Hewan: Babi

  • Pejaten Shelter diminta tambah tangki septik imbas keluhan warga

    Pejaten Shelter diminta tambah tangki septik imbas keluhan warga

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) meminta tempat penampungan hewan liar, Pejaten Shelter untuk menambah tangki septik imbas keluhan warga karena terganggu dengan bau tempat itu.

    “Tangki septik itu layaknya memang harus ada 50 tangki, tapi yang baru dibuat dia itu baru delapan,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan, Tomy Fudihartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

    Tomy mengatakan pembuatan tangki septik ini memang terkendala dalam biaya operasional karena keterbatasan anggaran.

    Terlebih, biaya yang dimiliki shelter juga dialihkan untuk hal lainnya seperti pengobatan hewan yang sakit.

    “Sadar kalau itu kurang, terus kalau ada anjing sakit harus dibawa ke klinik hewan. Itu makanya juga kadang-kadang biaya donasinya dari donatur-donatur yang peduli,” ujarnya.

    Dia menyoroti sebagai contoh untuk memotong pita suara anjing (debarking) diperlukan Rp1,5 juta per hewan.

    Tindakan operasi itu bertujuan untuk mengurangi volume suara pada anjing guna menjaga kenyamanan lingkungan sekitar.

    “Satu contoh kayak anjing menggonggong itu, biaya memotong pita suaranya per hewan itu Rp1,5 juta. Informasi menyebut, dia ada sekitar 600 hewan,” ucapnya.

    Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya mengimbau Pejaten Shelter untuk memiliki izin dan membatasi daya tampung hewan liar agar populasinya terkontrol sehingga tidak mengganggu kawasan sekitar.

    Tempat penampungan hewan, “Pejaten Shelter” menjalin mitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan untuk menampung hewan liar.

    Pengelola tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter di Pejaten (Jakarta Selatan) memastikan akan mensterilkan babi yang kabur ril untuk mencegah berkembangbiak dan tidak meresahkan warga sekitar.

    Sebelumnya, video viral di Instagram @wargajakarta.id yang memperlihatkan seekor babi yang dikejar warga di kawasan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/6).

    Kemudian, kejadian babi lepas dari shelter itu kembali terjadi pada Rabu (25/6).

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Merinding! 2 Tubuh Pasien Ini Dipenuhi Cacing Setelah Terima Donor Ginjal

    Merinding! 2 Tubuh Pasien Ini Dipenuhi Cacing Setelah Terima Donor Ginjal

    Jakarta

    Sebuah laporan kasus mencatat dua pasien pria yang tubuhnya dipenuhi cacing parasit. Sebelumnya, keduanya telah menerima transplantasi ginjal di dua rumah sakit berbeda di Amerika Serikat (AS).

    Menurut laporan yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada 18 Juni 2025, kedua ginjal tersebut berasal dari donor organ yang sama, yang tinggal di Karibia sebelum meninggal.

    Kasus Pasien Pertama

    Pasien pertama merupakan pria berusia 61 tahun yang menjalani operasi transplantasi di Rumah Sakit Umum Massachusetts (MassGen). Sekitar 10 minggu pasca transplantasi, ia dipindahkan kembali ke MassGen setelah menjalani rawat inap di rumah sakit lain.

    Pasien dilaporkan mengalami mual, muntah, rasa haus yang berlebihan, ketidaknyamanan perut, nyeri punggung, dan demam. Di rumah sakit pertama, dokter menemukan cairan menumpuk di paru-parunya.

    Kondisi tersebut membuatnya bernapas dengan cepat, merasa seolah-olah ia tidak bisa mendapatkan cukup udara, dan kadar oksigennya menurun.

    Saat ia mengalami gagal napas dan syok, kondisi yang membuat tekanan darahnya sangat rendah, pasien harus dipindahkan ke unit perawatan intensif di MassGen. Dokter mendokumentasikan ruam ungu seperti memar menyebar di kulit perut pasien.

