Hewan: Kambing

  • Misi Sebar Qurban Sambut Idul Adha, Menjembatani Ketimpangan dan Memberdayakan Peternak Lokal – Halaman all

    Misi Sebar Qurban Sambut Idul Adha, Menjembatani Ketimpangan dan Memberdayakan Peternak Lokal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Membangun kepercayaan tidak bisa dilakukan dalam sekejap. 

    Bagi Aris Efendy (46), perjalanan bersama Human Initiative (HI) dalam mengelola hewan qurban sudah berjalan satu windu, atau delapan tahun. 

    Sejak 2018, Aris menjadi salah satu peternak binaan HI yang dipercaya mendatangkan dan merawat ratusan ekor sapi untuk mendukung program Sebar Qurban. 

    Setiap tahun, sapi-sapi yang dipelihara Aris, berasal dari berbagai daerah di Maluku Tengah dibeli oleh HI dan didistribusikan ke dusun-dusun miskin saat Hari Raya Idul Adha.  

    Tahun ini, menjelang Idul Adha 1446 H yang jatuh pada 6 Juni 2025, HI kembali menyiapkan 450 ekor sapi yang akan disebar ke pelosok Maluku Tengah. 

    Pada Kamis (17/4/2025), rombongan Humantrip HI yang dipimpin Vice President Bambang Suherman melakukan kunjungan ke kandang koloni milik Aris di Desa Hollo, Kecamatan Amahai. 

    Mereka didampingi Kepala Program Sebar Qurban Abdul Mughni, Putri Indonesia Maluku Novita Everdina, influencer Salsabila Kholiq, traveler Dimas Ramadhan, dan beberapa wartawan dari Jakarta dan Ambon. 

    Perjalanan menuju kandang tidak mudah.  

    Rombongan harus menaiki mobil bak terbuka melewati jalan sempit dan berlumpur di tengah perkebunan.  

    Namun semua terbayar saat tiba di area kandang yang terbuka, luas, dan tertata baik dengan suasana tenang di tengah alam Maluku. 

    “Kunjungan ini untuk memastikan bahwa hewan qurban yang nanti akan disebar benar-benar sehat, memenuhi syariat, dan berkualitas,” ujar Bambang Suherman. 

    Bambang menegaskan bahwa HI tahun ini menargetkan penyebaran 25,29 juta ekor hewan qurban setara kambing atau domba ke 25 provinsi di Indonesia hingga sembilan negara seperti Tanzania, Somalia, Uganda, Kenya, Nigeria, Filipina, Thailand, Myanmar, dan Palestina. 

    Program Sebar Qurban ini menjadi ikhtiar HI untuk mengatasi ketimpangan distribusi qurban.  

    Di kota-kota besar seperti Depok, kata Bambang, kerap terjadi penumpukan daging qurban, sementara di dusun-dusun pelosok, banyak masyarakat yang bahkan belum pernah menikmati daging qurban. 

    “Kami ingin memastikan qurban lebih merata, bukan hanya bertumpuk di kota, tapi sampai ke dusun-dusun yang membutuhkan,” tambahnya. 

    Di sisi lain, program ini juga memberdayakan peternak lokal. Penjualan hewan qurban oleh peternak seperti Aris memberikan dampak ekonomi yang nyata. Sebelum bekerjasama dengan HI, rata-rata peternak hanya memelihara 2 sampai 3 ekor sapi.  

    Kini, banyak yang mampu mengelola belasan hingga ratusan ekor. 

    “Sekarang ini, ada peternak di Maluku Tengah yang memelihara hingga 200 ekor sapi. Ini membuktikan bahwa kolaborasi bisa membawa kesejahteraan,” kata Aris Efendy bangga. 

    Untuk memastikan kualitas hewan, Human Initiative juga menerapkan Quality Control (QC) di berbagai wilayah seperti Langkat, Medan, Purbalingga, Magelang, Demak, Mojokerto, hingga Maluku.  

    Standar yang diperhatikan antara lain usia (minimal dua tahun untuk sapi), kesehatan (tidak cacat), serta bobot hidup sesuai syarat. 

    “Tim kami akan terus mengawal proses ini hingga penyembelihan dan distribusi, supaya semua sesuai dengan syariat Islam dan tepat sasaran,” kata Abdul Mughni, Kepala Program Sebar Qurban. 

    Melalui komitmen ini, HI berharap program Sebar Qurban tidak hanya menjadi perayaan Idul Adha, tetapi juga menjadi langkah nyata mengatasi kemiskinan, mengurangi stunting, dan menghidupkan semangat gotong royong di seluruh pelosok negeri.

    FOTO: HEWAN KURBAN – HI menyiapkan 450 ekor sapi kurban yang akan disebar hingga ke pelosok Maluku Tengah jelang Idul Adha 1446 H.

  • 26 Kambing dan 15 Ayam di Malang Tewas Terpanggang

    26 Kambing dan 15 Ayam di Malang Tewas Terpanggang

    Malang (beritajatim.com) – Sebuah kandang hewan di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, dilalap si jago merah pada Minggu (27/4/2025) malam.

    Insiden tersebut menyebabkan puluhan hewan ternak mati dan kerugian material ditaksir mencapai Rp50 juta.

    Kasihumas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, mengatakan bahwa kebakaran pertama kali diketahui warga sekitar pukul 19.00 WIB. Api dengan cepat membesar dan menghanguskan kandang berikut hewan ternak di dalamnya.

    “Kandang milik korban atas nama Wijiari mengalami kebakaran. Sebanyak 26 ekor kambing dan 15 ekor ayam tidak bisa diselamatkan,” kata Bambang saat dikonfirmasi, Senin (28/4/2025).

