Hewan: buaya

  • Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Rabu pagi

    Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Rabu pagi

    Lanskap pepohonan dengan latar belakang gedung bertingkat di Karet Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2024). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

    Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Rabu pagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 05 Februari 2025 – 08:57 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara di DKI Jakarta pada Rabu pagi masuk kategori sedang berdasarkan data situs pemantau kualitas udara, IQAir.

    Berdasarkan pantauan pada pukul 06.00 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 55 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.

    Angka tersebut menjadikan Jakarta dengan kualitas udara terburuk ke-85 di dunia.

    Sementara itu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu pagi, yaitu Dhaka (Bangladesh), dengan Indeks Kualitas Udara di angka 246. Kemudian di urutan kedua Delhi (India) di angka 208 dan di urutan ketiga diikuti Tashkent (Uzbekistan) di angka 181.

    Selanjutnya berdasarkan Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta berada pada kategori sedang atau nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Kategori kualitas udara tersebut berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.

    Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang terpantau, yaitu Bundaran HI di Jakarta Pusat (65), Kelapa Gading di Jakarta Utara (57), Jagakarsa di Jakarta Selatan (65), Kebon Jeruk di Jakarta Barat (65) dan Lubang Buaya, Jakarta Timur (51).

    Sumber : Antara

  • Warga Belitung Timur Tangkap Buaya 4 Meter yang Kerap Ganggu Pemancingan

    Warga Belitung Timur Tangkap Buaya 4 Meter yang Kerap Ganggu Pemancingan

    Pangkalpinang, Beritasatu.com – Warga di Kabupaten Belitung Timur,  Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,  menangkap buaya sepanjang empat meter. Reptil tersebut ditangkap lantaran meresahkan dan kerap mengganggu pemancing serta sering muncul di dekat rumah warga.

    “Reptil ini sengaja ditangkap guna menghindari korban jiwa karena kerap mengganggu warga yang sedang memancing. Buaya ini bahkan sesekali  naik ke darat hingga ke depan rumah warga sekitar,” kata warga Zuherman, Selasa (4/2/2025).

    Zuherman menjelaskan reptil tersebut berhasil ditangkap warga  dengan cara dipancing, kemudian dievakuasi warga ke daratan, Buaya itu langsung dilepas kembali ke habitatnya,  yang jauh dari permukiman penduduk.

    “Kami memancing umpan dengan ayam. Kalau tidak terbiasa termasuk susah,” jelasnya tentang buaya yang ditangkap warga itu.

    Warga di Belitung Timur menangkap buaya sepanjang empat meter. – (Beritasatu.com/Irwan Setiawan)

    Warga diimbau untuk selalu waspada saat beraktivitas di sungai yang merupakan habitat buaya. Warga juga diminta untuk segera melaporkan ke pihak berwenang jika menemukan hewan buas atau berbisa lainnya, agar segera diambil tindakan lebih lanjut.

  • Diterkam Buaya Saat Bermain Pasir di Pangkalpinang, Bocah yang Hilang Ditemukan Tewas

    Diterkam Buaya Saat Bermain Pasir di Pangkalpinang, Bocah yang Hilang Ditemukan Tewas

    Pangkalpinang. Beritasatu.com – Tina Ramadhani (7), bocah yang dilaporkan hilang setelah diterkam buaya, di Muara Pangkalbalam, Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, ditemukan meninggal dunia, Selasa (4/2/2025) pagi. Bocah perempuan ini hilang saat tengah bermain pasir di dekat rumahnya.

    Jasad Tina pertama kami ditemukan oleh seorang nelayan pencari kepiting yang sedang melintas di Perairan Jembatan Emas, Pangkalpinang.

    “Iya korban ditemukan  pada pukul 00.45 WIB dengan jarak 1 mil dari lokasi kejadian awal di sekitar Jembatan Emas,” kata Dantimopssar Basarnas, Supani, Selasa (4/2/2025), tentang bocah diterkam buaya di Pangkalpinang ini.

    Tim SAR gabungan berhasil menemukan korban dalam keadaan mengapung dengan kondisi meninggal dunia, Tubuh korban pada saat ditemukan dalam keadaan utuh, tetapi terdapat luka gigitan pada kaki sebelah kiri korban.

