwa konsumsi alkohol oleh manusia bukanlah hal yang ‘baru’, melainkan berakar dalam sejarah evolusi kita yang dalam,” papar tim tersebut dalam jurnal Current Biology pada bulan April 2025.

    Konsumsi alkohol bukan hal langka di dunia hewan

    Selama bertahun-tahun, para peneliti menganggap bahwa hewan liar hanya sesekali dan secara tidak sengaja mengonsumsi etanol, yang secara ilmiah dikenal sebagai alkohol. Namun, pada Januari 2025, sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Trends in Ecology & Evolution menemukan bahwa konsumsi alkohol di kalangan monyet liar, burung, dan serangga ternyata tidaklah langka.

    “Konsumsi alkohol jauh lebih umum di alam liar daripada yang kita duga sebelumnya dan sebagian besar hewan yang memakan buah-buahan manis akan terpapar pada tingkat alkohol tertentu,” kata Kimberley Hockings, ahli ekologi perilaku dari University of Exeter yang juga terlibat dalam studi sebelumnya, dalam situs web universitas tersebut, sambil menambahkan bahwa zat tersebut dapat ditemukan di hampir setiap ekosistem.

    Cikal bakal kebiasaan minum pada manusia?

    Tim peneliti menyatakan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami alasan makanan fermentasi tersebut dikonsumsi dan kesengajaan alkohol itu dikonsumsi.

    “Dari perspektif ekologi, mabuk saat memanjat pohon atau dikelilingi predator di malam hari bukanlah hal yang menguntungkan, itu justru alasan untuk tidak meneruskan gen Anda,” kata Matthew Carrigan, salah satu penulis studi dari College of Central Florida, dalam situs web tersebut.

    Namun, pengamatan ini mendukung gagasan bahwa konsumsi makanan yang mengandung alkohol secara bersama-sama sudah umum terjadi dan mungkin telah lama memainkan peran dalam kehidupan sosial manusia.

    “Dari sisi kognitif, ada teori bahwa etanol bisa memicu sistem endorfin dan dopamin, yang menghasilkan perasaan rileks dan mungkin bermanfaat untuk membangun hubungan sosial,” kata penulis utama studi, Anna Bowland dari University of Exeter. “Untuk menguji hal ini, kita perlu tahu apakah etanol benar-benar memicu respons fisiologis di alam liar.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Algadri Muhammad dan Muhammad Hanafi

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga Video: Viral Prabowo-Macron Disebut Bersulang Alkohol, Istana: Sari Apel

    (ita/ita)

  • Kenapa Menguap Bisa ‘Menular’? Ternyata Ini Alasan Ilmiah di Baliknya

    Kenapa Menguap Bisa ‘Menular’? Ternyata Ini Alasan Ilmiah di Baliknya

    Jakarta

    Menguap adalah refleks tak sadar yang melibatkan membuka mulut lebar-lebar, menarik napas dalam, dan diikuti hembusan napas. Ketika menguap, gendang telinga akan meregang dan mata akan terpejam.

    Pernahkah menguap setelah melihat orang lain menguap? Hal ini nyatanya banyak dialami oleh orang-orang, sehingga dianggap sebagai hal yang ‘menular’. Benarkah demikian?

    Dikutip dari Medical News Today, ada beberapa teori yang melatarbelakangi fenomena ini. Teori yang paling populer adalah ‘time of day’ dan ’empati’.

    Dalam teori time of day, disebutkan menularnya menguap mungkin dipengaruhi oleh jam berapa seseorang berada. Misalnya lebih mudah ‘tertular’ menguap di malam hari, karena tubuh sudah lelah, dibanding pagi atau siang.

    Teori ini sekarang dianggap lemah di karena penelitian terbaru menunjukkan faktor waktu bukan penjelasan utama mengapa menguap bisa menular.

    Teori lain yang lebih kuat adalah soal ’empati’. Kondisi penularan ini rupanya juga terjadi pada hewan.

    Studi 2022 pada monyet red-capped mangabey menunjukkan mereka lebih sering menguap setelah melihat individu yang familiar menguap, baik sesama monyet maupun manusia. Ini mendukung peran ikatan sosial.

    Namun, studi lain di tahun yang sama menemukan respons menguap tidak terlalu dipengaruhi oleh kedekatan atau kekerabatan dengan manusia. Faktanya, manusia bisa ikut menguap setelah melihat hewan lain menguap. Ini adalah bukti pertama menularnya menguap bisa terjadi lintas spesies (interspecies contagious yawning).

    Meski begitu, penelitian lebih dalam perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti kenapa respons ini bisa muncul.

    Sebenarnya kenapa kita bisa menguap? Hingga saat ini, belum ada penyebab secara pasti manusia menguap. Namun, peneliti memiliki beberapa teori.

    Perubahan keadaan tubuh

    Menguap sering dianggap tanda kantuk atau bosan, meski tidak selalu demikian. Saat menguap, detak jantung justru meningkat, yang menunjukkan bisa jadi menguap adalah tanda tubuh ingin lebih siaga, bukan lemah.

    Secara umum, menguap mungkin merupakan cara tubuh untuk beralih dari satu keadaan kesadaran ke keadaan lain. Misalnya saat sebelum tidur sebagai sinyal tubuh siap istirahat, atau saat bosan tanda otak bergeser dari kondisi waspada tinggi ke tingkat lebih rendah.

    Menguap juga dapat terjadi saat berpindah kondisi fisik, misalnya dari area bertekanan tinggi ke rendah. Tekanan bisa menumpuk di telinga, dan menguap membantu melepaskannya.