    Bambang menjelaskan, berdasarkan keterangan para saksi, kebakaran dipicu aktivitas memasak air menggunakan kayu bakar di area kandang. Saksi atas nama Suparti diketahui tengah merebus air sebelum meninggalkan lokasi ke rumah tetangga.

    “Diduga api dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak air belum sepenuhnya padam, lalu menjalar ke material kandang yang mudah terbakar,” ujarnya.

    Saksi lain, Kasmuri, yang pertama kali melihat kobaran api, segera mengerahkan warga untuk membantu memadamkan api menggunakan alat seadanya. Api baru berhasil dikendalikan sekitar pukul 20.00 WIB.

    “Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun kerugian material cukup besar, diperkirakan mencapai Rp50 juta,” lanjut Bambang.

    Pihak Polsek Dau yang menerima laporan kejadian segera mendatangi lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan penyebab kebakaran.

    Saat ini, kepolisian masih terus mengumpulkan keterangan saksi dan mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran, terutama dalam penggunaan api di area rawan.

    “Kami mengimbau masyarakat agar selalu berhati-hati saat menggunakan api, terutama di area kandang atau tempat yang banyak material mudah terbakar,” tutup Bambang. (yog/but)

  • Etawa dan Merino Meriahkan Festival Kambing Domba di Kudus: Ajang Kumpulnya Peternak

    Etawa dan Merino Meriahkan Festival Kambing Domba di Kudus: Ajang Kumpulnya Peternak

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Puluhan kambing etawa dan domba dari berbagai jenis dipamerkan dalam Festival Kambing Domba di Lapangan Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Minggu (27/4/2025).

    Festival yang diinisiasi Komunitas Peternak Kambing Kudus (KOPIKU) menjadi ajang saling tukar pikiran sesama peternak kambing di Kota Kretek.

    Dalam festival ini puluhan kambing peranakan etawa dengan dipamerkan.

    Kambing etawa yang dipamerkan kali ini merupakan jenis peranakan (PE) kaligesing dan senduro. 

    Kambing-kambing jenis etawa ini diikat dalam satu kelompok di sisi kanan.

    Ratusan warga pun mengerubungi kumpulan kambing yang memiliki tubuh besar dengan tinggi rata-rata 1 meter.

    Di bagian tengah festival merupakan kursi-kursi yang diisi para peternak kambing.

    Kemudian di bagian kiri terdapat kumpulan domba dari berbagai jenis.

    Domba-domba yang dihadirkan dalam festival ini meliputi domba dorper, merino, dan dombos.

    Di bagian ini, tampak anak-anak mengerubungi domba merino yang memiliki tubuh mungil dan lucu.

    Sesekali para anak itu memegang tubuh merino yang mungil.

    Tidak jarang mereka mengambil foto bersama domba tersebut.

    Umumnya, para peternak yang ikut dalam festival kali ini merupakan pecinta kambing etawa maupun domba.

    Peternak Masturi (66) asal Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus mengikutkan satu kambing etawanya dalam festival kali ini.

    Kambing etawa miliknya yang sudah dipelihara 2,5 tahun memiliki tubuh besar dengan tinggi sekira 1 meter.

    Kambing etawanya yang dibeli sepekan setelah lahir itu harganya saat itu Rp4 juta.

    Saat ini setelah dipelihara sekira 2,5 tahun harganya diperkirakan mencapai Rp20 juta.

    “Saya punya delapan di rumah.”

    “Ini yang diikutkan festival cuma satu,” ujar Masturi.

    Pembina KOPIKU, Rawan Nur Sulistiono mengatakan, dalam festival kali ini tidak ada yang lebih kecuali sebagai ajang berkumpulnya para peternak kambing di Kabupaten Kudus.

    Untuk jumlah peternak yang tergabung dalam KOPIKU saat ini ada 50 peternak yang tersebar di setiap kecamatan di Kudus.

    Momentum berkumpulnya para peternak kambing ini bisa dimanfaatkan untuk saling tukar pikiran dan membuka peluang perihal pemasaran. 

    Alih-alih mereka juga saling berbagi tips agar kian sukses dalam beternak kambing maupun domba.

    “Jadi festival kali ini tidak ada lomba atau kompetisi, sekadar berkumpulnya antarpeternak.”

    “Selain anggota KOPIKU, kami juga mengundang kelompok ternak yang ada di Kudus,” kata Rawan.

    Dari pertemuan itu harapannya jalinan persaudaraan sesama peternak kambing dan domba di Kudus kian erat.

    Dari situ komunitas mereka semakin kuat dan bisa saling berbagi peluang.

    Sebab, dalam praktiknya nanti mereka juga bisa saling berbagi peluang dalam menjalankan usaha peternakan.

    Adanya festival yang digelar secara swadaya ini mendapatkan apresiasi dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertanpangan) Kabupaten Kudus.

    Kabid Peternakan Dispertanpangan Kabupaten Kudus, Arin Nikmah mengatakan, keberadaan KOPIKU yang sudah berjalan secara mandiri ini hanya butuh pendampingan.

    Oleh karena itu, pihaknya siap untuk mendampingi berikut memberikan informasi terbaru perihal teknologi peternakan.

    “Mereka juga membutuhkan jalinan kemitraan dengan pihak lain untuk memperluas pangsa pasar.”

    “Untuk itu kami juga mendatangkan sejumlah pihak swasta yang siap untuk menjalin kemitraan dengan para peternak kambing domba di Kudus,” kata dia. (*)

  • Sate Balanga, Sate Khas Gorontalo yang Diolah dengan Cara Ungkep

    Sate Balanga, Sate Khas Gorontalo yang Diolah dengan Cara Ungkep

    Liputan6.com, Gorontalo – Sate balanga adalah sebuah sajian sate unik khas Gorontalo. Sate ini diolah dengan cara berbeda tanpa ditusuk dan dibakar, melainkan diungkep.

