Hewan: Ayam

  • Transmart Full Day Sale Besok Datang Lagi! Serbu Pesta Diskon 50% + 20%

    Transmart Full Day Sale Besok Datang Lagi! Serbu Pesta Diskon 50% + 20%

    Jakarta

    Transmart Full Day Sale hadir besok, Minggu 19 Oktober 2025. Transmart Full Day Sale datang dengan diskon melimpah hingga 50% + 20%, berlangsung sejak toko buka hingga berakhir jam 10 malam.

    Selain diskon hingga 50%, diskon tambahan 20% diberikan kepada pelanggan apabila bertransaksi menggunakan Allo Prime, Allo Paylater, kartu kredit Bank Mega, atau kartu kredit Bank Mega Syariah.

    Sebagai contoh SHARP LED TV 55 inch UHD Smart. Harga normal mulai Rp 8.979.000/set. Sementara harga promo mulai Rp 7.979.000/set.

    Nah, Jika pembelian menggunakan Allo Prime, Allo Paylater, kartu kredit Bank Mega atau Bank Mega Syariah maka pelanggan bisa mendapatkan tambahan diskon. Harganya pun menjadi Rp 6.383.200/set. Belanja TV pun jadi hemat Rp 1.580.000 dari harga normal.

    Selain itu ada SHARP Mesin Cuci Front Load. Harga normal produk ini mulai Rp 5.689.000/unit. Sementara harga promo mulai Rp 4.899.000/unit

    Jika pembelian menggunakan Allo Prime, Allo Paylater, kartu kredit Bank Mega atau Bank Mega Syariah maka pelanggan bisa mendapatkan tambahan diskon. Harganya pun menjadi Rp 3.919.200/unit. Belanja mesin cuci pun jadi hemat Rp 1.809.800/unit dari harga normal.

    Selanjutnya Polytron Kulkas Side by Side 436L. Harga normal produk ini 9.299.000/set. Sedangkan harga promo mulai dari Rp 8.599.000/set

    Jika menggunakan Allo Prime, Allo Paylater, dan kartu kredit Bank Mega atau Bank Mega Syariah, maka pelanggan setia akan mendapatkan kulkas tersebut dengan harga Rp 6.879.200/set. Belanja kulkas jumbo pun hemat Rp 2.419.800 dari harga normal.

    Lalu, Polytron AC Split 1 PK. Harga normal produk ini mulai Rp 4.549.000/unit. Sedangkan harga promo mulai Rp 4.199.000/unit.

    Jika menggunakan Allo Prime, Allo Paylater, dan kartu kredit Bank Mega atau Bank Mega Syariah, maka pelanggan setia akan mendapatkan AC tersebut dengan harga Rp 3.359.200/set. Belanja AC pun jadi hemat Rp 1.189.800 dari harga normal.

    Perlu dicatat, dalam pembelian produk elektroni ini syarat ketentuan berlaku serta tidak berlaku bagi pembelian partai besar.

    Selain itu, sebelum datang ke Transmart Full Day Sale, baca dulu syarat dan ketentuannya:

    Syarat dan Ketentuan Transmart Full Day Sale Minggu 19 Oktober 2025

    1. Diskon tambahan 20% hanya untuk menggunakan Allo Prime, kartu kredit Bank Mega & Mega Syariah

    2. Diskon tambahan 20% hanya berlaku di tanggal 19 Oktober 2025 mulai buka toko – pukul 22.00 (waktu setempat) di seluruh toko Transmart.

    3. Khusus untuk elektronik maksimal pembelian 2 pcs per kategori (TV, AC, Mesin Cuci, Audio (Tipe Pas Pro) Small Appliance Tanpa Pembatasan.

    4. Khusus untuk pembelian Ayam Maksimal 2 Ekor & Daging 2 kg.

    5. Khusus untuk Sepeda Listrik maksimal pembelian 2 unit.

    6. Khusus untuk Kosmetik & Fragrance berlaku diskon 10% regular & tidak berlaku diskon di Body Shop & Sport Station.

    7. Diskon tidak berlaku untuk Minyak Goreng, Susu Bayi & Anak, Mie Instan, Beras, Terigu, Telur, Rokok, Item Kebutuhan Rumah Tangga di Katalog & Instore Promo, Minuman Beralkohol, Parcel/Hampers, Gadget & Laptop, dan produk lainnya yang bertanda “Tidak Berlaku Diskon”.

