Hewan: Babi

  • Buka-bukaan Dokter Gizi soal Lemak Jahat di Balik Ayam Goreng Minyak Babi

    Buka-bukaan Dokter Gizi soal Lemak Jahat di Balik Ayam Goreng Minyak Babi

    Jakarta

    Minyak babi atau lard tengah jadi perbincangan gara-gara ketahuan dipakai di Ayam Goreng Widuran, Solo. Bukan hanya karena non halal, polemik minyak babi juga mengingatkan soal bahaya lemak jahat yang terkandung di dalamnya.

    Secara umum, Spesialis Gizi dari Alia Hospital, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK mengatakan kandungan lemak dalam minyak goreng punya risiko meningkatkan kolesterol. Tak terkecuali, minyak babi.

    “Dari segi kalori pun, minyak ini, kalau lemak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat dia memang kalorinya paling tinggi,” jelasnya kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    “Artinya kalau penumpukan kalori-kalori yang cukup tinggi ini, berarti dia akan menyumbang kalori yang cukup besar, yang nanti akhirnya ke surplus kalori yang menyebabkan obesitas,” jelasnya.

    Ayam Goreng Widuran Solo jadi polemik karena menggunakan lard atau minyak babi yang notabene non halal. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng

    Kadar kolesterol yang tinggi di dalam tubuh, menurut dr Dessy, berhubungan dengan timbunan plak di pembuluh darah. Salah satu dampaknya adalah atherosclerosis, yakni penebalan dan penyempitan dinding pembuluh darah yang disertai pengerasan, yang sewaktu-waktu bisa memicu stroke maupun serangan jantung.

    Kandungan lain yang perlu diwaspadai adalah saturated fatty acid atau asam lemak jenuh yang di dalam minyak babi komposisinya kira-kira mencapai 40 persen. Di kalangan medis, asupan lemak jenuh dalam jangka panjang banyak dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan.

    “Apalagi dia dipanaskan di suhu tinggi ya. Artinya si ikatan-ikatan yang ada di lemaknya itu, dia juga akan rusak, yang nantinya juga bisa beralih lagi jadi trans fat yang lebih sering kita dengar ya. Lemak trans itu yang kurang bagus buat kesehatan,” terangnya.

    NEXT: Pepes dan alternatif minyak yang lebih sehat

    Bicara soal alternatif minyak, dr Dessy menyebut beberapa minyak nabati punya kandungan lemak yang lebih sehat. Di antaranya olive oil atau minyak zaitun, serta minyak canola.

    Meski demikian, proses pemasakan tetap perlu diperhatikan. Minyak zaitun misalnya, tetap akan kehilangan manfaatnya jika digunakan untuk deep fry. Lebih sehat jika minyak ini digunakan untuk dressing salad yang memang tidak dipanaskan.

    Lalu bagaimana dengan ayam goreng?

    “Ya nggak usah digoreng, jadi kaya pepes tuh. Pepes kan nggak digoreng,” saran dr Dessy.

    Dengan menghindari goreng menggoreng, dr Dessy menyebut bukan cuma risiko lemak jahat yang bisa dihindari. Risiko kerusakan protein akibat pemanasan terlalu tinggi juga lebih minimal dengan alternatif pengolahan selain goreng.

    “Kalau goreng itu suhunya itu sekitar 180-300 (derajat celcius), artinya protein yang waktu digorengnya itu pun akan banyak rusak karena suhu yang terlalu tinggi,” jelas dr Dessy.

    Simak Video “Video: Mengenal Lemak Trans yang Berisiko Munculkan Penyakit Jantung”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Khawatir Makanan Mengandung Minyak Babi? Ciri Ini Mungkin Bisa Dikenali

    Khawatir Makanan Mengandung Minyak Babi? Ciri Ini Mungkin Bisa Dikenali

    Jakarta – Penandaan untuk makanan yang mengandung minyak babi memang sepenting itu. Sebab, secara kasat mata hidangan yang mengandung minyak babi memang sulit dikenali.

    Menurut spesialis gizi klinik dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK, memang tidak mudah untuk membedakan makanan yang diolah memakai minyak babi dengan yang tidak. Minyak babi memang memiliki aroma yang amis, tapi sulit dibedakan ketika sudah dimasak.

