Hewan: Gajah

  • Pembunuhan Mahasiswi Ubaya, Besok Terdakwa Disidang

    Pembunuhan Mahasiswi Ubaya, Besok Terdakwa Disidang

    Surabaya (beritajatim.com) – Kasus pembunuhan mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) Rochmad Bagus Apriyatna akan disidang Perdana pada Kamis (26/10/2023) besok. Sejatinya, sidang perdana digelar kemarin namun karena majelis hakim sedang cuti, persidangan pun diundur satu pekan.

    “Sidang perdana besok,” ujar JPU Suparlan dari Kejari Surabaya, Rabu (25/10/2023).

    Kuasa hukum keluarga korban yakni Salawati SH menginginkan agar dalam kasus ini hukum ditegakkan seadilnya. Dari fakta yang ada, lanjut Salawati, memang bisa ditarik benang merahnya kalau itu memang memenuhi pasal pembunuhan berencana. “Jadi keluarga korban memang ingin pelaku dihukum seberat-berqtnya,” ujarnya.

    Terdakwa diserahkan penyidik Satreskrim Polrestabes Surabaya kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya pada Kamis (5/10/2023). Penyerahan tersangka dan barang bukti (tahap dua) ini dilakukan setelah berkas perkara dinyatakan lengkap (P21) oleh Jaksa peneliti Suparlan Hadiyanto.

    “Hari ini kami telah menerima pelimpahan tahap dua atas nama tersangka Rochmad Bagus Apriyatna dari penyidik Polrestabes Surabaya,” ujar Jaksa Penuntut Umum (JPU) Suparlan Hadiyanto, Kamis (5/10/2023).

    Selain penyerahan tersangka, pada pelimpahan tahap dua ini penyidik juga menyerahkan barang bukti. “Pelimpahan tahap dua yakni penyerahan tersangka dan barang bukti,” terangnya.

    Suparlan menjelaskan, pelimpahan tahap dua dilakukan usai jaksa peneliti menyatakan berkas perkara kasus tersebut telah lengkap atau P21. “Berkas perkaranya sudah P21,” katanya.

    Usai menerima pelimpahan tahap dua, pihaknya akan melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. “Kami akan menyusun surat dakwaan dan melimpahkan berkas perkara ke PN Surabaya, agar secepatnya bisa segera dilakukan sidang,” katanya.

    BACA JUGA:

    Tersangka Kasus Pembunuhan Mahasiswi Ubaya Diserahkan ke Jaksa

    Seperti diberitakan sebelumnya, mayat mahasiswi Fakultas Hukum Ubaya bernama Angeline Nathania (22) ditemukan di dalam koper pada Juni lalu. Petugas kemudian mengevakuasi koper tersebut dari sebuah jurang kawasan Gajah Mungkur, Jalur Cangar-Pacet, Kabupaten Mojokerto.

    Dari hasil penyelidikan, mahasiswi semester 6 yang telah dilaporkan hilang selama sebulan itu ternyata dibunuh oleh guru les musiknya sendiri. Polisi akhirnya menetapkan Rochmad Bagus Apriyatna sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Atas perbuatannya, Rochmad Bagus Apriyatna dijerat pasal 338 KUHP dan 340 KUHP tentang pembunuhan dan pembunuhan berencana. [uci/but]

  • Tersangka Kasus Pembunuhan Mahasiswi Ubaya Diserahkan ke Jaksa

    Tersangka Kasus Pembunuhan Mahasiswi Ubaya Diserahkan ke Jaksa

    Surabaya (beritajatim.com) – Tersangka kasus pembunuhan mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) Rochmad Bagus Apriyatna diserahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya oleh penyidik Satreskrim Polrestabes Surabaya, Kamis (5/10/2023).

    Penyerahan tersangka dan barang bukti (tahap dua) ini dilakukan setelah berkas perkara dinyatakan lengkap (P21) oleh Jaksa peneliti Suparlan Hadiyanto.

    “Benar hari ini kami telah menerima pelimpahan tahap dua atas nama tersangka Rochmad Bagus Apriyatna dari penyidik Polrestabes Surabaya,” ujar Jaksa Penuntut Umum (JPU) Suparlan Hadiyanto, Kamis (5/10/2023).