    8. Diskon tidak berlaku untuk kartu Mega Corporate, Mega Wholesale Card, Mega Groserindo, TVS & Trans Hello.

    9. Tidak dapat refund dan tidak berlaku pembelian partai besar (Pedagang).

    10. Cicilan bunga 0% dan cicilan bunga ringan tidak berlaku untuk Sepeda Listrik dan Motor Listrik.

    Untuk yang belum punya Kartu Kredit Bank Mega, nggak perlu khawatir. Ada unit pembukaan instan yang tersedia di gerai Cibubur dan Central Park.

    Sementara untuk yang belum punya Allo Prime, cukup download aplikasi Allo Bank di PlayStore atau AppStore. Tinggal klik di sini download, dan upgrade ke Allo Prime.

    Jangan lupa merapat ke Transmart Full Day Sale dan nikmati diskon besar-besaran

    (hns/hns)

  • Dharma Jaya Genjot Transformasi Bisnis, Bidik Logistik hingga Produk Olahan Daging

    Dharma Jaya Genjot Transformasi Bisnis, Bidik Logistik hingga Produk Olahan Daging

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Dharma Jaya bersiap melakukan transformasi bisnis dalam waktu dekat, mulai dari penguatan lini logistik melalui pembangunan cold storage, pengembangan produk olahan daging, hingga peningkatan kapasitas penggemukan sapi.

    Direktur Utama Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menuturkan bahwa langkah transformasi ini dilakukan sebagai bagian dari strategi diversifikasi usaha guna memperkuat posisi perusahaan di sektor pangan dan distribusi.

    “Transformasi bisnis kami dalam waktu dekat, kami memulai Dharma Jaya itu menjadi suatu perusahaan yang kita punya divisi baru namanya logistik kan, kami mau bangun cold storage. Nah itu nanti ke depannya kita akan berdiversifikasi untuk menambah usaha untuk logistik,” kata Raditya saat ditemui seusai kunjungan media ke Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (16/10/2025).

    Selain fokus pada infrastruktur logistik, Raditya menuturkan bahwa Dharma Jaya juga tengah menyiapkan lini produk turunan dari daging, seperti bakso dan nugget, yang ditargetkan mulai diproduksi dalam waktu dekat.

    Di samping itu, perusahaan juga akan memperluas sektor peternakan dengan menggarap usaha sapi perah dan meningkatkan kapasitas penggemukan sapi.

    “Produk turunan seperti bakso dan nugget, lalu sapi perah, sapi perah Insya Allah tahun depan kita akan melaksanakan. Terus, penggemukan sapi juga dengan kita tambah tahun ini kita dapat 5.000 [ekor], Insya Allah tahun depan bisa kita tingkatkan antara 7.500–10.000 ekor,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Raditya menambahkan bahwa Dharma Jaya juga berperan dalam mendukung ekosistem pangan melalui program Koperasi Desa/Kelurahan (KopDes/Kel) Merah Putih dengan menjadi pemasok utama bahan pangan hewani seperti daging, ayam, dan ikan.

    “Keterlibatan kami men-supply bahan baku untuk koperasi [KopDes/Kel Merah Putih], memasok hewani, daging, ayam dan juga ikan,” imbuhnya.

    Hingga saat ini, Raditya menyampaikan bahwa Dharma Jaya baru memasok bahan baku untuk dua KopDes/Kel Merah Putih, yakni di Melawai dan di sekitar Pasar Cipinang. Namun ke depan, dia menuturkan bahwa pihaknya akan menambah ke lokasi lain untuk memasok bahan pangan ke KopDes Merah Putih.

    Kinerja Membaik

    Dalam hal kinerja keuangan, Dharma Jaya membukukan peningkatan penjualan segmen B2B2C sebesar 191,9% pada kuartal II/2025 daripada periode yang sama 2024. 

    Direktur Bisnis Dharma Jaya Irwan Nusyirwan mengatakan perusahaan terus melakukan transformasi dan terobosan untuk meningkatkan kinerja.

    Dharma Jaya yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu juga tak memungkiri pandemi Covid-19 sempat menghantam kinerja perusahaan pada 2021–2022.

    “Performanya memang sedikit terganggu ketika Covid-19, memang Covid semua lini vital terdampak. Tetapi semenjak tahun 2022–2023 itu ada lonjakan dan letupan yang mana penjualannya bagus,” ujar Irwan.

    Namun, pada 2023, perusahaan mengalami perbaikan kinerja. Satu tahun berikutnya, perusahaan mengalami penurunan laba seiring dengan transformasi yang tengah dijalankan dan kenaikan beberapa bahan baku impor.

    Kemudian pada 2024–2025, Dharma Jaya mencatatkan pertumbuhan laba, termasuk dengan kembali menggerakkan importasi sapi.

    “[Kinerja pada kuartal II] 2025 hampir ada peningkatan 200% di B2B2C. Banyak program yang sifatnya bukan baru tetapi sudah lama dilakukan,” bebernya.

