Hewan: Kambing

  • Sidak Pasar Jelang Nataru, Gubernur Bobby Nasution Pastikan Stok Pangan Sumut Aman

    Sidak Pasar Jelang Nataru, Gubernur Bobby Nasution Pastikan Stok Pangan Sumut Aman

    Liputan6.com, Jakarta – Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, turun langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar tradisional di Kota Medan, Kamis (18/12/2025). 

    Langkah ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga bahan pokok di tengah masyarakat.

    Dalam sidak yang dilakukan di Pasar Sei Kambing dan Pasar Sukaramai, Bobby menemukan kondisi harga yang bervariasi. Meski secara umum terkendali, beberapa komoditas mulai menunjukkan tren kenaikan.

    Berdasarkan pantauan di Pasar Sukaramai Medan, harga daging ayam bulat mencapai Rp 38 ribu per kilogram dan cabai rawit Rp 40 per kilogram. Sementara itu cabai merah Rp 32 ribu per kilogram, bawang merah Rp 32 ribu per kilogram dan bawang putih Rp 36 ribu per kilogram.

    Sementara harga di Pasar Sei Kambing juga tidak jauh berbeda, namun untuk daging sapi rata-rata di pasar ini dibanderol Rp 125 ribu per kilogram. Untuk ketersediaan daging hingga saat ini aman karena pasokannya masih normal. 

    “Stok aman semua. Memang ada beberapa yang mengalami kenaikan seperti daging ayam dan cabai rawit,” ujar Bobby Nasution di sela-sela kunjungannya di Pasar Sukaramai.

    Bobby mengakui bahwa tantangan utama saat ini adalah gangguan jalur distribusi di beberapa titik akibat faktor cuaca dan bencana alam. Menanggapi hal tersebut, Pemprov Sumut telah menyiapkan langkah mitigasi khusus.

    “Ada beberapa skema yang akan kita lakukan, baik kolaborasi antara Pemprov, Bank Indonesia, Bulog, hingga bantuan dari Pemerintah Pusat untuk memastikan jalur pangan tetap lancar,” tegas Bobby.

     

  • Nyamar Jadi Pembeli Domba, Polisi Tangkap Buron Perampok Lansia di Bogor

    Nyamar Jadi Pembeli Domba, Polisi Tangkap Buron Perampok Lansia di Bogor

    Bogor

    Polisi menangkap Emed alias Aki, pelaku perampokan pasangan suami istri lansia di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Emed ditangkap di wilayah Cianjur.

    Kapolsek Cileungsi Kompol Edison mengatakan pelaku ditangkap pada hari Selasa (16/12). Pelaku ditangkap di kediamannya.

    “Kasus ini bermula dari peristiwa perampokan yang terjadi pada 7 September 2025 dini hari di Kampung Kubang, Desa Jatisari,” kata Edison, Kamis (18/12/2025).

    Saat menangkap Emed, Edison menyamar sebagai orang yang hendak membeli domba. Tak butuh lama, dia langsung meringkus pelaku dan membawanya ke kantor polisi.

    Edison mengatakan pelaku beraksi bersama sejumlah orang lainnya saat merampok lansia pada September lalu. Para pelaku bahkan tega menganiaya korbannya yang sudah lansia.

    “Para pelaku berhasil membawa kabur satu unit mobil Toyota Avanza, satu unit sepeda motor Honda Vario, dokumen BPKB, dan uang tunai senilai Rp 79 juta,” jelasnya.

    Sore harinya, mobil korban terdeteksi di wilayah Tajur, Kota Bogor. Pihak dealer yang sempat merasa curiga dengan para pelaku membuat mereka melarikan diri.

    “Titik terang muncul ketika salah satu pelaku bernama Kumis ditangkap oleh Opsnal Polres Batang. Ironisnya, Kumis ditangkap atas kasus berbeda, yakni pencurian hewan ternak sebanyak 60 ekor kambing,” pungkasnya.

