Hewan: Ayam

  • Nasi Kuning dan Sayur MBG Diduga Jadi Pemicu Keracunan Anak Sekolah di Martapura

    Nasi Kuning dan Sayur MBG Diduga Jadi Pemicu Keracunan Anak Sekolah di Martapura

    Liputan6.com, Banjar – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar mengungkap hasil sementara penyelidikan terkait kasus dugaan keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa puluhan siswa Sekolah Islam Terpadu (SIT) Assalam Martapura, Kamis (9/10/2025).

    Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Banjar, Dr. H. Nooripansyah, mengatakan, hasil uji laboratorium sementara menunjukkan bahwa nasi kuning dan sayur yang disajikan dalam program MBG terindikasi jadi pemicu keracunan.

    “Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, nasi kuning dan sayur menunjukkan hasil positif mengandung zat penyebab keracunan. Sedangkan ayam dalam menu tersebut tidak terdeteksi adanya kontaminasi,” ujar Nooripansyah kepada wartawan, Kamis malam.

    Menurutnya, temuan itu masih bersifat awal. Tim gabungan dari Dinkes Banjar bersama Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan akan melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk menelusuri dapur penyedia makanan program tersebut.

    “Kami bersama tim dari provinsi akan turun langsung ke dapur penyedia untuk memastikan keamanan makanan. Karena kegiatan makan bersama masih akan berlanjut, jadi harus benar-benar dipastikan aman,” tegasnya.

    Nooripansyah menambahkan, pemeriksaan lanjutan akan terus dilakukan hingga penyebab pasti keracunan dapat dipastikan.

    Ia juga menegaskan bahwa evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG akan dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang.

    Kasus dugaan keracunan ini sebelumnya menimpa puluhan siswa SIT Assalam Martapura yang mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu MBG berupa nasi kuning, sayur, dan ayam suwir.

    Sebagian korban sempat mendapat perawatan di sejumlah fasilitas kesehatan di Martapura.

     

  • Kenaikan Harga Pakan Berisiko Ancam Program MBG, Ini Alasannya

    Kenaikan Harga Pakan Berisiko Ancam Program MBG, Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menghadapi persoalan lantaran melonjaknya harga jagung.

    Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi mengatakan kenaikan harga jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam bisa berdampak pada keberlangsungan program MBG akibat lonjakan biaya produksi daging dan telur. Pasalnya, jika biaya produksi terus merangkak naik, maka harga menu dalam MBG otomatis ikut naik.

    “Apa yang akan dilakukan [pemerintah] agar tidak memberatkan [peternak] dan [jangan] sampai menggagalkan program MBG, karena biaya makan bergizi per nampan jadi naik [karena kenaikan harga jagung],” kata Musbar kepada Bisnis, Kamis (9/10/2025).

    Dia mengungkap bahwa kini harga jagung di tingkat peternak atau industri mengalami gejolak dari Rp5.500 per kilogram ke Rp6.520 per kilogram dalam 1–2 bulan terakhir.

    Padahal, lanjut dia, jagung berkontribusi 50% terhadap pakan unggas. Alhasil, industri perunggasan mencatat kenaikan harga pakan unggas hingga Rp250–Rp300 per kilogram di tingkat pabrik.

    Dia menyampaikan bahwa kenaikan harga pakan unggas didorong oleh harga jagung yang melonjak dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang otomatis membuat bahan baku impor makin mahal.

    “Karena setiap kenaikan harga jagung Rp500 per kilogram berpengaruh terhadap harga pakan ayam. Apalagi kalau [harga jagung] naik Rp1.000 per kilogram, inilah masalah utama yang bersifat strategis,” ujarnya.

    Di sisi lain, asosiasi juga mengusulkan agar setiap dapur SPPG membeli kebutuhan MBG berupa ayam maupun telur secara langsung dari peternak, tanpa melalui perantara tengkulak (middleman).