    Data perusahaan menunjukkan, pendapatan telah mencapai 63% sampai dengan Agustus 2025. Adapun, laba bersih perusahaan sudah mencapai 71% dari target rencana kerja dan anggaran (RKA) 2025.

  • Kisah Haru Haical, Santri Asal Probolinggo yang Selamat dari Runtuhan Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

    Kisah Haru Haical, Santri Asal Probolinggo yang Selamat dari Runtuhan Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

    Probolinggo (beritajatim.com) – Dari reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, lahir kisah haru seorang santri kecil asal Kota Probolinggo. Ia adalah Syehlendra Haical Raka Aditya, bocah 13 tahun yang selamat dari tragedi maut tersebut, meski harus kehilangan satu kaki.

    Musibah terjadi pada Senin (29/9/2025) sore saat para santri sedang menunaikan salat asar. Bangunan musala tiba-tiba runtuh dan menimbun puluhan santri di dalamnya.

    Haical, yang baru tiga bulan mondok di pesantren itu, menjadi satu dari sedikit korban selamat. Kini, setelah menjalani operasi amputasi, ia justru menjadi simbol ketabahan dan kekuatan iman bagi banyak orang.

    Ayahnya, Abdul Hawi (40), masih mengingat panggilan terakhir sang anak sebelum musibah terjadi. “Yah, nanti kalau pulang bawakan ayam bakar, ya,” kata Haical riang lewat telepon yang hanya berlangsung dua menit.

    Beberapa jam setelah panggilan itu, kabar duka datang. Musala tempat Haical salat runtuh saat rakaat ketiga, dan namanya masuk dalam daftar santri yang tertimbun reruntuhan.

    “Saya langsung lemas. Dunia rasanya gelap,” tutur Hawi lirih saat ditemui di rumahnya, Perum Arum Abadi Bogowonto, Kota Probolinggo, Sabtu (18/10/2025). Bersama istrinya, Dwi Ajeng, ia segera meluncur ke Sidoarjo dengan hati penuh cemas.

    Proses pencarian Haical berlangsung tiga hari penuh. Di tengah upaya evakuasi, video viral di media sosial memperlihatkan seorang santri dievakuasi dalam keadaan kritis — dan ternyata itu adalah Haical.

    “Begitu lihat videonya, saya langsung sujud syukur. Anak itu anak saya,” ujar Hawi dengan suara bergetar. Mukjizat terjadi ketika denyut jantung Haical kembali pelan-pelan setelah sempat dinyatakan tidak bernapas.

    Haical kemudian dibawa ke RSUD Sidoarjo. Dokter memutuskan kaki kirinya harus diamputasi karena infeksi berat, dan kedua kaki kecil itu dimakamkan di kampung halaman keluarga di Desa Sepoh Gembol, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo.

    Ketika sadar dari operasi, Haical tak mengeluh sedikit pun. “Gak apa-apa, Ayah. Ayah harus sehat biar bisa jaga Mama, aku, sama adik,” katanya lembut — kalimat yang membuat ayahnya meneteskan air mata.

    Kini, cita-cita Haical menjadi tentara berganti menjadi impian sederhana: menjadi anak pintar dan berguna bagi orang lain. “Yang penting Haical sehat,” ucap Abdul Hawi sambil tersenyum haru.

    Pada Jumat (17/10/2025), Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin menjenguk Haical di rumahnya. Ia membawa bantuan sembako dan memastikan Kementerian Sosial akan menyediakan kaki palsu untuk sang santri tangguh.

    “Semangat Haical adalah pelajaran hidup bagi kita semua. Dari cobaan berat, lahir kekuatan luar biasa,” ujar Wali Kota Aminuddin. Kini, Haical tengah belajar berjalan lagi — bukan hanya dengan kaki, tapi dengan semangat dan doa yang jauh lebih kuat dari baja. (ada/ian)

  • Harga Cabai Rawit dan Bawang merah Kompak Turun

    Harga Cabai Rawit dan Bawang merah Kompak Turun

    JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga cabai rawit merah turun menjadi Rp41.271 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp43.574 per kg, begitu pun bawang merah Rp38.997 per kg turun dari sebelumnya Rp39.168 per kg.

    Mengutip Antara, berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Sabtu pukul 10.20 WIB harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional beras premium di harga Rp15.838 per kg turun dari sebelumnya Rp15.902 per kg.

    Kemudian beras medium turun menjadi Rp13.729 per kg turun dari sebelumnya Rp13.778 per kg, beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.464 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp12.531 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp6.633 per kg turun dari sebelumnya Rp6.709 per kg; kedelai biji kering (impor) Rp10.665 per kg turun dari sebelumnya Rp10.684 per kg.