    “Soalnya kan aromanya udah nyampur sama apa yang dimasak itu ya. Cuma, kalau yang saya ketahui, dia aftertaste-nya pun kadang agak beda. Jadi kalau yang si penggunaan minyak babi ini dia ada aftertaste yang lebih berasa berlemak,” kata dr Dessy kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    Jika tanpa ada campuran produk hewan yang dimasak, rasa amisnya cukup berlebihan mungkin bisa menjadi salah satu pembedanya. Namun, terkadang ada bakmi yang ada campuran daging, itulah yang sulit dibedakan.

    Namun, jika dihadapkan dengan minyak yang belum diolah, maka terlihat perbedaannya. Minyak babi memiliki titik leleh yang lebih tinggi yaitu di 30-40 derajat celcius, sementara minyak kelapa sawit di 24-26 derajat celcius. Ketika dalam keadaan sama-sama beku, misalnya di udara yang cukup dingin, maka minyak babi warnanya lebih pucat, sementara minyak kelapa terlihat lebih putih.

    “Kalaupun pada saat dia sama-sama mencair si minyak babi ini warnanya juga akan lebih pucat, jadi kuning pucat, kalau yang si minyak kelapa itu kan dia lebih ke kuning bening. Perbedaannya itu sih secara visualnya,” kata dr Dessy.

    (elk/up)

  • Gurih-Renyah Cuma di Lidah, Ini Risiko Jangka Panjang Mengonsumsi Minyak Babi

    Gurih-Renyah Cuma di Lidah, Ini Risiko Jangka Panjang Mengonsumsi Minyak Babi

    Jakarta – Minyak babi mengandung lemak jenuh yang tidak baik untuk kesehatan. Di luar faktor non halal, minyak babi dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

    Spesialis Gizi dari Alia Hospital, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK mengatakan minyak babi biasanya digunakan untuk menggoreng atau menumis. Karena faktor pemanasan, konsumsi minyak babi bisa berpotensi meningkatkan kolesterol.

    “Jadi dia akan menyebabkan peningkatan kolesterol. Kemudian dari segi kalori pun, minyak ini, kalau lemak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat dia memang kalorinya paling tinggi,” kata dr Dessy kepada detikcom, Jumat (30/5/2025.)

    “Artinya kalau penumpukan kalori-kalori yang cukup tinggi ini, berarti dia akan menyumbang kalori yang cukup besar, yang nanti akhirnya ke surplus kalori yang menyebabkan obesitas. Nah obesitasnya ini dia juga berisiko ke penyakit metabolik. Selain dari penumpukan si plak kolesterolnya itu, yang sering kita dengar atherosclerosis itu ya. Kemudian kondisi obesitasnya ini sendiri, dia juga menyebabkan penyakit metabolik, seperti diabetes, hipertensi,” tambahnya

    Menurut dr Dessy, dari komposisinya saja, minyak babi sudah kurang baik, yaitu mengandung saturated fatty acid atau asam lemak jenuh. Ditambah dengan proses pemanasan dalam menggoreng, struktur lemaknya berubah jadi lemak jahat.

    “Jadi tetap disarankannya adalah dengan minyak-minyak yang nabati tadi yang kandungannya lebih baik, jadi seperti olive oil, minyak canola,” kata dr Dessy.

    Selain itu, minyak ikan juga lebih direkomendasikan. Meski demikian, proses memasaknya tetap perlu diperhatikan.

    “Kalaupun pakai minyak zaitun, sebetulnya tidak diperbolehkan untuk deep fried itu juga. Strukturnya akan rusak dan akhirnya tidak memberikan manfaat juga.
    Jadi lebih baik adalah kita perhatikan juga cara pengolahan makanannya itu bukan yang dengan menggoreng dengan minyak yang banyak itu deep fried itu, tapi lebih ke minyaknya Itu tadi bisa untuk dressing salad, Seperti itu yang tidak dipanaskan,” tambah dr Dessy.

