Hewan: Babi

  • Asal Usul Bakpia, Camilan Khas Yogyakarta yang Beromzet hingga Rp100 Juta

    Asal Usul Bakpia, Camilan Khas Yogyakarta yang Beromzet hingga Rp100 Juta

    Jakarta: Yogyakarta dikenal sebagai kota dengan berbagai kuliner khas, salah satunya adalah bakpia. Ada ratusan pengusaha bakpia yang tersebar di Yogyakarta. Meski menjadi makanan khas, nyatanya bakpia bukan berasal dari Yogyakarta.
    Perkembangan bakpia di Yogyakarta
    Bakpia berasal dari Tiongkok. Nama “bakpia” berasal dari bahasa Hokkian: “bak” yang berarti daging, dan “pia” yang berarti kue atau roti. Di Tiongkok, bakpia umumnya berisi daging babi cincang, mirip dengan kue bulan atau pastry khas Tiongkok lainnya.
     
    Namun, ketika makanan ini diperkenalkan ke Indonesia, khususnya di Yogyakarta, isinya disesuaikan dengan bahan yang lebih umum diterima masyarakat setempat, seperti kacang hijau, keju, cokelat, dan berbagai varian lainnya.
     
    Bakpia mulai dikenal di Yogyakarta sejak awal abad ke-20. Saat itu, makanan khas ini dibawa oleh imigran Tionghoa. Para pengrajin di daerah Pathuk kemudian mengembangkan resepnya dengan menggunakan bahan lokal dan memperkenalkan varian isi yang lebih beragam.

    Akhirnya munculah sebutan bakpia Pathuk yang menjadi makanan khas atau oleh-oleh bila berkunjung ke Yogyakarta.
     
    Dulu, bakpia dibuat secara tradisional dan hanya diproduksi dalam skala kecil oleh keluarga-keluarga di daerah Pathuk. Seiring berkembangnya industri kuliner, bakpia kini diproduksi secara massal dengan berbagai inovasi, baik dari segi rasa maupun tekstur.

    Usaha turun temurun
    Bakpia telah menjadi usaha yang dijalankan selama beberapa generasi, salah satunya Bakpia 52 yang terletak di Sanggrahan, Pathuk, Gedong Tengen, Yogyakarta. Usaha Bakpia ini memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak 1980.
     
    Friska Surya (20) beserta kakaknya mengaku usaha ini didirikan oleh sang nenek dan kini telah memasuki generasi ketiga. Mahasiswa semester 6 tersebut mengaku terus melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan usaha keluarganya tersebut.
     
    “Bakpia 52 sudah memasuki generasi ketiga, saya dan kakak terus mengembangkan inovasi, salah satunya termasuk pemasaran digital untuk menyesuaikan target pasar yang semakin berkembang,” kata dia.
     
    Nama Bakpia 52 tersebut diambil dari nomor rumah atau tempat produksi yang terletak di kawasan kampung Bakpia Pathok Yogyakarta Kluster Sentra Bakpia Pathok Kelompok Sumekar. Friska bercerita sejak kecil sudah bisa membuat bakpia sendiri.
     
    Kini, usaha keluarga yang telah dijalankannya tersebut terus berkembang pesat. Bakpia 52 merambah berbagai kota melalui reseller di Solo dan Palembang.
    Produksi bakpia
    Bakpia 52 saat ini memiliki dua tempat produksi, yakni di Pathuk dan Godean Sleman. Dari kedua tempat tersebut, ada 50 pekerja yang berasal dari masyarakat sekitar maupun luar kota yang tinggal di mess.
     
    Saat ini ada dua jenis bakpia yang diproduksi, yaitu bakpia basah dan bakpia kering. Rasa yang ditawarkan juga semakin berkembang. Dahulu hanya ada rasa original dan kumbu hitam, kini berkembang menjadi aneka rasa buah termasuk cokelat, stroberi, hingga durian.
     
    Dari 50 pekerja tersebut, Friska mengaku jika mampu memproduksi maksimal 8.000 hingga 10 ribu boks per hari, sedangkan pada kondisi normal produksinya berkisar 3.000-4.000 boks per hari.
     
    “Dari hasil penjualan, omzet per bulan mencapai Rp70 juta, hingga Rp100 juta kalau kondisi sedang ramai seperti liburan,” jelas dia.
    Dukungan KUR dan Askrindo bagi UMKM
    Perjalanan bisnis Bakpia 52 sempat mengalami tantangan besar saat pandemi covid-19. Dengan modal yang semakin menipis, mereka akhirnya memutuskan untuk mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) guna mempertahankan dan mengembangkan usaha.
     
    Bakpia 52 mengakses KUR dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan jumlah yang bertahap. Friska mengaku telah menerima total pinjaman hingga Rp300 juta dalam empat kali pencairan.
     
    “Awalnya saat covid. Modal semakin menipis, akhirnya kita memutuskan ambil KUR karena untuk modal kita. Pertama Rp50 juta, sudah empat kali ambil KUR jadi jumlahnya Rp300 juta,” ungkap Friska.
     
    Saat memutuskan mengambil KUR, Friska mengaku tenang karena mengetahui setiap KUR yang diambil disertai dengan penjaminan dari PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Dalam penyaluran KUR, Askrindo berperan penting sebagai penjamin kredit.
     