    Berikutnya bawang putih bonggol di harga Rp37.004 per kg naik tipis dari hari sebelumnya Rp37.003 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp54.197 per kg turun dari sebelumnya Rp56.057 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp47.771 per kg turun dari sebelumnya Rp49.690 per kg.

    Lalu daging sapi murni Rp133.766 per kg turun dari sebelumnya Rp135.093 per kg, daging ayam ras Rp37.567 per kg turun dari sebelumnya Rp38.037 per kg, lalu telur ayam ras Rp30.311 per kg turun dari sebelumnya Rp30.472 per kg.

    Sementara itu, gula konsumsi di harga Rp17.926 per kg turun dari sebelumnya Rp17.974 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.651 per liter turun dari sebelumnya Rp20.898 per liter; minyak goreng curah Rp17.281 per liter turun dari sebelumnya Rp17.500 per liter; Minyakita Rp17.280 per liter turun dari sebelumnya Rp17.457 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.617 per kg turun dari sebelumnya Rp9.736 per kg; lalu tepung terigu kemasan Rp12.923 per kg turun dari sebelumnya Rp12.975 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp42.376 per kg naik dari sebelumnya Rp41.522 per kg; ikan tongkol Rp35.549 per kg turun dari sebelumnya Rp34.591 per kg; ikan bandeng Rp35.197 per kg naik dari sebelumnya Rp34.912 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.562 per kg naik tipis dari hari sebelumnya Rp11.560 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp100.337 per kg turun dari sebelumnya Rp105.490 kg, daging kerbau segar lokal Rp139.318 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp141.064 per kg.

  • 7 Siswa SDN di Bogor Diduga Keracunan Menu MBG, Dinkes Uji Lab

    7 Siswa SDN di Bogor Diduga Keracunan Menu MBG, Dinkes Uji Lab

    Bogor

    Sebanyak tujuh siswa SD Negeri di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, diduga keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Pihak Dinas Kesehatan mulanya menerima informasi melalui puskesmas.

    “Dugaan kasus tersebut dilaporkan oleh Puskesmas Ciangsana setelah tujuh siswa mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sakit perut usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG),” kata Kadinkes Kabupaten Bogor, dr Fusia Meidiawaty, Sabtu (18/10/2025).

    Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis (16/10) kemarin. Dia menyebut di kawasan tersebut, ada 10 sekolah yang mengonsumsi MBG dari tempat yang sama.

    “Dari data yang dihimpun, sebanyak 3.034 siswa dari 10 sekolah di wilayah tersebut mengonsumsi makanan dari Program SPPG Ciangsana, Yayasan Rumika Peduli Bangsa,” jelasnya.

    Ketujuh siswa tersebut kemudian mendapatkan perawatan medis di Puskesmas. Setelah mendapatkan perawatan, mereka diperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan.

    “Menu makanan yang dikonsumsi para siswa pada hari kejadian terdiri dari nasi putih, ayam goreng tepung asam manis, tahu goreng, mix vegetable, dan buah jeruk,” ungkapnya.

    dr Fusia mengatakan masa inkubasi gejala muncul sekitar 15 menit usai menyantapnya. Tidak ada siswa yang sampai menjalani rawat inap.

    “Setelah dilakukan penanganan medis, seluruh siswa yang mengalami gejala sudah membaik dan tidak ada korban yang dirawat inap,” jelasnya.

    “Kemudian, pemantauan kasus baru selama masa inkubasi. Pengambilan sampel makanan untuk diuji di Laboratorium Kesehatan Kelas A Kabupaten Bogor,” bebernya.

    Sementara, Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor, Irman Gapur mengatakan pihaknya masih menunggu hasil laboratorium tersebut. Dia menyebut belum bisa memastikan apakah gejala tersebut muncul dari menu MBG.

    “Baru diduga (keracunan MBG), hasil labnya belum ada,” kata dia.