    (rdh/ygs)

  • Pasar Hewan Paingan Resmi Direlokasi ke Belakang Puskemas Maospati Magetan

    Pasar Hewan Paingan Resmi Direlokasi ke Belakang Puskemas Maospati Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Magetan memastikan relokasi Pasar Hewan Maospati atau Pasar Paingan dari lokasi lama di Jalan Raya Maospati–Barat ke kawasan Jalan Pramuka, tepatnya di belakang Puskesmas Maospati, Kelurahan Maospati. Pemindahan aktivitas pasar dijadwalkan mulai Minggu Paing, (21/12/2025)

    Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Magetan, Kiki Indriyani, menyampaikan bahwa seluruh pekerjaan fisik di lokasi baru telah rampung sehingga relokasi dapat segera dilakukan.

    “Karena pekerjaannya sudah selesai di bulan-bulan ini, rencananya tanggal 21 Desember 2025, bertepatan dengan Minggu Paing, aktivitas pasar hewan dari lokasi lama kita alihkan ke lokasi baru,” kata Kiki, Selasa (16/12/2025)

    Menurut Kiki, pemindahan pasar tidak akan disertai seremoni resmi. Namun, pihaknya berencana menggelar tasyakuran dan doa bersama pada Sabtu malam menjelang hari pemindahan. Kegiatan tersebut akan melibatkan pedagang, khususnya pedagang kambing yang jumlahnya paling banyak, serta tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pihak kelurahan.

    Terkait pedagang kaki lima, Disperindag tidak mewajibkan seluruhnya ikut pindah. Sosialisasi telah dilakukan, namun diperkirakan hanya sekitar 50 persen pedagang non-hewan yang akan mengikuti relokasi.

    “Yang berkaitan langsung dengan komoditas hewan, seperti tali, patok, atau peralatan pendukung jual beli ternak, kemungkinan besar ikut pindah. Sementara komoditas lain masih banyak yang bertahan di lokasi lama,” jelasnya.

    Relokasi ini diharapkan mampu mengurai kemacetan yang selama ini kerap terjadi di sekitar Jalan Raya Maospati–Barat, terutama saat hari pasaran. Dari sisi kesiapan lokasi, pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp680 juta pada tahap awal pembangunan.

    “Fasilitas utama sudah tersedia, meskipun masih terbatas. Saat ini sudah ada lahan yang dipadatkan, area bongkar muat hewan, MCK, serta beberapa titik peneduh, meski jumlahnya masih sangat minim,” kata Kiki.

    Ia mengakui bahwa sarana pendukung seperti tanaman peneduh dan patok hewan masih jauh dari kondisi ideal.

    Ke depan, Disperindag Magetan berharap adanya tambahan anggaran untuk penyempurnaan kawasan pasar hewan tersebut. Lahan di bagian belakang lokasi baru dinilai masih sangat luas dan berpotensi dikembangkan.

    “Idealnya satu pasar hewan membutuhkan anggaran sekitar Rp2 hingga Rp3 miliar. Karena tahap pertama baru Rp680 juta, kita fokuskan dulu pada kebutuhan paling mendasar agar relokasi bisa berjalan lancar,” pungkasnya. [fiq/ian]

  • Pesan Prabowo ke Elite soal Banjir Sumatra: Jangan Cari Kambing Hitam!

    Pesan Prabowo ke Elite soal Banjir Sumatra: Jangan Cari Kambing Hitam!

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto mengingatkan seluruh jajaran pemerintah dan elite nasional untuk tidak saling mencari kesalahan di tengah situasi bencana yang melanda sejumlah daerah, khususnya banjir di Sumatra. 

    Prabowo menegaskan, saat krisis bukanlah waktu yang tepat untuk mencari kambing hitam, melainkan momentum untuk bekerja keras dan bergotong royong mengatasi persoalan di lapangan. 

    “Dalam keadaan yang sulit, ada kecenderungan manusia dan juga bangsa kita ini, terutama sebagian elite-elite kita, mau cari kambing hitam, mau cari kesalahan. Ini bukan saat untuk kita cari kesalahan, ini untuk kita bekerja keras, bahu-membahu mengatasi masalah di lapangan,” ujarnya saat membuka Sidang Kabinet Paripurna bersama Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12/2025).

    Presiden Ke-8 RI itu mengapresiasi kinerja seluruh unsur pemerintah dan aparat di lapangan yang dinilainya telah bergerak cepat dan tepat sejak awal terjadinya bencana. 

    Dia menyebut tidak perlu memberikan arahan detail karena jajaran pelaksana sudah memahami tugas dan langsung bertindak.