    Baca Juga: Keluarga Korban Penganiayaan di Blackhole KTV akan Laporkan Polsek Lakarsantri ke Propam

    Selain penyerahan tersangka, pada pelimpahan tahap dua ini penyidik juga menyerahkan barang bukti. “Pelimpahan tahap dua yakni penyerahan tersangka dan barang bukti,” terangnya.

    Suparlan menjelaskan, pelimpahan tahap dua dilakukan usai jaksa peneliti menyatakan berkas perkara kasus tersebut telah lengkap atau P21. “Berkas perkaranya sudah P21,” katanya.

    Usai menerima pelimpahan tahap dua, pihaknya akan melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. “Kami akan menyusun surat dakwaan dan melimpahkan berkas perkara ke PN Surabaya, agar secepatnya bisa segera dilakukan sidang,” jelas Suparlan.

    Baca Juga: Selain Materi, Polres Malang Bantu Renovasi Rumah Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan

    Seperti diberitakan sebelumnya, mayat mahasiswi Fakultas Hukum Ubaya bernama Angeline Nathania (22) ditemukan di dalam koper pada Juni lalu. Petugas kemudian mengevakuasi koper tersebut dari sebuah jurang kawasan Gajah Mungkur, Jalur Cangar-Pacet, Kabupaten Mojokerto.

    Dari hasil penyelidikan, mahasiswi semester 6 yang telah dilaporkan hilang selama sebulan itu ternyata dibunuh oleh guru les musiknya sendiri. Polisi akhirnya menetapkan Rochmad Bagus Apriyatna sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Atas perbuatannya, Rochmad Bagus Apriyatna dijerat pasal 338 KUHP dan 340 KUHP tentang pembunuhan dan pembunuhan berencana. [uci/ian]

  • Batik Karya Warga Binaan di Jatim Bisa Bersaing di Kancah Dunia

    Batik Karya Warga Binaan di Jatim Bisa Bersaing di Kancah Dunia

    Surabaya (beritajatim.com) – Beberapa lapas atau rutan jajarannya yang menjadikan batik sebagai produk unggulan hasil karya warga binaan. Seperti Lapas Bojonegoro, Lapas Madiun, Lapas Banyuwangi, Lapas Perempuan Malang, Rutan Sumenep, Rutan Trenggalek, Rutan Perempuan Surabaya hingga Rutan Kraksaan.

    Bahkan, hasil karya mereka menjadi salah satu sponsor Putri Indonesia Pariwisata 2022, Adinda Cresheilla, pada saat mengikuti Miss Supranational 2022.

    Kanwil Kemenkumham Jatim melalui lapas dan rutan jajaran berkontribusi melestarikan dan mengembangkan batik. Sejak belasan tahun yang lalu, lapas dan rutan di Jatim telah memproduksi berbagai motif dan mengembangkan teknik membatik.

    Baca Juga: Terlempar ke Kolong Truk, Pelajar di Lamongan Tewas Terlindas

    “Kami sudah mulai memberikan atensi terhadap kegiatan pembinaan kemandirian membatik sejak 2011 lalu,” ujar Kakanwil Kemenkumham Jatim Heni Yuwono, Senin (2/10/2023).

    “Untuk motif yang diproduksi juga beragam dan terus dikembangkan dengan pendampingan dari para ahli atau pembatik profesional,” lanjut Heni.

    Mantan Sekretaris Ditjen Pemasyarakatan itu mencontohkan diantaranya Ctra Batik Tulis Modern Rutan Sumenep, Batik Eco Print Lapas Perempuan Malang, Batik Shibori Rutan Trenggalek. Ada juga Batik Jumputan Rutan Perempuan Surabaya, Batik Gajah Oling Lapas Banyuwangi, Batik Ronggomukti/ Rukas Rutan Kraksaan dan Batik Tulis Lapas I Madiun.

    Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Begini Cara Pesan Tiketnya

    “masing-masing lapas/ rutan menggandeng ahli dari Balai Latihan Kerja (BLK) atau pihak swasta, sesuai dengan yang ada di daerah masing-masing,” urainya.