    (rdh/mea)

  • Wajah Ekonomi Politik dan Remiliterisasi di Balik Proyek MBG
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        18 Oktober 2025

    Wajah Ekonomi Politik dan Remiliterisasi di Balik Proyek MBG Nasional 18 Oktober 2025

    Wajah Ekonomi Politik dan Remiliterisasi di Balik Proyek MBG
    Alumnus Sekolah Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta. Anggota Dewan Pembina Wahana Aksi Kritis Nusantara (WASKITA), Anggota Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI). Saat ini aktif melakukan kajian dan praktik pendidikan orang dewasa dengan perspektif ekonomi-politik yang berkaitan dengan aspek sustainable livelihood untuk isu-isu pertanian dan perikanan berkelanjutan, mitigasi stunting, dan perubahan iklim di berbagai daerah.
    TULISAN
    artikel opini I Dewa Made Agung Kertha Nugraha (
    Kompas.id
    , 14/10/2025) berjudul “
    Yang Tak Terlihat Publik dari Program Makan Bergizi Gratis
    (MBG)” menampilkan wajah teknokrasi yang rapi dan meyakinkan.
    Ia menggambarkan MBG sebagai hasil kerja senyap para teknokrat, disusun dengan riset lintas lembaga dan dukungan institusi internasional.
    Namun, di balik narasi yang tampak ilmiah dan objektif itu, terselip dua persoalan besar yang justru harus dibicarakan: ekonomi politik di balik MBG dan remiliterisasi sektor pangan.
    Sebagai peneliti kebijakan publik sekaligus Tenaga Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nugraha menonjolkan sejumlah pilot project MBG—dari Warung Kiara di Sukabumi hingga proyek di Papua—sebagai bukti keberhasilan teknokrasi berbasis bukti (
    evidence-based policy
    ).
    Namun, contoh-contoh tersebut bersifat kasuistis, menarik tapi tidak mencerminkan wajah nasional dari pelaksanaan MBG yang kompleks dan problematik.
    Data Kementerian Keuangan (2025) menunjukkan realisasi anggaran MBG yang masih rendah: per Juli 2025 realisasi tercatat sekitar Rp 5 triliun atau hanya sekitar 7 persen dari pagu Rp 71 triliun, dan per 3 Oktober 2025 naik menjadi sekitar 29 persen, yakni Rp 20,6 triliun.
    Angka-angka ini menunjukkan penyerapan anggaran yang jauh dari target dan mengindikasikan lemahnya koordinasi pelaksanaan.
    Beberapa laporan dari BGN dan media juga menyorot masalah higienitas dapur dan verifikasi rantai pasok.
     