    Tim SAR gabungan bergegas mengevakuasi korban menuju dermaga KN SAR Karna dan menginformasikan penemuan korban kepada pihak keluarga. Ayah korban meminta untuk diantarkan ke rumah duka yang berada di Kelurahan Pangkalarang, Pangkalpinang

    “Kemudian kami menyerahkan korban langsung kepada pihak keluarga. Terima kasih kami ucapkan kepada segenap unsur Tim SAR gabungan yang turut membantu proses pencarian terhadap korban hingga korban berhasil ditemukan,” paparnya terkait bocah diterkam buaya tersebut.

  • Cerita Warga Lubang Buaya Sulit Cari Elpiji 3 Kg, Sampai Tanya ‘Stok’ ke Grup Sekolah dan Status WA

    Cerita Warga Lubang Buaya Sulit Cari Elpiji 3 Kg, Sampai Tanya ‘Stok’ ke Grup Sekolah dan Status WA

    TRIBUNJAKARTA.COM – Warga di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur ikut merasakan sulitnya mencari elpiji atau gas 3 kg.

    Berdasarkan pantauan Tribun Jakarta tak sedikit warga yang mencari stok ketersediaan gas melon itu.

    Beberapa dari mereka ada yang mencari dari warung ke warung hingga ke agen.

    Ada juga yang tak tahu jika pembelian di agen memerlukan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sehingga mereka mesti bolak-balik ke rumah.

    “Cari gas di warung udah gak ada. Tadi ke agen di sana sudah habis stoknya. Di sini akhirnya tapi pakai KTP,” ujar Asiah (68), Selasa (4/2/2025).

    Diantar cucunya Asiah mengaku sudah menyusuri sejumlah agen untuk mencari stok yang ada.

    Tak hanya itu, ada juga emak-emak yang sampai bertanya di grup sekolah anaknya gegara gas 3 kg yang langka.

    “Ada info gas 3 kg yang jual di mana mam? Saya udah muter-muter ga dapat juga,” ujar emak-emak yang enggan disebutkan namanya itu di grup sekolah dasar (SD).

    Bahkan, emak-emak lainnya sampai pasang status di WhatsApp menanyakan perihal gas melon itu.

    lihat foto
    KLIK SELENGKAPNYA: Jauhari Mengingat Obrolan Terakhir Bersama Istrinya Ade Aryati (30) Sebelum kebakaran Glodok Plaza di Tamansari, Jakarta Barat, Rabu (15/1/2025).

    “Kirain cuma bohongan, ternyata cari gas di mana-mana udah susah. Udah ilang dari peredaran,” tulis Winarti.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Sebelum Dimakan Buaya, Thina Bocah 8 Tahun Tanyakan Malaikat Pencabut Nyawa, Ibu: Minta Ayam Suwir

    Sebelum Dimakan Buaya, Thina Bocah 8 Tahun Tanyakan Malaikat Pencabut Nyawa, Ibu: Minta Ayam Suwir

    TRIBUNJATIM.COM – Thina, bocah 8 tahun Pangkalarang, Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung dimakan buaya dan hingga kini belum ditemukan.

    Thina diserang buaya muara Sungai Pangkalbalam, Kawasan Air Anyir, Merawang pada Minggu (2/2/2025) siang.

    Herni, sang ibu mengungkap sikap aneh putrinya sebelum musibah itu terjadi.

    Tangisnya pun pecah saat ditemui di rumahnya pada Senin (3/2/2025).

    Herni mengatakan, anaknya masih belum ditemukan dan masih terus dilakukan upaya pencarian oleh Tim SAR dan pihak-pihak terkait.

    Air mata Herni jatuh ketika mengingat-ngingat kembali kenangan bersama anak perempuannya itu.

    Di tangannya dia menggenggam baju dan celana terakhir yang digunakan Thina sebelum berganti ke pakaian lain untuk ikut keluarganya pergi memancing muara Sungai Pangkalbalam.