    Sehingga, untuk corak yang diproduksi juga menyesuaikan dengan daerah masing-masing. Seperti karapan sapi, ayam bekisar, topeng, burung kakak tua, keris, keraton. Selain itu juga motif mayura, mangga anggur hingga yang memanfaatkan pewarna alami dari tanin atau zat warna daun.

    “Batik yang diproduksi Lapas Perempuan Malang memang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah kimia sintetis, karena menggunakan flora khas Indonesia seperti kayu secang, akar daun mengkudu, daun jarak, mengkudu dan daun jati,” urai Heni.

    Untuk pemasaran, batik produksi warga binaan lapas dan rutan di Jatim sudah sampai level nasional. Beberapa tokoh nasional seperti Menteri dan wakil menteri Hukum dan HAM hingga Putri Indonesia Pariwisata juga tak ragu mengenakannya.

    Baca Juga: Kasat Reskrim Baru Diminta Usut Kasus Dana Masjid Kenjeran

    “Batik dari Rutan Sumenep pernah menjadi salah satu sponsor Putri Indonesia Pariwisata 2022, Adinda Cresheilla, pada saat mengikuti Miss Supranational 2022,” kata Heni.

    Untuk mengembangkan bakat dan minat warga binaan, batik produksi warga binaan itu dijual untuk masyarakat umum. Pihak lapas dan rutan selama ini memanfaatkan media sosial dan galeri warga binaan di masing-masing lapas/ rutan.

    “Dari segi harga dan kualitas kami yakin bisa bersaing, mengingat tokoh masyarakat sudah banyak yang membuktikan,” tegas Heni.

    Hasil penjualannya nanti akan dialokasikan untuk pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Selain itu, warga binaan juga mendapatkan premi dari hasil kerja kerasnya.

    “Premi untuk warga binaan ditabung dan bisa diambil nanti ketika warga binaan akan bebas, sehingga harapannya bisa dibuat modal usaha ketika bebas dari lapas/ rutan,” tutup Heni. [uci/ian]

  • Lonjakan Harga Beras Dunia Cuatkan Harapan-Nestapa Petani Thailand

    Lonjakan Harga Beras Dunia Cuatkan Harapan-Nestapa Petani Thailand

    Jakarta

    Setelah musim panen terakhir, Sripai Kaeo-eam nekat bergegas membersihkan sawahnya agar bisa menanam padi pada Bulan Agustus, di luar arahan yang diberikan pemerintah Thailand yang ingin membatasi pemborosan air.

    “Varietas ini adalah harapan kami,” kata petani berusia 58 tahun itu, menunjuk kepada bibit padi berwarna hijau yang hanya setinggi beberapa sentimeter saja. Sripai ingin cepat mendulang rejeki karena harga beras sedang menanjak tajam, sementara dia sedang dililit utang sebesar 200 ribu Baht atau sekitar Rp. 90 juta. Naiknya harga beras di pasar global dipicu larangan ekspor beras di India.

    Kondisi itu seharusnya menguntungkan petani Thailand. Negeri gajah putih itu sejak lama mencatatkan diri sebagai eksportir beras terbesar kedua di dunia. Pada 2022, Thailand mengekspor 7,7 juta ton beras ke Timur Tengah, Asia dan Afrika, menurut lembaga penelitian Krungsri Research.

    Tapi yang terjadi bukan pertumbuhan, malah sebaliknya. Luas sawah di Thailand tercatat malah berkurang sebanyak 14,5 persen sejak setahun terakhir. Angkanya sudah berkurang secara konsisten sejak 2020.

    Menurut pakar, sistem pertanian Thailand sedang terancam oleh tingkat utang yang tinggi, minimnya inovasi teknologi dan perubahan iklim. Tekanan tersebut tidak berkurang meski subsidi pertanian sebesar miliaran Dollar AS dikucurkan pemerintah selama satu dekade terakhir. Saat ini, banyak keluarga petani yang berutang besar karena gagal panen setelah meminjam uang untuk membiayai musim tanam.

    “Berkurangnya luas sawah dikarenakan minimnya hujan dan irigasi,” kata Somporn, peneliti senior di Jejaring Institut Pengetahuan Thailand (KNIT). Maraknya kekeringan diyakini akan bertambah parah, menyusul musim El Nino yang akan bertahan hingga 2024.