    “Middleman memegang peranan yang sangat strategis dalam memegang kendali harga,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, menurut Musbar, isu utama bukan pada ketersediaan komoditas, melainkan pada struktur biaya dan lemahnya antisipasi pemerintah terhadap gejolak harga bahan baku, terutama jagung.

    Untuk itu, dia menegaskan hingga saat ini ketersedian ayam dan telur untuk kebutuhan masyarakat Indonesia dan program MBG masih mencukupi.

    “Jadi masalahnya kenaikan daging dan telur ayam bukan karena laju pertumbuhan SPPG,” imbuhnya.

    Lebih lanjut. Musbar mendorong adanya langkah cepat dari pemerintah untuk mengevaluasi stok jagung nasional, terutama untuk kebutuhan hingga panen raya.

    Namun, sambung dia, jika pasokan jagung tidak mencukupi, maka pemerintah harus mengambil langkah konkret.

    “Pemerintah juga harus bisa melihat hal ini secara clear ya, bagaimana solusinya dalam jangka tiga bulan ke depan,” ujarnya.

    Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan kebutuhan ayam dan telur meningkat signifikan seiring beroperasinya ribuan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Alhasil, kenaikan permintaan ayam dan telur mendorong lonjakan harga ayam di pasaran.

    “Wakil Kepala Kadin Indonesia menyatakan sekarang harga ayam naik dan meningkat, karena kebutuhan makan bergizi, saya kira ini ada benarnya,” ujar Dadan dalam acara bertajuk Membangun Ekosistem Pangan dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

    Dadan mengungkap, untuk menghasilkan sekitar 3.000 butir telur per hari, maka dibutuhkan setidaknya 4.000 ekor ayam petelur sehingga harus disiapkan pula sekitar 4 kandang untuk ayam petelur.

    Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa sekitar 50% pakan ayam petelur berasal dari jagung, yang sebagian besar masih bisa disuplai dari dalam negeri. Namun, menurutnya, juga perlu dipastikan keberlanjutan pasokan di tengah lonjakan permintaan akibat MBG.

    “Karena setiap kali masak ayam untuk 3.000 orang itu dibutuhkan 350 ayam, kalau 1 kilogram 1 ayam, maka butuh 350 kilogram 350 ayam. Kalau 2 kali seminggu saja, butuh 700 ayam. 1 bulan sudah dekat 2.800 ayam,” jelasnya.

    Ke depan, Dadan menilai perlu adanya tambahan peternak baru agar program MBG tidak mengalami kekurangan pasokan ayam dan telur.

    “Jika tidak diikuti dengan peternak-peternak baru, saya kira kita akan kekurangan pasokan ayam, demikian juga dengan telur,” tutupnya.

  • Siswa Keracunan MBG di Banjar Kalsel Bertambah, Kini Berjumlah 37 Orang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        9 Oktober 2025

    Siswa Keracunan MBG di Banjar Kalsel Bertambah, Kini Berjumlah 37 Orang Regional 9 Oktober 2025

    Siswa Keracunan MBG di Banjar Kalsel Bertambah, Kini Berjumlah 37 Orang
    Tim Redaksi
    MARTAPURA, KOMPAS.com
    – Jumlah siswa yang mengalami keracunan akibat menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), terus meningkat.
    Saat ini, Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha merawat 37 siswa dengan gejala keracunan.
    Kepala Kepolisian Resor Banjar, AKBP Fadli, mengungkapkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.
    “Jumlah siswa akibat MBG ini sudah berjumlah 37 orang dan kemungkinan juga masih ada berikutnya,” ujar Fadli kepada wartawan di RSUD Ratu Zalecha Martapura, Kamis (9/10/2025).
    Untuk menyelidiki penyebab keracunan, petugas kepolisian telah mengambil sampel menu yang dikonsumsi oleh para siswa.
    Sampel makanan tersebut akan diuji di laboratorium sebagai bagian dari penyelidikan.
    “Hasilnya kita tunggu, saat ini sementara proses. Kami akan melakukan penyelidikan bagaimana prosesnya kejadian ini bisa terjadi,” tambah Fadli.
    Salah satu orang tua siswa, Nassar, menceritakan bahwa anaknya mengonsumsi menu MBG saat jam istirahat makan siang.
    Gejala keracunan tidak langsung muncul setelah mengonsumsi makanan tersebut.
    “Setelah pulang sekolah, mendekati sore, gejala keracunan mulai muncul. Anak saya mengalami mual dan muntah-muntah, dan langsung saya larikan ke RSUD Ratu Zalecha Martapura,” ungkap Nassar.