    (elk/up)

  • Waspada! Ini 9 Cara Kenali Makanan yang Pakai Minyak Babi

    Waspada! Ini 9 Cara Kenali Makanan yang Pakai Minyak Babi

    Jakarta, Beritasatu.com – Kontroversi Ayam Goreng Widuran Solo yang viral belum lama ini menjadi pengingat pentingnya transparansi dalam industri kuliner, terutama terkait penggunaan bahan nonhalal seperti minyak babi. Lalu, bagaimana cara kenali makanan pakai minyak babi?

    Restoran legendaris yang berdiri sejak 1973 ini menuai sorotan karena menggunakan minyak babi untuk kremesan ayam tanpa pemberitahuan jelas, membuat banyak konsumen muslim merasa tertipu.

    Bagi Anda yang ingin lebih waspada, berikut ini cara mengenali makanan yang menggunakan minyak babi.

    Cara Mengenali Makanan Pakai Minyak Babi

    Minyak babi atau lard kerap digunakan dalam dunia kuliner karena mampu menghasilkan tekstur renyah dan cita rasa gurih yang khas. Namun, bagi sebagian orang, terutama yang memiliki pantangan konsumsi daging babi karena alasan agama atau kesehatan, mengetahui keberadaan minyak babi dalam makanan menjadi hal penting.

    1. Perhatikan rasa dan tekstur yang sangat gurih

    Minyak babi memberi sensasi gurih alami, bahkan tanpa tambahan penyedap rasa. Ciri lainnya adalah tekstur yang lebih renyah dan ringan, terutama pada bagian gorengan seperti kremesan atau kulit ayam.

    2. Cek aroma setelah digoreng

    Berbeda dari minyak sayur atau kelapa sawit yang biasanya meninggalkan aroma menyengat, minyak babi cenderung tidak berbau tajam. Makanan yang digoreng dengan lard terasa lebih netral dari segi aroma, tetapi justru lebih gurih saat dimakan.

    3. Tanyakan langsung bahan ke penjual

    Jika Anda ragu, jangan segan untuk bertanya apakah makanan menggunakan minyak hewani, khususnya babi. Penjual yang jujur dan transparan akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam kasus Ayam Goreng Widuran, beberapa pelanggan muslim mengaku tidak diberitahu kremesan digoreng dengan minyak babi, meski sudah bertanya.

    4. Periksa label atau sertifikasi halal

    Makanan yang sudah memiliki sertifikasi halal dari MUI atau BPJPH biasanya lebih bisa dipercaya kehalalannya. Cek label halal pada kemasan, papan menu, atau bahkan di media sosial restoran bersangkutan. Selama lebih dari 50 tahun, makanan di Ayam Goreng Widuram disajikan tanpa keterangan nonhalal, yang membuat banyak konsumen merasa ditipu.

    5. Waspadai restoran tanpa keterangan jelas

    Jika sebuah restoran tidak memberikan informasi jelas mengenai bahan-bahan yang digunakan, terutama di kawasan mayoritas muslim, Anda perlu ekstra hati-hati. Cek juga testimoni di Google Review atau media sosial.

    6. Perhatikan daya tahan dan tekstur makanan

    Makanan yang menggunakan minyak babi, terutama yang sudah dihidrogenasi, cenderung lebih tahan lama dan tetap renyah meski disimpan beberapa waktu. Jika gorengan tetap kriuk dalam waktu lama, itu bisa jadi petunjuk penggunaan lard.

    7. Cari informasi di media sosial dan ulasan

    Sebelum mencoba makanan dari tempat baru, cari ulasan atau review netizen di internet. Banyak pelanggan yang secara sukarela berbagi pengalaman mereka soal transparansi bahan dan label halal sebuah tempat makan.

    8. Hindari makanan tradisional yang tidak dijelaskan bahannya

    Beberapa makanan tradisional Tionghoa, peranakan, atau kuliner tertentu dari Asia Timur memang secara umum menggunakan minyak babi dalam proses memasaknya. Jika tidak ada penjelasan atau sertifikasi, sebaiknya berhati-hati.

    9. Hati-hati dengan istilah tersembunyi di menu

    Beberapa restoran menggunakan istilah asing atau umum untuk menyamarkan bahan yang digunakan. Misalnya, shortening atau rendered fat bisa saja merujuk pada minyak babi. Perhatikan deskripsi menu dengan seksama.