    Prabowo mencontohkan mekanisme penanganan bencana di lingkungan TNI yang sudah lama memandang bencana sebagai perintah operasi.

    Dengan demikian, menurutnya, aparat tidak perlu menunggu instruksi berjenjang yang berlarut-larut pada saat-saat krusial. 

    “Tidak perlu tunggu radiogram, tidak perlu tunggu terlalu banyak petunjuk di saat-saat pertama,” katanya.

    Lebih lanjut, dia menilai pola kerja cepat dan inisiatif tersebut telah dijalankan oleh seluruh lembaga terkait. Atas hal itu, Kepala negara menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penanganan bencana. 

    Kendati demikian, Prabowo mengingatkan agar kewaspadaan tetap dijaga ke depan. Dia menilai ada potensi munculnya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan situasi bencana untuk kepentingan politik, bahkan kemungkinan adanya kekuatan luar yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara yang kuat dan stabil.

    “Sekali lagi saya minta kita waspada ke depan,” tegas Prabowo.

  • Kata Prabowo Soal Status Bencana Nasional hingga ‘Wisata’ Tokoh ke Daerah Terdampak

    Kata Prabowo Soal Status Bencana Nasional hingga ‘Wisata’ Tokoh ke Daerah Terdampak

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menyebut pemerintahannya tidak akan menerapkan status bencana nasional atas banjir besar di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Selatan yang telah menewaskan lebih dari 1.016 orang. Dia menyebut pihaknya masih mampu menangani bencana yang terjadi.  

    Menurut Prabowo, banjir dan longsor yang terjadi di tiga provinsi dari total 38 provinsi di Indonesia, sehingga masih berada dalam batas kemampuan nasional untuk ditangani.

    “Ada yang teriak-teriak ingin ini dinyatakan bencana nasional. Kita sudah kerahkan, ini tiga provinsi dari 38 provinsi. Jadi, situasi terkendali,” ujarnya membuka Sidang Kabinet Paripurna bersama Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12/2025).

    Prabowo menyebut penanganan bencana di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat dimonitor secara langsung olehnya. Pemerintah, kata Prabowo, telah mengerahkan sumber daya yang diperlukan agar dampak bencana dapat segera diatasi dan kondisi masyarakat terdampak dapat segera pulih.

    “Saya monitor terus,” tandas Prabowo.

    Saat yang sama, Prabowo meminta jajarannya untuk tidak melakukan wisata bencana. Sindirian ini terkait adanya pejabat dan para tokoh yang datang ke lokasi bencana hanya untuk mengabadikan momen dan mengambil foto.

    Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin, Prabowo meminta agar para pejabat yang datang ke lokasi bencana benar-benar membantu korban dan mengatasi kendala di lapangan.

    “Saya mohon, jangan pejabat-pejabat, tokoh-tokoh datang ke daerah bencana hanya untuk foto-foto dan untuk dianggap hadir, ya. Mohon sebaliknya. Kita tidak mau ada budaya wisata bencana. Jangan. Kalau datang, benar-benar harus ada tujuan untuk membantu mengatasi masalah,” kata Prabowo dalam sambutannya dikutip dari Antara.

    Prabowo menilai kecenderungan wisata bencana bukan hal yang baik untuk dilihat. Kepala Negara meminta agar pimpinan yang memiliki tugas dan portofolio yang sesuai-lah yang meninjau lokasi bencana. Presiden meminta rakyat jangan dijadikan objek oleh para pejabat saat mengabadikan momen di lokasi bencana.

    Sebaliknya, pejabat seharusnya dapat memberikan solusi jika lokasi bencana kekurangan air bersih, hingga BBM.

    “Saya lihat ada kecenderungan wisata bencana, ini tidak bagus. Ya, rakyat di situ jangan dijadikan objek. Kita datang ke situ untuk benar-benar ingin mencari masalah, melihat kesulitan, dan bertindak. Kita lihat di sini kurang air bersih, apa tindakannya? Di situ kurang BBM, masih terisolasi, bagaimana tindakannya? Dan sebagainya itu,” kata Prabowo.

