Hewan: Babi

  • Wabah PMK Menyebar hingga 9 Provinsi, DPR RI Desak Pemerintah Lakukan Upaya Penanganan Serius

    Wabah PMK Menyebar hingga 9 Provinsi, DPR RI Desak Pemerintah Lakukan Upaya Penanganan Serius

    Jakarta (beritajatim.com) – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang belakangan ini merebak di beberapa daerah termasuk di beberapa wilayah di Jawa Timur. Pemerintah pun didesak melakukan upaya serius dalam menangani wabah PMK.

    Anggota Komisi IV DPR RI Hindun Anisah mengaku khawatir, apabila merebaknya PMK ini tak segera tertangani, akan meluas ke daerah-daerah lain. Terlebih lagi, kata dia, imbasnya petani peternak yang akan mengalami kerugian. Sebab menurutnya, lonjakan PMK semakin hari semakin meningkat, bahkan menyebabkan kematian pada ribuan hewan ternak, terutama sapi.

    “Laporan dari beberapa daerah di Lamongan, Lumajang (Jawa Timur) dan Rembang (Jawa Tengah), PMK mulai meningkat,” kata Hindun, Selasa (7/1/2025).

    Dia pun mendorong Kementerian Pertanian segera melakukan vaksinasi. Dia pun memandang perlu membatasi pergerakan penjualan sapi antar daerah biar tidak meluas ke daerah lain.

    “Kalau bisa segera diterjunkan petugas untuk melakukan vaksin dan membatasi pergerakan penjualan sapi,” kata anggota Fraksi PKB ini.

    Selain itu, dia menambahkan, agar penanganan PMK bisa lebih cepat dan massif, Kementan diminta berkolaborasi dan bersinergi dengan pihak lain. “ Kementan harus segera menggandeng dan melibatkan Perguruan tinggi dan juga asosiasi dokter hewan agar penanganannya bisa lebih cepat,” tegasnya.

    Seperti diketahui, wabah PMK kembali merebak di Indonesia. Jenis wabah yang menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, hingga domba ini mengalami lonjakan kasus sejak awal bulan Desember 2024 lalu.

    Hingga saat ini, total kasus PMK yang telah dilaporkan mencapai 8.483 kasus dengan jumlah kematian 223 kasus, dan pemotongan paksa sebanyak 73 kasus. Data tersebut tersebar di 9 provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur. [hen/ian]

  • Lonjakan Kasus PMK, Pakar UGM Desak Vaksinasi Massal dan Mitigasi Ketat

    Lonjakan Kasus PMK, Pakar UGM Desak Vaksinasi Massal dan Mitigasi Ketat

    Yogyakarta, Beritasatu – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali meningkat di Indonesia. Penyakit ini menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, dan domba. Hingga awal Januari 2025, total kasus PMK mencapai 8.483, yang mencakup 223 kematian dan 73 pemotongan paksa. Kasus-kasus tersebut tersebar di sembilan provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Aris Haryanto mengungkapkan, lonjakan kasus ini disebabkan oleh vaksinasi yang belum menyeluruh dan tidak dilakukan secara berkala. 

    “Kasus PMK kali ini merupakan gelombang kedua. Sebelumnya sudah ada vaksinasi, tetapi saat kasusnya mereda, jumlah vaksinasi menurun,” jelasnya.

    PMK disebabkan oleh virus RNA dari genus Apthovirus dalam keluarga Picornaviridae, yang diyakini bertipe O di Indonesia. Virus ini mudah menyebar melalui kontak langsung, tidak langsung, dan udara. 

    “Virus ini dapat menyebar melalui udara, bahkan dalam jarak hingga 200 kilometer,” ungkap Prof Aris.

    Gelombang kedua wabah PMK kali ini kembali muncul di Jawa Timur dan Aceh, dua daerah yang juga menjadi titik awal wabah sebelumnya. Prof Aris menekankan perlunya vaksinasi menyeluruh, meskipun produksi vaksin dalam negeri masih terbatas. 

    “Vaksinasi harus dilakukan dua kali, dengan jarak satu bulan antara vaksin pertama dan kedua. Setelah itu, vaksinasi perlu diulang setiap enam bulan sekali,” tegasnya.

    Dalam upaya mitigasi, langkah pertama adalah mengatasi gejala awal seperti demam tinggi dengan pemberian analgesik dan antibiotik. Hewan yang terinfeksi harus dipisahkan untuk mencegah penularan. Apabila muncul lesi atau luka pada mulut dan kuku, pemberian antibiotik dan vitamin harus dilakukan secara berkala untuk mencegah infeksi sekunder akibat luka terbuka.

    Peternak juga diimbau untuk memperketat biosekuriti di area kandang dan segera melaporkan kasus ke satgas atau dokter hewan terdekat. 

    “Tidak perlu panik, yang terpenting adalah segera melapor dan melakukan mitigasi. Pemerintah telah menutup beberapa pasar hewan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan kami berharap masyarakat mematuhi kebijakan ini karena sifatnya sementara,” tambahnya.

    Kerja sama lintas pihak menjadi kunci dalam mengatasi wabah ini. Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dan pemerintah terus bekerja sama untuk menangani kasus dengan efektif. 

    “Kami juga terlibat langsung, termasuk dengan mengirimkan mahasiswa untuk membantu di lapangan,” tutup Prof Aris seusai menjelaskan lonjakan kasus PMK.

  • Manusia Makan Kucing, Rubah dan Luwak 10.000 Tahun Lalu

    Manusia Makan Kucing, Rubah dan Luwak 10.000 Tahun Lalu

    Jakarta

    Para arkeolog menemukan tulang belulang hewan karnivora yang diperkirakan ada sejak awal Neolitikum, di Levant. Analisis awal, sisa hewan-hewan tersebut adalah sisa pembuatan baju. Namun, muncul dugaan lain, yaitu sisa hewan itu ada karena mereka dimasak sebagai makanan. Bukan ayam, hewan tersebut termasuk kucing liar hingga rubah.

    Melansir IFLScience, Selasa (7/1/2024) sekitar 15.000 hingga 11.700 tahun yang lalu, selama periode Epi-Paleolitikum akhir, para pemburu dan pengumpul di Levant mulai beralih ke pertanian dan peternakan. Kemudian, ada momen penting dalam sejarah manusia yang dikenal sebagai ‘Revolusi Neolitikum’.

    Pada saat itu, orang-orang mulai memburu lebih sedikit spesies hewan buruan besar, seperti rusa merah (Cervus elaphus), dan lebih memilih spesies yang lebih kecil, seperti rusa, dan mamalia lainnya, serta hewan yang lebih kecil, seperti burung dan ikan.

    Kendati demikian, di antara banyak tulang yang ditemukan di situs-situs ini, para peneliti juga menemukan sisa-sisa berbagai spesies karnivora kecil. Misalnya, sekitar 11.660 hingga 10.000 tahun yang lalu, tulang-tulang rubah merah (Vulpes vulpes) sering muncul dalam catatan arkeologi. Bahkan terkadang jumlahnya lebih banyak daripada tulang-tulang hewan buruan seperti babi hutan dan rusa.

    Di situs lain di Levant, sisa-sisa kucing liar (Felis silvestris lybica) juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kumpulan hewan, meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit daripada rubah merah.

    Di masa lalu, tulang-tulang ini dianggap sebagai sisa dari pemburu bulu, atau tulang dan gigi untuk tujuan simbolis. Karena itu, kemungkinan bahwa mereka dibunuh untuk diambil dagingnya sempat diabaikan para arkeolog.

    Nah, dalam penelitian terbaru, Shirad Galmor dan rekan-rekannya menyelidiki tulang-tulang hewan yang ditemukan di situs Aḥihud yang berusia 10.000 tahun di Galilea Barat. Tim mengidentifikasi tulang-tulang rubah, kucing hutan, dan kelinci Cape. Menggunakan asam asetat untuk menghilangkan lapisan kerak kapur, tulang itu kemudian dicuci dengan air dan diperiksa di bawah mikroskop. Tujuannya agar mereka dapat diklasifikasikan ke dalam taksonomi masing-masing.

    Tim menemukan total 1.244 tulang yang dibongkar dan menghitung bahwa sekitar 30% dari tulang-tulang tersebut di daerah dengan rumah-rumah adalah milik rusa gunung, sementara 12% adalah milik rubah merah. Sementara itu, tulang-tulang rubah merah, kucing hutan, beech martens (Martes foina), luwak Mesir (Herpestes ichneumon), luwak Eropa (Meles meles), dan mustelida lainnya masuk ke dalam 16% dari temuan tersebut.

    Lebih lanjut, banyak tulang yang mengandung bukti pemotongan daging, termasuk ditemukannya bekas pisau.

    “Lebih dari 52% bekas sayatan pada sisa-sisa rubah dapat dikaitkan langsung dengan aktivitas pemotongan (pemotongan & pemotongan fillet), berdasarkan lokasi dan morfologinya. Sembilan dari 10 bekas sayatan ini ditemukan pada tulang lengan atas dan tulang paha,” tulis tim peneliti pada studi yang telah dipublikasikan di Environmental Archaeology ini.

    “Bekas sayatan pada tulang lengan atas dan tulang paha tidak pernah disebabkan oleh aktivitas menguliti,” lanjut tim.

    Untuk kucing liar, sekitar 83% bekas pisau terkait dengan pemotongan dan semuanya terletak pada tulang kaki hewan. Sisa bekas pisau dikaitkan dengan pengulitan.

    Selain itu, ditemukan pula bekas luka bakar pada tulang karnivora dengan tingkat yang sama. Hampir 56% bekas luka bakar yang ditemukan pada tulang rubah merah terletak di tungkai mereka, sedangkan bekas luka bakar pada kucing liar terlokalisasi di bagian atas tungkai mereka. Hasilnya sangat menunjukkan bahwa rubah dan kucing liar dicari sebagai sumber makanan, bukan hanya untuk bulunya.

    “Penduduk Aḥihud memburu karnivora kecil, khususnya rubah dan kucing liar, untuk memanfaatkan sisa-sisa hewan tersebut secara ekstensif. Mereka menguliti bulunya, mengambil dagingnya untuk makanan, dan mungkin memanfaatkan sisa-sisa hewan tersebut untuk keperluan lain, seperti membuat perkakas dari tulang dan ornamen,” simpul tim peneliti.

    (ask/ask)

  • Terancam Punah, Menjaga Kekah, Hewan Endemik dari Natuna

    Terancam Punah, Menjaga Kekah, Hewan Endemik dari Natuna

    JAKARTA – Suasana hati para pemerhati lingkungan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pada pekan ketiga November 2024, diliputi kegelisahan. Kabar mengenai rencana pemindahan hewan endemik Natuna, yaitu kekah (Trachypithecus cristatus) Natuna, keluar dari daerah tersebut mencuat.

    Upaya penolakan pun dilakukan oleh para pemerhati lingkungan, baik melalui pertemuan langsung dengan tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yang hadir di Natuna dan ditugaskan untuk membawa kekah keluar, maupun dengan menyampaikan pendapat serta permintaan kepada pemerintah agar rencana tersebut dibatalkan.

    Pemerhati lingkungan dan pecinta kekah Natuna menyatakan bahwa kekah Natuna adalah hewan endemik yang tidak boleh dipindahkan keluar dari Natuna dengan alasan apapun. Sebab, akan mengancam kelangsungan hidup hewan tersebut, mengingat kesulitan kekah beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal itu pernah terjadi sebelumnya saat kekah dibawa secara ilegal oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

    Selain itu, kekah Natuna merupakan salah satu potensi ekonomi daerah yang dapat menarik wisatawan jika dikelola dengan baik. Kehilangan satwa ini tentu akan merugikan daerah, mengingat nilai unik yang dimiliki oleh kekah Natuna dalam menarik perhatian pengunjung.

    Kekah atau Owa atau Lutung adalah hewan khas dari Kepulauan Riau, termasuk Natuna. Kekah termasuk dalam famili Cercopithecidae dan genus Trachypithecus. Satwa ini memiliki ciri-ciri berbulu abu-abu kecoklatan, berat 5-7 kg, panjang berkisar 40-60 centimeter, ekor panjang dan memakan buah, daun, dan serangga.

    Kekah dilindungi oleh undang-undang karena terancam punah yang diduga karena beberapa sebab, yakni perburuan liar, kerusakan habitat dan perdagangan hewan liar.

    Menanggapi gejolak tersebut, Pemerintah Kabupaten Natuna berinisiatif untuk mempertemukan para pemangku kepentingan di wilayah tersebut, termasuk pemerhati lingkungan dengan pihak BBKSDA, untuk berdiskusi bersama.

    Pertemuan yang berlangsung pada Rabu, 20 November 2024, tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan. Meskipun dengan hati yang berat, para pemerhati lingkungan menerima keputusan untuk memindahkan kekah Natuna setelah mendengarkan penjelasan dari tim BBKSDA mengenai tujuan pemindahan tersebut, yaitu untuk rehabilitasi satwa guna menjaga hewan endemik itu agar tidak punah serta janji Pemkab Natuna akan memberi perhatian khusus kepada kekah Natuna di 2025.

    Rehabilitasi demi kesejahteraan

    Program rehabilitasi ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat. Tujuannya untuk memastikan kesejahteraan kekah Natuna serta mendukung upaya konservasi spesies yang terancam punah atau terluka.

    Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Batam, BBKSDA Riau Tommy Steven Sinambela, rehabilitasi kekah Natuna akan dilakukan di Lembaga Konservasi Taman Safari Prigen di Pasuruan, Jawa Timur. Pemilihan tempat ini didasarkan pada kenyataan bahwa Kepulauan Riau belum memiliki fasilitas yang memadai untuk rehabilitasi satwa liar. Program rehabilitasi ini juga merupakan bagian dari upaya pengembangbiakan terkontrol spesies endemik yang dilindungi.

    Selain kekah Natuna, program rehabilitasi ini juga mencakup spesies lain yang berada di beberapa daerah di Indonesia. Adapun satwa yang dipilih untuk direhabilitasi antara lain simakobu, bokoi, joja atau lutung Mentawai, anoa Buton, burung rangkong gading, burung kakaktua kecil jambul kuning, babi rusa Togean, burung murai Kangean, burung kacamata wangi-wangi, dan beo Enggano.

    Rencananya, jumlah kekah Natuna yang akan direhabilitasi sebanyak lima ekor. Namun pada hari pemindahan hanya hanya empat ekor yang bisa dibawa. Batalnya pemindahan satu ekor kekah Natuna disebabkan oleh kematian akibat sakit. Kelima kekah Natuna sebenarnya bukan diambil dari alam liar, melainkan hasil penertiban terhadap pemeliharaan satwa liar yang dilindungi secara ilegal.

    Saat diambil, terlihat bahwa tingkah laku kelima kekah tersebut telah berubah. Hal ini diduga akibat pemeliharaan yang tidak memenuhi standar, baik dari segi tempat maupun makanan yang diberikan. Dugaan tersebut semakin kuat ketika salah satu ekor kekah jatuh sakit dan tidak dapat diselamatkan, yang pada akhirnya gagal untuk direhabilitasi.

    Dilansir dari ANTARA, peristiwa ini meninggalkan luka mendalam bagi tim BBKSDA, dan rasa kecewa tampak jelas di raut wajah mereka. Kematian kekah Natuna menggambarkan rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap satwa endemik ini.

    Meskipun demikian, tim BBKSDA tidak larut dalam kesedihan atau mencari siapa yang salah. Mereka terus berupaya mencari solusi terbaik, salah satunya dengan berencana menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Natuna pada tahun 2025, agar peristiwa serupa tidak terulang.

    Di Natuna sudah ada beberapa komunitas yang peduli terhadap kekah Natuna, salah satunya “Mantau Kekah”. Pemkab Natuna dan BBKSDA berencana menjalin kerja sama untuk melestarikan kekah Natuna sesuai kesepakatan yang dilakukan pada pertemuan Rabu (20/11/2024) di Kantor Bupati Natuna yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah Boy Wijanarko.

    Konservasi lingkungan

    Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, para pemangku kepentingan setempat, komunitas, dan masyarakat telah berupaya sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk mendukung konservasi kekah.

    Pemkab Natuna, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), aktif melakukan berbagai inisiatif, seperti penanaman, pemeliharaan, dan perawatan pohon, terumbu karang, imbauan serta kegiatan pelestarian lingkungan lainnya.

    Upaya serupa juga dilakukan oleh para pemangku kepentingan, termasuk TNI, Polri, Bakamla, dan Basarnas. Khusus TNI, baik Angkatan Udara (AU) maupun Angkatan Laut (AL), yang memiliki program konservasi mangrove. AU berkolaborasi dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk mengelola lahan konservasi, sementara AL menggandeng para pelajar dalam kegiatan pelestarian.

    Selain itu, Basarnas dan Bakamla turut bekerja sama dengan komunitas lokal untuk menanam terumbu karang di lokasi wisata. Program demikian juga dilakukan secara mandiri oleh komunitas di Natuna, seperti Jelajah Bahari Natuna (JBN).

    JBN secara khusus berfokus pada penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan terumbu karang. Aktivitas mereka terutama diarahkan pada wilayah yang terumbu karangnya rusak akibat bencana alam maupun tindakan tidak bertanggung jawab dari manusia.

    Berbagai elemen pemerintah dan masyarakat di Natuna terus berupaya untuk menjaga konservasi di daerah tersebut. Harapannya, agar lingkungan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya tetap lestari, terhindar dari kepunahan.

  • 800 Hewan Ternak Jatim Terjangkit Virus PMK

    800 Hewan Ternak Jatim Terjangkit Virus PMK

    Surabaya, CNN Indonesia

    Sebanyak 800 ekor hewan ternak di Jawa Timur dilaporkan terjangkit virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Kasus itu dilaporkan mulai melonjak signifikan sejak pertengahan Desember 2024 lalu.

    “Jadi ada kasus per hari pertama ada 21 naik menjadi 64 naik lagi, naik lagi, sampai tadi malam ada hampir 800 kasus dari seluruh Jawa Timur dari laporan iSIKHNAS (sistem informasi kesehatan hewan nasional),” kata Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Ariyani, Kamis (2/1).

    Indyah menuturkan, faktor melonjaknya kasus PMK ini ialah cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang Desember 2024. Hal itu berpengaruh pada kondisi kesehatan hewan ternak.

    “Nah di Desember ini intensitas hujannya tinggi, kemudian pancaroba itu juga berpengaruh pada kondisi ternak, sehingga ini berpengaruh pada kasus. Memang di akhir bukan Desember itu tren naik pada pertengahan Desember sampai akhir Desember trennya naik,” ucapnya.

    Tapi dari ratusan kasus PMK itu, Indyah mengatakan, tingkat kematian hewan ternak masih tergolong kecil. Dari catatan mereka ada delapan ekor yang dilaporkan meninggal dunia.

    “Untuk yang mati saat ini ada beberapa, enggak banyak, memang tingkat kematiannya kecil, kurang lebih delapan ekor,” ucapnya.

    Sebaran kasus PMK itu, kata dia, terjadi di Jember, Tuban, Lumajang, Ngawi, Bojonegoro dan beberapa daerah di Jatim lainnya.

    Untuk mengatasi kasus PMK ini, Indyah mengatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait termasuk pemda setempat, untuk penanganan, pengobatan, termasuk vaksinasi rutin tiap enam bulan.

    “Kita sudah lakukan rapat koordinasi untuk penanganan lanjutan, sebenarnya kita semua masih terus menangani PMK. PMK ini disebabkan virus, penanganannya butuh vaksinasi berulang enam bulan,” ucapnya.

    Ia menyebut, pihaknya bakal terus melakukan edukasi kepada para peternak untuk memisahkan hewan yang bergejala PMK, dengan yang masih sehat. Serta mengawasi kegiatan perniagaan di pasar-pasar hewan seluruh Jatim.

    “Jawa Timur ini populasinya cukup besar kita yang rentan ada sapi, kambing, domba, kemudian kerbau termasuk babi, kita total yang harus divaksin sebanyak 10,4 juta ekor. Ini merupakan populasi terbesar di Indonesia sehingga memang Jatim harus kerja keras untuk mempertahankan Jatim sebagai gudangnya ternak,” pungkasnya.

    (frd/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ramalan Shio yang Paling Beruntung di Tahun 2025

    Ramalan Shio yang Paling Beruntung di Tahun 2025

    Liputan6.com, Bandung – Tahun 2024 akan segera berakhir dan sebentar lagi banyak orang siap menyambut tahun baru 2025. Memasuki tahun yang baru, setiap orang tentunya memiliki harapan dan tujuan yang ingin dicapai.

    Kemudian untuk beberapa orang khususnya dalam kepercayaan Tionghoa tahun yang baru juga menandakan adanya shio yang akan mewakili tahun tersebut. Sebagai informasi, shio merupakan sistem astrologi Tionghoa

    Shio digambarkan dengan kehadiran 12 hewan untuk mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu. Bagi kepercayaan Tionghoa, shio dapat mengungkap nasib, sifat, hingga hal-hal lain yang berhubungan dengan manusia yang lahir sesuai dengan shio yang dimiliki.

    Adapun shio diwakili oleh 12 lambang hewan serta 5 elemen yang menggambarkan sifatnya. Hewan tersebut di antaranya tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.

    Sementara itu, lima elemen yang mewakili sifat dalam shio adalah air, tanah, kayu, api, dan logam. Kemudian dalam astrologi Tionghoa penetapan lambang shio yang mewakili sifat seseorang tidak hanya didasarkan pada tahun kelahiran

    Lambangnya dipengaruhi juga oleh elemen waktu seperti bulan, hari, dan jam kelahirannya. Sehingga setiap orang biasanya memiliki shio yang berbeda didasarkan pada tahun kelahirannya.

    Pada masa modern saat ini, shio masih dipercaya oleh sebagian orang terutama keturunan Tionghoa. Shio sering kali digunakan sebagai acuan untuk memahami kepribadian, karier, kesehatan, keuangan, hingga asmara seseorang.

  • Virus Babi Afrika Masuk Papua Tengah, Masyarakat Beralih Konsumsi Daging Ayam dan Sapi
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Desember 2024

    Virus Babi Afrika Masuk Papua Tengah, Masyarakat Beralih Konsumsi Daging Ayam dan Sapi Regional 28 Desember 2024

    Virus Babi Afrika Masuk Papua Tengah, Masyarakat Beralih Konsumsi Daging Ayam dan Sapi
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com

    Virus Babi Afrika
    atau virus African Swine Fever (ASF) kini telah masuk ke berbagai daerah yang ada di Provinsi
    Papua Tengah
    .
    Hal ini membuat masyarakat di
    Papua Tengah
    merasa takut untuk mengonsumsi daging babi.
    Penjabat (Pj) Gubernur Papua Tengah,
    Anwar Damanik
    , menceritakan bahwa akibat virus ASF, masyarakat takut untuk mengonsumsi daging babi dan beralih mengonsumsi daging lainnya pada momen Natal dan Tahun Baru.
    Hal itu mengakibatkan kebanyakan masyarakat yang merayakan Natal beralih dengan mengonsumsi daging ayam dan daging sapi.
    “Tentunya, dengan meningkatnya permintaan daging sapi akibat virus ASF,
    harga daging sapi
    meningkat dari Rp 150.000 per kilogram menjadi Rp 180.000 per kilogram,” katanya dalam keterangan yang diterima
    Kompas.com
    , Sabtu (28/12/2024).


     
    Oleh karena itu, Anwar berjanji akan menyelesaikan masalah virus ASF yang mewabah di daerahnya, di mana akibat virus ini banyak peternak babi mengalami kerugian besar.
    “Kami telah membentuk satgas untuk mengatasi wabah virus ASF. Kami berjanji untuk mengatasinya,” ucapnya.
    Anwar menegaskan bahwa ia telah memerintahkan satgas untuk mengambil langkah cepat dan tepat dalam mengatasi lonjakan harga daging, dengan memberikan subsidi dari harga sebelumnya dan saat ini.
    “Tentunya, kita harus mengatur harga daging agar tetap stabil pada tingkat konsumen,” katanya.
    Anwar mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik.
    Pemerintah Provinsi Papua Tengah akan terus mengambil langkah-langkah strategis, baik dalam menyelesaikan wabah virus ASF maupun mengendalikan harga pasar.
    “Kita terus bekerja keras untuk mengatasi masalah ini, agar tahun baru nanti dapat dirasakan dengan baik dan penuh sukacita oleh masyarakat,” ujarnya.
    Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Nabire telah mengumumkan kepada seluruh masyarakat, khususnya peternak babi, agar waspada terhadap virus ASF.
    Kepala Dinas Peternakan Nabire, I Dewa Ayu Dwita, menjelaskan bahwa awal masuknya ASF di daerah ini terjadi pada 8 November 2024.
    “Saat mendapat laporan, petugas kami langsung turun ke lapangan untuk mengobati ternak babi warga yang sakit, tapi besoknya ternak itu mati dan terjadi peningkatan kematian,” kata Ayu sebelumnya.
    Atas kejadian itu, Dinas Peternakan Nabire memutuskan untuk mengambil sampel darah ternak babi yang sudah mati.
    Kemudian, dilakukan koordinasi dengan Balai Veteriner Jayapura mengenai gejala-gejala yang terjadi pada babi di lapangan, untuk memastikan penyebab dari kematian yang terus meningkat.
    “Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi Papua terkait langkah-langkah yang harus dilakukan. Sambil menunggu hasilnya, kami melaksanakan tindakan pencegahan, seperti penyemprotan disinfektan di kandang ternak yang ada,” jelasnya.
    Tidak lama kemudian, hasil pemeriksaan laboratorium keluar dan menyatakan bahwa sampel yang dikirim positif virus ASF.
    Kemudian, Dinas Peternakan Nabire melakukan langkah penerapan standar SOP sesuai yang ditetapkan Kementerian, seperti pemberian desinfektan dan lain sebagainya.
    “Kini pimpinan telah membuat SK penetapan wabah dan SK pembentukan Satgas penanggulangan ASF yang tergabung dari beberapa dinas terkait. Selain itu, kami telah mengeluarkan surat edaran bupati terkait pelarangan keluar masuknya ternak babi di daerah ini,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Medis Teraneh Sepanjang 2024: Pria dengan Tiga Mr P hingga Belut dalam Usus    
        Kasus Medis Teraneh Sepanjang 2024: Pria dengan Tiga Mr P hingga Belut dalam Usus

    Kasus Medis Teraneh Sepanjang 2024: Pria dengan Tiga Mr P hingga Belut dalam Usus Kasus Medis Teraneh Sepanjang 2024: Pria dengan Tiga Mr P hingga Belut dalam Usus

    Jakarta

    Ada-ada saja kasus medis aneh yang ditemukan sepanjang 2024. Mulai dari temuan belut di dalam usus, hingga pria yang memiliki tiga penis.

    Kasus-kasus aneh tapi nyata tersebut kerap didokumentasikan dalam jurnal medis, sehingga dokter dan masyarakat bisa mengetahui dan mempelajari kondisi yang sering tidak diketahui ini.

    Dikutip dari Gizmodo, berikut sejumlah kasus medis teraneh yang terjadi sepanjang 2024.

    1. Pria dengan Jumlah Vaksin Terbanyak

    Pada Maret lalu, para ilmuwan di Jerman menerbitkan sebuah penelitian yang menampilkan seorang pria yang mengaku telah menerima lebih dari 200 vaksinasi COVID-19 selama dua tahun.

    Pihak berwenang Jerman menuduh pria tersebut terus melakukan vaksinasi untuk mendapatkan kartu vaksinasi, yang kemudian dijual ke orang lain. Namun saat para peneliti menghubungi pria tersebut, ia benar-benar melakukan vaksinasi tersebut untuk dirinya sendiri. Bahkan, pria itu terkesan senang mendapatkan vaksinasi.

    Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda pria itu dirugikan dengan cara apapun oleh vaksinasi massal yang diterimanya. Malahan, para peneliti menemukan sistem kekebalan pria itu lebih terlindungi dari virus corona dibandingkan rata-rata. Kendati demikian, para ilmuwan telah membuktikan beberapa suntikan saja sudah cukup untuk mendapatkan hasil maksimal dari vaksinasi COVID-19.

    2. Keluar Isi Perut

    Dua kasus terpisah tentang orang-orang keluar isi perutnya menjadi salah satu berita paling heboh tahun ini.

    Pada kasus pertama, seorang pria berusia 63 tahun bersin dan batuk dengan sangat keras, hingga isi perutnya keluar melalui luka bekas operasi yang baru saja ia lakukan di perutnya. Untungnya, paramedis berhasil membawanya ke rumah sakit dengan selamat dan ia pulih tanpa masalah.

    Kasus kedua, seorang wanita berusia 52 tahun batuk hingga mengeluarkan isi perutnya. Wanita ini diketahui mengalami batuk-batuk akibat COVID yang menyebabkan isi perutnya keluar melalui bekas luka operasi hernia yang pernah ia jalani. Wanita tersebut mendapat perawatan di rumah sakit, dan isi perutnya berhasil dimasukkan kembali.

    3. Sindrom Rapunzel

    Ternyata bukan kucing saja yang bisa memuntahkan bola rambut. Pada Juli lalu, dokter bedah dari Ekuador melaporkan telah mengeluarkan gumpalan rambut seberat dua pon dari perut seorang wanita muda. Kasus yang sama juga dilaporkan oleh dokter dari Massachusetts pada November lalu.

    Kasus-kasus ini merupakan contoh dari sindrom Rapunzel, kondisi medis langka yang terjadi ketika massa rambut tertelan hingga cukup besar sehingga menyumbat lambung dan usus halus. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh dorongan psikologis untuk mencabut dan memakan rambut sendiri.

    4. Tiga Mr P

    Pada Oktober lalu, dokter di Inggris melaporkan kasus yang sulit dipercaya: seorang pria tidak hanya memiliki satu atau dua, melainkan tiga penis.

    Menariknya lagi, pria itu mungkin tidak pernah menyadari kondisi anatominya yang unik itu. Dokter menemukan penis tambahan itu berada di dalam tubuhnya, sedangkan satu penisnya muncul di luar dan berfungsi normal.

    Para ilmuwan baru menemukan kondisi tersebut saat tubuh pria itu disumbangkan sebagai cadaver untuk penelitian mayat.

    5. Cacing di Otak

    Pada Maret lalu, dokter di Florida melaporkan temuan seorang pria yang mengalami sakit kepala parah selama berbulan-bulan. Setelah diperiksa, sakit kepala yang dialami pria itu ternyata disebabkan oleh cacing pita babi (Taenia solium).

    Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal juga sebagai neurocysticercosis, dan disebabkan oleh kista cacing pita. Kista ini tidak dapat tumbuh menjadi dewasa sepenuhnya, tetapi akan bermigrasi ke berbagai bagian tubuh, termasuk otak.

    Keberadaan kista di otak terkadang dapat memicu respons imun yang berbahaya yang menyebabkan berbagai gejala neurologis, seperti kejang dan migrain.

    Next: “Lime disease dan belut dalam usus”

  • Viral Video Ular Piton Raksasa Berenang Saat Banjir Bikin Geger Warganet

    Viral Video Ular Piton Raksasa Berenang Saat Banjir Bikin Geger Warganet

    Jakarta

    Sebuah video yang menampilkan seekor ular piton berukuran besar mengambang di jalanan banjir telah menjadi viral dan ditonton lebih dari12,3 juta kali. Ular tersebut tampak buncit, diduga setelah menelan seekor anjing.

    Peristiwa yang menggegerkan warganetterjadi di salah satu provinsi Thailand Selatan. Video yang diunggah di platform media sosial X oleh akun @AMAZINGNATURE ini memperlihatkan ular piton tersebut hanyut terbawa arus banjir awal Desember lalu.

    “Ular raksasa ini, mungkin seekor Piton Reticulated, terlihat mengambang di air banjir di Thailand Selatan,” tulis akun tersebut dalam keterangannya.

    [Gambas:Twitter]

    Sontak, video ini pun menuai beragam reaksi dari warganet. Banyak yang mengungkapkan kekaguman sekaligus rasa ngeri melihat ukuran ular yang tak biasa tersebut.

    Namun, tak sedikit pula yang merasa khawatir dengan keberadaan satwa liar, khususnya ular, di tengah bencana banjir yang melanda Thailand.Seorang pengguna mengatakan, ular itu “tampak mati dan bengkak. Itulah sebabnya ia tidak bergerak dari tempatnya.”

    “Saya menduga ular raksasa itu terjebak di lubang saluran pembuangan,” kata pengguna lainnya.

    Beberapa warganet bahkan mengaku mempertimbangkan kembali rencana liburan mereka ke Thailand setelah melihat video tersebut. “Saya tadinya ingin pergi ke Thailand bulan depan, tapi sekarang saya jadi ragu,” tulis salah satu pengguna media sosial.

    Apa Itu Ular Piton Batik?

    Foto: Pexels/mauro camicia

    Banyak yang berspekulasi bahwa ular yang terekam dalam video tersebut adalah ular piton, salah satu spesies ular terbesar di dunia. Menurut Kebun Binatang Atlanta, ular ini dapat tumbuh hingga lebih dari enam meter panjangnya.

    Ciri Khas Ular Piton Batik:

    Ukuran: Ular piton batik merupakan ular terpanjang di dunia. Panjangnya bisa mencapai lebih dari 8,5 meter! Bayangkan betapa panjangnya itu!Corak Kulit: Sesuai namanya, ular ini memiliki corak kulit yang menyerupai batik dengan perpaduan warna coklat, hitam, dan putih. Corak ini membantu mereka berkamuflase di lingkungan alaminya.Habitat: Ular piton batik banyak ditemukan di daerah tropis seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka menyukai habitat yang lembap seperti hutan hujan, rawa-rawa, dan dekat sungai.Makanan: Sebagai predator puncak, ular piton batik memangsa berbagai jenis hewan, mulai dari mamalia kecil seperti tikus dan kelinci, hingga hewan yang lebih besar seperti rusa dan babi hutan. Mereka bahkan bisa memangsa buaya!

    Fakta Menarik tentang Ular Piton Batik:

    Tidak Berbisa: Meskipun menakutkan, ular piton batik tidak berbisa. Mereka membunuh mangsanya dengan cara melilit dan menghancurkannya.Perenang Ulung: Ular piton batik adalah perenang yang handal. Mereka bisa menahan napas di dalam air dalam waktu yang lama.Indera Penciuman yang Tajam: Ular ini memiliki indera penciuman yang sangat tajam. Mereka menggunakan lidahnya untuk mendeteksi bau mangsa dan lingkungan sekitarnya.Bertelur: Ular piton batik berkembang biak dengan cara bertelur. Seekor betina bisa menghasilkan puluhan telur dalam sekali bertelur.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Momen Warga Mamuju Ramai-ramai Tangkap Ular Piton Sepanjang 4 Meter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • 15 Tradisi Unik Menarik Keberuntungan saat Tahun Baru

    15 Tradisi Unik Menarik Keberuntungan saat Tahun Baru

    Jakarta: Tahun baru selalu diiringi harapan baru, termasuk harapan akan keberuntungan dan kemakmuran. Di berbagai belahan dunia, tradisi dan takhayul unik berkembang untuk menyambut tahun baru dengan penuh optimisme, terutama terkait dengan keberuntungan finansial.
     
    Dilansir dari Hyperjar.com, berikut 15 tradisi dan takhayul menarik tentang uang di Tahun Baru dari berbagai negara:
     
    1. Meletakkan uang di luar rumah
    Meletakkan koin kecil di luar pintu rumah pada malam Tahun Baru diyakini menarik keberuntungan finansial dan memastikan aliran uang yang lancar sepanjang tahun.
     
    2. Cincin emas dalam minuman (Amerika Latin)
    Meletakkan cincin emas dalam minuman dan meminumnya pada malam Tahun Baru diyakini membawa keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang akan datang.
     
    3. Membersihkan utang (Skotlandia dan negara lainnya)  
    Memasuki tahun baru tanpa hutang dianggap sebagai langkah awal untuk memulai tahun baru dengan bersih dan meraih keberuntungan finansial.
     
    4. Meletakkan uang di sepatu (Portugal dan Amerika Latin)
    Meletakkan uang di sepatu pada malam Tahun Baru diyakini membawa keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang akan datang.
     
    5. Makan babi Marzipan (Jerman dan Austria)
    Makan babi marzipan, yang disebut Glücksschwein, pada malam tahun baru melambangkan keberuntungan dan kemakmuran.
     
    6. Mengenakan baju Berbintik-bintik (Filipina)
    Mengenakan baju berbintik-bintik pada malam Tahun Baru diyakini membawa keberuntungan finansial karena bentuk bulat dari bintik-bintik melambangkan kemakmuran.
     
    7. Makan kue raja (Prancis dan Amerika Serikat)  
    Makan kue Raja yang berisi boneka kecil pada malam tahun baru diyakini membawa keberuntungan dan kegembiraan di tahun yang akan datang.
     

     
    8. Menggantung bawang di pintu (Yunani)
    Menggantung bawang di pintu rumah pada malam Tahun Baru diyakini membawa kemakmuran dan keberuntungan karena bawang melambangkan pertumbuhan, kesuburan, dan kelahiran kembali.
     
    9. Makan 12 anggur (Spanyol)  
    Makan 12 anggur saat jam berdentang pada tengah malam tahun baru diyakini membawa keberuntungan dan harapan baik untuk setiap bulan dalam setahun.
     
    10. Membuang perabotan ke luar jendela (Italia)
    Membuang perabotan ke luar jendela dianggap sebagai cara untuk membersihkan diri dari hal-hal lama dan menyambut hal-hal baru di tahun yang akan datang.
     
    11. Makan mi soba (Jepang)  
    Makan mi soba, yang melambangkan kekuatan dan umur panjang, pada malam tahun baru diyakini membawa keberuntungan dan kesehatan di tahun yang akan datang.
     
    12. Meletakkan kentang di bawah kasur (Kolombia)
    Meletakkan tiga kentang (satu dikupas, satu tidak dikupas, dan satu setengah dikupas) di bawah kasur pada malam tahun baru diyakini melambangkan keberuntungan finansial di tahun yang akan datang.
     
    13. Makan kacang polong hitam (Amerika Serikat)
    Makan kacang polong hitam dan collard greens pada malam Tahun Baru diyakini membawa kemakmuran dan uang.
     
    14. Mengetuk roti ke dinding (Irlandia)
    Mengetuk roti Natal ke dinding dan pintu rumah diyakini membersihkan roh jahat dan membawa keberuntungan baru di tahun yang akan datang.
     
    15. Tidak mencuci rambut (Tiongkok)  
    Tidak mencuci rambut pada malam Tahun Baru diyakini membawa keberuntungan karena karakter untuk ‘rambut’ dalam bahasa Tiongkok sama dengan kata ‘makmur’.
     
    Tradisi dan takhayul ini mungkin tampak aneh, tetapi mereka mencerminkan harapan dan keyakinan masyarakat di berbagai negara untuk menyambut tahun baru dengan penuh optimisme dan keberuntungan.
     

    Meskipun tidak semua orang percaya pada takhayul, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari budaya dan perayaan tahun baru di berbagai belahan dunia. (Laura Oktaviani Sibarani)

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)