    Kasus Ayam Goreng Widuran Solo menjadi pelajaran penting bagi konsumen untuk lebih waspada terhadap makanan yang menggunakan minyak babi. Dengan memperhatikan rasa, tekstur, aroma, dan transparansi informasi dari restoran, Anda dapat mengenali makanan nonhalal.

  • Kenapa Babi Diharamkan dalam Islam? Ini Alasan Ilmiah dan Syariatnya

    Kenapa Babi Diharamkan dalam Islam? Ini Alasan Ilmiah dan Syariatnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Restoran Ayam Goreng Widuran, belakangan ramai diperbincangkan publik karena ternyata tidak halal. Tempat makan yang berdiri sejak 1973 itu diketahui menggunakan minyak babi dalam proses memasaknya. 

    Hal ini memicu reaksi netizen, terutama muslim, karena menyangkut prinsip syariat. Kasus ini kembali mengingatkan kita tentang kenapa babi haram dalam Islam dan apa saja alasan ilmiahnya.

    Hukum Mengonsumsi Babi Menurut Syariat Islam

    Larangan mengonsumsi babi dalam Islam ditegaskan secara eksplisit dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satunya adalah Surah Al-Baqarah ayat (173):

    اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

    Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Baqarah: 173).

    Ayat ini menegaskan bahwa daging babi termasuk dalam kategori makanan yang haram tanpa syarat. Artinya, meskipun babi diternak dengan cara higienis atau divaksinasi hingga bebas penyakit, tetap saja dagingnya tidak boleh dikonsumsi oleh umat Islam. 

    Hal ini menunjukkan bahwa larangan tersebut bukan semata-mata karena faktor kesehatan, tetapi juga merupakan perintah langsung dari Allah Swt yang wajib dipatuhi.

    Alasan Ilmiah Mengapa Babi Haram

    Selain alasan syariat, berbagai penelitian dan data ilmiah juga mendukung alasan mengapa babi haram dikonsumsi. Berikut beberapa alasan ilmiah yang perlu diketahui:

    1. Babi tidak berkeringat

    Babi adalah hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat. Racun dan zat-zat sisa dalam tubuhnya tidak bisa dikeluarkan melalui keringat, sehingga semua racun itu tertimbun di dalam daging. Kondisi ini membuat daging babi berisiko tinggi mengandung zat berbahaya jika dikonsumsi.

    2. Potensi penyakit

    Mengonsumsi daging babi dapat meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, seperti: Radang sendi, reumatik, peradangan lambung, infeksi selaput, dan gangguan pada kantong empedu.

    3. Struktur DNA babi mirip manusia

    Menurut Kementerian Agama Sumatra Barat, struktur DNA babi memiliki kemiripan tinggi dengan DNA manusia, baik secara internal maupun pada kulitnya. Karena itu, babi sering digunakan sebagai objek praktik dalam dunia kedokteran. Namun, kemiripan ini justru membuat daging babi sulit dicerna dan berisiko bagi metabolisme tubuh manusia.

    Prof Rachman Noor M Rur dalam bukunya Rahasia dan Hikmah Pewarisan Sifat menjelaskan bahwa babi memiliki tingkat kesamaan elemen genetik SINE dan LINE yang sangat tinggi dengan manusia. Dalam pandangan ilmiah, memakan daging babi bahkan bisa disamakan dengan praktik kanibalisme karena kesamaan tersebut.

    4. Kandungan kimia yang merugikan

    Daging babi mengandung kadar asam urat tinggi dan memiliki sifat kimia yang tidak layak dikonsumsi. Lemak punggungnya (back fat) mudah mengalami oksidasi, yang dapat memicu racun dalam tubuh jika dikonsumsi. 

    Selain itu, air seni babi yang melimpah seringkali meresap ke jaringan tubuhnya, menyebabkan bau daging lebih amis dan kualitasnya buruk dibanding hewan ternak lain.

    Sikap Umat Islam terhadap Konsumsi Daging Babi

    Dalam Islam, mematuhi larangan Allah Swt adalah bagian dari ketaatan yang mendasar. Namun, Islam juga memberi kelonggaran dalam kondisi darurat. Jika seseorang tidak sengaja atau terpaksa memakan babi, maka tidak berdosa selama bukan karena kesengajaan atau melanggar batasan yang telah ditetapkan.