    Hingga saat ini sudah belasan ribu siswa yang keracunan makanan MBG, dan pemerintah pun sudah menutup 79 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bermasalah.
    Laporan dari beberapa kajian kelompok masyarakat sipil juga mengungkap berbagai kasus yang terjadi di sejumlah daerah terkait proyek MBG.
    Keterlambatan distribusi bahan pangan, menu dengan gizi kurang seimbang, masalah pengolahan makanan, hingga kasus keracunan bukanlah kasus insiden terpisah, melainkan terjadi secara sistematis (
    Kompas,
    22/09/2025).
    Fakta-fakta ini tak sejalan dengan klaim bahwa teknokrasi MBG “bekerja dalam senyap dengan empati sosial.” Diamnya sistem justru menyembunyikan cacat struktural dalam tata kelola anggaran dan pengawasan publik.
    Dengan total anggaran diperkirakan mencapai Rp 185,2 triliun per tahun (Bappenas, 2024), MBG bukan sekadar kebijakan gizi, melainkan proyek ekonomi politik raksasa yang menautkan tiga simpul kekuasaan sekaligus: negara, korporasi pangan, dan elite politik lokal.
    Dalam perspektif ekonomi politik, MBG dapat dibaca sebagai bentuk
    state-led market creation
    —negara menciptakan pasar baru dengan justifikasi moral “perbaikan gizi nasional.”
    Negara tidak hanya bertindak sebagai regulator, tetapi juga sebagai market maker melalui intervensi anggaran, penugasan BUMN, dan pembentukan rantai pasok baru.
    Di balik jargon pemerataan dan kesejahteraan, terbuka ruang ekonomi bagi berbagai aktor besar: produsen pangan olahan, korporasi agribisnis, penyedia logistik, hingga kontraktor katering berskala nasional.
    Dari berbagai laporan publik menunjukkan sejumlah BUMN—seperti BRI, BNI, Bank Mandiri, Telkom, PLN, PGN, dan Pupuk Indonesia—ditugaskan mendukung pelaksanaan MBG.
    Keterlibatan ini memperlihatkan bagaimana
    industrial food complex
    kini berkelindan dengan kebijakan sosial.
    Meski belum ditemukan adanya bukti publik yang mengonfirmasi keterlibatan langsung para donatur kampanye dalam rantai pengadaan MBG, yang dapat dipastikan: mekanisme pengadaan MBG membuka ruang ekonomi baru yang sangat besar dengan potensi konflik kepentingan. Hal inilah yang perlu diawasi melalui transparansi dan audit publik.
    Kebijakan yang semula diklaim berbasis bukti (
    evidence-based policy
    ) dapat berubah fungsi menjadi
    evidence-based politics
    —bukti dan data digunakan bukan untuk merancang kebijakan publik, tetapi untuk melegitimasi proyek kekuasaan.
    Bahasa teknokratis seperti
    pilot project, centre of excellence
    , atau
    nutritional innovation
    membangun ilusi rasionalitas, seolah semua keputusan diambil atas dasar ilmiah, padahal ia melayani logika akumulasi ekonomi-politik.
    Jika ditarik ke hulu, MBG juga merepresentasikan bentuk baru dari
    clientelistic state capitalism
    —kapitalisme negara yang mengandalkan relasi patronase politik.
    Pemerintah dapat diduga menjadi broker antara anggaran publik dan jaringan bisnis yang loyal. Dalam prosesnya, teknokrat berperan sebagai perantara ideologis yang mensterilkan aroma politik di baliknya.
    Dengan jumlah anggaran yang hampir setara dengan total belanja pendidikan dasar nasional, MBG menjadi instrumen elektoral paling efektif bagi rezim Prabowo–Gibran untuk mengonsolidasikan legitimasi di tingkat daerah.
    Di banyak provinsi, pengelolaan dapur MBG diserahkan kepada kontraktor lokal yang berafiliasi dengan partai atau jaringan militer-pemerintah (
    Tempo
    , 20/04/2025).
    Proyek ini memperkuat ekonomi politik patronase sekaligus memarginalkan usaha kecil, petani, dan pelaku pangan lokal yang tidak memiliki akses politik.
    Di sisi lain, logika teknokrasi MBG memperkuat ketergantungan pada komoditas impor seperti daging ayam, susu bubuk, dan gandum.
    Ini menunjukkan bahwa kedaulatan pangan—yang semestinya menjadi inti kebijakan gizi nasional—justru digantikan oleh kedaulatan logistik dan korporasi.
    Dengan demikian, kebijakan yang diklaim pro-gizi anak sebenarnya turut memperdalam ketimpangan struktur ekonomi pangan di tingkat nasional.
    Singkatnya, MBG adalah cermin dari apa yang disebut James C. Scott (1998) sebagai “state simplifications”—negara yang menyederhanakan kompleksitas sosial untuk memudahkan kontrol.
    Dalam hal ini, urusan gizi anak dipangkas menjadi urusan teknis dan logistik, padahal di dalamnya terkandung kepentingan politik, ekonomi, bahkan militer.
    Bagian lain dari tulisan Nugraha, menyiratkan pembenaran atas keterlibatan TNI dalam ekosistem ketahanan pangan nasional.
    Dalam kerangka ini, kerja militer diposisikan sebagai bagian dari “strategi adaptif” yang disebut selaras dengan filosofi OODA Loop (
    observe, orient, decide, act
    ) ala Prabowo.
    Namun, pendekatan ini problematik: ia membuka ruang bagi militer untuk bekerja di luar fungsi pertahanannya—suatu praktik yang seharusnya sudah ditinggalkan sejak era reformasi.
    Keterlibatan militer dalam program pangan bukan sekadar “koordinasi logistik”, tetapi langkah sistematis menuju remiliterisasi kebijakan sipil, mengingat latar belakang Presiden Prabowo yang berasal dari militer.
    Rencana pembentukan Batalion Teritorial Pembangunan yang dikaitkan dengan pelaksanaan MBG (Kemhan, 2025) memperkuat sinyal itu.
     