    Para dokter memulai penyelidikan ekstensif terhadap riwayat medis pasien dan menjalankan serangkaian tes untuk menentukan penyebab gejalanya. Pasien mengonsumsi obat imunosupresif untuk mencegah tubuhnya menolak ginjal barunya, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

    Tim medis, termasuk ahli penyakit menular dan transplantasi organ Dr Camille Kotton, memiliki tantangan untuk menyaring daftar panjang kemungkinan infeksi untuk menemukan penyebabnya. Tim dokter menyingkirkan infeksi bakteri, karena pasien telah diberikan antibiotik dan tidak membaik.

    Pasien juga mengonsumsi antivirus dan hasil tesnya negatif terkait COVID-19. Itu menyisakan semacam parasit sebagai kemungkinan penyebabnya.

    “Hal ini didukung fakta bahwa kadar eosinpofil pasien, sejenis sel darah putih yang melawan infeksi parasit, juga meningkat. Sel-sel ini juga dapat meningkat karena reaksi obat atau penolakan transplantasi, tetapi penyebab tersebut tidak mungkin terjadi mengingat gejala yang dialami pria tersebut,” terang Dr Kotton dikutip dari Live Science, Rabu (2/7/2025).

    Ia menghubungi New England Donor Services, sebuah organisasi pengadaan organ regional, tentang potensi kontaminasi cacing gelang kecil yang disebut Strongyloides stercoralis, pasca transplantasi. Meskipun donor ginjal tersebut telah meninggal, mereka dapat menguji sebotol darah donor yang memiliki antibodi untuk Strongyloides, yang berarti sistem kekebalan donor pada suatu saat telah terpapar cacing tersebut.

    Pengujian sampel darah pasien menunjukkan bahwa ia tidak memiliki antibodi terhadap Strongyloides sebelum transplantasi, tetapi ia memilikinya setelahnya. Saat tim medis mengambil sampel dari tubuh pasien, mereka menemukan cacing tersebut telah menyebar jauh ke perut, paru-paru, dan kulitnya.

    Tim medis MassGen merawat pasien dengan ivermectin, obat antiparasit yang kuat. Mereka mendapat izin khusus untuk memberikan obat tersebut langsung di bawah kulitnya untuk melawan infeksi seluruh tubuh, yang akhirnya dapat menyembuhkan pasien.

    Saksikan Live DetikPagi:

    Kasus Pasien Kedua

    Sementara itu, pusat medis lain telah mentransplantasikan organ dari donor yang sama. Hal ini dialami oleh pria berusia 66 tahun yang dirawat di Albany Medical Center.

    Pasien dirawat karena mengalami kelelahan sel darah putih rendah, dan fungsi ginjal yang memburuk setelah operasi transplantasi. Berbagi catatan dengan MassGen, para dokter akhirnya berhasil merawat pasien kedua yang telah menerima donor ginjal lainnya.

    “Transplantasi organ menyelamatkan nyawa. Dalam kasus langka seperti ini, komunikasi dan koordinasi antara rumah sakit kami dan keterlibatan dokter penyakit menular di kedua rumah sakit sangat penting, seperti halnya peringatan yang diberikan organisasi pengadaan organ regional kami,” jelas juru bicara Albany Medical Center.

    Saksikan Live DetikPagi:

    Simak Video “Dokter Tegaskan Kematian Pasien Tak Terkait dengan Transplantasi Ginjal Babi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Juli 2025

    Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu Megapolitan 2 Juli 2025

    Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemilik
    Pejaten Animal Shelter
    , Susana Somali mengatakan, akan menambahkan pohon bambu untuk meredam suara hewan yang dikeluhkan warga sekitar.
    “Saya harus nanam banyak pohon bambu, jadi enggak ke penduduk suaranya,” kata Susana saat ditemui di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2025).
    Susana menjelaskan, pohon bambu yang dipilih adalah bambu buana yang memiliki ukuran batang lebih tebal.
    Sehingga, suara gonggongan anjing yang datang dari shelter tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
    “Bambunya bambu buana, yang gede-gede,” kata dia.
    Ia juga akan melakukan sosialisasi pada warga agar mereka lebih mengerti dengan situasi saat ini.
    Menurut dia, warga berpikir bahwa aktivitas yang dilakukan
    Pejaten Shelter
    ini membawa keuntungan.
    Padahal, Susana justru kekurangan dana untuk terus membantu hewan terlantar.
    “Untuk masyarakat belakang akan kami coba sosialisasikan, mereka juga enggak ngerti, kan. Disangkanya kegiatan yang mendatangkan banyak uang, padahal kan kegiatan yang kurang uang sebetulnya,” ucap dia.
    Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
    Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
    Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BPS Bali catat inflasi Juni 2025 di angka 0,44 persen

    BPS Bali catat inflasi Juni 2025 di angka 0,44 persen

    saya kira 0,44 persen atau di bawah setengah persen juga masih relatif terjaga

    Denpasar (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat angka inflasi pada Juni 2025 secara bulanan berada di angka 0,44 persen.

    “Angka 0,44 persen itu walaupun sedikit tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, tapi saya kira 0,44 persen atau di bawah setengah persen juga masih relatif terjaga,” kata Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Selasa.

    Ia mengakui pada bulan Mei 2025 terjadi deflasi 0,47 persen, namun kondisi deflasi juga bukan hal baik sehingga yang terpenting menjaga inflasi agar terkendali.

    “Kalau deflasi artinya tidak ada insentif bagi faktor produksi, jadi inflasi itu juga bukan sesuatu yang selalu menggambarkan hal negatif, selama inflasi terjaga, tidak ada masalah, ada insentif untuk memproduksi dan harga itu masih bisa dijangkau oleh konsumen,“ ujar Agus Gede.

    Adapun kondisi inflasi dari bulan Mei 2025 ke Juni 2025 mengalami inflasi 0,44 persen, jika dibandingkan Juni 2024 atau inflasi tahunan mencapai 1,71 persen.

    “Kenapa terjadi inflasi di bulan Juni 2025 ini kalau kami lihat dari kelompok pengeluarannya yang dominan menyebabkan terjadinya inflasi itu ada kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 1,2 persen dan perawatan pribadi dan jasa lainnya itu mengalami inflasi 0,33 persen,” kata dia.

    Lebih lanjut, BPS Bali mendata komoditas-komoditas yang dominan menyebabkan terjadinya inflasi di antaranya harga cabai rawit yang memberikan sumbangan 0,14 persen, tomat 0,08 persen, sawi hijau 0,06 persen, buncis 0,06 persen, dan cabai merah 0,04 persen.

    Meski terjadi inflasi, masih ada sejumlah komoditas yang menekan inflasi membesar atau terjadi deflasi yaitu daging babi memberikan andil 0,07 persen, bawang putih 0,06 persen, daging ayam ras 0,04 persen, jeruk 0,02 persen, dan bensin 0,02 persen.

    Jika dibandingkan secara tahunan, BPS Bali melihat baru kali ini terjadi inflasi di bulan Juni dengan besaran 2,94 persen, dan penyebabnya juga sama yaitu kelompok makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 5,24 persen.

    “Kemudian ada juga kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan angka inflasi 2,31 persen, kemudian perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan angka inflasi 4,91 persen,” ucap Agus Gede.

    Untuk tahunan, inflasi pada Juni 2025 dipengaruhi oleh beberapa komoditas diantaranya beras yang memberi andil 0,21 persen, kopi bubuk 0,19 persen, daging babi 0,15 persen, cabai rawit 0,13 persen dan sawi hijau 0,11 persen.

    Dari sejumlah komoditas penyumbang inflasi ini, tetap ada pula komoditas yang menekannya seperti daging ayam ras yang memberi andil deflasi 0,09 persen, bensin 0,07 persen, cabai merah 0,06 persen, bawang putih 0,05 persen, dan telur ayam ras 0,02 persen.

    Sepanjang Juni 2025 inflasi tahunan paling dalam terjadi di Kabupaten Tabanan dengan 3,38 persen dan terendah di Badung 2,11 persen.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kembalinya Ma Dong Seok dan Park Hyung Sik Lewat Drama Twelve

    Kembalinya Ma Dong Seok dan Park Hyung Sik Lewat Drama Twelve

    JAKARTA – Ma Dong Seok kembali berakting dalam drama Korea terbaru bertajuk Twelve. Tidak sendirian, ia akan beradu peran dengan Park Hyung Sik, Seo In Guk, Sung Dong Il, Lee Joo Bin, Go Kyu Pil, Kang Mina, Sung Yoo Bin, Ahn Ji Hye dan Regina Lee.

    Drama Twelve mengisahkan dua belas penjaga zodiak yang bertarung melawan roh jahat untuk menyelamatkan umat manusia. Setelah melalui momentum itu, roh jahat ini tersegel dan kehidupan manusia menjadi lebih baik.

    Akan tetapi, suatu fenomena membangkitkan roh jahat itu sementara penjaga mulai berkurang. Kedua belas penjaga dipilih di bawah kepemimpinan Tae San untuk menyelamatkan Seoul.

    Ma Dong Seok berperan sebagai Tae San, pemimpin dari 12 zodiak yang menjaga dunia untuk waktu yang panjang dan kini kembali bekerja lagi.

    Park Hyung Sik berperan sebagai Ogui, roh jahat yang dilambangkan oleh kerbau dan menghancukan segelnya setelah tertahan bertahun-tahun. Seo In Guk menjadi Won Seung yang dilambangkan monyet, seorang pria yang bermimpi menjadi penerus Tae San dalam melindungi 12 zodiak.

    Lee Joo Bin menjadi Mir yang dilambangkan naga dengan kekuatan super yang sempat tersimpan karena pertarungan ratusan tahun yang lalu.

    Go Kyu Pil memerankan Don Yi, zodiak yang melambangkan babi. Ia bekerja dengan Bang Wool yang diperankan Regine Lei dan memiliki kemampuan yang akan mengejutkan orang-orang di sekitarnya.

    Kang Mina memerankan Gang Ji yang dilambangkan anjing. Seperti layaknya anjing, ia memiliki kemampuan untuk bertarung dan menjaga manusia. Lalu, ada Sung Yoo Bin yang berperan sebagai Jwi Dol yang dilambangkan dengan tikus. Jwi Dol sangat pandai dalam menjaga harmonisasi 12 zodiak.

    Ahn Ji Hye berperan sebagai Mal Sook yang berlambang kuda dan menunjukkan aksi yang andal dalam melawan musuhnya.

    Sung Dong Il berperan sebagai Ma Rok, seorang manusia yang mendapat kemampuan spesial yang dipilih oleh dewa dan 12 zodiak. Ia akan mendampingi ke-12 zodiak dalam melawan musuhnya.

    Tampilan perdana yang dirilis pada Senin, 30 Juni memperlihatkan para pemain dengan penampilan terbaru mereka, merepresentasikan setiap zodiak.

    Adapun, drama Twelve akan tayang mulai 23 Agustus mendatang.

  • Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Juni 2025

    Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies Megapolitan 29 Juni 2025

    Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com 
    – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) menyebut
    Pejaten Animal Shelter
    memiliki kontribusi penting dalam menekan penyebaran rabies di wilayah ibu kota.
    Shelter hewan yang terletak di kawasan Pejaten Barat,
    Jakarta
    Selatan itu selama ini membantu menampung hewan-hewan rentan rabies seperti anjing liar.
    “Secara tidak langsung,
    Pejaten Shelter
    membantu pemda mempertahankan status bebas rabies karena mereka menampung hewan-hewan rentan rabies, terutama anjing liar. Sementara, kapasitas shelter milik Pemda juga terbatas,” kata Kepala Dinas KPKP Jakarta Hasudungan Sidabalok saat dikonfirmasi Minggu (29/6/2025).
    Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) milik Pemprov Jakarta hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
    Dalam kondisi terbatas itu, Pejaten Shelter selama ini kerap menjadi rujukan saat jumlah hewan yang perlu ditangani melebihi kapasitas fasilitas milik pemerintah.
    “Kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas, maksimal 150 ekor,” kata Hasudungan.
    Meski begitu, Pemprov Jakarta masih mempertimbangkan rencana penutupan shelter tersebut
    Keputusan belum diambil dan akan dibahas lebih lanjut melalui rapat internal.
    “Akan dirapatkan,” ujar dia.
    Sebelumnya, warga RT 02/RW 08 Pejaten Barat mendesak agar Pejaten Animal Shelter ditutup setelah insiden lepasnya seekor babi hutan yang masuk ke permukiman pada Rabu (25/6/2025).
    Mereka menilai keberadaan shelter di tengah lingkungan padat penduduk menimbulkan keresahan.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat, kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, menyatakan tidak keberatan jika tempat penampungan hewannya ditutup.
    Namun ia mengingatkan potensi dampak dari keputusan tersebut terhadap penanganan hewan di Jakarta.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Juni 2025

    Pejaten Animal Shelter Kerap Diandalkan Saat Puskewan Jakarta Kewalahan Megapolitan 29 Juni 2025

    Pejaten Animal Shelter Kerap Diandalkan Saat Puskewan Jakarta Kewalahan
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com 
    – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI
    Jakarta
    mengakui bahwa kapasitas penampungan hewan milik pemerintah, yakni Pusat Kesehatan Hewan (
    Puskeswan
    ), sangat terbatas.
    Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok menyatakan, dua Puskeswan yang dimiliki Pemprov hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
    “Iya betul (
    puskeswan
    kewalahan). Kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas, maksimal 150 ekor,” ujar Hasudungan saat dikonfirmasi, Minggu (29/6/2025).
    Untuk itu, keterbatasan ini membuat pemerintah kerap mengandalkan bantuan dari shelter swasta seperti
    Pejaten Animal Shelter
    dalam menangani hewan telantar, terutama anjing liar.
    Namun, warga sekitar sempat sempat mendesak shelter tersebut ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat pada Rabu (25/6/2025).
    Hasudungan mengatakan, keputusan untuk menutup shelter tidak bisa diambil secara tergesa-gesa.
    “Jadi memang harus benar-benar dipertimbangkan semua aspeknya,” ujar Hasudungan.
    Apalagi Pejaten Animal Shelter selama ini justru berkontribusi membantu Pemprov dalam penanganan hewan rentan rabies, seperti anjing liar.
    Hal ini dinilai mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan status Jakarta sebagai wilayah bebas rabies.
    “Karena secara tidak langsung
    Pejaten Shelter
    membantu pemda untuk mempertahankan status bebas rabies karena mereka membantu menampung hewan rentan rabies seperti anjing terutama anjing-anjing liar,,” kata dia.
    Meski begitu, ia menegaskan bahwa segala hal terkait hewan yang berkeliaran menjadi tanggung jawab pemilik shelter.
    “Sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemilik shelter kami hanya fokus vaksinasi rabies,” kata dia.
    Sebelumnya, warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang meminta Pejaten Animal Shelter ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga pada Rabu (25/6/2025).
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, menyatakan dirinya tidak keberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
    Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Juni 2025

    Soal Desakan Tutup Pejaten Shelter Usai Babi Lepas, Ini Langkah Pemprov Jakarta Megapolitan 29 Juni 2025

    Soal Desakan Tutup Pejaten Shelter Usai Babi Lepas, Ini Langkah Pemprov Jakarta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
    Jakarta
    melalui Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) masih mempertimbangkan rencana penutupan Pejaten Animal Shelter, Jakarta Selatan.
    Warga sekitar sempat mendesak shelter tersebut ditutup usai insiden
    babi hutan
    lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat pada Rabu (25/6/2025).
    Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok mengatakan, keputusan untuk menutup shelter tidak bisa diambil secara tergesa-gesa.
    “Jadi memang harus benar-benar dipertimbangkan semua aspeknya,” ujar Hasudungan saat dikonfirmasi, Minggu (29/6/2025).
    Menurut Hasudungan, Pejaten Animal Shelter selama ini justru berkontribusi membantu Pemprov dalam penanganan hewan rentan rabies, seperti anjing liar.
    Hal ini dinilai mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan status Jakarta sebagai wilayah bebas rabies.
    “Karena secara tidak langsung
    Pejaten Shelter
    membantu pemda untuk mempertahankan status bebas rabies karena mereka membantu menampung hewan rentan rabies seperti anjing terutama anjing-anjing liar. Sementara kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas,” kata dia.
    Hasudungan menambahkan, shelter milik Pemprov melalui Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
    Akibatnya, ketika Puskeswan kewalahan, Pejaten Shelter kerap menjadi rujukan alternatif.
    “Betul (Puskeswan kewalahan). Maksimal 150 ekor,” kata dia.
    Meski begitu, ia menegaskan bahwa segala hal terkait hewan yang berkeliaran menjadi tanggung jawab pemilik shelter.
    “Sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemilik shelter kami hanya fokus vaksinasi rabies,” kata dia.
    Soal solusi ke depan, Hasudungan mengatakan akan dibahas lebih lanjut dalam rapat internal.
    “Akan dirapatkan” ujar dia.
    Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
    Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
    Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Juli 2025

    Pejaten Shelter Selalu Bantu Puskeswan untuk Tampung Hewan Megapolitan 28 Juni 2025

    Pejaten Shelter Selalu Bantu Puskeswan untuk Tampung Hewan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kuasa hukum
    Pejaten Animal Shelter
    ,
    Stein Siahaan
    , mengeklaim bahwa sejumlah puskesmas hewan (
    puskeswan
    ) di Jakarta kerap meminta bantuan kepada kliennya karena kelebihan kapasitas.
    Hal ini dia ungkapkan menyusul desakan warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang menuntut Pejaten Animal Shelter segera ditutup.
    Ia menyebut, satu puskeswan di Jakarta hanya mampu menangani 60 hewan.
    “Kalau penuh, puskeswan menghubungi
    Pejaten Shelter
    , ‘tolong dong, kami kepenuhan’,” ungkap Stein saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Bukan hanya itu, puskeswan di Jakarta juga kerap meminta bantuan kepada Pejaten Animal Shelter untuk mengirimkan makanan hewan meski tidak mempunyai anggaran.
    “Bukan cuma kepenuhan doang, mereka makanan habis saja itu ngomong ke kami. Padahal, punya anggaran,” ujar Stein dalam kesempatan yang sama.
    “Ya enggak apa-apa kalau mau ditutup. Tapi, per hari ini juga, semua hewan yang ada di Pejaten Shelter kami keluarkan. Karena itu sebenarnya bukan tanggung jawab kami, tanggung jawab Pemprov,” tambah dia.
    Pemilik Pejaten Animal Shelter,  Susana Somali, menyatakan tidak keberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana.
    Susana pun menyinggung soal wacana Gubernur Jakarta Pramono Anung yang ingin menambah puskesmas hewan (puskeswan) di Jakarta.
    “Disaat itulah kami akan tertolong. Itu sejalan dengan itu. Kan pernyataan Mas Pram pengin buka. Jadi tunggu sampai pejabat-pejabat DKI tambah puskeswan, itu akan terselesaikan,” kata dia.
    Diberitakan sebelumnya, warga RT 02 RW 08 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan mendesak agar Pejaten Shelter segera ditutup.
    Desakan ini mencuat setelah terjadi kembali insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman pada Rabu (25/6/2025).
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Upaya penutupan shelter sudah dalam proses dan tengah menunggu pembahasan di tingkat kota. Sebelumnya disebut dilakukan peninjauan lapangan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta.
    Adapun babi hutan yang berkeliaran ke halaman warga itu merupakan milik Pejaten Shelter.
    “Iya (milik Pejaten Shelter). Ada dari karyawan atau petugas dari Pejaten Shelter keluar ke rumah warga untuk menangkap babi itu,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Juli 2025

    Pejaten Shelter Akui Tak Punya Izin Karena Belum Ada Aturannya Megapolitan 28 Juni 2025

    Pejaten Shelter Akui Tak Punya Izin Karena Belum Ada Aturannya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kuasa hukum
    Pejaten Animal Shelter
    , Stein Siahaan, mengakui bahwa tempat penampungan hewan telantar itu tidak mempunyai izin.
    Kendati demikian, ketiadaan izin Pejaten Animal Shelter disebabkan oleh belum adanya regulasi yang mewajibkan penampungan hewan untuk memiliki izin.
    “Kemarin kan sempat ada dibilang, ‘mana izinnya shelter?’ Saya balikin lagi, ‘Mana aturannya? Kita mau mengurus ke mana?’,” ujar Stein saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    “Bukan kami enggak mau urus sama sekali. Cuma memang belum ada aturan sampai sekarang. Kami mau urus, kami datang ke dinas, dinasnya bingung. ‘Ini saya mau keluarkan izin apa?’ Karena memang belum ada aturannya,” tambah dia.
    Kuasa hukum Pejaten Animal Shelter lainnya, Santy Rahmi, menolak kliennya disebut tidak mempunyai izin.
    “Bahasanya dibalik ya, maksudnya bukan izinnya yang tidak ada, tapi karena aturan yang tidak ada, makanya jadinya izinnya tidak ada. Jadi bukan karena izin kami tidak ada, aturannya yang tidak ada,” tegas Santy dalam kesempatan yang sama.
    Santy menekankan, kalaupun aturan tentang perizinan tempat penampungan hewan telantar sudah ada, Pejaten Animal Shelter akan mengurusnya.
    Diberitakan sebelumnya, warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, resah dengan keberadaan Pejaten Animal Shelter.
    Bukan karena hewan yang mereka tampung, tapi lokasinya berdampingan langsung dengan permukiman warga.
    Berdasarkan pantauan Kompas.com, gerbang utama Pejaten Animal Shelter memang terbilang jauh dari penduduk.
    Tempatnya tidak langsung terlihat dari sisi kiri Jalan Pejaten Barat karena posisinya sedikit masuk ke dalam, seperti berada di ceruk.
    Namun, area belakang Pejaten Animal Shelter berdampingan dengan permukiman.
    Pembatas hanyalah tembok setinggi dua meter dan sebuah kali yang di bagian dalam tempat penampungan ditutup dengan kawat besi.
    Resahnya warga RT 02/RW 08 Kelurahan Pejaten Barat dengan Pejaten Animal Shelter memuncak karena dalam bulan Juni ini saja sudah ada dua babi yang lepas dari tempat penampungan.
    Padahal usai kejadian pertama lepasnya babi pada Sabtu (14/6/2025), hewan itu disebut akan segera dipindahkan ke Bandung, Jawa Barat.
    Namun, setelah satu hari pemangku wilayah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Selatan, babi serupa pun lepas dan mengacak-acak permukiman warga pada Rabu (25/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.