    Sesekali, pakaian itu Herni gunakan untuk menyeka air matanya yang kian menetes.

    Di sampingnya, ada juga lipatan pakaian sekolah dan pakaian lain yang biasa digunakan Thina sehari-hari.

    Termasuk satu pakaian terusan pendek berwarna ungu yang pernah dipakai Thina untuk menemani ayahnya bermain badminton beberapa hari lalu.

    Padahal kata Herni, sebelumnya Thina tidak pernah sebegitu inginnya ikut dalam kegiatan ayahnya.

    “Malam Sabtu itu dia pengen ngikut, diajaklah sama ayahnya. Terus hari sabtunya juga dia mau ikut ayahnya kerja, tapi enggak boleh soalnya kan kerja,” tuturnya.

    Menurut Erni, kurang lebih seminggu terakhir sebelum kejadian nahas itu, Thina memang cenderung lebih dekat dan sering gelendotan dengan ayahnya.

    Bahkan ada suatu malam, Thina dan ayahnya nonton TV bersama di ruang tengah.

    Hal yang tak biasa pun terjadi saat momen nonton TV tersebut.

    “Pas nonton itu dia (Thina) nanya, katanya aku ini nanti masuk surga atau enggak. Saya bilang enggak boleh ngomong gitu, itu buat orang yang sudah meninggal. Saya juga enggak terlalu merhatiin dia nonton apa, soalnya posisinya saya di dapur,” jelasnya.

    Lebih lanjut, perilaku-perilaku tak biasa lainnya yang belakangan ini mulai terpikir dibenak Herni adalah ketika anaknya tersebut mulai sering minta gonta-ganti menu bekal ke sekolah.

    Hal itu terjadi sejak beberapa minggu terakhir, tepatnya ketika sehabis libur semesteran. Biasanya, Thina jarang meminta menu tertentu untuk bekal.

    “Biasanya paling saya goreng ayam. Tapi akhir-akhir ini dia sering minta ayamnya disuwir, ada dia minta ubi (singkong-red), katanya buat dibagi ke bu guru sama teman-temannya. Pokonya setiap hari itu ganti-ganti menunya,” ujar Herni.

    Kemudian yang paling baru adalah satu hari sebelum hari kejadian. Thina sudah menyiapkan buku-buku pelajaran yang bakal dibawa untuk sekolah dihari Senin.

    “Sudah disiapin sebenarnya buku-buku buat sekolah hari ini (Senin-red). Katanya nanti takut capek kalau habis dari pantai,” sambungnya.

    Herni pun tak menyangka dan tak memiliki firasat buruk sedikitpun terhadap perilaku tak biasa anaknya akhir-akhir. 

    Sama sekali tak terpikir dibenaknya jika itu menjadi semacam pertanda bahwa dia akan kehilangan anaknya.

    “Kami minta tolong bantu doanya, di sekolah juga kami minta didoakan semoga Thina cepat ketemu. Mau kami kalau perginya dari rumah, pulangnya juga harus ke rumah,” harapnya.

    Di sisi lain, kesedihan juga dirasakan Juriyati, guru di SDN 47 Pangkalpinang, Senin (3/2/2025).

    Meski coba menguatkan diri, nyatanya mata Juju, sapaan akrabnya, berkaca-kaca mencoba menahan tangis tatkala mengisahkan tentang sosok Thina, muridnya.

    Terlebih lagi, dalam kesehariannya di sekolah, Thina memang dekat dengan dirinya. 

     “Anaknya itu memang lemah lembut. Kadang-kadang dia menggil saya. Bu guru bu guru sini duduk. Ditariknya saya duduk di kursinya, terus dirangkulnya,” kata Juju yang juga adalah wali kelas Thina.

    Tak hanya di dalam kelas, kedekatan Thina dengan sang wali kelas pun hangat di luar kelas.

    Thina sering mengikuti Juju bahkan sering membagikan bekal yang dia bawa.

    Kenangan-kenangan manis seperti itulah yang membuat Juju merasa sangat kehilangan sosok Thina yang walaupun baru dikenalnya selama kurang lebih enam bulan terakhir atau satu semester.