    Di sisi lain, Prabowo juga menyampaikan apresiasinya kepada para menteri, wakil menteri, kepala badan/lembaga, hingga direktur utama BUMN strategis, seperti PLN dan Pertamina, yang ditemui saat melakukan kunjungan kerja di tiga provinsi terdampak, yakni Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

    Kepala Negara mengaku bersyukur atas kerja sama seluruh lembaga, mulai dari TNI, Polri, BNPB, Basarnas, Tim SAR Gabungan, hingga Kementerian Pekerjaan Umum yang membantu dalam penanganan bencana.

    Relawan juga tak luput dari apresiasi Presiden karena telah bahu-membahu bersama masyarakat dalam membantu proses evakuasi, penyaluran bantuan, dan pemulihan akses di sana.

    “Kita semua satu tim. Dan saya terima kasih. Dalam keadaan yang sulit, ada kecenderungan manusia dan juga bangsa kita ini saya lihat ya, terutama sebagian elite-elite kita, ada kecenderungan mau cari kambing hitam, mau cari kesalahan. Ini bukan saat untuk kita cari kesalahan, ini untuk kita bekerja keras, bahu-membahu mengatasi masalah di lapangan,” kata Prabowo.

  • ‘Nabi Nuh’ dari Ghana Bangun Bahtera Raksasa, Sebut Banjir Besar Melanda Natal 2025

    ‘Nabi Nuh’ dari Ghana Bangun Bahtera Raksasa, Sebut Banjir Besar Melanda Natal 2025

    GELORA.CO – Bagi sebagian besar umat Kristiani, tanggal 25 Desember adalah waktu perayaan Natal yang penuh sukacita. Namun, menurut seorang pria Ghana yang mengaku dirinya Nabi, tanggal tersebut menandai awal dari banjir tiga tahun yang akan menutupi Bumi dengan lautan tak berujung. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup, katanya, adalah dengan menaiki salah satu bahtera kayu yang telah dipilihkan Tuhan untuk ia bangun.

    Ebo Noah, yang dikenal secara daring dengan banyak nama lain, termasuk Ebo Jesus dan Igbo Noah, adalah sosok kontroversial dan misterius yang mengklaim telah dipilih oleh Tuhan untuk mengambil alih peran Nabi Nuh dan sekali lagi menyelamatkan umat manusia serta semua spesies hewan dari banjir besar yang dikisahkan dalam Alkitab. Ia mengklaim banjir tersebut akan dimulai pada Natal tahun ini.

    Dilansir Oddity Central, tidak banyak orang yang benar-benar tahu tentang “Nuh modern” ini, termasuk informasi dasar seperti nama asli dan lokasinya. Namun, ia telah mendapatkan banyak pengikut di media sosial. Klip dirinya mengenakan pakaian compang-camping dan membaca buku, atau memeriksa bahtera kayunya, telah beredar daring selama berbulan-bulan, tetapi minat orang-orang semakin meningkat menjelang Natal.

    Nuh dari Ghana ini telah berkhotbah tentang banjir besar yang akan datang sejak Agustus, mengklaim bahwa ia diperintahkan oleh Tuhan untuk membangun hingga sepuluh bahtera. Menurut beberapa sumber, bahteranya dapat menampung beberapa ribu orang, sementara sumber lain menyebut kapasitas hingga 600 juta orang, yang terdengar sangat berlebihan.

    Seperti yang bisa Anda bayangkan, Ebo Noah menghadapi banyak ejekan di media sosial, termasuk dari orang-orang yang bertanya apakah bahteranya memiliki Wi-Fi atau apakah penumpang dapat menggunakan Cash App di dalamnya. Namun, ia tampaknya menerima semuanya dengan cukup baik, dengan mengatakan bahwa Nabi Nuh sendiri pernah ditertawakan, dan hal itu tidak menghalanginya dari misinya.

    Pada suatu waktu, Noah mengklaim bahwa hewan-hewan seperti kambing dan burung mulai berdatangan “atas perintah ilahi” ke lokasi tempat ia membangun bahtera, meskipun tidak ada yang mengonfirmasi klaim ini. Bahtera itu sendiri tampak tidak lebih dari perahu kayu yang hampir tidak mampu menampung beberapa lusin orang, apalagi ratusan juta orang serta hewan.

    Ebo Noah memiliki ratusan ribu pengikut di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, tetapi beberapa orang mempertanyakan keberadaannya. Tidak ada media arus utama Ghana yang mampu menemukannya, dan bahkan lokasi bahtera pun tidak jelas. Beberapa orang percaya bahwa ia adalah produk AI, meskipun video yang menampilkannya terlihat sangat realistis.