    Setiap batalion akan ditempatkan di wilayah strategis untuk mendukung “ketahanan pangan daerah” dengan sumber daya dan lahan tersendiri.
    Di beberapa daerah, kebijakan ini menimbulkan konflik agraria, seperti di Desa Rancapinang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, di mana warga melaporkan perampasan lahan yang digunakan untuk membangun markas Batalion Teritorial Pembangunan 842/Badak Sakti (
    TribunBanten
    , 24/09/2025).
    Kebijakan semacam ini bukan hanya melanggar prinsip
    civilian supremacy
    , tetapi juga mengingatkan publik pada trauma lama Dwi Fungsi ABRI di masa Orde Baru—ketika militer berperan ganda di sektor sipil dan ekonomi.
    Jika tren ini berlanjut, MBG bisa menjadi pintu masuk bagi kembalinya kontrol militer atas urusan sipil dengan dalih “ketahanan pangan nasional.”
    Contoh baik seperti SPPG di Warung Kiara seharusnya tidak hanya dielu-elukan, tetapi dijadikan model yang diarusutamakan melalui regulasi nasional.
    Namun hingga Oktober 2025, pemerintah belum menerbitkan Peraturan Presiden tentang Tata Kelola MBG Nasional. Padahal, peraturan ini penting untuk memastikan mekanisme akuntabilitas lintas kementerian.
    Ketiadaan regulasi membuat MBG berjalan seperti
    policy by decree
    —tergantung pada arahan politik Presiden dan tim teknokrat di bawahnya. Ini bukan ciri negara hukum modern, melainkan pola lama pemerintahan berorientasi komando.
    Sementara itu, National Centre of Excellence (NCoE) yang digadang sebagai laboratorium kebijakan justru cenderung elitis dan minim partisipasi masyarakat sipil. Evaluasi publik yang seharusnya deliberatif berubah menjadi sekadar formalitas administratif.
    Jika MBG ditujukan untuk memperbaiki gizi anak sekolah, maka ukuran keberhasilannya bukan jumlah dapur atau volume logistik, melainkan peningkatan indeks gizi nasional. Aspek ini luput dari diskursus teknokrasi yang ditulis Nugraha.
    Teknokrasi yang menolak kritik atas nama profesionalisme justru kehilangan sisi etisnya. Ketika bahasa ilmiah dipakai untuk menutupi problem politik dan militerisasi kebijakan pangan, kita sedang menyaksikan kembalinya gaya lama Orde Baru dalam bungkus baru: teknokrasi tanpa demokrasi.
    MBG adalah gagasan mulia yang kini disandera dua hal: politik rente dan semangat remiliterisasi.
    Namun, kritik atasnya bukan penolakan terhadap cita-cita memberi makan anak bangsa, melainkan upaya menjaga agar gagasan itu tetap berada di rel demokrasi dan keadilan sosial.
    Negara memang perlu teknokrat, tetapi teknokrasi tanpa transparansi hanya melahirkan birokrasi yang beku. Negara juga butuh militer, tetapi militer tanpa batas sipil hanya melahirkan ketakutan.
    Demokrasi tumbuh bukan dari kesenyapan teknokrat atau disiplin barisan seragam, tetapi dari keberanian publik untuk bertanya, mengawasi, dan mengoreksi.
    Jika MBG benar-benar ingin menyehatkan anak-anak bangsa, maka hal utama yang harus disembuhkan adalah politik yang lapar kekuasaan, bukan sekadar perut yang kelaparan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur…
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        18 Oktober 2025

    Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur… Regional 18 Oktober 2025

    Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur…
    Tim Redaksi
    JAMBI, KOMPAS.COM
    – Sejumlah ibu rumah tangga di Kota Jambi menyebut uang Rp10 ribu tidak cukup untuk memenuhi ayam dan telur di menu Makan Bergizi Gratis (MBG) seperti yang diungkapkan Presiden Prabowo Subianto.
    Melalui Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang, Prabowo mengeklaim sudah menghitung secara langsung dan menyebut uang Rp10 ribu per porsi dapat digunakan untuk memasukkan telur dan ayam di MBG.
    Menanggapi hal itu, Yuli, seorang IRT di Kota Jambi, menyebut hal tersebut tidak masuk akal.
    Sebagai ibu yang memiliki satu anak dan terbiasa mengelola dapur, untuk memenuhi menu satu kali makan (per porsi), minimal diperlukan Rp15 ribu.
    “Ya gak masuk akal lah itu, kalau cuman ayam dan telur saja mungkin iya. Tetapi kalau mau lengkap, ada nasi, sayur, sambal, apalagi harus ada buah, ya gak cukup,” kata Yuli saat diwawancarai di kediamannya, Jumat (17/10/2025).
    Bahkan, kata Yuli, itu belum termasuk dengan bumbu-bumbu lainnya.
    “Jadi kalau Rp10 ribu, kayanya gak mungkin. Karena kita harus hitung bumbu dan lainnya,” tambahnya.
    Hal serupa juga diungkapkan oleh Santi, seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik warung makan yang berada di kawasan Mayang, Kota Jambi.
    Menurutnya, dengan harga ayam yang saat ini mencapai Rp40 ribu per kilogram, tidak memungkinkan uang Rp10 ribu bisa digunakan untuk memasukkan ayam dan telur dalam menu MBG.
    Santi merinci bahwa satu kilogram ayam, jika dalam porsi potongan normal, hanya bisa diolah menjadi 12 potong.
    “Gak mungkin itu, ayam saja sekarang sudah Rp40 ribu. Kalau dipotong-potong, cuman bisa 12 potong (bagian) saja,” tambahnya.
    Bagi Santi, yang setiap hari memasak untuk orang banyak, uang Rp10 ribu hanya bisa diolah untuk menu telur dadar dan ditambah sambal.
    “Kalau untuk telur dadar tambah sambal seuprit (secuil/sedikit), uang Rp10 ribu mungkin cukup,” tambahnya.
    Namun, kata Santi, uang Rp10 ribu bisa saja digunakan untuk ayam dan telur, tetapi ukurannya yang diperkecil dan diolah dengan cara yang berbeda.
    “Mungkin kalau kita potong kecil, tetapi kecil sekali ya, kemudian diolah jadi ayam krispi, terus telurnya separuh saja, bisa. Tetapi itu sangat minim sekali,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menu MBG Rp 10.000 Disebut Cukup, Begini Realita Jika Beli di Warteg di Bandung
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        18 Oktober 2025