    Lebih lanjut, Juju pun mengisahkan salah satu hal yang tak disangkanya mungkin adalah petunjuk atau tanda-tanda bahwa dirinya akan ditinggal salah satu muridnya itu.

    Kamis lalu, sekolah menggelar acara Sholat Dhuha berjamaan di halaman. Sebuah kegiatan yang memang rutin diselenggarakan setiap Kamis.

    Setelah sholat, salah satu guru memberikan semacam kultum atau ceramah tentang nama-nama malaikat beserta tugas-tugasnya.

    “Pas udah selesai itu, anak-anak ini masuk kelas. Saya kasih penguatan lagi tentang materi kultum itu. Nah pas waktu itu Thina ini nanya nama malaikat yang bertugas mencabut nyawa itu malaikat apa, saya jawablah malaikat Izrail,” jelas Juju.

    Setelah diingat-ingat kembali, kini dirinya sadar bahwa momen itu bisa jadi adalah semacam pertanda atau petunjuk dari Thina bahwa dia akan segera meninggalkan sang guru dan teman-teman sekelasnya.

    Lebih lanjut, Juju menyebut bahwa Thina juga merupakan sosok yang aktif dan sering bertanya ketika proses pembelajaran. Meski tak masuk ranking 3 besar, prestasi akademiknya juga tergolong bagus. 

    Tak hanya itu, bahkan sang wali kelas juga menganggap Thina adalah sosok yang sabar dan ramah ke siapapun.

    “Jadi pas waktu ambil raport semesteran kemarin, semua murid itu saya kasih reward dan predikat. Thina ini saya kasih predikat murid tersabar, ada dua orang, dia sama temannya satu,” ungkapnya.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Kronologi Bocah di Bangka Diterkam Buaya, 24 Jam Pencarian Belum Membuahkan Hasil – Halaman all

    Kronologi Bocah di Bangka Diterkam Buaya, 24 Jam Pencarian Belum Membuahkan Hasil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Nasib nahas dialami Tina Ramadani (8) dilaporkan menjadi korban penerkaman buaya di kawasan Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (2/2/2025).

    Dikutip dari Pos Belitung, Tina yang berasal dari Pangkalarang, Kota Pangkalpinang saat itu tengah berlibur bersama keluarga dan kerabat.

    Tina bermain air di pinggir Sungai Pangkalbalam di kawasan dermaga.

    Ketua Relawan Laskar Sekaban, M Achin mengungkapkan, menurut keterangan keluarga, Tina tiba-tiba disambar buaya.

    Peristiwa itu terjadi sekira pukul 10.45 WIB.

    “Menurut keluarga mereka sedang bermain air ada ibu, kakak, adik dan bibinya di air setinggi lutut.”

    “Tiba-tiba disambar buaya yang membuat keluarga tersebut panik, korban langsung ditarik dan diseret ke tengah sungai,” kata Achin, Minggu (2/2/2025).

    Hingga berita ini diturunkan, pencarian korban belum membuahkan hasil.

    Aparat Polairud Polresta Pangkalpinang membantu upaya pencarian Tina, Minggu..

    Mereka bergabung dengan tim pencarian lain, yang terjun ke lokasi kejadian di dermaga kawasan Airanyir, Kabupaten Bangka.

    Kasatpolairud Polresta Pangkalpinang AKP Asmadi, pihaknya masih melakukan upaya pencarian dengan menyusuri tempat kejadian.

    “Anggota mendapatkan laporan dari warga ada bocah diduga diterkam buaya, ketika mancing di Dermaga BPP (Paulus) sekitar pukul 11.00 WIB,” kata AKP Asmadi.

    Mendapatkan laporan tersebut anggota Satpolairud bersama tim gabungan, sedang berupaya melakukan pencarian di daerah sekitar.

    “Masih terus dilakukan pencarian, berdasarkan keterangan saksi Ade selaku kakak kandung.”

    “Korban pada saat pukul 10.45 WIB, sedang bermain air di pinggir sungai Dermaga BBP (Paulus) dan diterkam oleh buaya dan langsung diseret kedalam air,” ujarnya.