    Tanpa cara untuk mengonfirmasi identitas Ebo Noah atau khotbahnya, yang dapat kita lakukan hanyalah menunggu hari pertama Natal.

  • Logika Hasan Nasbi ‘Ngopi dan Gorengan’ Sebabkan Deforestasi Bikin Publik Geram, Rakyat Kecil Kok Jadi Kambing Hitam?

    Logika Hasan Nasbi ‘Ngopi dan Gorengan’ Sebabkan Deforestasi Bikin Publik Geram, Rakyat Kecil Kok Jadi Kambing Hitam?

    GELORA.CO –  Pernyataan mantan Kepala Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi kembali menuai sorotan tajam publik. Analogi “kopi dan gorengan” yang disampaikan untuk menjelaskan persoalan lingkungan dinilai keliru dan menyesatkan, karena justru menyeret rakyat kecil sebagai pihak yang seolah bertanggung jawab atas deforestasi dan krisis iklim.

    Kritik keras datang dari Direktur Index Politica, Denny Charter. Ia menilai logika yang digunakan Hasan Nasbi sebagai bentuk pengaburan tanggung jawab struktural industri besar, khususnya sektor Crude Palm Oil (CPO), yang selama ini dikenal sebagai salah satu kontributor utama kerusakan hutan di Indonesia.

    “Jangan biarkan hutan kita habis hanya karena logika yang ikut terdeforestasi. Menyederhanakan persoalan deforestasi dengan analogi kopi dan gorengan itu sesat,” ujar Denny, Minggu (14/12/2025).

    Menurut Denny, posisi Hasan Nasbi sebagai mantan pejabat komunikasi negara dan komisaris BUMN strategis seharusnya digunakan untuk menekan industri agar bertanggung jawab, bukan malah menggeser kesalahan ke pola konsumsi masyarakat kecil.

    “Rakyat kecil ngopi dan makan gorengan bukan penyebab jutaan hektare hutan hilang. Yang harus didesak adalah industri raksasa dengan rantai produksi panjang dan dampak ekologis masif,” tegasnya.

    Denny menyebut pola komunikasi tersebut sebagai diversion strategy, yakni teknik mengalihkan perhatian publik dari aktor utama perusak lingkungan ke individu paling lemah dalam rantai ekonomi.

    Ia bahkan menyindir, jika logika semacam itu terus dipelihara, maka berbagai krisis nasional berpotensi disalahkan ke kebiasaan sehari-hari masyarakat.

    “Dengan logika ini, krisis energi bisa saja disalahkan ke warga yang lupa mematikan lampu kamar mandi. Ini jelas absurd,” katanya.

    Lebih jauh, Denny menilai narasi tersebut berbahaya karena dapat membenarkan pembiaran terhadap kerusakan lingkungan oleh korporasi besar, sekaligus melemahkan posisi negara dalam menegakkan tanggung jawab ekologis.

    “Ini bukan hanya soal salah bicara. Ini soal cara berpikir yang menormalisasi pelepasan tanggung jawab industri dan melemparkannya ke pundak rakyat kecil,” tandasnya.

    Ia menegaskan bahwa deforestasi, emisi karbon, dan krisis iklim merupakan persoalan struktural yang membutuhkan keberanian negara untuk menegur dan menindak pelaku utama.

    “Kalau negara kalah berani pada industri besar, lalu rakyat kecil yang disalahkan, maka krisis lingkungan akan terus diwariskan ke generasi berikutnya,” pungkas Denny.

  • Kesaksian Warga Dengar Erangan Sebelum Pasutri di Tanggamus Tewas Bersimbah Darah

    Kesaksian Warga Dengar Erangan Sebelum Pasutri di Tanggamus Tewas Bersimbah Darah

    Liputan6.com, Jakarta – Polisi masih mendalami misteri kematian pasangan suami istri (pasutri) berinisial RO (54) dan SI (50) di Pekon Way Pring, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Tetangga korban, Ahmad Liyasin (44) mengaku warga sempat mendengar suara erangan dari dalam rumah korban, sebelum keduanya ditemukan tak bernyawa.