    Sate balanga menggunakan bahan dasar daging seperi sate pada umumnya. Daging yang biasa digunakan sebagai bahan dasar adalah potongan daging sapi, kambing, atau ayam.

    Mengutip dari laman Indonesia Kaya, nama balanga berasal dari bahasa Gorontalo yang berarti belanga atau wajan. Belanga kerap menjadi wadah utama masyarakat Gorontalo ketika memasak, termasuk dalam mengolah sate balanga.

    Kehadiran sate balanga diyakini merupakan hasil adaptasi dari makanan Timur Tengah. Hal itu bisa dilihat dari aneka rempah yang digunakan dalam sajian ini, sehingga tercipta sate balanga yang kaya rasa.

    Secara spesifik, sate balanga menghadirkan cita rasa gurih dan manis yang berpadu dengan aroma rempah. Daging sate ini dimasak langsung dalam belanga atau wajan dengan teknik tumis atau ungkep. Selain lebih terasa bumbunya, proses memasak dengan teknik ini membuat daging menjadi lebih empuk.

    Proses memasaknya dimulai dengan mengolah daging yang telah dipotong dadu dengan beragam bumbu rempah, seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, kunyit, ketumbar, dan jintan. Untuk memperkaya aroma dan rasa, ada juga yang menambahkan serai, daun salam, dan lengkuas.

     

  • 2 Rekomendasi Acara ‘Lebaran’ di Jakarta Pusat Hari Ini, Semua Acara Gratis Loh!

    2 Rekomendasi Acara ‘Lebaran’ di Jakarta Pusat Hari Ini, Semua Acara Gratis Loh!

    TRIBUNJAKARTA.COM – Buat kamu yang bingung mau ke mana di akhir pekan, ada dua rekomendasi acara di Jakarta Pusat yang bertajuk ‘Lebaran’.

    Pertama ialah Lebaran Betawi yang ada di Monas, Jakarta Pusat.

    Sudah berlangsung sejak kemarin, Sabtu (26/4/2025), rangkaian acaranya berakhir pada hari ini.

    Di sana kamu akan disuguhkan berbagai acara diantaranya prosesi hantaran Lebaran Betawi, lenong Betwai, band Betawi, tanjidor, gambang kromong.

    Kemudian ada keroncong Betawi, rebana Betawi, gambus, tari Betawi, topeng blantek, atraksi silat Betawi.

    Selanjutnya ada palang pintu, kuliner Betawi, pameran sejarah Jakarta, layar tancap, ondel-ondel, hingga pembuatan dodol Betawi.

    Kedua ialah Lebaran Tenabang 2025. 

    Baru berlangsung pada hari ini, Minggu (27/4/2025), rangkaian acaranya sudah di mulai pukul 09.00 dan akan berakhir pada pukul 22.00 WIB.

    Adapun lokasinya di Jalan KH Wahid Hisyam Tanah Abang, Jakarta Pusat.

    lihat foto
    Masih di momen peringatan Hari Kartini, ada sejumlah tempat yang memberikan berbagai penawaran. Termasuk di rias gratis alias make up gratis hingga akhir bulan April 2025 untuk kamu yang mau karnaval Kartini.

    Berikut sejumlah acaranya:

    – Palang pintu

    – Lomba menguliti kambing

    – Akustik Sikumbang Tenabag

    – Lomba koregrafi silat

    – H.N.C Band

    – Orkes Samrah

    – Pop up market

    – Kuliner Betawi

    – Silat Betawi

    – Photo Booth

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Awalnya Tukang Kebun, Pria Ini Banting Setir Bisnis Buah Omzet Puluhan Juta

    Awalnya Tukang Kebun, Pria Ini Banting Setir Bisnis Buah Omzet Puluhan Juta

    Jakarta

    Banyak cara untuk menaklukkan Jakarta, setiap tahunnya warga dari beragam daerah mengadu nasib di Ibu Kota, salah satunya Sucipno asal Wonosobo. Berbekal ijazah Sekolah Dasar, ia memulai petualangannya saat memberanikan diri merantau meski sebagai pembantu rumah tangga.

    Saat itu Sucipno muda tergabung dalam sebuah Yayasan yang menyalurkannya ke beragam pilihan pekerjaan di Jakarta, kesempatan itu ia ambil dan terjadilah pekerjaan pertamanya sebagai tukang kebun sekaligus pembantu rumah tangga di salah satu kompleks mewah dan bertahan selama tiga tahun.

    “Saya ke Jakarta tahun 1992, saya langsung kerja dulu masuk yayasan, ada yang bawa dulu setelah tamat SD, di kampung masih susah SMP saat itu, kalo yayasan penampung tenaga kerja masuk ke sana untuk disalurkan. Tiba di Jakarta waktu itu pekerjaan rumah tangga sebagai tukang kebun di rumah mewah cukup lama ada 3 tahunan,” ujar Sucipno saat ditemui detikcom di Pasar Induk Kramat Jati, Kamis (14/4/2025).

    Usai mendapatkan pengalaman, Sucipno kembali ke kampungnya mencoba mencari peruntungan baru dengan beternak kambing, menjadi kuli bangunan dan akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta.

    Di Jakarta ia langsung bekerja di Pasar Induk Kramat Jati membantu saudaranya dalam berbisnis buah, melihat peluang yang besar ia memberanikan diri untuk menabung dan meminta izin kepada saudaranya untuk membuka kios baru.