    Nassar juga menyatakan bahwa anaknya mencurigai salah satu bahan makanan yang disajikan.
    “Kalau menurut anakku, itu dari ayam suwir yang dihidangkan,” jelasnya.
    Selain itu, sehari sebelum kejadian, anak Nassar juga mengeluhkan buah yang disajikan mulai membusuk.
    “Anakku juga bilang kemarin itu buahnya mulai busuk dan hari ini ayam suwirnya,” tambah Nassar.
    Nassar berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
    “Ya, kita berharap supaya lebih diperbaiki lagi prosesnya, diawasi betul-betul,” harapnya.
    Sebelumnya, sebanyak 17 siswa dari dua sekolah di Martapura, Banjar, Kalsel, dilarikan ke RSUD Ratu Zalecha karena mengalami keracunan setelah menyantap MBG di sekolah masing-masing.
    Sebelum mendapatkan perawatan medis, para siswa tersebut mengeluhkan sakit perut dan muntah-muntah.
    Hingga saat ini, seluruh siswa yang mengalami keracunan masih menjalani perawatan di RSUD Ratu Zalecha Martapura.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lansia yang Hamili ABG di Cakung Sempat Ngumpet di Bawah Kandang Ayam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Oktober 2025

    Lansia yang Hamili ABG di Cakung Sempat Ngumpet di Bawah Kandang Ayam Megapolitan 9 Oktober 2025

    Lansia yang Hamili ABG di Cakung Sempat Ngumpet di Bawah Kandang Ayam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – KH (65), lansia yang menyetubuhi anak di bawah umur berinisial NR (16), sempat bersembunyi di bawah kandang ayam saat hendak ditangkap warga yang mengetahui perbuatannya.
    “Setelah membuat laporan kepolisian malam harinya, terjadi kericuhan di lingkungan tempat tinggal pelaku sehingga pelaku ini sempat melarikan diri di bawah kandang ayam,” ujar Kanit PPA Polres Metro Jakarta Timur AKP Sri Yatmini saat menemui awak media, Kamis (9/10/2025).
    Sri mengatakan, kasus tersebut dilaporkan oleh ibu korban pada hari Rabu (1/10/2025) pukul 14.30 WIB ke Polres Metro Jakarta Timur, khususnya di unit PPA.
    Sebelum melapor, ibu korban sempat berupaya menemui pelaku untuk menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan, namun tidak mendapat tanggapan.
    “Pelapor sebenarnya sudah beritikad baik untuk menyelesaikan masalah, tetapi pelaku tidak merespons,” kata dia.
    Korban akhirnya ditangkap oleh warga sebelum diserahkan ke polisi.
    “Pelaku ditangkap kamis malam oleh warga dan kemudian diserahkan ke kami,” ungkap Sri.
    Sebelumnya diberitakan, Lansia berinisial KH (65) ditangkap karena menyetubuhi anak di bawah umur berinisial NR (16) di Cakung, Jakarta Timur.
    Persetubuhan oleh KH terjadi sejak awal 2025 hingga terakhir pada Senin (29/09/2025). Korban sering dipanggil oleh KH ke rumahnya.
    Karena persetubuhan itu, korban hamil. Sang ibu baru belakangan mengetahui hal tersebut dan melaporkan KH ke polisi pada Rabu (1/10/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lansia di Cakung Ditangkap Warga karena Setubuhi Anak di Bawah Umur
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Oktober 2025

    Lansia di Cakung Ditangkap Warga karena Setubuhi Anak di Bawah Umur Megapolitan 9 Oktober 2025

    Lansia di Cakung Ditangkap Warga karena Setubuhi Anak di Bawah Umur
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Lansia berinisial KH (65) ditangkap karena menyetubuhi anak di bawah umur berinisial NR (16) di Cakung, Jakarta Timur.
    Awalnya, pelaku diciduk warga pada Kamis (2/10/2025) malam setelah sempat bersembunyi di bawah kandang ayam. Saat itu, kasus persetubuhan tersebut telah dilaporkan ke polisi.
    “Pelaku ditangkap kamis malam oleh warga dan kemudian diserahkan ke kami,” ujar Kanit PPA Polres Metro Jakarta Timur AKP Sri Yatmini kepada awak media, Kamis.
    Persetubuhan oleh KH terjadi sejak awal 2025 hingga terakhir pada Senin (29/09/2025).
    Korban sering dipanggil oleh KH ke rumahnya. 
    “Kemudian diiming-imingi uang oleh tersangka ataupun jajanan karena tersangka sendiri mempunyai warung di depan rumah tersangka,” kata Sri.
    Karena persetubuhan itu, korban hamil.
    Sang ibu baru belakangan mengetahui hal tersebut dan melaporkan KH ke polisi pada Rabu (1/10/2025).
    “Ibu korban curiga, kenapa badannya (anaknya) gemuk? Oleh ibu korban, korban dibawa ke salah satu puskesmas. Selanjutnya korban dinyatakan hamil,” kata Sri.
    Tersangka dijerat Pasal 76D juncto 81 sesuai Undang-Undang RI No. 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diduga Keracunan MBG, 37 Pelajar di Banjar Dilarikan ke Rumah Sakit

    Diduga Keracunan MBG, 37 Pelajar di Banjar Dilarikan ke Rumah Sakit

    Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 37 pelajar di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dilaporkan mengalami gejala diduga keracunan usai menyantap hidangan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Kamis (9/10/2025).

    Para siswa berasal dari tiga sekolah, yakni Sekolah Islam Terpadu (SIT) As-Salam Martapura, SD Muhammadiyah Martapura, dan SDN 1 Pasayangan Martapura. Mereka dibawa ke RSUD Ratu Zalecha Martapura untuk mendapatkan penanganan medis.

    Komandan Kodim (Dandim) 1006 Banjar, Letkol Inf Bambang Prasetyo Prabujaya, menyampaikan bahwa sebagian siswa sudah diperbolehkan pulang setelah kondisi membaik.

    “Dari total 37 pelajar, tiga di antaranya sudah dipulangkan, sementara sisanya masih menjalani perawatan di rumah sakit,” kata Bambang kepada wartawan.

    Bambang menjelaskan, para siswa umumnya mengalami gejala seperti sakit perut, mual, muntah, pusing, hingga beberapa di antaranya sempat mengeluarkan busa dari mulut. Berdasarkan data sementara, seluruh siswa mengonsumsi menu MBG yang sama, yaitu nasi kuning, ayam suwir dan sayur.

    Untuk memastikan penyebab kejadian, petugas telah mengambil sampel makanan dari dapur penyedia MBG, SPPG Tungkaran, dan kini tengah dilakukan pemeriksaan di laboratorium.

    “Kami menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan apakah makanan tersebut menjadi penyebab gejala yang dialami para siswa,” tambahnya.

    Sementara itu, Kapolres Banjar AKBP Fadli mengatakan, pihaknya telah turun langsung melakukan penyelidikan terkait dugaan keracunan massal tersebut.

    “Hingga pukul 17.15 WITA, jumlah pasien mencapai 37 orang. Kemungkinan bisa bertambah karena gejala dapat muncul beberapa jam setelah makanan dikonsumsi,” jelasnya.

    Ia menuturkan, salah satu yang turut dirawat di RSUD Ratu Zalecha adalah kepala sekolah SIT As-Salam Martapura.

    “Gejala yang muncul di antaranya pusing, perut terasa nyeri, mual, hingga muntah. Sampel makanan sudah kami amankan untuk diuji di laboratorium,” ujarnya.

    Kapolres menegaskan, kepolisian akan terus memantau perkembangan kasus ini sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium guna memastikan sumber penyebabnya.

    “Kami berkoordinasi dengan tim medis dan instansi terkait untuk mengungkap penyebab pasti dugaan keracunan makanan ini,” pungkasnya.

  • 18 Siswa di Kalsel Diduga Keracunan Usai Santap MBG, Mual hingga Mulut Berbusa

    18 Siswa di Kalsel Diduga Keracunan Usai Santap MBG, Mual hingga Mulut Berbusa

    Liputan6.com, Jakarta Suasana di Sekolah Islam Terpadu (SIT) As-Salam Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mendadak ramai, Kamis (09/10/2025) siang, setelah sejumlah siswa mengalami gejala mual dan muntah usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Sedikitnya 18 siswa dilaporkan mendapatkan perawatan medis di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Ratu Zalecha Martapura. Beberapa di antaranya harus menjalani observasi lebih lanjut karena menunjukkan gejala yang cukup berat.

    Pantauan di rumah sakit memperlihatkan para orang tua dan keluarga siswa tampak cemas menunggu perkembangan kondisi anak-anak mereka. Sebagian korban dibawa menggunakan ambulans, sementara lainnya diantar dengan kendaraan pribadi.

    Salah satu orang tua siswa, Diroh, mengungkapkan bahwa anaknya mulai muntah tidak lama setelah menyantap makanan dari program tersebut.

    “Anak saya muntah terus dan mengeluh sakit perut, bahkan sempat keluar busa dari mulutnya. Kami langsung membawanya ke RSUD Raza,” ujarnya.

    Diroh juga menambahkan, kejadian serupa sempat terjadi sebelumnya meski tidak sebanyak kali ini.

    “Pernah ada yang sakit perut setelah makan di sekolah, tapi kali ini paling banyak yang dibawa ke rumah sakit,” tambahnya.

    Menurut keterangan sejumlah siswa, menu makan siang pada hari kejadian berupa nasi kuning dengan lauk ayam suwir. Beberapa orang tua mengaku sempat menyoroti kualitas makanan yang terkadang kurang segar saat diterima anak-anak mereka.

    Selain siswa SD, beberapa pelajar jenjang SMP dan SMA di bawah yayasan yang sama juga dilaporkan mengalami gejala serupa seperti mual, muntah hingga pingsan.

    Hingga berita ini diturunkan, pihak RSUD Ratu Zalecha Martapura masih memberikan perawatan intensif kepada para siswa. Sementara itu, pihak sekolah dan instansi terkait disebut tengah melakukan penelusuran untuk memastikan penyebab pasti kejadian tersebut.

  • Merasa Punya IQ Tinggi? Buktikan Jawab 10 Asah Otak Ini dalam Waktu 5 Detik!

    Merasa Punya IQ Tinggi? Buktikan Jawab 10 Asah Otak Ini dalam Waktu 5 Detik!

    Jakarta

    Jika ingin merasa sedikit tantangan untuk otak, coba bermain tebak-tebakan asah otak. Meski sederhana, permainan ini bisa melatih kemampuan berpikir logis, konsentrasi, sekaligus menghibur.

    Di balik pertanyaan lucu atau menjebak, ada manfaat untuk mempertajam kemampuan analisis. Tak heran jika tebak-tebakan asah otak disukai banyak kalangan.

    Tebak-tebakan Asah Otak

    Yuk, coba tantang kecerdasanmu dengan menjawab tebak-tebakan ini.

    1. Seekor kucing bernama Piwi tinggal di suatu rumah. Di rumah itu, ada tiga kucing lainnya. Nama kucing yang ada yaitu Sunny, Momo, dan Fluffy, siapa nama kucing keempat?
    2. Ban mana yang tidak bergerak saat mobil belok kanan?
    3. Aku bisa berwarna putih dan hitam, tapi aku tidak bisa berjalan lurus. Siapa aku?
    4. Aku tinggal di rumah kecil sendirian, tidak ada jendela dan pintu. Jika aku ingin pergi keluar, aku harus memecahkan dindingnya. Siapakah aku?

    5. Aku melompat saat berjalan dan duduk saat berdiri. Bisa menebak siapa aku?
    6. Aku lewat di depan matahari, tapi aku tidak membuat bayangan. Apakah aku?
    7. Tahu apa yang paling besar di Indonesia?
    8. Kapan kamu harus jalan saat merah dan berhenti saat hijau?
    9. Aku terbang tanpa sayap, menangis tanpa mata. Siapa aku?
    10. Warna aku hitam saat bersih dan putih saat kotor. Siapakah akuJawaban Tebak-tebakan Asah Otak

    Bisa menjawab semua pertanyaan? Coba lihat apakah jawabanmu benar semua apa tidak.

    1. Di rumah ada empat kucing. Maka kucing keempat adalah Piwi yang pertama kali disebut.
    2. Ban cadangan
    3. Kuda catur
    4. Anak ayam dalam telur
    5. Kanguru

    6. Awan, sebab awan tidak memiliki bayangan tapi selalu bergerak di depan matahari
    7. Tahu isi Sumedang
    8. Mengisi baterai ponsel
    9. Awan
    10. Papan tulis kapur

    Halaman 2 dari 3

    (elk/suc)

  • Debat Panas Parlemen Eropa soal Label ‘Burger Nabati’

    Debat Panas Parlemen Eropa soal Label ‘Burger Nabati’

    Jakarta

    Parlemen Eropa baru saja menyetujui larangan penggunaan kata-kata seperti “burger” dan “sosis” untuk produk nabati. Keputusan ini mengikuti usulan dari anggota Partai Rakyat Eropa (EPP) yang berhaluan tengah-kanan.

    “Steak itu terbuat dari daging, titik. Penggunaan nama-nama ini hanya untuk daging asli demi menjaga kejujuran label, melindungi petani, dan mempertahankan tradisi kuliner Eropa,” kata Celine Imart, juru runding utama dari EPP, menjelang pemungutan suara, Rabu (08/10). “Menyebutnya ‘daging’ itu menyesatkan konsumen,” tambahnya.

    Namun, tidak semua anggota EPP sepakat. “Kita tidak perlu menganggap konsumen bodoh. Jika kemasan menulis ‘burger nabati’ atau ‘sosis nabati’, semua orang bisa memutuskan sendiri apakah ingin membelinya atau tidak,” ujar anggota EPP Peter Liese.

    Anna Cavazzini dari Partai Hijau Jerman mengkritik keputusan itu dengan menyindir, “saat dunia sedang dilanda berbagai krisis, EPP malah sibuk memperdebatkan soal sosis dan schnitzel minggu ini.” Kepada DW, ia mengatakan bahwa keputusannya kini tergantung Dewan Uni Eropa dan pemerintah Jerman untuk menghentikan “kebijakan yang membingungkan konsumen, merugikan perusahaan, dan tidak membantu petani.”

    Organisasi perlindungan konsumen Jerman, Verbraucherzentrale, menilai bahwa penggunaan istilah seperti “schnitzel vegan” justru membantu konsumen mengenali produk yang meniru rasa daging. “Istilah-istilah itu tidak menimbulkan kebingungan, malah memberikan kejelasan,” kata Astrid Goltz, pakar pangan organisasi tersebut.

    Supermarket tolak larangan sebutan daging untuk produk nabati

    Di Jerman, jaringan supermarket besar seperti Aldi Süd dan Lidl, restoran cepat saji Burger King, dan produsen sosis Rügenwalder Mühle menentang usulan tersebut dan meminta Parlemen Eropa untuk menolaknya.

    Dalam pernyataan bersama sebelum pemungutan suara, mereka mengatakan bahwa konsumen mampu membedakan antara produk daging dan alternatif nabati. Larangan itu, menurut mereka, “akan memaksa perusahaan menggunakan istilah yang tidak dikenal, mempersulit akses pasar, dan memperlambat inovasi.”

    Melobi untuk industri daging

    Organisasi pengawas konsumen Eropa, foodwatch, menilai usulan ini sebagai upaya memperlambat tren masyarakat yang mulai mengurangi konsumsi daging.

    “Dengan dalih melindungi konsumen, UE ingin melarang istilah seperti ‘sosis tahu’ atau ‘schnitzel seitan’. Ini bukan perlindungan konsumen, ini lobi untuk industri daging,” kata Chris Methmann, Direktur foodwatch Jerman.

    Lembaga Changing Markets Foundation juga menemukan bahwa industri daging menggunakan taktik agresif dan kampanye disinformasi untuk melawan produk nabati.

    Sebuah studi tahun 2020 dari European Consumer Organization menunjukkan bahwa 80% konsumen tidak keberatan dengan istilah seperti “sosis kedelai” atau “schnitzel nabati,” selama labelnya jelas menyebutkan bahwa produk tersebut berbahan nabati.

    Menanggapi dorongan dari Prancis untuk mengatur istilah makanan nabati, Pengadilan Uni Eropa memutuskan pada tahun 2024 bahwa negara anggota tidak boleh melarang penggunaan istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan produk hewani.
    Meski pemungutan suara sudah dilakukan, keputusan akhir soal apakah konsumen harus menerima istilah baru untuk schnitzel nabati masih belum jelas. Kini, keputusan ada di tangan para kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa.

    Artikel ini awalnya pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Felicia Salvina

    Editor: Hani Anggraini

    Lihat juga Video ‘Lezatnya Escargot hingga Ayam Panggang ala Prancis di Bistro Eropa’:

    (ita/ita)

  • Polisi tangkap lansia pelaku persetubuhan anak di bawah umur di Jaktim

    Polisi tangkap lansia pelaku persetubuhan anak di bawah umur di Jaktim

    Jakarta (ANTARA) – Polisi menangkap seorang lanjut usia (lansia) yang merupakan pelaku persetubuhan anak tetangganya yang masih di bawah umur sejak awal 2025 di Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.

    “Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur bersama jajaran berhasil menangkap pelaku berinisial KH (65) yang merupakan tetangga dari korban NR (16),” kata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur AKP Sri Yatmini saat konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Timur, Kamis.

    Pelaku sudah melakukan persetubuhan dengan korban sejak awal 2025 hingga Senin (29/9). Kasus ini terungkap setelah ibu korban berinisial M melaporkan kejadian tersebut ke Polres Metro Jakarta Timur pada 1 Oktober 2025 sekitar pukul 14.30 WIB.

    Laporan diterima dengan nomor B/3692/X/2025/SPKT Polres Metro Jakarta Timur, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SP.Sidik/556/X/Res.124/2025/Reskrim tertanggal 3 Oktober 2025.

    “Kejadian tersebut terjadi sekitar awal tahun 2025 dan terakhir pada Senin (29/9) setelah korban pulang sekolah,” ujarnya.

    Usai laporan polisi dibuat, sempat terjadi kericuhan di lingkungan tempat tinggal pelaku dan korban. Warga yang emosi mencoba mencari pelaku yang diketahui sempat melarikan diri.

    “Pelaku sempat bersembunyi di bawah kandang ayam untuk menghindari amukan warga,” ucap Sri.

    Polisi yang menerima informasi tersebut segera menuju lokasi dan berhasil mengamankan pelaku.

    “Pelaku itu ditangkap oleh warga pada Kamis (2/10) malam, kemudian diserahkan kepada kami,” katanya.

    Pelaku dijerat dengan Pasal 76D Junto 81 Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.