    Ia mengaku mendengar adanya suara mencurigakan sekira pukul 23.15 WIB, Sabtu malam (13/12/2025).

    “Waktu kejadian saya sedang tidur. Tiba-tiba ada tetangga yang manggil, katanya dengar suara mengerang dari dalam rumah korban,” ujar Ahmad kepada Liputan6.com saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung, Minggu (14/12/2025).

    Ahmad menjelaskan, rumahnya berada tepat di sebelah rumah korban. Saat ia keluar, kondisi di sekitar rumah korban sudah dipenuhi warga yang berdatangan karena menduga telah terjadi aksi pencurian atau perampokan.

    “Warga sudah banyak yang kumpul. Saya disuruh jaga di bagian belakang rumah, sementara yang lain jaga di depan. Waktu itu kita curiga pelakunya masih ada di dalam,” ungkapnya.

    Menurut Ahmad, saat berjaga di belakang rumah, ia menemukan jejak kaki yang mengarah ke tembok pembatas. Tidak lama berselang, sejumlah warga bersama anak korban yang baru pulang dari luar rumah berusaha masuk dengan cara memecahkan kaca jendela.

    “Begitu masuk, korban sudah tergeletak di dalam rumah, kondisinya sudah banyak darah,” jelas Ahmad.

    Pasutri tersebut tinggal bersama anak laki-lakinya berinisial R (24). Namun saat peristiwa berdarah itu terjadi, R tidak berada di rumah.

    “Informasinya anak korban sedang pulang main. Jadi saat kejadian memang tidak ada di rumah,” kata Ahmad.

    Ahmad menambahkan, selama ini korban dikenal sebagai pribadi yang baik dan memiliki hubungan harmonis dengan warga sekitar.

    “Orangnya baik, peduli sama tetangga. Anaknya juga cuma satu, masih bujangan, kerjanya serabutan sambil ngurus kambing,” ujarnya.

    Hingga kini, kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku serta motif di balik pembunuhan sadis tersebut. Polisi juga masih mendalami dugaan perampokan yang berkaitan dengan kasus kematian pasutri itu.

    Sebelumnya, warga Pekon Way Pring digegerkan dengan penemuan jasad pasutri bersimbah darah. Peristiwa mengenaskan tersebut sempat viral di media sosial. Diduga kuat berkaitan dengan aksi perampokan.

  • Terbelit Korupsi, Eks Presiden Bolivia Luis Arce Ditahan 5 Bulan Sambil Tunggu Persidangan

    Terbelit Korupsi, Eks Presiden Bolivia Luis Arce Ditahan 5 Bulan Sambil Tunggu Persidangan

    JAKARTA – Pengadilan Bolivia memerintahkan mantan Presiden negara itu, Luis Arce, tetap ditahan selama lima bulan sambil menunggu persidangan atas tuduhan korupsi, perkembangan terbaru dalam kasus yang mengancam akan memperburuk ketegangan politik Bolivia.

    Arce, 62 tahun, seorang pemimpin dari partai Gerakan Menuju Sosialisme Bolivia, terpilih pada tahun 2020 dan meninggalkan jabatannya sebulan yang lalu setelah terpilihnya pemimpin sayap kanan pertama Bolivia dalam hampir dua dekade.

    Ia dengan tegas membantah tuduhan pelanggaran tugas dan penyelewengan keuangan. Arce menghadapi hukuman hingga enam tahun penjara jika terbukti bersalah.

    Dua hari setelah penangkapan mendadak Arce di jalanan ibu kota Bolivia, La Paz, seorang hakim memerintahkan penahanannya dalam sidang virtual pada Jumat, 13 Desember.

    Dilansir ABC News, Arce dipindahkan ke salah satu penjara terbesar Bolivia di La Paz pada malam hari. Belum ada tanggal persidangan yang diumumkan.

    Tuduhan tersebut menyangkut dugaan pengalihan jutaan dolar dari dana negara ke rekening pribadi dan bermula ketika Arce menjabat sebagai menteri perekonomian di bawah mantan Presiden Evo Morales dari tahun 2006 hingga 2017.

    Meskipun skandal ini pertama kali mencuat pada tahun 2017, penyelidikan atas dugaan korupsi tersebut terhenti selama masa kepresidenan Morales karena pengadilan Bolivia terbukti tunduk pada kekuasaan politik saat itu.