    Dalam satu bulan Sucipno harus menyiapkan uang sebesar Rp 25 juta untuk membayar kios, namun usaha jual beli buah itu mendulang omzet yang besar hingga membuatnya bertahan sampai saat ini.

    “Kios ini kita bulanan mas, 1 bulan 25 juta ini ukuran 5×5 meter, alhamdulillah ketutup karena sudah sekolah 3 tahun di kios saudara,” lanjut Sucipno.

    Modal saling percaya dengan para petani, Sucipno mampu mendatangkan ratusan peti buah dari Banyuwangi dan Wonosobo. Di kios berukuran 5×5 meter itu ia beserta tiga karyawannya sibuk membongkar muat peti buah dari truk, tak lama berselang para pelanggan datang ia dan karyawannya memindahkan buah itu ke pelanggan.

    Pasar Induk Kramat Jati memang menjadi tempat transit bagi kebutuhan pangan warga di Jabodetabek, masyarakat yang ingin berbisnis ataupun membeli kebutuhan dengan harga yang lebih murah kerap datang ke pasar ini. Sucipno selaku pedagang buah menjadi perpanjangan tangan petani untuk menjangkau masyarakat.

    Dalam sehari petani di Banyuwangi mengantarkan hingga 100 peti atau sekitar 260 kilogram buah naga, sementara salak yang dikirim dari Wonosobo mencapai 3 ton. Diketahui saat ini harga – harga pangan termasuk buah sedang stabil, harga yang tidak mahal dari petani turut membuat para pembeli senang karena tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.

    “Kita perhari bisa kalo lagi ramai turun 100 peti bisa habis, para pembeli memang buat dijual lagi sudah langganan mereka, biasanya dijual untuk di sekitar Jabodetabek,” ujar Sucipno.

    Jaga Kepercayaan Petani, Bayar Cepat Pakai BRIMO

    Sebagai perpanjangan tangan dari petani ke pelanggan, Sucipno mengaku senang karena bisa membantu para petani di kampungnya untuk menemukan pembeli di Jakarta. Selain itu omzetnya pun tembus Rp 10 juta sehari, perputaran uang yang cukup besar itu harus dilaksanakan secara cepat agar kepercayaan dengan para petani tak redup.

    Sucipno kerap mengandalkan BRIMO untuk mentransferkan biaya pengiriman buah kepada petani di kampung dengan depat, sebelum mengenal BRIMO ia rutin datang ke Agen BRILink atau ke Kantor BRI Unit Kramat Jati. Namun hal itu membuatnya tak cukup cepat, saat ke kantor BRI ia minta diajarkan cara penggunaan BRIMO oleh petugas Bank BRI.

    “Untuk mengirim uang ke petani saya transfer pakai BRIMO, saya pakai BRIMO sekitar 1 tahun. Kita instal di sini saya bikin sendiri, terus datang ke kantor dan langsung diajari sama petugasnya. Sekarang BRIMO untuk transfer ke petani,” ucap Sucipno.

    Memang untuk mengirim uang ke petani sudah dimudahkan dengan BRIMO, namun para pembeli masih ada juga yang membayarkan buah menggunakan cash. Sucipno bahkan pernah mendapatkan uang palsu sebesar Rp 300 ribu karena kurang teliti, uang itu ketahuan saat akan menyetorkan melalui Agen BRILink di dekat kiosnya.

    Mendapat pengalaman itu, sekarang Sucipno lebih berhati-hati ia juga lebih menyarankan pembeli untuk bertransaksi melalui transfer atau QRIS agar lebih aman. Di sisi lain Pimpinan KC BRI Kramat Jati menyatakan komitmennya dalam mendigitalkan pasar untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi.

    “BRI mengedukasi pedagang untuk menggunakan BRIMO, BRI tidak hanya mempermudah proses transaksi, tetapi juga berperan dalam mencegah peredaran uang palsu. Dengan digitalisasi transaksi, pelacakan menjadi lebih efektif dan risiko beredarnya uang palsu di pasar dapat diminimalkan,” ujar Pimpinan KC BRI Kramat Jati Indra Bayu Wira Permana.

    Diketahui BRI Kramat Jati rutin mengadakan acara di Pasar Induk Kramat Jati untuk memperkenalkan aplikasi BRIMO kepada nasabah yang sebelumnya kurang familiar dengan teknologi. Mantri BRI berkeliling pasar untuk memberikan edukasi langsung kepada pedagang mengenai cara menggunakan BRIMO, termasuk melakukan transaksi digital seperti transfer gratis.

    (hns/hns)

  • 10 Makanan Kaya Vitamin B12, untuk Cegah Anemia hingga Kelelahan

    10 Makanan Kaya Vitamin B12, untuk Cegah Anemia hingga Kelelahan

    Jakarta

    Semakin lengkap asupan nutrisi yang dikonsumsi, maka tubuh akan semakin sehat. Salah satu yang tak boleh dilupakan adalah asupan vitamin B12.

    Nutrisi ini tidak harus diperoleh lewat makanan atau suplemen, karena tubuh tidak bisa memproduksinya secara alami. Untuk itu, kita sebaiknya makan makanan yang mengandung vitamin B12, di samping mengandung nutrisi penting lainnya.

    Tanpa vitamin B12, tubuh akan kesulitan membentuk sel darah merah, membantu metabolisme sel, memproduksi DNA, hingga mengoptimalkan fungsi saraf. Ini bermanfaat untuk mencegah anemia hingga mengatasi kelelahan.

    Sumber vitamin B12 bisa berasal dari produk makanan hewani maupun nabati. Simak artikel ini untuk mengetahui 10 makanan kaya vitamin B12, lengkap dengan manfaatnya.