    Kasus seperti yang terjadi pada Ayam Goreng Widuran menjadi pelajaran penting agar umat Muslim lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Label halal dan transparansi dalam pengolahan makanan menjadi aspek penting untuk memastikan bahwa tidak ada unsur babi haram yang masuk ke dalam konsumsi sehari-hari.

    Daging babi haram dikonsumsi oleh umat Islam karena alasan syariat yang jelas tertulis dalam Al-Qur’an serta diperkuat oleh bukti-bukti ilmiah mengenai risiko kesehatannya. Larangan ini tidak hanya soal spiritual, tetapi juga menyangkut keamanan fisik dan keturunan manusia.

  • Dokter Gizi Bicara Minyak Babi, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

    Dokter Gizi Bicara Minyak Babi, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

    Jakarta – Ayam Goreng Widuran Solo belakangan viral karena menggunakan lard atau minyak babi. Selain karena non halal, ternyata minyak babi juga jadi sorotan karena risikonya bagi kesehatan.

    Minyak babi biasanya diambil dari lemak subkutan atau dari bawah kulit, bagian tubuh yang memiliki banyak kandungan lemak. Meski ada kandungan omega 9 serta omega 3 dan omega 6 yang memberikan manfaat untuk tubuh, penting dicatat bahwa minyak babi juga mengandung lemak jenuh.

    Spesialis gizi klinik di Alia Hospital Depok, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK, menjelaskan lemak jenuh menjadi salah satu risiko yang perlu diwaspadai dari minyak babi. Jenis lemak ini berisiko meningkatkan kolesterol.

    “Kalau kita lihat lagi dia itu sekitar 40 persennya itu ada lemak jenuhnya. Artinya kurang bagus juga,” jelasnya kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    Menurut dr Dessy, lemak jenuh dalam minyak babi dapat meningkatkan risiko penumpukan di pembuluh darah. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang dipicu oleh penyumbatan, penyakit jantung iskhemik.

    “Apalagi dia dipanaskan di suhu tinggi ya. Artinya si ikatan-ikatan yang ada di lemaknya itu, dia juga akan rusak, yang nantinya juga bisa beralih lagi jadi trans fat yang lebih sering kita dengar ya. Lemak trans itu yang kurang bagus buat kesehatan,” jelasnya.

    (elk/up)

  • Asal-usul Teror Babi Ngepet, Kisah Mistis yang Sering Dikaitkan Pesugihan

    Asal-usul Teror Babi Ngepet, Kisah Mistis yang Sering Dikaitkan Pesugihan

    Liputan6.com, Bandung – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan tradisi termasuk kisah mistis yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Kepercayaan terhadap hal-hal gaib, makhluk halus, dan dunia spiritual masih cukup tinggi.

    Adapun di daerah-daerah yang memegang teguh adat istiadat leluhur sering kali kisah tersebut masih dipercaya dan terus diceritakan turun-temurun. Mulai dari cerita tentang arwah penasaran hingga legenda hantu lokal.

    Sementara itu, salah satu kisah mistis yang masih sangat populer hingga saat ini adalah kisah tentang pesugihan. Pesugihan adalah praktik spiritual yang dipercaya bisa memberikan kekayaan secara instan melalui perjanjian dengan makhluk gaib.

    Dalam kepercayaan masyarakat, pesugihan biasanya dilakukan dengan ritual tertentu di tempat-tempat angker, seperti gunung, gua, atau makam keramat. Ada berbagai jenis pesugihan yang dikenal seperti pesugihan babi ngepet, tuyul, atau Nyi Blorong.

    Setiap jenis pesugihan memiliki cara dan syarat yang berbeda namun semuanya memiliki kesamaan dalam hal harus memberikan tumbal atau pengorbanan. Kisah pesugihan ini menjadi begitu populer karena sering dikaitkan dengan fenomena sosial di masyarakat.

    Misalnya, seseorang yang tiba-tiba menjadi kaya raya tanpa pekerjaan yang jelas sering dicurigai telah melakukan pesugihan. Di sisi lain, cerita tentang pesugihan juga banyak dijadikan bahan cerita dalam sinetron, film horor, dan novel misteri.