    Sekretaris Perusahaan Askrindo Syafruddin mengatakan dalam penyaluran KUR, pihaknya berperan sebagai substitusi kolateral atau penutup kekurangan bagi pihak-pihak terjamin.
     
    Ia menuturkan, kolateral (collateral) merupakan kriteria yang paling sulit dipenuhi oleh UMKM saat mengajukan kredit, dibandingkan empat kriteria lainnya. Empat kriteria tersebut yakni kapasitas rasio utang terhadap pendapatan (capacity), riwayat utang (character), persyaratan bunga dan jumlah pinjaman (condition), serta modal (capital).
     
    “Jadi Askrindo yang menjamin UMKM ini biar banknya mau mengucurkan kreditnya. Jadi, tanpa kolateral, bank ini tidak mau memberikan bantuan teknis, sehingga Askrindo menjadi pengganti kolateral, sehingga menjadi layak diberikan bantuan teknis,” jelas dia.
     
    Syafruddin menyatakan penyaluran KUR serta dukungan Askrindo sebagai kolateral menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperkuat UMKM dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, sebagaimana salah satu visi pemerintah yang terkandung dalam Asta Cita Nomor 3.
     
    Ia pun berharap upaya Askrindo tersebut dapat membantu UMKM naik kelas dengan memperluas outlet dan lini penjualan mereka.
     
    “Askrindo bangga bisa menjamin UMKM. Kami harap kami bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemudian mendukung juga program pemerintah,” ujar dia.
     
    Askrindo telah merealisasikan volume penjaminan KUR dengan total Rp124 triliun pada 2024. Adapun jumlah kredit tersebut disalurkan kepada sekitar 2,3 juta debitur yang mampu menyerap 3,3 juta tenaga kerja.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (KIE)

  • Aneka Kasus Hewan Mata Satu ‘Dajjal’, Terbaru dari NTT

    Aneka Kasus Hewan Mata Satu ‘Dajjal’, Terbaru dari NTT

    Jakarta

    Seekor anak babi yang mengalami kelainan genetik membuat heboh warga Desa Oelami, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Kelahiran anak babi ini pun viral di media sosial.

    Namun, kejadian itu bukan satu-satunya hewan yang mengalami kondisi tersebut. Banyak hewan lain dari berbagai negara yang berwujud serupa.

    Beberapa hewan memang ada yang terlahir dengan kondisi langka ini. Kelahiran dengan kondisi mata tunggal sering dikaitkan dengan legenda cyclopia dalam mitologi Yunani dan dajjal dalam eskatologi Islam yang disebut akan muncul menjelang kiamat.

    Secara ilmiah, hewan dengan kondisi kelahiran seperti ini disebut cyclopia, yakni kelainan bawaan langka yang ditandai kegagalan di bagian depan otak untuk membagi orbit mata menjadi dua rongga.

    Ini terjadi dalam spektrum cacat otak dan wajah yang dikenal sebagai holoprosencephaly. Sebagian besar kasus cyclopia terjadi pada mamalia seperti kambing dan kucing.

    Selain anak babi bermata satu, berikut adalah hewan-hewan cyclopia yang pernah menghebohkan dan menjadi pemberitaan.

    Domba di Cianjur Domba Mata Satu di Cianjur Foto: detikJabar

    Domba bermata satu hebohkan warga Cianjur pada 2004, Domba tersebut milik seorang warga Desa Sindangresmi, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur. Kehadiran domba mata satu itu pun membuat warga berbondong-bondong datang karena penasaran ingin melihatnya.

    Berdasarkan foto yang tersebar, anak babi tersebut lahir dengan satu mata di bagian mukanya. Mulutnya menyerupai paruh burung, sementara bentuk kepalanya mirip manusia.

    Hiu di Malukuhiu mata satu Foto: istimewa

    Pada Oktober 2020, sebuah temuan mengejutkan muncul di lepas pantai Maluku, Indonesia Timur. Nelayan menemukan seekor hiu bermata satu.

    Hiu ini masih berupa janin belum lahir yang ditemukan di dalam induk hiu yang ditemukan mati setelah terperangkap jaring nelayan. Ketika perut induk hiu dibedah untuk mengeluarkan isi perutnya, para nelayan terkejut menemukan bayi hiu yang wujudnya tidak biasa di dalam perut tersebut.

    Ia memiliki satu mata besar di tengah dahinya, dan warna tubuhnya seputih susu. Sementara itu, sirip khas hiu pada tubuhnya sudah terbentuk sempurna.

    “Kami menemukan tiga bayi di dalam perut induk hiu, tapi salah satunya bentuknya aneh, matanya cuma satu. Warnanya juga aneh seperti susu,” kata salah satu nelayan seperti dikutip dari The Sun.

    Kambing Hitam di Indiakambing mata satu Foto: istimewa

    Seekor bayi kambing di India terlahir dengan kondisi bermata tunggal dan tidak memiliki lubang hidung. Tidak hanya itu, wajah bayi kambing itu berbulu warna hitam, tidak memiliki bulu mata, dan tidak punya kelopak mata.

    Hal lainnya yang membedakan antara kambing cyclopia itu dengan kambing pada umumnya, yaitu rahang bawah dan atas tidak simetris dengan rahang atas lebih pendek, serta lidah menonjol. Kambing cyclopia ini sempat menggegerkan warga setempat dan mulai disembah bahkan oleh warga pendatang baru.

    Kucing Bengal di Inggriskucing mata satu Foto: istimewa

    Seekor anak kucing ras Bengal lahir dengan kondisi mata tunggal tanpa hidung tapi memiliki mulut. Kucing tersebut dilahirkan di ruang operasi dokter hewan di Inggris pada 2012 setelah induknya mengalami kesulitan melahirkan.

    Kucing ini mengejutkan semua orang di ruangan itu ketika mereka menyadari bahwa dia dilahirkan dengan kelainan bentuk. Tragisnya kucing malang itu akhirnya mati setelah bertahan hidup selama 3,5 jam.

    (jsn/jsn)

  • Heboh Anak Babi Mata Satu di NTT, Kasus Langka Cyclopia

    Heboh Anak Babi Mata Satu di NTT, Kasus Langka Cyclopia

    Jakarta

    Media sosial tengah digegerkan dengan kelahiran seekor anak babi bermata satu. Kejadian ini terjadi di Desa Oelami, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Berdasarkan foto yang tersebar, anak babi tersebut lahir dengan satu mata di bagian mukanya. Mulutnya menyerupai paruh burung, sementara bentuk kepalanya mirip manusia.

    Kasus ini pernah terjadi pada 2004 lalu, seekor domba jantan yang lahir di Cianjur, Jawa Barat turut menghebohkan warga sekitar lantaran bentuk fisiknya yang tak biasa. Domba tersebut cuma punya satu mata di bagian tengah wajahnya.

    Heboh Domba Mata Satu di Cianjur Foto: detikJabar

    Domba tersebut milik seorang warga Desa Sindangresmi, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur. Kehadiran domba mata satu itu pun membuat warga berbondong-bondong datang karena penasaran ingin melihatnya.

    Keramaian ini juga membuat domba tersebut viral di media sosial. Sejumlah netizen ada yang menyebutnya dajjal bahkan mengaitkan kelahiran domba tersebut dengan tanda-tanda akhir zaman. Namun faktanya fisik yang dialami kedua hewan tersebut merupakan kelainan langka yang terjadi.

    Cyclopia Bukan Dajjal

    Babi dan domba tersebut bukan hewan pertama yang lahir dengan kondisi bermata satu. Beberapa hewan memang ada yang terlahir dengan kondisi langka ini.

    Kelahiran dengan kondisi mata tunggal ini sering dikaitkan dengan legenda cyclop dalam mitologi Yunani dan dajjal dalam eskatologi Islam yang disebut akan muncul menjelang kiamat.

    Sedangkan dari kacamata sains, hewan dengan kondisi kelahiran seperti ini disebut cyclopia, yakni kelainan bawaan langka yang ditandai kegagalan di bagian depan otak untuk membagi orbit mata menjadi dua rongga. Ini terjadi dalam spektrum cacat otak dan wajah yang dikenal sebagai holoprosencephaly.

    Sebagian besar kasus cyclopia terjadi pada mamalia seperti kambing dan kucing. Dalam beberapa kasus yang sangat langka, kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi manusia.

    Pada 2018 di Sumatra Utara, seorang bayi terlahir tanpa hidung dan bermata satu, namun tak lama meninggal dunia. Lalu di 2023, seorang ibu di Yaman melahirkan bayi dengan kondisi cyclopia. Bayi yang malang itu pun tidak dapat bertahan lama.

    Hewan atau bayi yang lahir dengan cyclopia diketahui angka harapan hidupnya sangat kecil. Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan keguguran, bahkan mati dalam hitungan jam setelah dilahirkan.

    (jsn/jsn)

  • Bukan Hanya Flu Biasa, Kasus Flu Burung di AS pada Manusia dan Unggas Kembali Meningkat

    Bukan Hanya Flu Biasa, Kasus Flu Burung di AS pada Manusia dan Unggas Kembali Meningkat

    PIKIRAN RAKYAT – Di Amerika Serikat, kasus flu burung pada manusia kembali meningkat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengonfirmasi adanya rawat inap ketiga akibat virus ini. Seorang wanita di Wyoming dirawat di rumah sakit di Colorado setelah mengalami gejala mirip flu.

    Pasien tersebut juga memiliki kondisi kesehatan yang dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit, menurut departemen kesehatan Wyoming. Dia kemungkinan terpapar virus H5N1 melalui kontak langsung dengan kawanan unggas yang terinfeksi di rumahnya.

    “Staf kami telah menindaklanjuti dengan orang lain yang melakukan kontak dengan kawanan dan pasien, dan akan terus bekerja dengan para ahli negara bagian dan nasional untuk memantau situasi dengan saksama di Wyoming,” kata Dr. Alexia Harrist, pejabat kesehatan negara bagian Wyoming, dalam sebuah pernyataan.

    Kasus B3.13

    Tidak jelas berapa banyak orang di Colorado yang mungkin telah terpapar kasus flu burung saat bepergian di negara bagian tersebut. Seorang juru bicara departemen kesehatan Colorado tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Pasien tersebut adalah penduduk Platte County di Wyoming, menurut departemen kesehatan negara bagian tersebut. Wyoming Livestock Board baru-baru ini mengonfirmasi tiga kawanan ternak di halaman belakang terinfeksi virus, termasuk di Platte County.

    Kawanan ternak tersebut terinfeksi oleh B3.13, menurut dokter hewan negara bagian Hallie Hasel kepada CBS News. Tidak jelas apakah pasien flu burung manusia di Colorado juga terinfeksi oleh B3.13.

    Seorang juru bicara CDC, yang biasanya mempelajari dan mengurutkan kasus flu burung yang mengkhawatirkan, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Para ahli kesehatan mengira bahwa jenis B3.13 mungkin tidak terlalu parah bagi orang yang terinfeksi. Itu berbeda dari jenis D1.1 yang menjadi penyebab kematian akibat flu burung di Louisiana bulan lalu dan rawat inap seorang anak di Kanada tahun lalu.

    Rawat inap pertama flu burung di AS dilaporkan di Missouri tahun lalu, jatuh sakit karena B3.13, tetapi pejabat kesehatan saat itu mengatakan orang tersebut kemungkinan dirawat di rumah sakit karena alasan lain dan secara kebetulan dinyatakan positif terkena virus tersebut.

    Rawat inap tersebut terjadi beberapa hari setelah kasus flu burung juga dikonfirmasi pada orang-orang di Nevada dan Ohio. Pasien Nevada tersebut tidak dirawat di rumah sakit dan hanya mengalami gejala ringan. Departemen kesehatan Ohio belum mengomentari status kasus flu burung, meskipun telah diminta berulang kali.

    Kasus D1.1

    Departemen kesehatan dan pertanian juga mengumumkan penarikan kembali makanan hewan peliharaan mentah lainnya yang terkait dengan penyebaran virus ke kucing di Oregon, dan penularan kedua virus D1.1 dari burung ke sapi di Arizona.

    Sebelum kasus wanita di Wyoming, telah ada 68 kasus flu burung pada manusia yang dikonfirmasi oleh CDC. Sebagian besar terkait dengan paparan langsung terhadap hewan yang sakit, meskipun sejauh ini para penyelidik belum dapat mengidentifikasi sumber untuk tiga kasus.

    Peningkatan kasus flu burung terjadi di tengah lonjakan influenza musiman yang sedang berlangsung yang mencapai rekor tertinggi di seluruh negeri di ruang gawat darurat dan rumah sakit, di atas puncak yang terlihat selama pandemi flu babi 2009.

    Data dari laboratorium pengujian menunjukkan bahwa varian musiman virus yang biasa menjadi pendorong lonjakan tersebut.

    CDC mengatakan bahwa jenis virus musiman tersebut telah mendorong tingkat influenza ke beberapa puncak tertinggi dalam beberapa tahun, menandai musim tingkat keparahan tinggi pertama yang dinyatakan oleh badan tersebut sejak tahun 2017.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        13 Februari 2025

    Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu Surabaya 13 Februari 2025

    Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu
    Tim Redaksi
    PASURUAN, KOMPAS.com

    Babi
    yang mati di Kabupaten
    Pasuruan
    , Jawa Timur terus bertambah. Sehari, 4 ekor
    babi
    mati di satu desa.
    Para pemilik babi menjumpai hewan peliharaannya mati diawali nafsu makan dan minum yang berkurang.
    Kemudian, babi tersebut menjadi lemas beberapa saat sebelum mati.
    Dinas Peternakan
    dan Kesehatan Hewan setempat juga mencatat ada gejala dan penyebab terjangkitnya penyakit pada babi.
    “Faktor penyebab terjadinya kasus penyakit pada
    babi mati
    di Tosari Pasuruan yakni karena perubahan cuaca sehingga daya tahan tubuh babi menurun serta lalu lintas ternak dari daerah tertular,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiyah, Kamis (13/02/2025).
    Adapun gejala atau ciri-ciri babi yang mengalami kematian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa sebagai berikut:
    – Lethargi, kondisi babi mengalami lemas seperti kehilangan tenaga.
    – Anoreksia, kondisi babi tidak mau makan sehingga mengalami perubahan penurunan drastis.
    – Petechie di beberapa bagian tubuh, terutama bagian dada, perut, dan axilla, yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik berwarna ungu.
    – Sebagian ekor babi dijumpai ada yang muntah dan keluar darah dari hidung.
    – Demam.
    “Dan dari gejala-gejala di atas yang terus dialami, rata-rata babi kemudian mati dalam 2-3 hari setelah gejala awal itu muncul,” katanya.
    Sementara itu, Kepala Desa Wonokitri Kecamatan Tosari menuturkan bahwa dalam sehari terakhir sudah ada 4 ekor babi mati.
    Jika ditotal, dua pekan terakhir sudah 29 ekor babi yang mati.
    “Warga hanya bisa pasrah, Mas, karena warga saya sudah melakukan perawatan sesuai anjuran dari
    dinas peternakan
    ,” tutur Wirya pada
    Kompas.com
    , Kamis (13/02/2025).
    Wirya menyampaikan, babi bagi masyarakat suku Tengger di Tosari sudah menjadi komoditas ekonomi.
    Seperti halnya peternak sapi atau kambing di perkampungan, mereka setiap hari harus memberi pakan katul, rumput, dan air.
    “Sesekali babi di sini juga diberi konsentrat khusus pakan babi. Rata-rata warga saya memiliki satu atau dua babi untuk dijual atau dipotong sendiri. Semenjak banyak babi mati, warga tentu khawatir,” katanya.
    Kondisi berbeda terjadi di Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari. Di sana, kasus kematian babi sudah landai.
    Tidak ada kematian babi sejak tiga hari terakhir. Total babi yang mati sebanyak 50 ekor sejak akhir Januari lalu.
    “Tidak ada laporan kematian babi lagi dari warga saya. Semoga tidak ada lagi yang mati,” katanya.
    Kematian babi di dua desa, Sedaeng dan Wonokitri Kecamatan Tosari mengejutkan warga. Total, babi yang mati mencapai 79 ekor.
    Dinas terkait masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel darah babi yang mati. Belum dapat dipastikan jenis wabah yang menyerang hewan babi yang berada di lereng Gunung Bromo tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Amerika Serikat Dilanda Musim Flu Tertinggi Sejak 2009, Angka Kematian Mingguan Lampaui Covid-19