    Makanan Sumber Vitamin B12

    Dikutip dari situs WebMD, berikut ini sederet makanan yang kaya vitamin B12 yang bisa kita konsumsi:

    1. Daging Merah

    Daging merah mengandung vitamin B12 yang tinggi. Daging merah meliputi daging sapi, kambing, dan sejenisnya. Namun jangan terlalu banyak makan daging merah, karena bisa menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti kolesterol hingga asam urat.

    2. Daging Unggas

    Vitamin B12 juga bisa ditemukan pada ayam dan kalkun. Lebih aman jika mengonsumsi daging unggas tanpa lemak dan dimasak tanpa minyak, seperti dipanggang.

    3. Jeroan

    Jeroan hewan cenderung kaya akan vitamin B12. Kandungan terbanyak ada pada jeroan sapi. Pilihan lainnya adalah jeroan ayam atau kalkun. Namun jeroan mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi, sehingga harus dibatasi.

    4. Seafood

    Berbagai makanan laut (seafood) mengandung banyak vitamin B12, di antaranya kerang yang dimasak, kerang kukus, tuna, kepiting, ikan trout, ikan salmon, dan ikan sarden.

    5. Produk Susu

    Berbagai produk susu dapat memenuhi asupan vitamin B12 kamu. Ini termasuk susu rendah lemak, yoghurt, keju, dan susu kedelai.

    6. Telur

    Salah satu cara mudah mendapatkan asupan vitamin B12 adalah dengan makan telur. Sebagian besar vitamin B12 berada pada kuning telur. Satu telur rebus mengandung sekitar 0,6 mikrogram vitamin B12 atau sekitar 25% dari kebutuhan tubuh harian.

    7. Rumput Laut

    Sebagai variasi, detikers bisa memasukkan rumput laut atau nori ke dalam menu makanan kamu. Rumput laut sering digunakan untuk membuat makanan jepang seperti sushi.

    8. Tempe

    Tempe merupakan makanan hasil fermentasi dari kedelai. Satu porsi tempe bisa mengandung hingga 8 mikrogram vitamin B12.

    9. Jamur Shiitake

    Bagian tubuh jamur shiitake kering mengandung vitamin B12. Makan 50 gram jamur shiitake kering dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 harian untuk orang dewasa.

    10. Daging Nabati

    Terakhir, vitamin B12 mungkin bisa diperoleh dari beberapa jenis daging nabati yang biasa dikonsumsi para vegetarian. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar vitamin B12-nya.

    Manfaat Vitamin B12

    Lantas apa saja manfaat dari vitamin B12? Berikut 8 manfaat vitamin B12 yang dikutip dari Healthline:

    Membantu pembentukan sel darah merah, sehingga penting untuk mencegah anemia.Mencegah masalah kehamilan, seperti kecacatan saraf, kelahiran prematur, atau keguguran.Mendukung kesehatan tulang, sehingga mencegah osteoporosis.Mengurangi risiko degenerasi makula yang berpengaruh pada kesehatan mata.Memperbaiki suasana hati, sehingga bisa mengatasi gejala depresi.Bermanfaat bagi kesehatan otak, sehingga daya ingat tidak mudah menurun.Mendukung kesehatan rambut, kulit, dan kuku.Mencegah kelelahan, karena vitamin B12 bisa mempengaruhi tingkat energi.

    Itulah tadi berbagai makanan yang kaya akan vitamin B12. Beberapa jenis makanan perlu dibatasi konsumsinya, karena bisa mempengaruhi masalah kesehatan lainnya.

    (bai/row)

  • Berkurban sambil memberdayakan peternak di pelosok timur Indonesia

    Berkurban sambil memberdayakan peternak di pelosok timur Indonesia

    Dari kandang sederhana di timur, kurban tumbuh sebagai simbol pemberdayaan yang melintasi batas geografi dan memberi arti baru pada sebuah ibadah tahunan. 

    Ambon (ANTARA) – Di balik hiruk-pikuk Idul Adha di kota besar, ada kisah senyap yang tumbuh pelan-pelan di pedalaman Maluku. Di sana, di antara lembah dan kebun cengkih, ada program yang hadir bukan hanya untuk menyembelih hewan kurban, tetapi menanam harapan lewat pemberdayaan peternak lokal.

    Program pemberdayaan peternak ini berangkat dari satu pertanyaan sederhana: Mengapa tidak menggerakkan ekonomi desa sambil menjalankan ibadah kurban?

    Organisasi Human Initiative, yang menggelar program tersebut, memulai dengan mendata peternak di beberapa kabupaten di Maluku, mendampingi mereka dengan pelatihan dasar: perawatan ternak, penggemukan, manajemen kandang, hingga standar kelayakan kurban, lalu menjadikan mereka mitra.

    “Kalau masyarakat ikut lebih banyak, stok yang bisa kami siapkan juga makin besar. Ini kerja bersama,” kata Wakil Presiden Human Initiative Bambang Suherman.

    Ia menyampaikan bahwa momentum Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk memperkuat jejaring kebaikan. Itu tidak lain karena kurban bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga bentuk nyata dari solidaritas dan keberpihakan kepada masyarakat yang membutuhkan.

    Dengan prinsip keterjangkauan, sesuai syariat, dan berdampak luas, program ini dirancang untuk menghadirkan manfaat yang menyeluruh, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga sosial dan ekonomi.

    Kurban yang Menghidupi

    Ada skema yang berbeda diterapkan program itu. Mereka tidak hanya membeli hewan, tetapi juga mendampingi proses perawatan sejak jauh hari. Hasilnya, kualitas ternak meningkat, dan peternak punya kepastian pasar.