    Kemudian melalui artikel ini akan menjelaskan tentang kisah mistis teror babi ngepet yang masih eksis hingga sekarang dan selalu diceritakan oleh banyak orang.

  • Cara Mendaftar Sertifikasi Halal Gratis Secara Online

    Cara Mendaftar Sertifikasi Halal Gratis Secara Online

    Jakarta, CNBC Indonesia – Cara mendaftar sertifikasi halal gratis bisa dilakukan para pelaku usaha dengan langkah yang mudah dan praktis.

    Bagi yang mau melakukan pendaftaran sertifikasi halal, pelaku usaha tidak perlu membawa berkas-berkas pendaftaran ke kantor Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Cukup melakukan pendaftaran sertifikasi halal secara online melalui website layanan BPJPH di ptsp.halal.go.id.

    Isu soal sertifikat halal mengemuka setelah restoran legendaris Ayam Goreng Widuran Solo tersandung polemik non-halal. Pegawai rumah makan Ayam Goreng Widuran Solo akhirnya buka suara soal menu tidak halal di restoran yang sudah berdiri sejak 1973 tersebut.

    Menurut Nanang, yang sudah sudah bekerja selama 10 tahun, bertugas di bagian penggorengan. Menurutnya, bahan non halal yang dipakai hanya untuk kremesan ayam. Kremesan tersebut digoreng menggunakan minyak babi.

    “Kremesan dibuat dari yang nonhalal, dari minyaknya. Kalau untuk yang menggoreng ayam beda minyak, minyak yang dipakai untuk kremes nonhalal. Minyak ini cuma untuk kremesan,” ungkap Nanang seperti dikutip detikJateng, Senin (26/5/2025).

    Rumah makan Ayam Goreng Widuran Solo kini ditutup sementara buntut temuan menu kremesan yang dibuat dari bahan nonhalal tersebut.

    Sertifikat halal di Indonesia bisa diurus oleh secara online. Pelaku usaha yang sudah memiliki NIB (Nomer Induk Berusaha) tinggal membuka Sihalal di ptsp.halal.go.id, lalu membuat akun Sihalal, dan mengajukan permohonan sertifikat halal secara elektronik.

    Lebih lanjut ada dua skema layanan sertifikasi halal yang tersedia yakni sertifikasi halal skema Reguler dan skema Self Declare atau dengan pernyataan pelaku usaha.

    Sertifikasi halal skema reguler disediakan bagi pelaku usaha yang memiliki produk wajib bersertifikat halal yang masih perlu diuji atau diperiksa kehalalannya. Dalam skema ini, diperlukan keterlibatan auditor halal yang tergabung dalam Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang memiliki laboratorium di dalamnya.

    Untuk mendapatkan sertifikat halal para pelaku usaha dapat mendaftar ke BPJPH secara online, kemudian produk akan diperiksa oleh LPH yang dipilih. Dan hasilnya akan disidangkan untuk mendapatkan ketetapan fatwa halal dari Komisi Fatwa MUI. B

    Lalu BPJPH secara otomatis menerbitkan sertifikat halal secara elektronik yang kemudian dapat didownload oleh pelaku usaha.

    Sedangkan skema sertifikasi halal Self Declare berlaku bagi produk usaha mikro dan kecil (UMK) jika memenuhi kriteria:

    Tidak berisiko
    Menggunakan bahan-bahan yang sudah dipastikan kehalalannya
    Produk diproduksi melalui proses produksi yang sederhana dan dipastikan kehalalannya.

    Adapun proses verifikasi dan validasi lapangan atas kehalalan produk pada sertifikasi halal skema self declare ini dilakukan oleh Pendamping Proses Produk Halal (PPH) yang tergabung di dalam sebuah Lembaga Pendamping Proses Produk Halal (LP3H).