    Pencarian Dilanjutkan Hari Ini

    Upaya pencarian Tina berlanjut hari ini, Senin (3/2/2025).

    Tim SAR yang turun dalam upaya pencarian terdiri dari Basarnas Pangkalpinang, Dit Polairud Polda Kepulauan Bangka Belitung, Bakamla, BPBD Bangka, Sat Polairud Polres Bangka, Relawan Laskar Sekaban, dan lainnya. 

    M Achin mengungkapkan, hari ini penyisiran diperluas mulai dari Muara Pangkalbalam dan sisi aliran.

    Baik di sisi Kota Pangkalpinang maupun di sisi Desa Air Anyir, Kabupaten Bangka.

    “Pagi ini kita kembali turun melakukan pencarian korban disambar buaya yang kejadiannya kemarin anak perempuan berusia delapan tahun,” kata Achin.  

    “Kalau pengalaman kita, biasanya korban sambaran buaya disembunyikan predator tersebut setelah ditarik ke dalam aliran air. Namun karena luasnya aliran Pangkalbalam, kita hanya bisa melakukan penyisiran guna melihat tanda-tanda korban dan buayanya,” jelasnya.

    Buaya Sempat Terekam Drone

    Tim SAR gabungan menggunakan kamera drone untuk membantu melakukan pencarian Tina, Minggu.

    Seekor buaya sempat terekam kamera drone.

    Dalam video hasil rekaman drone Kantor Basarnas Pangkalpinang berdurasi 27 detik, tampak seekor buaya muncul ke permukaan.

    Tetapi, buaya itu kemudian kembali menyelam ke dalam air.

    “Sempat terekam video drone seekor buaya muncul tapi belum tahu apakah itu buaya yang menerkam korban atau bukan,” kata Dantim Kasarnas Pangkalpinang, Suparmi, Minggu. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di PosBelitung.co dengan judul Bocah Perempuan di Pangkalpinang Diterkam Buaya Belum Ditemukan, Tim SAR Lanjutkan Upaya Pencarian.

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto) (PosBelitung.co/Deddy Marjaya, Novita)

  • Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Senin pagi

    Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Senin pagi

    Warga memotret pepohonan dengan latar belakang gedung bertingkat di Karet Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2024). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc.

    Kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang pada Senin pagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 03 Februari 2025 – 06:00 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara di DKI Jakarta, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Senin pagi masuk kategori sedang.

    Berdasarkan pantauan pada pukul 04.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 69 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.

    Angka itu menjadikan Jakarta dengan kualitas udara terburuk ke-63 di dunia.

    Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Dhaka, Bangladesh dengan indeks kualitas udara di angka 280, kemudian di urutan kedua Sarajevo, Bosnia, dan Herzegovina di angka 254, dan di urutan ketiga diikuti Bishkek, Kurgystan di angka 228.

    Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta berada pada kategori sedang.

    Kategori kualitas udara tersebut berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.

    Sejumlah wilayah yang terpantau Bundaran HI (45), Kelapa Gading (51), Jagakarsa (59), Kebon Jeruk (45), dan Lubang Buaya (42).

    Sumber : Antara

  • Bocah 7 Tahun Hilang Diduga Diterkam Buaya di Perairan Muara Pangkalbalam

    Bocah 7 Tahun Hilang Diduga Diterkam Buaya di Perairan Muara Pangkalbalam

    Pangkalpinang, Beritasatu.com – Seorang bocah berusia 7 tahun dilaporkan hilang setelah diduga diterkam buaya muara di Perairan Muara Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung. Korban, yang diketahui bernama Tina (7), merupakan warga Pangkalarang.

    Menurut laporan, kejadian tragis bocah hilang ini terjadi pada Minggu (2/2/2025) sore. “Saat korban sedang asyik bermain pasir di pinggir sungai, tiba-tiba seekor buaya langsung menerkam dan menyeret korban ke dalam air,” ujar Dantim Basarnas Pangkalpinang, Supani.