    Aris Efendi, peternak di Nunusaku, Maluku Tengah, yang menjadi mitra, mengatakan, ini bukan soal keuntungan semata. Ini soal rasa dihargai.

    Program ini juga memberi dampak ke warga sekitar. Limbah ternak dimanfaatkan untuk pupuk. Hingga ada tren bahwa anak-anak muda mulai tertarik memelihara ternak.

    Dalam program ini, yang diukur bukan hanya keberhasilan dari jumlah hewan kurban yang disalurkan, tetapi dari seberapa banyak peternak yang ikut tumbuh bersama.

    Di lapangan, distribusi daging ke daerah-daerah rawan pangan, daerah pesisir, dan dusun-dusun yang selama ini luput dari radar bantuan juga difasilitasi.

    Semua dilakukan dengan pendekatan gotong royong, warga lokal ikut bantu mengangkut, masjid setempat jadi pos distribusi, anak muda jadi relawan.

    Sejumlah peternak telah terlibat di Maluku sejak program dimulai, tersebar di Kota Ambon, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah, dan Pulau Buru.

    Rencananya, Untuk Idul Adha 2025, di Maluku akan disiapkan hewan kurban berupa 450 sapi. Jumlah ini meningkat pesat dari tahun sebelumnya yang sekitar 100 sapi.

    Untuk memastikan penyalurannya merata dan sesuai kebutuhan tiap-tiap wilayah, organisasi itu memastikan pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai jaringan masyarakat. Termasuk memastikan sejak awal daftar penerima manfaat hingga mekanisme pendistribusiannya setelah daging-daging tersebut disembelih.

    Kurban yang Menyambung Kehidupan

    Kegiatan di kawasan timur Indonesia yang jauh dari sorotan itu membuktikan bahwa berkurban bukan hanya ibadah tahunan, melainkan momentum tahunan untuk membangun kemandirian.

    Program itu tidak datang hanya membawa daging, tetapi juga menanam ilmu, kepercayaan, dan harapan. Dan di balik setiap kambing yang dikurbankan, ada tangan-tangan peternak kecil yang pelan-pelan mulai tegak berdiri.

    “Mereka datang bukan untuk kasih bantuan. Mereka datang untuk membangun, memberi manfaat,” kata Aris, sambil menatap kandangnya yang kini berdiri lebih rapi dari sebelumnya.

    Kandangnya yang masih koloni itu cukup luas dengan rerumputuan liar yang selalu disantap sapinya. Namun di tengah kesederhanaan itu, berdirilah satu struktur yang membuat kandang ini berbeda, yakni tersedia kandang jepit sebagai pengganti timbangan.

    Proses memeriksa kelayakan sapi yang akan dikurbankan di kandang jepit, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah. (ANTARA/Winda Herman)

    Terbuat dari kayu ulin dan balok tua, kandang jepit itu berdiri tegak di sisi utama kandang. Ukurannya sempit, hanya cukup untuk satu sapi berdiri. Tapi di sanalah titik paling penting dari seluruh proses perawatan. “Kalau saya mau tahu sapi ini layak atau tidak, ya sapi itu harus masuk dulu di sini,” kata lelaki berusia 43 tahun itu.

    Begitu sapi masuk dan diikat pelan, ia mulai memeriksa dari gigi, untuk tahu usia sebenarnya, sampai lingkar dada dan panjang badan, yang ia ukur pakai pita ukur lusuh. “Ini yang saya kirim nanti buat kurban. Jadi harus sehat, harus benar,” katanya.

    Lokasi kandangnya 14 kilometer dari jalan raya kota. Tapi jangan bayangkan jalan itu beraspal mulus. Untuk mencapai kandang itu, orang perlu menyusuri jalur tanah merah yang berubah jadi kubangan saat hujan. Lumpur seringkali menahan laju kendaraan, membuat perjalanan yang seharusnya satu jam, bisa menjadi lebih dari dua jam.

    Di daerah kecil di Maluku, kurban bukan lagi soal datang dan potong. Ia menjadi proses membangun kepercayaan, mengangkat ekonomi, dan menyambungkan harapan. Dari kampung ke kota, dari peternak ke penerima, kurban menjadi jembatan yang menyatukan.

    Dan di situlah letak maknanya, dari kandang sederhana di timur, kurban tumbuh sebagai simbol pemberdayaan yang melintasi batas geografi dan memberi arti baru pada sebuah ibadah tahunan.

    Di ujung timur Indonesia, kurban bukan lagi soal sembelih dan selesai. Ia menjelma menjadi jalan panjang pemberdayaan yang seringkali luput dari sorotan, tapi tak pernah luput dari makna.

    Program ini bukan sekadar upaya pemerataan daging kurban, tetapi juga menunjukkan bentuk nyata dari solidaritas sosial dan kepedulian antarsesama. Serta, berkomitmen untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan selama ini kekurangan hewan kurban.

    Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
    Copyright © ANTARA 2025

  • Teror Anjing Liar di Lampung Timur, 40 Ekor Kambing Warga Dimangsa

    Teror Anjing Liar di Lampung Timur, 40 Ekor Kambing Warga Dimangsa

    Lampung Timur – Teror kawanan anjing liar di Lampung Timur membuat warga Desa Kalirejo, Kecamatan Sekampung Udik, resah. Dalam sebulan terakhir, sebanyak 40 ekor kambing milik peternak mati dimangsa anjing liar dengan kondisi mengenaskan.

    Serangan anjing liar di Lampung Timur terjadi hampir setiap malam, menyebabkan kerugian besar bagi para peternak. Dari keterangan warga, kambing ditemukan mati dengan luka gigitan di bagian leher, perut robek, dan organ dalam hilang.