    Berikut langkah bagi para pelaku usaha untuk mendapatkan sertifikasi halal dengan skema self declare:

    Pertama, pelaku usaha yang sudah memiliki NIB mengakses laman ptsp.halal.go.id atau langsung kunjungi tautan ini
    Buat akun Sihalal
    Kemudian, melengkapi data permohonan sertifikat halal dan memilih Pendamping Proses Produk Halal (P3H) yang tersedia sesuai lokasi pelaku usaha.
    Selanjutnya, P3H akan melakukan kunjungan lapangan untuk melaksanakan pendampingan yaitu P3H melakukan verifikasi dan validasi kehalalan produk.
    Kemudian, hasil pendampingan tersebut akan diverifikasi dan validasi oleh BPJPH dan diberikan Surat tanda Terima Dokumen (STTD).
    Hasil pendampingan selanjutnya dilanjutkan dengan sidang fatwa penetapan kehalalan produk oleh Komite Fatwa Produk Halal.
    Setelah Komite Fatwa Produk Halal menerbitkan ketetapan halal, maka secara otomatis BPJPH menerbitkan sertifikat halal secara elektronik melalui Sihalal.

    Perlu dicatat untuk skema self declare, BPJPH menyiapkan kuota sertifikasi halal gratis (Sehati) sebanyak 1,2 juta sertifikat halal pada 2025.

    Mengutip keterangan dari laman BPJPH, mereka menyatakan akan terus berupaya untuk meningkatkan jumlah kuota, termasuk melalui perluasan dan penguatan sinergi-kolaborasi dengan para stakeholder terkait.

    (dem/dem)

  • Setelah Ayam Goreng Widuran Viral, Ini Cara Membedakan Makanan yang Mengandung Minyak Babi

    Setelah Ayam Goreng Widuran Viral, Ini Cara Membedakan Makanan yang Mengandung Minyak Babi

    GELORA.CO – Ayam Goreng Widuran, sebuah rumah makan legendaris di Kota Surakarta (Solo), menjadi sorotan publik setelah kembali viral di media sosial.

    Didirikan sejak tahun 1973 oleh seorang pengusaha keturunan Tionghoa bernama Indra, rumah makan ini dikenal luas oleh warga Solo dan wisatawan karena kelezatan sajian ayam goreng kremesnya.

    Namun, status kehalalan menunya kembali menjadi bahan perdebatan publik setelah beberapa pengunjung mengungkap dugaan penggunaan minyak babi (lard) dalam proses pengolahannya.

    Meski selama bertahun-tahun rumah makan ini mencantumkan logo halal di berbagai media promosi, sejumlah ulasan di Google Maps telah lama memunculkan keraguan mengenai bahan yang digunakan.

    Sorotan utama mengarah pada rasa gurih berlebih pada kremesan ayam serta tekstur khas yang dianggap tidak biasa.

    Setelah ramainya perbincangan di dunia maya pada awal 2025, pihak manajemen Ayam Goreng Widuran akhirnya memberikan klarifikasi resmi.

    Mereka menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat atas ketidakjelasan sebelumnya, serta menegaskan bahwa menu yang disajikan memang tidak halal karena menggunakan minyak babi.

    Sebagai tindak lanjut, seluruh outlet dan kanal media sosialnya kini mencantumkan label ‘NON-HALAL’ secara eksplisit agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di kemudian hari.

    Apa Itu Lard dan Kenapa Digunakan dalam Memasak?

    Lard atau minyak babi adalah lemak yang diekstraksi dari jaringan adiposa babi melalui proses pemanasan atau pelelehan.

    Lemak ini telah digunakan selama ratusan tahun dalam dunia kuliner, terutama pada masakan tradisional Tionghoa, Eropa Timur, hingga Latin Amerika.

    Di balik kontroversinya, lard memiliki sejumlah karakteristik yang membuatnya digemari oleh para koki profesional.

    Pertama, kandungan asam glutamat alami dalam lard memberikan efek umami atau gurih yang intens. Inilah sebabnya makanan yang digoreng menggunakan minyak babi sering kali terasa lebih sedap.

    Kedua, lard memiliki titik leleh yang tinggi dan kestabilan termal yang baik. Hal ini memungkinkan terbentuknya lapisan adonan yang flaky dan renyah, terutama pada pastry atau gorengan. Tekstur makanan yang dihasilkan pun menjadi lebih lembut di dalam dan garing di luar.

    Ketiga, aroma dari lard tergolong netral atau sedikit mengarah ke daging, tidak menyengat seperti minyak sawit atau minyak nabati lainnya. Dengan demikian, penggunaannya tidak akan menciptakan aroma sisa yang mengganggu.