    Amerika Serikat Dilanda Musim Flu Tertinggi Sejak 2009, Angka Kematian Mingguan Lampaui Covid-19

    PIKIRAN RAKYAT – Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 melanda, angka kematian mingguan akibat influenza di Amerika Serikat (AS) melampaui angka kematian akibat Covid-19 pada minggu yang berakhir pada 25 Januari 2025, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

    Pada minggu tersebut, sekitar 1,7% dari seluruh kematian di AS disebabkan oleh flu, sementara sekitar 1,5% disebabkan oleh Covid-19. Bahkan, tingkat rawat inap akibat flu tiga kali lebih tinggi daripada rawat inap akibat Covid-19 selama gelombang infeksi flu musim ini.

    Data awal dari CDC menunjukkan bahwa kematian akibat influenza mungkin mencapai 2% dari total kematian pada minggu yang berakhir pada 1 Februari, sementara kematian akibat Covid-19 secara nasional tetap sekitar 1,5%. Di 22 negara bagian, tingkat kematian akibat influenza telah melampaui kematian akibat Covid-19 selama lima minggu pertama tahun 2025.

    Kesenjangan antara kematian akibat flu dan Covid-19 paling signifikan di California, Hawaii, Washington, Oregon, dan Wyoming, di mana persentase kematian mingguan akibat flu setidaknya dua kali lipat dari Covid-19.

    Tingkat yang ‘Sangat Tinggi’

    Pejabat kesehatan menggunakan persentase kematian mingguan sebagai indikator awal tren kematian akibat flu dan Covid-19. Data CDC memperkirakan bahwa antara 13.000 dan 65.000 kematian akibat flu telah terjadi musim ini, melebihi kisaran kematian akibat influenza untuk sepanjang musim lalu. Jumlah ini juga lebih tinggi dari perkiraan kematian akibat Covid-19, yaitu antara 18.000 dan 31.000 kematian.

    Gelombang Covid-19 musim dingin ini lebih kecil dari gelombang sebelumnya, dengan tingkat rawat inap dan kunjungan gawat darurat yang lebih rendah. Tidak ada varian virus baru yang sangat bermutasi yang menyebabkan lonjakan besar infeksi, dan tingkat vaksinasi pada orang dewasa yang lebih tua lebih tinggi dari musim sebelumnya.

    Sebaliknya, aktivitas influenza meningkat ke beberapa tingkat tertinggi sejak puncak pandemi flu babi pada tahun 2009. Tingkatnya “sangat tinggi” di 33 negara bagian dan Distrik Columbia.

    Ketertinggalan Vaksinasi Flu

    Vaksinasi influenza tertinggal di beberapa kelompok usia, terutama pada anak-anak. Kurang dari 45% anak-anak di AS yang mendapatkan suntikan vaksin flu, dibandingkan dengan lebih dari 58% pada saat yang sama di tahun 2020.

    Juru bicara CDC, Paul Prince, mengimbau siapa pun yang belum divaksinasi flu untuk segera melakukannya.

    “Yang terpenting, siapa pun yang belum divaksinasi flu musim ini harus segera divaksinasi. Aktivitas flu tetap tinggi dan terus meningkat di seluruh negeri,” tegasnya.

    Beberapa faktor dapat memengaruhi aktivitas flu, termasuk jenis virus flu yang beredar dan tingkat kekebalan masyarakat.

    “Meskipun aktivitas flu dan tingkat keparahan musim flu tidak dapat diprediksi dan dapat bervariasi dari musim ke musim, aktivitas flu diperkirakan akan meningkat dan meningkat pada saat ini,” tandasnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ikan Sangat Langka yang Punya Tangan Ini Terancam Punah

    Ikan Sangat Langka yang Punya Tangan Ini Terancam Punah

    Jakarta

    Populasi ikan tangan merah (handfish) yang terancam punah telah mengalami penurunan mengkhawatirkan. Populasi liar, yang pernah berjumlah sekitar 100 ekor, telah menyusut menjadi hanya 75 ekor.

    Perubahan ini disebabkan oleh pemindahan 25 ekor handfish yang dirawat oleh Institute for Marine and Antarctic Studies (IMAS) di Australia. Para pegiat konservasi bertindak cepat, dengan memperoleh izin khusus dari pemerintah Australia untuk memindahkan ikan-ikan tersebut dari habitat aslinya.

    Ikan tangan merah, anggota unik dari keluarga ikan pemancing, memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu ciri khas mereka adalah tidak memiliki kantung renang, organ umum pada sebagian besar ikan yang digunakan untuk mengendalikan daya apung. Sebaliknya, mereka mengandalkan sirip besar yang menyerupai tangan, menggunakannya untuk ‘berjalan’ di sepanjang dasar laut.

    Makhluk aneh ini relatif kecil, panjangnya hanya sekitar 8 cm. Penampilan mereka ditandai dengan nuansa merah muda, merah, atau cokelat, disertai mulut yang selalu terlihat seperti ekspresi cemberut dan menunduk.

    “Jika Anda belum pernah melihat handfish sebelumnya, bayangkan seperti mencelupkan seekor katak ke dalam cat berwarna cerah, dan memaksanya memakai sarung tangan yang dua ukuran lebih besar,” kelakar Handfish Conservation Project mencoba memberikan gambaran rupa handfish dikutip dari The Brighter Side.

    Namun, keunikan ikan tangan merah tidak hanya terbatas pada penampilannya. Spesies ini sangat langka, dengan perkiraan populasi tidak lebih dari 100 ekor yang tersisa di alam liar. Habitat mereka terbatas hanya pada dua daerah kecil terumbu karang, yang terletak di tenggara Hobart, Tasmania.

    Sayangnya, kawasan ini terus-menerus terancam oleh berbagai sumber, termasuk lalu lintas perahu, penjangkaran, pembangunan perkotaan, polusi, limpasan nutrisi, spesies invasif, dan dampak buruk perubahan iklim.

    Salah satu aspek khas dari perilaku ikan tangan merah adalah cara bergeraknya. Alih-alih berenang, mereka berjalan di sepanjang dasar laut. Namun, adaptasi ini membatasi kemampuan mereka untuk melarikan diri dari ancaman, karena mereka tidak dapat menempuh jarak yang jauh dengan cepat. Selain itu, mereka tidak memiliki tahap larva selama perkembangan awal mereka, sehingga mencegah mereka hanyut di lautan untuk menjajah daerah baru.

    Kekhawatiran yang mendesak terkait habitat ikan tangan merah adalah hilangnya habitat yang parah akibat penggembalaan bulu babi asli secara berlebihan. Jika dikombinasikan dengan prediksi terjadinya gelombang panas laut, situasinya menjadi semakin buruk.

    Dr. Jemina Stuart-Smith, peneliti di IMAS yang memimpin program penelitian dan konservasi ikan tangan merah menjelaskan bahwa degradasi habitat berarti hilangnya tempat berlindung dan habitat mikro, menciptakan habitat yang terputus yang membuat ikan tangan merah semakin sulit menyesuaikan diri dengan tekanan suhu air.

    “Data suhu dari lokasi menunjukkan bahwa musim panas ini telah jauh melampaui suhu maksimum sebelumnya. Suhu tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di sini, jadi kami hanya dapat berasumsi bahwa pemicu stres tambahan ini akan memengaruhi populasi yang sudah rapuh,” jelasnya.

    Menanggapi perkembangan yang mengkhawatirkan ini, para ahli menyelenggarakan pertemuan darurat untuk menentukan tindakan terbaik. Setelah penilaian cermat terhadap data yang tersedia dan risiko terkait, mereka membuat keputusan untuk merelokasi 25 ekor handfish dari alam liar ke IMAS Taroona untuk perlindungan dan perawatan.

    Dr. Andrew Trotter, yang memimpin proyek pengembangbiakan konservasi IMAS untuk ikan tangan merah, berbagi wawasan tentang proses relokasi ini.

    “Strategi ini tentu saja bukan tanpa risiko, tetapi relokasi handfish dari laut ke akuarium berjalan lancar, dan mereka beradaptasi dengan sangat baik di rumah baru mereka,” ujarnya.

    Meskipun menghadapi tantangan, Dr. Trotter memastikan bahwa handfish merah menerima perawatan terbaik. “Kami memiliki staf yang sangat berpengalaman yang merawat ikan tujuh hari seminggu, dan jadwal panggilan 24 jam. Jadi, kami yakin mereka cukup aman bersama kami. Tetapi tentu saja ada rasa tanggung jawab yang lebih tinggi di antara tim kami, mengingat betapa kecilnya populasi ikan liar,” jelasnya.

    Ke depannya, tujuan utama tim ini adalah untuk mengembalikan hewan-hewan ini ke habitat alami mereka di musim dingin, asalkan kondisinya memungkinkan.

    Masa depan ikan tangan merah berada di ujung tanduk sementara para pegiat konservasi bekerja tanpa lelah untuk melindungi spesies yang terancam punah ini dalam menghadapi meningkatnya ancaman lingkungan.

    (rns/rns)

  • Pemerintah Masih Pantau Efek Eskalasi Perang Dagang AS

    Pemerintah Masih Pantau Efek Eskalasi Perang Dagang AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tidak ingin gegabah merespons perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat dengan China, Meksiko, Kanada, hingga Brasil.

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menjelaskan pemerintah ingin melihat perkembangan yang terjadi akibat perang dagang itu terlebih dahulu sebelum ambil tindakan.

    “Antisipasi situasi kompetisi yang keras seperti ini, kita juga tidak boleh melakukan tindakan yang sifatnya langsung keras juga. Kita lihat dulu, pelajari dulu,” ujar Edi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2025).

    Dia mencontohkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump awalnya menerapkan tarif tinggi kepada barang impor dari Kanada dan Meksiko, namun akhirnya direlaksasi. Edi pun melihat Trump memakai perang dagang untuk melakukan lobi dengan negara lain.

    Lagi pula, sambungnya, AS tidak menerapkan tarif khusus kepada barang impor dari Indonesia. Oleh sebab itu, yang perlu diwaspadai pemerintah adalah kebijakan yang sifatnya nontarif. “Kalau tarif kelihatan angkanya, kita bisa turunkan-naikkan dari proses produksi, tapi kalau nontarif itu sulit,” jelas Edi.

    Sebagai informasi, sebelumnya Trump menerapkan bea masuk atau tarif impor sebesar 25% terhadap barang dari Kanada dan Meksiko serta 10% terhadap barang dari China.

    Kendati demikian, Trump menangguhkan tarif atas barang impor Kanada dan Meksiko usai kedua negara itu mengancam ingin membalasnya.

    Kanada mengancam akan mengenakan pungutan sebesar 25% pada sejumlah besar produk impor asal AS, sementara Meksiko mempersiapkan kemungkinan tarif balasan berkisar antara 5% hingga 20% pada daging babi, keju, produk segar, baja manufaktur, dan aluminium.

    Terbaru, Trump resmi menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25% tanpa pengecualian. Kebijakan ini akan berdampak pada jutaan ton baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya mendapat pengecualian tarif.

    Sebelumnya, Wakil Kepala Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu mendorong pemerintah mendiservikasi mitra dagang sebagai langkah antisipasi dari efek negatif ekskalasi perang dagang.

    “Jadi, saya pikir Indonesia sedang berada di jalan yang benar. Kami ingin berteman dengan siapa saja, yang artinya mendiversifikasi mitra dagang dan meningkatkan negosiasi bilateral,” ungkap Mari Elka dalam Mandiri Investment Forum 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2025).

  • Misteri Kematian Massal Babi di Tosari Pasuruan, Hasil Investigasi Keluar Minggu Depan

    Misteri Kematian Massal Babi di Tosari Pasuruan, Hasil Investigasi Keluar Minggu Depan

    Pasuruan (beritajatim.com) – Sejumlah ternak jenis babi milik warga Kabupaten Pasuruan ditemukan pemiliknya mati mendadak. Ada dua desa pemilik babi yang mati mendadak, yakni di Desa Sedaeng dan Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.

    Menurut data yang diterima terdapat 50 ekor babi yang mati di Desa Sedaeng. Sementara untuk di Desa Wonokitri terdapat 10 ekor babi mati secara mendadak.

    Kepala Desa Sedaeng, Abdul Hadi, mengungkapkan bahwa sebelumnya beberapa babi yang mati terlihat sangat sehat. Beberapa pemilik babi juga merasa tak ada tanda-tanda gejala babi jika terkena sakit.

    “Babi-babi ini sebelumnya terlihat sehat, namun tiba-tiba mati tanpa menunjukkan gejala sakit. Warga sangat khawatir karena banyak di antara mereka yang mengandalkan hasil penjualan babi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” jelas Abdul, Selasa (11/2/2025).

    Menanggapi kejadian ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan telah mengambil sampel darah dari babi yang mati untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Hasil pemeriksaan ini diharapkan dapat mengungkap penyebab kematian massal tersebut.

    “Kami masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti kematian babi-babi ini. Hasilmya keluar setelah 5-7 hari ke depan,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiah.

    Alfia juga mengatakan bahwa beberapa babi milik warga tersebut dibeli dari pedagang di Malang. Ditakutkan, babi-babi tersebut menularkan virus African Swine Fever (ASF) seperti yang pernah terjadi pada tahun 2021 silam. (ada/but)

  • Pohon Aren Tumbang Menimpa Warga yang Sedang Berteduh dari Hujan, 3 Korban Tewas, 6 Lainnya Terluka – Halaman all

    Pohon Aren Tumbang Menimpa Warga yang Sedang Berteduh dari Hujan, 3 Korban Tewas, 6 Lainnya Terluka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BALI – Hujan dan angin kencang di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali dan sekitarnya menyebabkan sebuah pohon aren berukuran besar tumbang, Minggu (9/2/2025).

    Akibatnya 3 orang yang tengah berteduh di lokasi meninggal dunia tertimpa pohon.

    Peristiwa itu terjadi di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali.

    Informasi dikutip dari Tribun Bali, selain 3 orang tewas, 6 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Ketiga korban meninggal dunia adalah:

    I Ketut Arnawa (32)
    I Gede Gunartha (51)
    I Nengah Saba (49)

    Ketiga korban saat ini dititipkan di ruang jenazah RSUD Karangasem. Ketiga korban mengalami cedera kepala berat.

    TEWAS TERTIMPA POHON – Hujan dan angin kencang di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali dan sekitarnya menyebabkan sebuah pohon aren berukuran besar tumbang, Minggu (9/2 (Tribun Bali)

    Semua korban merupakan warga Desa Bungaya. 

    “Semua korban merupakan warga saya asal Desa Bungaya,” ujar Perbekel Bungaya, I Made Dangin, Minggu (9/2/2025).

    Sedangkan untuk korban luka-luka 5 orang dirawat di RS Balimed, Karangasem. 

    Mereka adalah:

    I Gede Adi Juliarta, mengalami luka lecet di wajah dan kaki
    I Made Ruki Rismayanta, mengalami patah kaki kanan
    I Made Arta Wijaya, mengalami luka di kepala
    I Nengah Kantun, mengalami luka lecet dan sesak napas
    I Komang Reneng Astawa, mengalami sesak napas. 

    “Seluruh korban masih mendapatkan penanganan intensif di IGD,” ujar Humas RS Balimed, Cristin Carolina.

    Sedangkan satu korban lagi masih menjalani perawatan di RSUD Karangasem atas nama I Wayan Gede Aris.

    Dia mengalami luka di paha kanan.

    “Satu pasien yang kami rawat di RSUD Karangasem kondisinya sudah mulai membaik dan stabil,” kata Kabid Pelayanan RSUD Karangasem, I Komang Wirya.

    Made Dangin mengungkapkan tidak mengetahui secara pasti kronologis kejadian tersebut. 

    Ia tidak mengetahui saat kejadian para korban sedang melakukan aktivitas apa di lokasi tersebut. 

    “Itu lokasi kejadiannya jauh dari permukiman warga, jadi saya kurang tahu juga seperti apa kejadiannya. Tetapi memang benar ada 3 warga kami yang meninggal dunia karena musibah itu,” ungkap Made Dangin.

    Menurutnya lokasi kejadian berada dari tegalan, yang lokasinya berada di pinggiran desa. Tepatnya di perbatasan dengan Desa Asak. 

    Sehingga ia tidak mengetahui pasti, situasi di lokasi kejadian. 

    Sementara itu, Kasi Humas Polres Karangasem, Iptu Gede Sukadana mengatakan, musibah itu terjadi sekitar pukul 13.00 Wita. 

    Saat kejadian, beberapa warga berteduh di tegalan yang berlokasi di Banjar Dinas Desa, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem.

    Lalu tiba-tiba terjadi hujan lebat disertai angin kencang, dan seketika pohon aren berukuran besar roboh dan menimpa orang yang berteduh di bawahnya. 

    “Korban saat kejadian karena hujan lebat dan angin kencang, berteduh di lokasi kejadian,” ungkap Sukadana.

    Dalam video yang beredar, lokasi kejadian menyerupai arena sabung ayam. 

    Beberapa warga tampak berusaha mengevakuasi pohon aren yang tumbang, setelah mengevakuasi korban. 

    “Kejadian pohon tumbang diduga karena hujan lebat disertai angin kencang. Sementara kondisi pohon yang sudah tua dan mulai rapuh. Sehingga mengakibatkan terjadinya musibah tersebut,” jelas Sukadana.

    Jenazah para korban masih dititipkan di RSUD Karangasem.

    Rencananya jenazah baru dibawa ke rumah duka setelah hari purnama, Rabu (12/2/2025) dan dilanjutkan dengan upacara pemakaman. 

    “Kalau sekarang di desa belum diperkenankan untuk melakukan pemakaman, kemungkinan setelah hari purnama ini baru jenazah dibawa ke rumah duka,” kata Made Dangin.

    Berdasarkan video yang beredar di media sosial, pohon aren berukuran besar menimpa arena sabung ayam. 

    Pohon tumbang tersebut juga menimpa 9 orang yang berada di sekitar arena sabung ayam tersebut. 

    BPBD Badung Minta Perbekel Bantu Penanganan

    Sementara itu, sejumlah pohon di Kabupaten Badung dilaporkan tumbang akibat hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi di Kabupaten Badung, Minggu (9/2/2025). 

    Hujan yang mengguyur Badung sejak pagi, mengakibatkan sejumlah bencana, namun sebagian besar adalah pohon tumbang.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Badung belum melakukan pendataan dan perekapan jumlah bencana yang terjadi. 

    Para petugas BPBD masih melakukan pembersihan terkait laporan pohon tumbang yang terjadi.

    Dari informasi yang dihimpun Tribun Bali, pohon tumbang terjadi di areal Pura Dalem Bangun Sakti di Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pohon yang tumbang menimpa bangunan warga.

    Di lokasi lain, pohon enau juga tumbang menimpa rumah warga di Banjar Kembangsari, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal. 

    Lokasinya persis di sebelah barat Sekolah SMP Negeri 1 Gedung Barat dan menimpa atap rumah warga.

    Selain itu di wilayah Abiansemal juga terjadi pohon tumbang. 

    Pohon dengan ukuran sedang tumbang menimpa bangunan bengkel mobil di Banjar Geria Ayunan. 

    Dilaporkan selain atap rusak juga 2 unit mobil tertimpa pohon tumbang.

    Pohon asem juga tumbang di Banjar Aseman, Abiansemal yang menimpa kandang babi milik warga. 

    Tidak ada korban jiwa namun sejumlah bangunan mengalami kerusakan akibat tertimpa pohon.

    Selain itu, di wilayah Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, pelinggih taksu milik I Made Rai Suantara  juga terjatuh akibat angin kencang. 

    Pelinggih taksu yang posisinya di lantai II itu pun menimpa bangunan tetangga.

    Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Badung I Wayan Darma saat dikonfirmasi tidak menampik kejadian tersebut. 

    Pihaknya mengaku masih banyak bencana yang terjadi yang didominasi pohon tumbang.

    “Jadi ada di beberapa titik pohon tumbang ini. Tim kami di lapangan juga masih melakukan atensi terkait laporan bencana dari masyarakat,” ujarnya.

    Pihaknya juga meminta kepada kepala desa atau perbekel di Kabupaten Badung untuk ikut serta membantu penanganan pembersihan.

    Mengingat bencana alam ada di beberapa titik, diharapkan pihak desa bisa melakukan pembersihan untuk kategori bencana ringan. 

    “Kami mohon kerjasama kepala desa untuk bencana yang ringan. Mengingat di beberapa titik terjadi musibah dampak dari cuaca ekstrem,” pesannya. (mit/gus)