    Warga baru mengetahui pelakunya adalah anjing liar setelah memasang kamera pemantau atau CCTV di sekitar kandang. Dalam rekaman, terlihat kawanan anjing liar masuk dan menyerang kambing-kambing saat malam hari.

    Total kerugian akibat serangan anjing liar diperkirakan mencapai Rp 120 juta, dengan asumsi harga satu ekor kambing sekitar Rp 3 juta.

    Salah satu peternak, Didik Ferdiyanto (43), mengaku kehilangan 18 ekor kambing akibat serangan brutal tersebut.

    “Saya dengar suara gaduh, terus saya lihat ada lima anjing di kandang. Lima kambing perutnya sobek, jeroannya hilang. Saya takut, cuma bisa usir pakai kayu. Setelah dicek, total 18 kambing saya mati,” tutur Didik, Rabu (23/4/2025).

    Untuk mengantisipasi serangan anjing liar lanjutan di Lampung Timur, warga bersama aparat desa, polisi, dan TNI kini melakukan ronda malam. Mereka berjaga dengan berbekal senapan angin dan senjata tajam.

  • Kegetiran Saksi Mata Terakhir dalam Peringatan Kekejaman di Kamp Nazi

    Kegetiran Saksi Mata Terakhir dalam Peringatan Kekejaman di Kamp Nazi

    Jakarta

    Ketika tim penyelamat akhirnya tiba di kamp konsentrasi Sachsenhausen, Jerman, mereka menemukan sekitar 3.000 tahanan, perawat, dan dokter.

    Namun, bagi sekitar 300 tahanan lainnya, pembebasan pada tanggal 22 April 1945 oleh pasukan Polandia dan Soviet berakhir dengan tragis: Tak lama setelahnya, mereka meninggal dunia akibat perlakuan bengis NAZI.

    30.000 tahanan dipaksa mengikuti pawai kematian

    Evakuasi dari kamp konsentrasi yang terletak di utara Berlin dimulai sehari sebelumnya. Lebih dari 30.000 tahanan diarak dalam apa yang dikenal sebagai Pawai Kematian (Todesmarsch)– perjalanan mematikan yang dipaksakan oleh NAZI terhadap para tahanan kamp konsentrasi pada akhir Perang Dunia II, menuju ke kamp-kamp lainnya.

    Beberapa ribu orang tidak selamat dari penderitaan yang mereka alami. Antara tahun 1936 dan 1945, setidaknya 200.000 orang dari sekitar 40 negara telah dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi Sachsenhausen dan sejumlah kamp yang ada di sekitarnya.

    Pada akhir Perang Dunia Kedua, puluhan ribu orang tewas—baik akibat kelaparan, penyakit, penganiayaan, eksperimen medis, maupun kerja paksa.

    Pada musim gugur tahun 1941 saja, setidaknya 10.000 tawanan perang asal Soviet, termasuk banyak orang Yahudi, dibunuh di fasilitas khusus yang dilengkapi dengan tembakan di tenggorokan atau dengan gas di dalam truk-truk yang dimodifikasi.

    Sachsenhausen memiliki posisi yang sangat penting, baik sebagai model kamp maupun pusat pelatihan yang berada di sekitar ibu kota Reich, Berlin. Sejak tahun 1938, kantor pusat administrasi untuk seluruh sistem kamp konsentrasi ditempatkan di sana.

    Sebagai bagian dari peringatan 80 tahun pembebasan tawanan di kamp ini, enam penyintas—tiga perempuan dan tiga pria—akan kembali ke Sachsenhausen pada akhir April dan awal Mei.

    Pada tahun-tahun terakhir perang, mereka dideportasi kala masih bocah dan remaja ke kamp konsentrasi pusat atau ke salah satu subkampnya.

    Lima dari penyintas tersebut berasal dari Polandia, sementara Mykola Urban dari Ukraina, yang lahir di Kharkiv pada tahun 1924, adalah yang tertua di antara mereka, dengan usia mencapai 100 tahun.

    Ia akan menghadiri upacara peringatan untuk pertama kalinya dan akan melakukan perjalanan dari Swiss, tempat ia dievakuasi setelah dimulainya perang agresi Rusia terhadap tanah airnya.

    Sebuah percakapan publik dengan Urban sebagai saksi kontemporer direncanakan untuk digelar pada tanggal 30 April di Berlin.

    Urban mendukung perjuangan partisan selama Perang Dunia II dan dideportasi ke kamp konsentrasi Sachsenhausen pada tahun 1942. Di subkamp Falkensee, orang-orang di Deutsche Maschinen AG (DEMAG) menyiksanya sebagai pekerja paksa dalam produksi tank.

    Menjelang akhir perang, ia berhasil kabur bersama dua rekannya. Ketiganya kemudian bergabung dengan resimen Tentara Merah Soviet yang turut serta dalam Pertempuran Berlin pada bulan Mei 1945.

    Bagi para penyintas, ini mungkin kunjungan terakhir mereka

    Kunjungan ke Sachsenhausen ini mungkin merupakan yang terakhir bagi Urban dan para saksi lanjut usia lainnya.

    Pemikiran ini telah lama menghantui Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, “Stiftung Brandenburgische Gedenksttten”, Axel Decroll. Mengingat sebagian besar penyintas kamp konsentrasi kini telah tiada, ia berkata, “Mereka sering berada di samping kami, seperti sahabat ayah dan ibu. Bagi kami, ini adalah titik balik yang sangat mendalam, karena orang-orang ini hampir tidak ada lagi di sini.”