    “Pemerintah tidak berbuat cukup untuk meningkatkan produktivitas” lanjut Somporn. Kini, ketika harga melonjak, “petani tidak bisa memproduksi beras,” kata dia, sembari menambahkan kekeringan akan memangkas hasil panen sebanyak 30 persen selama dua musim ke depan.

    Terlena keberhasilan di masa lalu

    Namun minimnya investasi dalam beberapa dekade terakhir, ikut berimbas pada produktivitas petani Thailand. Pada 2018, petani Thailand memproduksi 485 kilogram beras per 1600 meter persegi. Adapun di Bangladesh, petani bisa menghasilkan 752 kg dan di Nepal 560 kg.

    “Kita terlena oleh keberhasilan sendiri,” kata Nipon. “Varietas beras kita sangat tua dan hasil panen kita sangat rendah.”

    Petani Thailand hanya boleh menanam varietas yang sudah diizinkan pemerintah. Mereka bisa dikenakan hukuman jika membeli atau mengembangkan jenis varietas lain. Kemunduran riset di Thailand dibarengi investasi besar-besaran oleh India dan Vietnam. Akibatnya, produktivitas petani di kedua negara kini sudah melampaui petani Thailand.

    Terlebih, kondisi cuaca yang kian tidak menentu menghadirkan tantangan baru yang tidak mudah untuk disiasati. “Pola cuaca ekstrem yang dibawa oleh fenomena El Nino menciptakan risiko besar bagi petani,” kata Perdana Menteri Srettha Thavisin, pekan lalu. Rata-rata curah hujan tahun ini tercatat 18 persen lebih rendah dan kolam-kolam penampungan air bersih hanya terpenuhi sebanyak 54 persen dari kapasitas total, tulis Kantor Sumber Daya Air Nasional.

    “Akan ada konsolidasi dalam pengelolaan air dan inovasi, demi meningkatkan hasil panen, serta menemukan pasar baru untuk produk pertanian Thailand,” kata PM Thavisin.

    Namun bagi Sripai, terlepas dari rencana pemerintah, lonjakan harga beras kali ini adalah kesempatan langka untuk mengejar ketertinggalan. “Kami berharap bisa melunasi utang-utang kami,” kata dia, sambil duduk di depan gubug kayu yang dihuninya. “Kami tetap terus berdoa.”

    rzn/as (rtr,afp)

    (ita/ita)

  • Heboh Gajah Mati, Kebun Binatang Pakistan Diminta Tutup Permanen

    Heboh Gajah Mati, Kebun Binatang Pakistan Diminta Tutup Permanen

    Islamabad

    Seekor gajah berusia 17 tahun yang sakit kritis bernama Noor Jehan mati di Kebun Binatang Karachi, Pakistan. Badan amal kesejahteraan hewan, Four Paws, meminta kebun binatang itu untuk ditutup permanen.

    Dilansir CNN, Senin (24/4/2023), gajah itu menderita penyakit serius. Noor lalu jatuh ke kolam minggu lalu, kata Four Paws dalam sebuah pernyataan.

    Kesehatan gajah memburuk dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir. Gajah itu bahkan tidak dapat berdiri.

    “Dia menghabiskan terlalu lama berbaring di tanah – situasi yang mengancam nyawa gajah,” pernyataan Four Paws.

    “Terlepas dari semua upaya kami yang tak kenal lelah dan kerja keras tim di lokasi, kami tidak dapat membuatnya bangkit kembali. Dia berjuang selama berhari-hari tetapi menyerah pada kondisi kritisnya,” tambahnya.

    Four Paws mengatakan gajah di penangkaran biasanya mati pada saat mereka mencapai usia 40 tahun. Harapan hidup gajah penangkaran jauh lebih rendah daripada gajah yang hidup di alam liar.

    Four Paws menyerukan pemindahan gajah yang berada di kebun binatang lainnya, Madhubala, ke “lokasi yang lebih sesuai spesies sesegera mungkin, untuk mencegah potensi tragedi lainnya”.

    “Kami menyambut baik pemerintah Federal dan Sindh mempertimbangkan untuk menutup Kebun Binatang Karachi secara permanen. Ini bisa menjadi titik balik kesejahteraan hewan liar di penangkaran di Pakistan,” lanjut pernyataan itu.