    Sebelum kejadian, Tina bersama kakaknya sedang memancing di sekitar perairan dekat Dermaga Polairud. Saat Tina bermain di tepi sungai, keluarga yang menyaksikan kejadian tersebut langsung melaporkan insiden ini ke pihak Polairud dan Basarnas untuk meminta bantuan pencarian.

    Tim SAR Gabungan segera melakukan upaya pencarian maksimal dengan penyisiran di permukaan air menggunakan rigid inflatable boat (RIB) milik Basarnas, RIB Polairud, beberapa perahu karet dari potensi SAR, serta pemantauan udara melalui drone. Hingga berita ini dibuat, pencarian bocah hilang masih terus dilakukan.

  • Waspada! Cuaca Ekstrem Mengintai di Awal Februari 2025

    Waspada! Cuaca Ekstrem Mengintai di Awal Februari 2025

    loading…

    Kendaraan saat menerjang banjir yang merendam Jalan Daan Mogot, Kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (29/1/2025). Foto/Arif Julianto

    JAKARTA – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang masih mengintai hingga awal Februari 2025. Dwikorita mengungkapkan tercatat curah hujan sangat lebat hingga ekstrem terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir.

    Di antaranya, 229 mm/hari di Kalimantan Timur, 192 mm/hari di Sulawesi Tengah (26/1/25), 154 mm/hari di Kepri (27/1/25), dan 264 mm/hari di sekitar wilayah Jabodetabek (28/1/25). Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat yang berada di daerah rawan bencana untuk lebih waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem.

    “Tetaplah mengikuti informasi terbaru dari BMKG guna memperkuat langkah antisipasi dan meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi,” kata Dwikorita pada saat konferensi pers bertajuk Potensi Cuaca Ekstrem di Wilayah Indonesia, dikutip Minggu (2/2/2025).

    Berdasarkan analisis terbaru BMKG per 1 Februari 2025, terdeteksi adanya gangguan atmosfer di selatan Indonesia, khususnya di Samudra Hindia selatan Banten dan selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), berupa Bibit Siklon Tropis 90S dan 99S. Kehadiran kedua bibit siklon ini mempengaruhi kondisi cuaca di pesisir selatan Jawa, Bali, NTB, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Meskipun pergerakannya terpantau menjauhi Indonesia, keduanya masih berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam 2-3 hari ke depan. Selain itu, teridentifikasi pula Bibit Siklon Tropis 96P di Teluk Carpentaria, Australia, yang berkontribusi terhadap meningkatnya potensi cuaca ekstrem di Papua dan Nusa Tenggara Timur.

    Sementara itu, sejumlah fenomena atmosfer lainnya diperkirakan tetap berperan dominan dalam dinamika cuaca selama sepekan ke depan, di antaranya, pertama, dampak La Niña Lemah, Monsun Asia dan Seruakan Dingin (Cold Surge), aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Atmosfer Kelvin dan Rossby, Labilitas Atmosfer dan Zona Konvergensi.

    “Kombinasi fenomena-fenomena tersebut, menurut Dwikorita dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada periode 2 – 7 Januari 2025. Beberapa daerah yang terdampak antara lain, Papua, Papua Pegunungan, Papua Selatan, NTB, NTT, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, dan Jambi,” pungkasnya.

    (rca)

  • Buaya RI Jadi Sorotan Dunia, Ternyata Paling Banyak Telan Korban

    Buaya RI Jadi Sorotan Dunia, Ternyata Paling Banyak Telan Korban

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah serangan buaya terhadap manusia terbanyak di dunia. Adapun, salah satu wilayah dengan insiden serangan yang cukup tinggi adalah Bangka Belitung.

    Bahkan, fenomena buaya RI yang buas disorot media asing. Channel News Asia berdasarkan laporan CrocAttack melaporkan sebuah basis data global mengenai serangan buaya. Dalam 10 tahun terakhir, terdapat lebih dari 1.000 serangan buaya di Indonesia, dengan 486 di antaranya berujung fatal, dikutip Sabtu (1/2/2025).

    Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Biological Conservation pada April 2023, tiga provinsi dengan kasus serangan tertinggi adalah Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur.