    Bagaimana Membedakan Makanan yang Mengandung Minyak Babi?

    Sayangnya, tidak mudah untuk membedakan apakah suatu makanan mengandung lard hanya dari rasa, tekstur, atau aroma.

    Namun, berikut beberapa petunjuk yang dapat dijadikan acuan:

    1. Rasa Umami Berlebih

    Jika makanan memiliki rasa gurih yang sangat menonjol, bahkan tanpa tambahan MSG, kemungkinan besar ada bahan penyedap alami seperti lard.

    2. Tekstur Sangat Renyah dan Flaky

    Lard memungkinkan adonan menghasilkan lapisan yang mengembang dan renyah. Jika makanan memiliki tekstur seperti itu, patut dicurigai.

    3. Aroma Netral

    Tidak seperti minyak kelapa sawit yang memiliki bau khas, minyak babi cenderung tidak beraroma tajam. Makanan yang digoreng dengan lard biasanya tidak memiliki bau minyak yang menyengat.

    4. Ketahanan di Suhu Ruang

    Makanan yang digoreng dengan lard, khususnya versi yang dihidrogenasi, cenderung lebih tahan lama karena lebih stabil secara kimia.

    Meskipun demikian, semua indikator di atas tidak bersifat pasti. Produk berbahan nabati juga bisa menghasilkan efek yang serupa melalui kombinasi teknik memasak dan penggunaan bahan tambahan. Maka dari itu, langkah terbaik adalah:

    Menanyakan langsung kepada penjual atau pelayan mengenai bahan yang digunakan.Melihat label komposisi pada produk kemasan.Memperhatikan sertifikasi halal dari otoritas yang kredibel seperti MUI.

  • Cek Halal/Non-Halal via Google Street View

    Cek Halal/Non-Halal via Google Street View

    Jakarta

    Polemik status kehalalan Ayam Goreng Widuran, rumah makan legendaris di Solo, Jawa Tengah, terus memanas di media sosial. Isu ini mencuat setelah manajemen mengumumkan bahwa menu mereka non-halal karena menggunakan minyak babi untuk menggoreng kremesan ayam.

    Seorang netizen dengan akun Threads @ariefdisolo mencoba menelusuri jejak status halal restoran ini melalui Google Street View dari tahun 2015 hingga 2024. Apa yang ditemukannya?

    Arief Mengaku tidak menemukan logo halal pada spanduk Ayam Goreng Widuran di Jalan Sutan Syahrir, Solo, dalam kurun waktu tersebut. Namun, temuan ini memicu perdebatan di kalangan netizen.

    Sejumlah warganet berhasil menemukan adanya logo halal pada spanduk pada Juni 2017. Tapi, temuan tersebut kembali mematik argumen.

    Ada yang menilai logo tersebut bukan milik restoran, melainkan berasal dari produk kecap yang ditampilkan dalam spanduk. Banyak yang yakin logo halal tersebut memang dicantumkan pihak resto.

    Sebagai bukti, netizen memajang spanduk lain yang tidak diabadikan Google Street View. Dalam sepanduk tersebut tertera tulisan Halal.

    Opini menarik disampaikan beberapa netizen. Mereka tidak mempermasalahkan ada tidaknya logo halal-non halal pada sepanduk. Tapi lebih menyoroti pihak restoran yang tidak memberitahukan ke pelanggan muslim, terutama berhijab, bahwa menu mereka non-halal.

    “Masalahnya bukan disitu aja. Ada pelanggan hijab dtg kesnaa tp staffny g ngasih tau klo dia pake minyak babi. Itu klo di MY kita udh diwanti2 sm staffnya,” kata @freeyourmind4448.

    “Karena jualnya cuma ayam goreng, orang2 akan beranggapan ya halal tanpa bahan babibu
    Jadi sekarang mesti lebih hati2 dan pastikan aja resto yg dikunjungi memang halal atau gak
    Karna diluar sana banyak resto jejepangan/kekoreaan/eropaan yg cuma berani sebut no pork no lard no alkohol. Tpi gak bisa dapatin sertifikat halal (ya walaupun skrg yg udh dpt serti halal aja bisa meragukan, apalagi yg gak)” ujar @ichaandcats.

    (afr/afr)