    Lihat juga Video: Pembagian Sedekah Ramadan di Pakistan Tewaskan 11 Orang

    (isa/isa)

  • Banyak Anak Banyak Rejeki? Hewan Buktikan Salah saat Pemanasan Global

    Banyak Anak Banyak Rejeki? Hewan Buktikan Salah saat Pemanasan Global

    Jakarta, CNN Indonesia

    Peneliti menemukan hewan yang memiliki lebih sedikit anak ternyata menerima ancaman lebih rendah dari pemanasan global.

    Hal itu terungkap setelah peneliti memeriksa 157 spesies mamalia daratan sembari melihat keterkaitan antara anomali cuaca tahunan, tingkat pertumbuhan populasi, dan sejarah kehidupan spesiesnya.

    Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal eLife, menunjukkan pola yang berpotensi penting dalam hubungan antara riwayat hidup spesies dan responsnya terhadap anomali cuaca tahunan.

    “Kita dapat melihat pola yang jelas: Hewan yang hidup lama dan memiliki sedikit keturunan kurang rentan saat cuaca ekstrem melanda daripada hewan yang hidup dalam waktu singkat dan memiliki banyak keturunan,” kata Owen Jones, ahli biologi evolusi dari University of Southern Denmark yang menulis penelitian tersebut.

    Contoh kelompok yang biasanya memiliki sedikit anak adalah gajah, harimau, llama, dan beberapa kelelawar berumur panjang. Sementara hewan yang biasanya memiliki banyak anak adalah sebagian besar hewan berkantung kecil dan hewan pengerat.

    Dalam penelitian tersebut, Jones juga menggarisbawahi bahwa spesies yang tumbuh lebih lambat dan berumur lebih panjang dengan lebih sedikit keturunan cenderung lebih tahan terhadap fluktuasi lingkungan.

    Menurutnya, makhluk tersebut telah berevolusi untuk menahan kondisi berbeda yang mungkin mereka hadapi selama rentang hidup mereka yang lebih lama.

    Makhluk dengan hidup yang ‘lebih lambat’ sering kali lebih baik selama bencana seperti kekeringan berkepanjangan dibandingkan dengan spesies yang berumur pendek.

    Dilansir dari Science Alert, hewan-hewan ini disebut dapat memfokuskan energi untuk bertahan hidup dengan jumlah anak yang lebih sedikit, tidak seperti hewan yang hidupnya lebih singkat yang menawarkan lebih sedikit fleksibilitas dalam menghadapi kesulitan.

    Meski demikian, ahli ekologi John Jackson mengatakan menjadi lebih rentan terhadap cuaca ekstrem tidak berarti satu spesies hewan menghadapi risiko kepunahan yang lebih tinggi karena perubahan iklim.

    “Mamalia kecil ini bereaksi cepat terhadap cuaca ekstrem, dan itu berjalan dua arah. Kerentanan mereka terhadap cuaca ekstrem karenanya tidak boleh disamakan dengan risiko kepunahan,” kata Jackson.

    Di sisi lain, mamalia yang berumur lebih panjang dengan kehidupan yang lebih lambat umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan yang besar, tetapi mereka malah bisa lebih rentan terhadap kepunahan. Para peneliti menyebut spesies ini seringkali lebih lambat pulih saat menghadapi tantangan alam.

    (lom/lth)

  • Satwa Liar Afrika Hadapi Ancaman Kombo, Iklim dan Infrastruktur

    Satwa Liar Afrika Hadapi Ancaman Kombo, Iklim dan Infrastruktur

    Jakarta, CNN Indonesia
    Pemanasan global dan infrastruktur mengancam satwa liar di sejumlah taman nasional Afrika seperti chetah, gajah, hingga burung. Salah arah pembangunan?

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Gading Gajah Raksasa Berusia 500 Ribu Tahun Ditemukan di Israel

    Gading Gajah Raksasa Berusia 500 Ribu Tahun Ditemukan di Israel

    CNN Indonesia
    Fosil gading gajah berusia 500 ribu tahun ditemukan di Israel. Diduga, ia adalah milik gajah purba.

    Bagikan:

    url telah tercopy