    Langka Sani, seorang aktivis lingkungan yang mendirikan Alobi Foundation, organisasi penyelamatan satwa di Pangkalpinang membeberkan bahwa di Pulau Bangka, jumlah serangan buaya terhadap manusia meningkat dalam enam tahun terakhir.

    “Lebih dari 60 orang meninggal sejak 2016 di Bangka, tetapi jumlahnya meningkat tajam dalam enam tahun terakhir,” kata Langka. Pada 2024, Alobi mencatat 10 kematian hingga November.

    “Dibandingkan dengan 2016, saat kami mulai mengumpulkan data, peningkatannya sangat signifikan,” tambahnya.

    Mengapa Konflik antara Manusia dan Buaya Meningkat?

    Adapun, untuk mengatasi serangan buaya, para ahli menilai perlu memahami dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan di Bangka.

    “Konflik (antara manusia dan buaya) meningkat karena habitat buaya semakin rusak. Ini seperti bom waktu,” kata Langka.

    Sebagaimana diketahui, Pulau Bangka kaya akan timah, bahan penting dalam perangkat elektronik seperti ponsel. Perusahaan besar seperti Apple dan Samsung dilaporkan memperoleh timah dari Bangka.

    Menurut data yang dihimpun Statista, pada 2023 Indonesia merupakan produsen timah terbesar ketiga di dunia setelah China dan Myanmar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, Bangka sendiri menyumbang 90 persen produksi timah nasional.

    Selama bertahun-tahun, penambangan timah di Bangka dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Timah. Namun, selama lebih dari satu dekade, tambang ilegal marak bermunculan.

    Para penambang kecil sering menambang di wilayah yang diperuntukkan untuk penggunaan lain. Misalnya seperti hutan lindung atau konsesi perusahaan yang sedang dalam proses reklamasi.

    “Kita tahu tambang ilegal ada di mana-mana di belakang sekolah, di dekat kantor pemerintah, hampir di setiap tempat,” ujar Langka.

    Buaya muara (Crocodylus porosus), yang sering menyerang manusia, hidup di sekitar muara sungai bukan di laut atau sungai dalam. Aktivitas tambang ilegal di sekitar muara sering kali membuat mereka terganggu.

    Langka mengatakan buaya muara adalah spesies buaya terbesar, dapat tumbuh hingga 7 meter dengan berat hampir 1.000 kg. Mereka sangat sensitif terhadap suara.

    “Terkadang mereka menyerang para penambang ilegal, atau bermigrasi ke hilir, tetapi ketika mereka sampai di tempat baru, biasanya wilayah itu sudah dihuni buaya lain,” ujarnya.

    Akibatnya, buaya akan bertarung memperebutkan wilayah, dan beberapa di antaranya berakhir di daerah perkotaan. Di Bangka, terdapat sekitar 97 sungai yang banyak melintasi pemukiman, termasuk Pangkalpinang, ibu kota provinsi Bangka Belitung.

    Dengan tubuh yang sebagian besar terendam di air yang keruh akibat aktivitas tambang, buaya sering kali sulit terlihat. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas penambangan timah juga mulai merambah ke laut, sehingga semakin merusak kondisi sungai di Bangka.

    Setelah terjadi serangan buaya, warga sering berusaha menangkap atau membunuh buaya untuk melindungi diri mereka. Hal ini menyulitkan upaya penyelamatan oleh Alobi Foundation, kata Endi Yusuf, manajer penyelamatan Alobi.

    Jika tim Alobi tiba di lokasi dan menemukan buaya yang terluka, kemungkinannya untuk bertahan hidup sangat kecil,” ujar Endi.

    “Mereka bisa mati saat kami coba selamatkan,” tambahnya.

    Buaya sebenarnya dilindungi oleh undang-undang dan tidak boleh ditangkap, diburu, atau dibunuh, meskipun konflik dengan manusia sangat tinggi di Bangka.

    Namun meski banyak buaya dibunuh dan habitat mereka semakin rusak, populasi buaya di Bangka tampaknya tetap stabil, bahkan mungkin meningkat. Belum ada data pasti mengenai jumlah buaya muara di pulau ini.

    (fab/fab)