    Fungsi pernapasan

    Ada teori menguap terkait dengan kebutuhan oksigen. Menguap melibatkan tarikan napas besar dan peningkatan detak jantung, yang mungkin membantu tubuh membuang karbon dioksida berlebih dan mendapatkan oksigen segar.

    Sebuah studi tahun 2022 mendukung teori ini, menyebut menguap penting untuk menjaga kesehatan saluran napas, fungsi pernapasan, tidur, dan keseimbangan otot. Namun, peneliti menekankan masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

    Mendinginkan otak

    Teori lain menyebut menguap berfungsi mendinginkan otak. Menguap membuat rahang meregang sehingga meningkatkan aliran darah ke wajah dan leher. Tarikan napas besar serta jantung yang berdetak cepat juga mempercepat sirkulasi darah dan cairan tulang belakang, sehingga membantu menurunkan suhu otak.

    Studi 2021 menemukan hewan dengan otak lebih besar dan lebih banyak neuron cenderung menguap lebih lama. Ini mendukung hipotesis menguap membantu mendinginkan otak besar yang menghasilkan lebih banyak panas.

    Namun, masih dibutuhkan riset lanjutan apakah fungsi utama menguap pada manusia memang untuk mendinginkan otak atau ada faktor lain yang lebih dominan.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Dialami Santri di Riau, Kenali Gejala Awal Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai

    Dialami Santri di Riau, Kenali Gejala Awal Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai

    JAKARTA – Belakangan masyarakat Riau, khususnya di Kabupaten Kepulauan Meranti, sempat dihebohkan isu warga terjangkit cacar monyet (mpox/monkeypox). Seorang santri berinisial BS mengalami demam, muncul bintik merah yang berkembang menjadi lesi, lalu meninggal dunia pada 20 September 2025.

    Namun, hasil uji laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan dua warga Meranti yang sebelumnya diduga terinfeksi negatif mpox.

    Dinas Kesehatan setempat juga langsung melakukan langkah pencegahan, mulai dari penyemprotan disinfektan, pemberian vitamin, hingga penyelidikan epidemiologi di pondok pesantren.

    Lantas apa Itu mpox?

    Dilansir dari laman Cleveland Clinic, Mpox atau cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Gejalanya mirip cacar, meski biasanya lebih ringan.

    Gejala yang Perlu Diwaspadai

    – Demam, menggigil, dan nyeri otot.

    – Kelenjar getah bening bengkak.

    – Ruam atau luka pada kulit, bisa mulai dari wajah lalu menyebar ke tubuh, termasuk area genital.

    Cara Penularan

    – Kontak langsung dengan luka penderita.

    – Cairan tubuh atau benda yang terkontaminasi.

    – Kontak erat seperti ciuman, pelukan, atau hubungan seksual.

    – Dari hewan terinfeksi ke manusia.

    Meski bisa menyerang siapa saja, risiko lebih tinggi pada:

    – Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah.

    – Penderita penyakit kulit tertentu seperti eksim.

    Pengobatan dan Pencegahan

    Belum ada obat khusus untuk mpox. Sebagian besar pasien sembuh sendiri dalam 2–4 minggu. Pada kasus berat, dokter dapat memberikan obat antivirus tertentu.

    Pencegahan bisa dilakukan dengan:

    – Menjaga kebersihan diri.

    – Menghindari kontak dengan penderita.

    – Tidak berbagi barang pribadi.

    – Vaksinasi untuk kelompok berisiko tinggi.

  • PT Vale Indonesia Raih Penghargaan ESG Business Awards 2025 atas Inovasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Limbah

    PT Vale Indonesia Raih Penghargaan ESG Business Awards 2025 atas Inovasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Limbah

    FAJAR.CO.ID, KUALA LUMPUR – Di tengah tantangan dunia menghadapi krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan persoalan limbah yang kian mendesak, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) bagian dari MindID, menorehkan prestasi gemilang dengan meraih dua penghargaan bergengsi pada ESG Business Awards 2025: Biodiversity Conservation Award – Indonesia dan Waste Management Award – Indonesia.

    Penghargaan ini menegaskan bahwa PT Vale tidak hanya berperan sebagai penyedia mineral penting bagi transisi energi global, tetapi juga sebagai pelopor dalam memulihkan ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan memperkuat ketahanan masyarakat lokal.

    Di jantung Pulau Sulawesi terdapat ekosistem ultrabasa—salah satu ekosistem unik di dunia, dengan tanah miskin hara namun kaya akan logam berat, termasuk nikel. Sejak 2003, PT Vale menjadikan perlindungan dan rehabilitasi ekosistem langka ini sebagai prioritas.

    Selama lebih dari dua dekade, lebih dari 2 juta tanaman endemik dan dilindungi berhasil dibudidayakan. Hingga Juli 2024, PT Vale telah merehabilitasi 3.817 hektare lahan pascatambang, menanam 67 spesies lokal, dan meningkatkan indeks keanekaragaman hayati hingga mencapai 2,06–2,39, setara dengan tingkat hutan alami.

    Hasilnya, kawasan yang dulunya terganggu kini kembali menjadi rumah bagi rangkong sulawesi, monyet moor, dan beragam spesies kupu-kupu. Melalui inovasi teknik rootballed propagation yang mampu mempercepat pemulihan hutan hingga 6–10 tahun lebih cepat, PT Vale menunjukkan bahwa industri tambang pun dapat menjadi agen pemulihan. Dua arboretum yang didirikan; Taman Kehati Sawerigading Wallacea dan Himalaya Arboretum, kini menjadi laboratorium hidup, pusat riset, sekaligus benteng konservasi generasi mendatang.