    Untuk mendekatkan diri pada sejarah bekas kamp konsentrasi seperti Sachsenhausen atau kamp konsentrasi perempuan Ravensbrck, tempat-tempat peringatan menyelenggarakan kegiatan seni dan musik selama bertahun-tahun, serta lokakarya untuk kalangan muda.

    “Hal ini sangat penting, karena selain metode pedagogi tradisional dan format pameran klasik, budaya dapat membangun jembatan, mendobrak hambatan, dan meraih orang-orang yang sudah memiliki minat (pada sejarah),” ujar Drecoll, berbagi pengalamannya.

    NAZI mengubah tahanan menjadi angka

    Katrin Grber, yang merupakan cucu dari seorang tahanan di Sachsenhausen, kini menjabat sebagai ketua organisasi peringatan “Frderverein der Gedenksttte” dan museum terkait.

    Ketika lagu-lagu yang pernah ditulis oleh narapidana kamp konsentrasi dinyanyikan dalam acara resmi, para generasi-generasi selanjutnya pun turut terharu.

    “NAZI mengubah para tahanan menjadi angka-angka, namun mereka tetaplah manusia. Lagu-lagu tersebut dapat membantu kita untuk membayangkan orang-orang yang menyanyikannya,”ujar Katrin Grber.

    Kakeknya, Heinrich, adalah seorang pendeta dan anggota Gereja Pengakuan (Bekennende Kirche), yang menentang rezim Sosialis Nasional,NAZI.

    Karena keberaniannya dalam memperjuangkan orang-orang beragama Yahudi, ia dijebloskan ke Sachsenhausen pada tahun 1940 dan kemudian dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau.

    Hubungan keluarga dengan korban kamp konsentrasi

    Sang cucu sempat hidup hingga kakeknya meninggal pada tahun 1975. Melalui cerita sejarah keluarganya, ia dapat menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

    Dari kakeknya, Heinrich, ia mengetahui bahwa sang kakek menunjukkan solidaritas kepada sesama tahanan di kamp konsentrasi, namun juga merasakannya sendiri. “Dia hampir mati, tetapi diselamatkan oleh sesama tahanan komunis,” kata cucunya.

    “Itulah sesuatu yang selalu bisa kita kenang di masa kini,” papar Katrin Grber, mengenang tragedi kemanusiaan yang dialami keluarganya. Ia berharap dapat mendiskusikan hal ini dengan para keturunan korban-korban NAZI lainnya saat peringatan 80 tahun pembebasan Sachsenhausen.

    “Kami berharap agar terjalin kontak yang lebih erat lagi setelah hari itu dan agar pertemuan seperti ini dapat diselenggarakan setiap tahun,” ujar ketua kelompok pendukung peringatan tersebut.

    Kritik terhadap perdebatan saat ini mengenai migrasi dan pengungsi

    Menurut Katrin Grber, nilai tempat-tempat autentik seperti Sachsenhausen tidak dapat dianggap remeh: “Tempat-tempat ini menyampaikan pengetahuan, meletakkan nasib individu dalam konteks yang lebih luas. Dan tempat-tempat ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan kedalaman sejarahnya,” jelasnya.

    Ia juga menyampaikan keprihatinannya mengenai pergeseran politik yang semakin ke kanan di Jerman. “Bagi saya, salah satu pelajaran sejarah adalah bahwa manusia tidak boleh dikecualikan atau dijadikan kambing hitam. Itulah sebabnya perdebatan saat ini mengenai pengungsi sangat menyakitkan bagi saya.”

    Koalisi pemerintahan baru antara Partai Demokratik Kristen (CDU/CSU) dan Partai Sosial Demokrat (SPD) baru-baru ini sepakat dalam perjanjian koalisi mereka untuk memperketat kebijakan suaka secara drastis.

    Selain itu, partai ekstremis sayap kanan Alternatif untuk Jerman AfD telah berulang kali memprovokasi sentimen anti-imigran, baik terhadap penduduk lokal yang berasal dari luar negeri maupun terhadap orang-orang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan.

    AfD tidak diperbolehkan meletakkan karangan bunga di Sachsenhausen

    Axel Drecoll juga menyampaikan keprihatinannya terhadap arah perkembangan demokrasi yang semakin terancam di banyak belahan dunia.

    Inilah salah satu alasan mengapa tantangan besar sedang kita hadapi, demikian menurut Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, Drecoll.

    Ia mengungkapkan bahwa AfD tidak akan diperbolehkan untuk meletakkan karangan bunga dalam acara peringatan pembebasan kamp konsentrasi Sachsenhausen. “Kami tidak akan membiarkan AfD melakukan hal itu,” kata Drecoll dengan tegas.

    Namun, pandangannya tidak hanya terfokus pada peringatan pembebasan kamp konsentrasi pada bulan April 1945.

    Pada tahun yang sama, bekas kamp konsentrasi Sachsenhausen diubah menjadi kamp khusus oleh Uni Soviet, yang telah menang dalam Perang Dunia II. Rezim kejam NAZI digantikan oleh pemerintahan teror komunis.

    Peringatan kamp khusus Soviet

    Sampai kamp penggantinya dibubarkan pada tahun 1950, sekitar 60.000 orang dibui. Sebagian besar adalah kaum NAZI, tetapi juga terdapat penentang rezim baru dan orang-orang yang ditahan tanpa peradilan. Sekitar 12.000 dari mereka meninggal karena kelaparan dan penyakit.

    Babak sejarah Sachsenhausen ini juga akan diperingati dengan acara peringatan dan pameran di awal September.

    Artikel ini pertama kali terbit di DW Jerman

    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

    Editor: Hendra Pasuhuk

    Melihat Siluet Tentara di Pantai Inggris untuk Peringati 80 Tahun Pendaratan D-Day:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini