Hewan: Babi

  • Makan Daging Ular Setop Kiamat Buat Manusia, Ini Penelitiannya

    Makan Daging Ular Setop Kiamat Buat Manusia, Ini Penelitiannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketahanan pangan adalah salah satu tantangan yang dihadapi umat manusia di Bumi. Pasalnya, populasi yang terus bertambah membuat kapasitas makanan kian menipis.

    Masalahnya, sumber pangan protein yang dibutuhkan manusia menimbulkan dampak perubahan iklim yang bisa membawa ‘kiamat’ di Bumi. 

    “Permasalahan yang harus kita cari solusinya adalah dari mana kita bisa mencari sumber protein untuk mencukupi kebutuhan populasi global yang terus bertambah tanpa dampak lingkungan yang besar,” kata peneliti sistem pangan dari University of Oxford, Monika Zurek.

    Diet manusia, terutama masyarakat “Barat”, punya konsekuensi yang serius terhadap lingkungan. Peternakan sapi diperkirakan memproduksi 10 persen dari emisi gas rumah kaca dunia.

    Selain itu, pembukaan lahan peternakan juga dikaitkan dengan deforestasi. Industri peternakan babi juga punya dampak lingkungan yang buruk, terutama polusi air dari limbah babi. Hal serupa juga dihasilkan oleh industri peternakan ayam.

    Lantas, apa solusinya?

    Dan Natusch dari Macquarie University mengusulkan ular sebagai sumber alternatif protein yang lebih ramah lingkungan. Ia bekerja bersama peternakan piton komersial di Vietnam dan Thailand untuk meneliti perbedaan “ular ternak” dan “ular liar.”

    Dalam riset tersebut, peneliti memperhatikan bahwa ular sanca yang diternak bisa tumbuh dengan sangat cepat. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Scientific Report.

    “Sebagai ahli biologi ular, kami sudah tahu bahwa ular sanca punya fisiologi yang luar biasa. Setelah berbicara dengan peternak sanca dan memonitor pertumbuhan mereka, fisiologi yang luar biasa ini makin tampak jelas,” kata Natusch.

    Salah satu alasan ular sanca bisa tumbuh cepat karena ular berdarah dingin atau ectotermal. Artinya, suhu tubuhnya tergantung dengan suhu lingkungan di sekitarnya.

    Karena berdarah dingin, ular tidak harus menghasilkan panas secara internal. Artinya, mayoritas nutrisi yang masuk ke tubuh mereka dikonversi menjadi massa tubuh.

    Natusch dan timnya mencoba menghitung efisiensi konversi energi tersebut dengan mempelajari sanca kembang (Malayopython reticulatus) dan sanca bodo (Python bivittatus) yang diternak, pakan yang dikonsumsi, dan kecepatan pertumbuhan mereka.

    Fakta unik ular sanca

    Salah satu hal yang menarik perhatian para peneliti adalah kemampuan sanca untuk bertahan saat puasa panjang. Ular sanca bisa berbulan-bulan tidak makan tanpa kehilangan berat badan.

    Natusch mengatakan ketahanan ini sangat berharga saat terjadi gangguan luar biasa dalam sistem pangan dunia, misalnya pada masa awal pandemi Covid. Saat itu, peternak kesulitan mencari pakan untuk ternak mereka sekaligus tak bisa mengantarkan ternak yang siap potong ke rumah potong.

    “Ular sanca bisa menjadi solusi untuk tantangan di masa depan ini. Peternakan ular sanca bisa menjadi solusi di belahan dunia yang saat ini menderita kekurangan protein yang parah, seperti Afrika,” kata Natusch.

    Namun, Zurek menyatakan ular belum bisa menjadi pangan alternatif utama. Ia merasa masih harus ada penelitian lanjutan tentang ular sanca, terutama soal dampak lingkungan dan nutrisi yang terkandung.

    Belum lagi, tidak semua orang mau memakan ular sanca. Natusch mengatakan daging ular sanca “lumayan enak dan fleksiber” sehingga miliaran orang di Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Afrika secara rutin mengonsumsi daging ular.

    “Hanya budaya Barat yang belum banyak terekspos dengan [daging ular],” kata Natusch.

    Nah, itu dia penelitian terbaru yang mencoba memberikan solusi terhadap sumber pangan protein yang lebih berkelanjutan. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Epidemiolog Wanti-wanti Tren Virus Nipah di India, Soroti Potensi Wabah di RI

    Epidemiolog Wanti-wanti Tren Virus Nipah di India, Soroti Potensi Wabah di RI

    Jakarta

    Wabah virus Nipah kembali dilaporkan di India. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) melaporkan empat kasus terkonfirmasi di negara bagian Kerala antara 17 Mei hingga 12 Juli 2025. Dua di antaranya meninggal dunia. Angka kematian kasus ini mencapai 50 persen, jauh lebih tinggi dibanding banyak penyakit infeksi lain, termasuk COVID-19.

    Kasus ditemukan di dua distrik, Malappuram dan Palakkad. Investigasi epidemiologi menunjukkan setiap kasus tidak saling berhubungan. Artinya, kemungkinan besar terjadi penularan langsung dari reservoir alami, yakni kelelawar pemakan buah.

    Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menegaskan Nipah memang berpotensi memicu wabah besar. Namun, berbeda dengan COVID-19, kemungkinan menjadi pandemi global masih rendah.

    Virus Mematikan

    Sejak pertama kali terdeteksi pada 1998 di Malaysia, virus Nipah sudah dikenal sebagai penyakit dengan karakteristik yang mematikan. Tingkat fatalitas kasus bervariasi antara 40 hingga 100 persen, bergantung pada kualitas deteksi dan layanan kesehatan di suatu negara.

    Virus ini memiliki inang yang luas:,bisa menginfeksi kelelawar, babi, hingga manusia. Penularannya beragam, langsung dari hewan ke manusia, melalui makanan terkontaminasi air liur atau urine kelelawar, serta dari manusia ke manusia lewat kontak erat.

    Kondisi ini membuat Nipah kerap dipandang sebagai kandidat ‘wabah berikutnya’ di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Meski begitu, ada beberapa faktor yang menahan laju ancamannya. Penularan antarmanusia relatif terbatas, nilai reproduksi biasanya di bawah 1, dan gejalanya cenderung muncul cepat, sehingga pasien bisa segera diidentifikasi dan diisolasi.

    “Inilah yang membedakan Nipah dengan SARS-CoV-2. Kalau COVID-19 mudah menyebar karena bisa menular bahkan saat tanpa gejala, Nipah membutuhkan kontak dekat, sehingga lebih mungkin dicegah jika deteksi dini berjalan baik,” jelas Dicky kepada detikcom, ditulis Selasa (19/8/2025).

    Bayangan Ancaman di Indonesia

    Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Menurut Dicky, situasi di Tanah Air layak mendapat sorotan serius. Populasi kelelawar pemakan buah tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Pola interaksi manusia dengan satwa ini, baik melalui konsumsi buah dan nira segar, perdagangan satwa liar, maupun wisata gua kelelawar membuka peluang terjadinya penularan.

    “Ekologi kita cocok untuk munculnya penyakit seperti Nipah. Dengan interaksi manusia dan satwa liar yang tinggi, risiko itu selalu ada,” katanya.

    Selain itu, masih banyak masyarakat di daerah endemis kelelawar yang mengonsumsi buah atau nira tanpa pengolahan panas. Adapula peternakan babi yang berdekatan dengan habitat kelelawar. Jika virus semacam Nipah bersirkulasi di alam, maka rantai penularan bisa terbentuk.

    WHO sendiri menyebut bahwa risiko impor kasus dari India ke Indonesia saat ini rendah. Namun, Dicky menekankan kewaspadaan tetap penting. Mobilitas internasional membuat penyakit menular bisa berpindah negara dalam hitungan jam.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Usai Daging Babi Eropa, Kini China Bidik Investigasi Susu Impor

    Usai Daging Babi Eropa, Kini China Bidik Investigasi Susu Impor

    Jakarta, CNBC Indonesia – China memperpanjang investigasi anti-subsidi terhadap impor susu Uni Eropa selama enam bulan. Kementerian Perdagangan China menyatakan telah memperpanjang periode investigasi hingga 21 Februari 2026, dengan alasan kompleksitas kasus tersebut.

    Keputusan Beijing untuk memperluas penyelidikannya terhadap sejumlah produk keju, susu, dan krim Uni Eropa muncul setelah pada bulan Juni lalu menghentikan penyelidikan terhadap daging babi Eropa, yang juga merupakan pembeli utama Beijing, dan pada bulan Juli mengumumkan bea masuk terhadap produsen brendi Uni Eropa – meskipun pembuat cognac besar tidak dikenai bea masuk asalkan mereka menjual pada harga minimum atau di atas harga tersebut.

    Dilansir Reuters, para analis menilai China sedang mengupayakan ‘gencatan senjata’ perdagangan yang langgeng dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk mempertahankan mesin ekspornya di tengah upayanya menghadapi prospek perombakan model ekonominya mengingat permintaan domestik masih lesu.

    Ketegangan perdagangan antara China dan Uni Eropa meletus pada tahun 2023 ketika Komisi Eropa-yang mengawasi kebijakan perdagangan blok tersebut-meluncurkan penyelidikan anti-subsidi terhadap kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok, menuduh Beijing membanjiri pasar dengan ekspor yang didukung negara.

    April tahun ini, seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa dan Tiongkok telah sepakat untuk mempertimbangkan penetapan harga minimum kendaraan listrik buatan Tiongkok, alih-alih tarif yang diberlakukan Uni Eropa tahun lalu.

    Kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan. “Beijing masih berharap untuk mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa terkait daftar panjang konflik perdagangan,” kata Even Rogers Pay, seorang analis di Trivium China yang berbasis di Beijing dan berspesialisasi di bidang pertanian.

    “Investigasi ini-bersama dengan investigasi terhadap daging babi Uni Eropa, yang diperpanjang pada bulan Juni-merupakan alat tawar-menawar yang signifikan dalam negosiasi yang sedang berlangsung seputar tarif Uni Eropa untuk kendaraan energi baru China,” ujarnya.

    China awalnya mengumumkan investigasi susu tersebut setahun yang lalu, sehari setelah Brussels merevisi bea masuk untuk kendaraan listrik buatan China, tetapi menahan diri untuk tidak membatalkannya seperti yang didesak Beijing.

    (hoi/hoi)

    [Gambas:Video CNBC]

  • California Keluarkan Peringatan Waspada Babi ‘Biru Neon’

    California Keluarkan Peringatan Waspada Babi ‘Biru Neon’

    Jakarta

    Para pemburu hewan menemukan daging yang secara mengejutkan berwarna ‘biru neon‘ di dalam tubuh babi hutan di California, Amerika Serikat, yang memicu pernyataan peringatan tentang potensi kontaminasi.

    “Saya tidak sedang membicarakan sedikit warna biru. Saya sedang membicarakan jenis biru neon, biru blueberry,” kata Dan Burton, pemilik perusahaan pengendalian satwa liar, dikutip dari Science Alert.

    Investigasi oleh otoritas setempat menemukan perubahan warna yang dramatis tersebut disebabkan oleh keracunan rodentisida dan telah mengeluarkan peringatan di seluruh wilayah Monterey County. Racun ini sering dijual dalam bentuk pewarna untuk identifikasi, dan penggunaannya telah sangat dibatasi di California sejak 2024.

    “Para pemburu harus menyadari bahwa daging hewan buruan, seperti babi hutan, rusa, beruang, dan angsa, mungkin terkontaminasi jika hewan buruan tersebut terpapar rodentisida,” kata koordinator investigasi pestisida Ryan Bourbour dari Departemen Perikanan dan Margasatwa California (CDFW).

    “Paparan rodentisida dapat menjadi perhatian bagi satwa liar non-target di area yang aplikasinya dilakukan di dekat habitat satwa liar,” ujarnya.

    Yang mengkhawatirkan, ini bukan pertama kalinya babi hutan di wilayah tersebut mengalami keracunan biru pada jeroannya. Difasinon, pengendali hewan pengerat yang populer di bidang pertanian, adalah rodentisida generasi pertama yang bertindak sebagai antikoagulan, yang menyebabkan pendarahan internal yang parah.

    Predator, termasuk manusia, yang memakan hewan yang diracuni dengan toksin tersebut, dapat jatuh sakit. Meskipun bahan kimia tersebut terurai lebih cepat daripada rodentisida generasi kedua, difasinon tetap aktif dalam jaringan hewan yang mati untuk beberapa waktu, bahkan setelah dimasak.

    Kelompok-kelompok satwa liar di seluruh dunia telah lama mendesak kita untuk berhenti bergantung pada pestisida kimia karena kerusakan tambahan yang ditimbulkan oleh racun-racun ini. Dari burung hantu hingga lebah, pestisida menyebabkan kerusakan besar bagi satwa liar.

    Hewan non-target mengonsumsinya secara langsung atau terkena dampak paparan sekunder saat memakan hewan lain yang telah menelan racun tersebut, yang menambah beban pada spesies yang sudah terancam punah.

    Babi hutan, hasil persilangan antara babi domestik dan babi hutan, adalah omnivora yang akan memakan tikus beracun dan umpannya. Pestisida juga berbahaya bagi manusia yang terpapar. Pestisida telah dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma, diabetes, kanker, dan kondisi kesehatan lainnya.

    Pengelolaan hama terpadu bertujuan untuk memitigasi risiko praktik pengendalian berisiko tinggi dengan menggabungkan berbagai strategi seperti mendorong predator alami, pembangunan pagar dan perangkap, serta pencegah lainnya.

    CDFW mendesak siapa pun yang menemukan hewan berwarna biru atau kelainan lainnya untuk melaporkannya ke Laboratorium Kesehatan Satwa Liar.

    (rns/rns)

  • Top 3 News: Modus Licik Kakek di Tambora, Raup Uang Tanpa Keringat Setetes Pun! – Page 3

    Top 3 News: Modus Licik Kakek di Tambora, Raup Uang Tanpa Keringat Setetes Pun! – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Siang itu terik matahari menyinari kawasan Jembatan 2, Tambora. Di pinggir jalan, seorang kakek mondar-mandir, matanya menatap ke arah mobil yang lalu-lalang. Itulah top 3 news hari ini.

    Bukan untuk meminta tumpangan, melainkan mencari pengemudi yang akan menjadi targetnya. Kakek itu berinisial A (65). Aksinya berakhir di tangan polisi yang sudah mengintai gerak-geriknya saat hendak beraksi.

    Menurut Kanit Reskrim Polsek Tambora Polres Metro Jakarta Barat AKP Sudrajat Djumantara, modusnya terbilang licik. A sengaja menabrakkan diri ke mobil yang sedang lewat. Begitu pengemudi panik, ia pura-pura kesakitan lalu meminta sejumlah uang dengan dalih uang pengobatan.

    Sementara itu, polisi memeriksa istri pelaku pembunuhan pegawai BPS berinisial AFM di Halmahera Timur, Maluku Utara. Terduga pelaku diketahui atas nama inisial AH (27). Pemeriksaan itu dilakukan pada Selasa 12 Agustus 2025.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, AFM mengaku tidak pernah mengetahui dengan rencana pembunuhan yang telah dilakukan oleh terduga pelaku.

    Berita terpopuler lainnya di kanal News Liputan6.com adalah terkait Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian langsung mengajak seluruh kepala daerah, mulai dari bupati, wali kota, hingga gubernur untuk melakukan rapat virtual usai terjadinya unjuk rasa terhadap Bupati Pati Sudewo.

    Salah satu poin yang akan ditekankan adalah pentingnya kepala daerah memperhatikan kemaslahatan rakyat sebelum mengeluarkan kebijakan. Sementara urusan pajak dan retribusi daerah mesti melalui sosialisasi yang tidak sebentar.

    Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com sepanjang Kamis 14 Agustus 2025:

    Sebuah video yang menampilkan tentara Ukraina sedang menyiapkan cara licik untuk menghadapi tentara Chechnya viral di media sosial. Dalam video yang tersebar, terlihat tentara Ukraina menyiapkan peluru yang sudah diolesi oleh minyak babi.

  • Heboh Sawah Disulap Jadi Resor Golf Trump, Petani Cuma Dapat Rp52 Juta

    Heboh Sawah Disulap Jadi Resor Golf Trump, Petani Cuma Dapat Rp52 Juta

    Jakarta, CNBC Indonesia – Petani Vietnam gusar. Di antaranya Nguyen Thi Huong.

    Ia sudah kurang tidur sejak pihak berwenang memintanya meninggalkan lahannya untuk membangun resor golf yang didukung keluarga Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sebagai imbalannya, ia akan diberikan uang US$3.200 (Rp 52 juta) dan beras.

    Resor golf memang akan dibangun bulan depan. Pengembang sudah menawarkan paket kompensasi ke ribuan penduduk desa, meminta mereka meninggalkan lahan yang telah menjadi sumber penghidupan mereka selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun, termasuk Nguyen Thi Huong.

    Proyek ini merupakan kemitraan pertama bagi bisnis keluarga Trump di Vietnam. Bahkan menjadi salah satu bahan negosiasi, yang mempercepat deal negosiasi tarif impor Trump.

    “Seluruh desa khawatir dengan proyek ini karena akan merampas tanah kami dan membuat kami kehilangan pekerjaan,” kata Huong (50 tahun), yang diminta untuk meninggalkan lahan seluas 200 meter persegi di Provinsi Hung Yen dekat ibu kota Hanoi, dengan gaji di bawah rata-rata selama satu tahun di Vietnam, dikutip Reuters, Senin (11/8/2025).

    Sebenarnya perusahaan real estat Vietnam, Kinhbac City dan mitranya, adalah pihak yang mengembangkan klub golf mewah Trump Organization. Nilai proyek itu diketahui sebesar US$5 juta untuk hak lisensi merek saja.

    Bisnis keluarga Trump akan mengelola klub tersebut setelah selesai dibangun, tetapi tidak terlibat dalam investasi dan kompensasi kepada para petani. Trump mengatakan asetnya dalam bisnis-bisnis tersebut disimpan dalam sebuah perwalian yang dikelola oleh anak-anaknya, tetapi pengungkapan pada bulan Juni menunjukkan bahwa pendapatan dari sumber-sumber tersebut pada akhirnya menjadi milik presiden.

    Sayangnya, Kementerian Pertanian Vietnam, otoritas Hung Yen, Trump Organization, dan Kota Kinhbac tidak memberi verifikasi. Seorang pejabat setempat menolak untuk berbicara tentang kompensasi tersebut tetapi mengatakan bahwa tingkat kompensasi untuk lahan pertanian di daerah tersebut biasanya tidak melebihi US$14 per meter persegi.

    Perlu diketahui, lahan pertanian Vietnam dikelola oleh negara. Petani diberi lahan kecil untuk penggunaan jangka panjang, tetapi tidak memiliki banyak suara ketika pihak berwenang memutuskan untuk mengambil kembali lahan tersebut.

    Tidak Punya Hak Negosiasi-Tawarkan Beras

    Sementara itu, petani lainnya Do Dinh Huong, mengatakan bahwa lahannya akan diberi kompensasi sekitar US$12 per meter persegi. Namun dirinya tidak punya hak untuk bernegosiasi.

    “Sungguh memalukan,” kata petani yang lahannya akan diberi kompensasi sekitar US$12 per meter persegi.

    Ia mengatakan akan menerima apa yang ia yakini sebagai harga rendah jika lahan tersebut akan digunakan untuk membangun jalan atau infrastruktur publik lainnya. Tapi ini proyek bisnis.

    “Saya tidak tahu bagaimana itu akan berkontribusi pada kehidupan masyarakat,” tambahnya.

    Pihak berwenang juga telah menawarkan beras sebagai kompensasi, dengan ketentuan bervariasi dari dua hingga dua belas bulan. Salah satunya dikatakan Nguyen Thi Chuc, seorang petani berusia 54 tahun yang menanam pisang di lahan yang akan menjadi klub golf Trump.

    Ia diberi tahu oleh pihak berwenang bahwa ia mungkin menerima sekitar US$30 per meter persegi untuk lahan seluas 200 meter persegi miliknya.

    “Saya sudah tua dan tidak bisa melakukan apa pun selain bekerja di pertanian,” katanya.

    Ciptakan Lapangan Kerja Baru

    Sebaliknya, para pengacara dan investor di provinsi tersebut mengatakan bahwa klub golf akan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik. Ini akan memperkaya penduduk desa.

    Le Van Tu, seorang penduduk lokal berusia 65 tahun yang akan menerima kompensasi atas lahannya yang kecil dan memiliki restoran di desa yang akan berbatasan dengan klub golf. Ia mengatakan ia akan merenovasi restorannya menjadi restoran untuk melayani klien yang lebih kaya.

    Harga tanah di desa telah naik lima kali lipat sejak proyek tersebut diumumkan pada bulan Oktober. Ia juga senang peternakan babi di dekatnya akan hilang.

    “Tidak akan bau lagi,” katanya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Studi Terbaru Terungkap! Hobbit Flores Ternyata dari Sulawesi

    Studi Terbaru Terungkap! Hobbit Flores Ternyata dari Sulawesi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Studi terbaru menemukan temuan baru soal asal-usul manusia mungil Homo floresiensis atau yang dijuluki “hobbit” dari Pulau Flores. Temuan ini mengindikasikan bahwa nenek moyang mereka kemungkinan berasal dari Pulau Sulawesi. Mereka diperkirakan sudah ada sejak 1,5 juta tahun lalu.

    Belum jelas spesies leluhur mana yang menghuni pulau di Indonesia itu pada masa awal sejarah manusia, namun perjalanan dari daratan Asia Tenggara menuju Sulawesi kemungkinan menjadi momen pertama manusia menyeberangi lautan.

    Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature ini menemukan tujuh alat batu rijang (chert) di ladang jagung di Sulawesi bagian selatan. Berdasarkan analisis sedimen dan fosil rahang babi hutan yang ditemukan di lokasi yang sama, para peneliti memperkirakan artefak itu dibuat oleh hominin purba antara 1,04 hingga 1,48 juta tahun lalu.

    “Untuk bisa menyeberang dari daratan Asia ke Sulawesi, mereka harus melintasi celah laut yang cukup lebar, dan bagaimana mereka melakukannya masih belum diketahui,” kata Dr. Adam Brumm dari Griffith University yang merupakan salah satu penulis studi, dikutip dari IFL Science, Sabtu (9/8/2025).

    Usia ini lebih tua dibandingkan artefak tertua di Flores yang bertanggal 1,02 juta tahun lalu, sehingga memperkuat dugaan bahwa hominin purba mencapai Sulawesi terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Flores.

    “Saya rasa kami menemukan kepingan lain dari teka-teki ini, yang membuat kemungkinan Sulawesi menjadi titik asal manusia awal di Flores semakin besar,” kata

    Meski demikian, hingga kini belum ditemukan fosil hominin di Sulawesi yang bisa mengonfirmasi identitas pembuat alat-alat batu tersebut. Hipotesis terkuat saat ini menyebut Homo floresiensis berasal dari populasi Homo erectus yang menyeberang dari daratan utama lalu mengalami proses “pengecilan ukuran tubuh di pulau” atau island dwarfism.

    Brumm menambahkan, penyeberangan laut pada masa itu kemungkinan bukan hasil pelayaran terencana, melainkan insiden tak sengaja, mirip perpindahan alami hewan yang terbawa hanyut di atas rakit vegetasi.

    Temuan ini membuka wawasan baru tentang jalur migrasi manusia purba di kawasan Wallacea, namun juga memunculkan banyak pertanyaan. “Siapa mereka, apakah mereka masih ada ketika manusia modern tiba 65.000 tahun lalu, dan jika iya, bagaimana interaksi yang terjadi?” ujar Brumm.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Manusia Hobbit Flores Diduga Berasal dari Sulawesi

    Manusia Hobbit Flores Diduga Berasal dari Sulawesi

    Jakarta

    Studi terbaru menduga bahwa manusia purba Hobbit yang ditemukan di Pulau Flores sebenarnya berasal dari Sulawesi. Para peneliti menemukan bukti hunian hominin di sana hingga 1,5 juta tahun yang lalu.

    Saat ini belum jelas spesies leluhur mana yang hadir di pulau Indonesia pada titik awal sejarah, tetapi perjalanan dari daratan Asia Tenggara ke Sulawesi mungkin adalah bukti pertama manusia menyeberangi lautan.

    Sudah diketahui umum bahwa hominin Pleistosen berlayar melalui kepulauan Wallacea, dengan artefak di Flores yang berasal dari 1,02 juta tahun yang lalu. Fosil-fosil Homo floresiensis yang mungil juga telah ditemukan, sementara spesies mungil serupa yang disebut Homo luzonensis meninggalkan sisa-sisanya di Pulau Luzon di dekatnya.

    “Kami selalu menduga bahwa Hobbit asli sebenarnya berasal dari Sulawesi,” kata Dr Adam Brumm dari Griffith University kepada IFLScience dilansir Jumat (8/8/2025).

    Dia menambahkan bahwa ia dan rekannya, Budianto Hakim, telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencari bukti bahwa manusia telah mencapai pulau itu sebelum mereka tiba di Flores. Akan tetapi, hingga sekian lama, belum pernah ada yang menemukan perkakas batu di Sulawesi yang berusia lebih dari 194.000 tahun.

    Namun, semua itu berubah ketika penulis studi menemukan serangkaian tujuh perkakas rijang di ladang jagung di Sulawesi bagian selatan. Dengan menganalisis usia sedimen di sekitarnya dan fosil rahang babi yang ditemukan di samping artefak tersebut, para peneliti menghitung bahwa benda-benda batuan tersebut dibuat oleh hominin purba antara 1,04 dan 1,48 juta tahun yang lalu.

    Yang terpenting, perkakas-perkakas ini lebih tua daripada artefak paling awal yang diketahui di Flores, menunjukkan bahwa hominin prasejarah mungkin telah mencapai Sulawesi sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau yang lebih kecil, yang terletak ratusan kilometer di selatan.

    “Saya pikir kita memiliki bagian lain dari teka-teki ini yang membuatnya agak lebih mungkin bahwa Sulawesi adalah titik asal manusia purba di Flores. Tetapi, sampai kita menemukan fosil hominin di Sulawesi sendiri, kita tidak dapat mengatakan siapa yang membuat peralatan batu tersebut dan apakah teori itu benar,” ujar Dr Brumm.

    Hipotesis utama dugaan manusia Hobbit aslinya dari Sulawesi

    Saat ini, hipotesis utama adalah bahwa H. floresiensis merupakan keturunan dari populasi Homo erectus yang menyeberang dari daratan sebelum menjalani proses evolusi yang dikenal sebagai dwarfisme pulau. Apakah penduduk Sulawesi awal ini memiliki warisan yang sama atau mengalami perubahan morfologi yang serupa saat ini mustahil untuk dipastikan, karena ilmuwan belum menemukan sisa-sisa manusia yang terkait dengan peralatan batu ini.

    Terlepas dari identitas para pembuat alat kuno tersebut, Brumm mengatakan mereka kemungkinan besar tidak memiliki kemampuan kognitif untuk membuat perahu. Dengan kata lain, mereka menyeberangi pulau tidak memakai perahu melainkan memakai cara lain.

    “Untuk menyeberang dari daratan Asia ke Sulawesi, mereka harus menyeberangi celah laut yang cukup signifikan, dan bagaimana mereka melakukannya tidak diketahui secara pasti,” jelasnya.

    Peralatan batu di Sulawesi menunjukkan bahwa manusia telah menjajah pulau tersebut sebelum mencapai Flores. Foto: M.W Moore via IFLScience

    “Saya pikir keterampilan kognitif yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi maritim, menciptakan perahu, dan melakukan pelayaran terencana pastilah melampaui kemampuan manusia purba ini,” sambungnya. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa penyeberangan samudra awal ini mungkin terjadi secara tidak sengaja.

    Dengan demikian, meskipun penemuan ini membantu mengisi beberapa celah dalam pemahaman kita tentang perjalanan manusia melintasi Wallacea, Brumm mengatakan bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

    “Siapakah mereka, apa yang terjadi pada mereka setelah mereka tiba, dan apa yang terjadi setelah spesies kita pertama kali menginjakkan kaki di pulau itu, ketika kita pertama kali menjajah Sulawesi sekitar 65.000 tahun yang lalu? Apakah populasi sebelumnya masih menetap di pulau itu pada saat itu, atau apakah mereka telah punah sebelumnya? Dan jika tidak, bagaimana sifat interaksi antara kita dan mereka?” renungnya. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Depresi Ditinggal Istri, Pria di Maros Nekat Bakar Rumah”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ask/fay)

  • 7
                    
                        Dilema Investasi Rp 10 T di Jepara: Ditolak Warga, Diharamkan MUI, Pemerintah Cari Jalan Tengah
                        Regional

    7 Dilema Investasi Rp 10 T di Jepara: Ditolak Warga, Diharamkan MUI, Pemerintah Cari Jalan Tengah Regional

    Dilema Investasi Rp 10 T di Jepara: Ditolak Warga, Diharamkan MUI, Pemerintah Cari Jalan Tengah
    Editor
    JEPARA, KOMPAS.com –
    Rencana investasi jumbo untuk pendirian peternakan babi skala besar di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kini menjadi sorotan utama setelah memicu kontroversi berlapis.
    Potensi ekonomi senilai Rp 10 triliun harus berhadapan langsung dengan penolakan kuat dari masyarakat yang berujung pada keluarnya fatwa haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), memaksa pemerintah daerah dan perwakilan di tingkat pusat untuk angkat bicara.
    Berikut rangkuman duduk perkara polemik investasi peternakan babi di Jepara berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com.
    Di balik kontroversi yang ada, nilai investasi yang direncanakan untuk proyek ini tidak main-main. Bupati Jepara, Witiarso Utomo, mengungkap bahwa nilai investasi yang akan ditanamkan oleh perusahaan, yang diketahui adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, mencapai Rp 10 triliun.
    Perusahaan tersebut telah melakukan riset dan kajian mandiri, serta menilai Jepara sangat strategis untuk bisnis mereka. Lokasi yang diincar adalah Desa Jugo, Kecamatan Donorojo.
    “Perusahaan tertarik untuk membangun peternakan babi di Desa Jugo, Kecamatan Donorojo. Karena geografisnya. Mereka juga ingin yang ada pelabuhan dan juga ketersediaan pakan jagung yang melimpah. Sehingga mereka tertarik Jepara,” ungkap Bupati yang akrab disapa Wiwit itu, Selasa (5/8/2025).
    Perusahaan tersebut awalnya mengajukan surat permohonan ke MUI, namun karena warga setempat menolak, fatwa pun dikeluarkan.
    Rencana besar tersebut langsung berbenturan dengan kultur masyarakat Jepara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Penolakan dari warga menjadi alasan utama di balik gejolak yang terjadi.
    Ketua MUI Jawa Tengah, Ahmad Darodji, membenarkan bahwa fatwa yang mereka keluarkan merupakan tindak lanjut setelah menerima banyak laporan dari warga yang merasa keberatan.
    Bupati Wiwit juga menegaskan bahwa pertimbangan utama pemerintah adalah nilai-nilai keagamaan masyarakat.
    “Kalau ini yang ditabrak nilai-nilai syariat keagamaan islam yang sebagian besar dianut masyarakat Jepara. Sehingga ini menjadi pertimbangan lain dari pemerintah mau mengizinkan atau tidak,” tegas Wiwit.
    Puncak dari penolakan warga adalah keluarnya fatwa dari MUI Jawa Tengah dengan Nomor: Kep.FW.01/DP-P.XII/SK/VIII/2025 pada Jumat, 1 Agustus 2025.
    Fatwa tersebut tidak hanya mengharamkan pendirian peternakan, tetapi juga semua bentuk keterlibatan di dalamnya.
    Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji menjelaskan jangkauan fatwa tersebut secara tegas berdasarkan pertimbangan Al-Quran dan hadis.
    “Kemudian yang di Jawa Tengah persidangan Komisi Fatwa mengeluarkan fatwa bahwa peternakan babi di Jawa Tengah hukumnya haram. Mereka yang membantu hukumnya haram. Mereka yang bekerja di sana hukumnya haram. Ini pertimbangannya sesuai dengan pertimbangan MUI selalu dari ayat Quran. Kemudian yang kedua dari hadis Nabi,” ujar Darodji, Senin (4/8/2025).
    Menghadapi situasi ini, berbagai level pemerintahan memberikan respons yang beragam namun senada dalam menghormati aspirasi masyarakat.
    Bupati Jepara Witiarso Utomo berada di posisi dilematis. Di satu sisi, ia menyatakan pemerintah pada prinsipnya terbuka untuk investasi, namun ia menegaskan akan patuh pada arahan lembaga keagamaan.
    “Kami mengikuti arahan MUI, maupun Bahtsul Masail NU yang merekomendasikan untuk tidak memberikan izin,” katanya.
    Di tingkat provinsi, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, menyarankan agar dicarikan solusi lain, termasuk kemungkinan relokasi.
    “Kalau saran kami ya nanti bisa dibicarakan lagi, kita cari tempat yang lain kalau masih memungkinkan,” ungkapnya.
    Sementara itu, Anggota DPD RI perwakilan Jawa Tengah, Abdul Kholik, mendorong pemerintah untuk mencari solusi aktif, bukan sekadar menolak. Ia mengusulkan agar orientasi pasar diarahkan untuk ekspor atau segmen non-muslim, serta mencari lokasi yang lebih tepat.
    “Sebagai investasi, tentu ada efek terhadap perekonomian Jawa Tengah. Tapi kalau masyarakat keberatan, harus dicarikan solusi, misalnya lokasi yang steril dari keberatan warga,” ujar Kholik.
    SUMBER: KOMPAS.com
     
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • MUI Haramkan Peternakan Babi di Jepara, Wagub Jateng: Kita Cari Tempat Lain Kalau Memungkinkan…
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        5 Agustus 2025

    MUI Haramkan Peternakan Babi di Jepara, Wagub Jateng: Kita Cari Tempat Lain Kalau Memungkinkan… Regional 5 Agustus 2025

    MUI Haramkan Peternakan Babi di Jepara, Wagub Jateng: Kita Cari Tempat Lain Kalau Memungkinkan…
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah telah mengeluarkan fatwa haram terkait pendirian peternakan babi di Jepara, Jawa Tengah.
    Pendirian peternakan ini melibatkan investor PT Charoen Pokphand Indonesia, yang berencana menanamkan modal hingga triliunan rupiah.
    Fatwa tersebut dikeluarkan setelah warga setempat menolak rencana pendirian peternakan babi, meskipun perusahaan sebelumnya telah mengajukan surat permohonan kepada MUI.
    Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, menyatakan bahwa lokasi peternakan akan dipindahkan sebagai dampak dari fatwa haram yang dikeluarkan MUI.
    Yasin menyerahkan sepenuhnya kebijakan terkait peternakan ini kepada Pemerintah Kabupaten Jepara.
    Ia menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan melakukan koordinasi lebih lanjut untuk mencari solusi terbaik.
    “Kalau saran kami ya nanti bisa dibicarakan lagi, kita cari tempat yang lain kalau masih memungkinkan,” ungkap Yasin usai rapat paripurna di Kantor DPRD Jawa Tengah, Senin (4/8/2025).
    Ia juga menjelaskan bahwa polemik ini telah dikaji oleh MUI, Nahdlatul Ulama (NU), dan sejumlah lembaga serta komunitas lainnya.
    Hasil kajian tersebut mengarahkan Pemerintah Provinsi untuk menyerahkan wewenang kepada Pemerintah Kabupaten Jepara.
    “Jadi kami kembalikan ke Pemerintah Kabupaten Jepara selaku pemegang kewenangan,” tambahnya.
    Yasin menekankan pentingnya memperhatikan kondusivitas lingkungan meskipun pendirian peternakan babi tersebut memiliki nilai investasi hingga puluhan triliun.
    “Sebenarnya ini juga bentuk investasi buat kami karena bisa memberikan pendapatan, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana kondusivitas di lingkungan tersebut,” ujarnya.
    “Investornya menyampaikan bahwa peternakan ini akan mengimpor indukan babi, lalu dibesarkan di Jepara dengan kapasitas 2–3 juta ekor per tahun untuk diekspor. Retribusi untuk Pemkab mencapai Rp 300.000 per ekor dan juga CSR,” kata Wiwit usai menghadiri Sosialisasi Hasil Bahtsul Masa’il di Gedung PCNU Jepara, Senin (4/8/2025).
    Berdasarkan informasi yang dihimpun, nilai investasi untuk peternakan babi di Jepara mencapai Rp 30 triliun.

    Namun, Wiwit menegaskan bahwa potensi retribusi dan besarnya nilai CSR bukan menjadi pertimbangan utama pemerintah jika bertentangan dengan prinsip-prinsip religius masyarakat Jepara.
    “Jepara adalah daerah yang religius. Kami lebih memilih mendengarkan petuah dan fatwa para kiai agar setiap keputusan tidak melukai nilai-nilai religius masyarakat,” pungkas Wiwit.
    Sebelumnya, MUI Jawa Tengah telah mengeluarkan fatwa haram mengenai pendirian peternakan babi di wilayah tersebut dengan Nomor: Kep.FW.01/DP-P.XII/SK/VIII/2025.
    Fatwa tersebut merupakan hasil sidang Komisi Fatwa MUI Jateng pada Jumat, 1 Agustus 2025, dan merupakan respons terhadap surat permohonan dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk bernomor: 5/PTCPI/P/VI/2025 tertanggal 5 Juni 2025.
    Ketua MUI Jateng, Ahmad Darodji, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan MUI Pusat sebelum mengeluarkan fatwa tersebut.
    “Penolakan muncul karena di Jepara memiliki penduduk mayoritas muslim. Setelah menerima banyak laporan warga yang merasa keberatan atas pendirian peternakan tersebut, fatwa dikeluarkan,” jelas Darodji.
    Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa hasil pembahasan fatwa tidak hanya melarang pendirian peternakan, tetapi juga mencakup semua bentuk keterlibatan dalam kegiatan tersebut.
    “Kemudian yang di Jawa Tengah persidangan Komisi Fatwa mengeluarkan fatwa bahwa peternakan babi di Jawa Tengah hukumnya haram. Mereka yang membantu hukumnya haram. Mereka yang bekerja di sana hukumnya haram. Ini pertimbangannya sesuai dengan pertimbangan MUI selalu dari ayat Quran. Kemudian yang kedua dari hadis Nabi,” tegas Darodji di kantornya, Senin (4/8/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.