    Kasus ini dibuka kembali ketika Presiden konservatif Rodrigo Paz menjabat bulan lalu, mengakhiri hampir dua dekade dominasi oleh Partai Gerakan Menuju Sosialisme, atau MAS.

    Paz berkampanye dengan janji untuk membersihkan pemerintahan dan mencari keadilan atas korupsi saat ia berkuasa di tengah gelombang kemarahan atas krisis ekonomi terburuk Bolivia dalam empat dekade.

    Arce mengkritik tuduhan tersebut sebagai penganiayaan politik.

    “Saya adalah kambing hitam,” katanya kepada hakim, menegaskan ia tidak memiliki keterlibatan pribadi dalam dana pemerintah yang sedang diselidiki, yang mendukung masyarakat adat dan petani yang menjadi tulang punggung dukungan MAS.

    “Tuduhan tersebut bermotivasi politik,” tegas dia.

  • Desa Pakel Banyuwangi Bikin Peternakan Ayam Petelur, Hasilnya Rutin Dibagikan Warga Kurang Mampu

    Desa Pakel Banyuwangi Bikin Peternakan Ayam Petelur, Hasilnya Rutin Dibagikan Warga Kurang Mampu

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Desa Pakel, Kecamatan Licin, Banyuwangi, mengembangkan peternakan ayam petelur untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan desa. Menariknya, peternakan ini dikelola Pemerintah Desa bersama Tim Penggerak (TP) PKK setempat dan rutin telur produksinya dibagikan untuk warganya yang kurang mampu.

    Pemerintah desa setempat juga menggandeng warga dalam pengelolaannya, peternakan ini memproduksi sebanyak 18-20 kilogram kilogram telur setiap hari untuk memenuhi kebutuhan telur warga desa.

    “Kami sangat apresiasi peternakan ayam petelur yang dikelola Pemdes Pakel bereng PKK. Ini bisa meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan desa,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Jumat (12/12/2025).

    Ipuk sendiri sempat meninjau pengelolaan peternakan tersebut saat menggelar Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di desa tersebut pada 8 Desember 2025 lalu.

    Ipuk mengatakan secara ekonomi, adanya peternakan ayam menjadi sumber penghasilan bagi desa dan juga para warga desa yang ikut mengelolanya. Selain itu produksi telur mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar.

    Sedangkan dari segi ketahanan pangan, peternakan memenuhi kebutuhan telur yang menjadi sumber protein warga desa dengan harga yang lebih terjangkau dan berkualitas karena telur diproduksi setiap hari sehingga selalu baru.

    “Pengembangan peternakan ayam petelur juga sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang tengah mendorong desa-desa memperkuat produksi pangan lokal. Semoga semakin banyak desa mengembangkan inisiatif serupa sehingga kemandirian pangan dapat terus meningkat,” kata Ipuk.

    Kepala Desa Pakel, Mulyadi menjelaskan dalam pengelolaannya, Pemdes Pakel melibatkan warga sekitar. Saat ini ada 430 ayam petelur yang diternak. Ayam tersebut mampu menghasilkan 18-20 kilogram telur per hari atau sektar 500 kilogram perbulan.

    Hasil produksi telur dijual dengan harga kisaran Rp25.000-Rp26.000 per kilogram. Hasil keuntungan penjualan masuk ke kas pemdes yang nantinya digunakan untuk mendukung pelayanan dan pembangunan desa.

    “Kami jual di wilayah sini. Bahkan setiap dua pekan sekali, produksi telur kami bagikan gratis ke warga kurang mampu maupun yang stunting,” ungkap Mulyadi.

    Camat Licin, Donny Arsilo Sofyan menambahkan, peternakan ayam petelur tersebut mempekerjakan warga setempat. Modal awal membangun peternakan menggunakan Dana Desa Program Ketahanan Pangan.

    “Sesuai peraturan, dana desa minimal 20 persen harus dialokasikan untuk program ketahanan pangan. Di desa Pakel digunakan untuk peternakan ayam petelur. Di desa lainnya di kecamatan Licin penerapannya sesuai potensinya masing-masing. Ada yang mengelola peternakan kambing, perkebunan hidroponik dan lainnya,” pungkas Donny. [alr/aje]