    Menu MBG Rp 10.000 Disebut Cukup, Begini Realita Jika Beli di Warteg di Bandung Bandung 18 Oktober 2025

    Menu MBG Rp 10.000 Disebut Cukup, Begini Realita Jika Beli di Warteg di Bandung
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp10.000 per porsi masih mencukupi untuk menghadirkan menu bernutrisi, termasuk lauk berupa telur dan ayam.
    Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang mengatakan, perhitungan anggaran tersebut telah dikaji langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
    Menurutnya, Presiden menilai nilai Rp10.000 per porsi sudah mencukupi untuk menyediakan asupan bergizi bagi masyarakat penerima manfaat.
    Namun, kondisi di lapangan menunjukkan hal yang berbeda.
    Di sejumlah warung nasi dan warung tegal (warteg) di Kota Bandung, harga Rp10.000 umumnya hanya cukup untuk mendapatkan menu sederhana tanpa lauk ayam maupun ikan.
    Di warung nasi masakan Sunda milik Pratiwi (39) yang berada di kawasan Arcamanik, Kota Bandung, menu yang didapatkan dengan harga Rp10.000 hanya mendapatkan satu menu utamanya dan satu pendamping.
    “Paling menu utamanya ada ati, telur ceplok atau dadar. Ditambah tempe, tahu, atau sayuran plus lalaban dan sambel yang itu gratis,” ujarnya saat ditemui
    Kompas.com,
    Jumat (17/10/2025).
    Tiwi menambahkan, dengan anggaran Rp10.000, meski tanpa menu utama, pembeli masih bisa mendapatkan 3-4 menu pendamping, yang berupa sayuran seperti kangkung, tumis tahu tauge, tempe oreg, sayur sop, dan lainnya.
    Lebih lanjut, jika ingin menu utama seperti ayam goreng, ikan tongkol, atau kembung dan lainnya, harganya sekitar Rp15.000.
    Dengan harga itu, pembeli juga tetap mendapatkan satu menu pendamping.
    “Tapi misal kalau beli banyak, minimal 10 porsi, harganya masih bisa ditekan. Bisa harga segitu pakai ayam goreng, tapi mungkin ukurannya tidak seperti biasanya,” ucap Tiwi.
    Sementara itu, Hartini (50), seorang ibu rumah tangga (IRT), mengaku dengan anggaran Rp10.000, dirinya hanya bisa membeli sayuran atau telur.
    Itupun hanya untuk sekali makan.
    Jika ingin mendapatkan protein hewani, ia harus merogoh kocek lebih dalam.
    Untuk harga ikan sekilonya di Pasar Induk Gedebage saat ini berkisar Rp30.000 hingga Rp35.000.
    “Daging saja sekarang mahal, itu kalau nggak naik sekitar Rp35.000. Kalau naik bisa sampai Rp39.000. Belum yang lainnya, misal minyak goreng, bumbu, sama nasi. Kan mahal-mahal sekarang,” pungkas Hartini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menko Zulhas ajak KOKAM dan GP Ansor perkuat kemandirian pangan bangsa

    Menko Zulhas ajak KOKAM dan GP Ansor perkuat kemandirian pangan bangsa

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Pangan Republik Indonesia Zulkifli Hasan mengajak Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor menjaga persatuan dan memperkuat kemandirian bangsa terutama di sektor pangan.

    Zulkifli Hasan yang akrab disapa Zulhas sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa Indonesia pada tahun sebelumnya, melakukan impor beras hingga 4,5 juta ton, namun kini bangsa ini menyetop keran impor beras berkat adanya persatuan dan kesatuan bangsa.

    “Tahun lalu kita impor 4,5 juta ton beras. Tahun ini alhamdulillah impor 0 persen dan bahkan surplus 4 juta ton lebih. Ini hasil kerja keras petani dan bangsa yang bersatu,” kata Zulhas.

    Ia menekankan bahwa hal itu merupakan capaian kemandirian pangan nasional.

    Zulhas mengatakan hal itu saat membuka dua agenda organisasi masyarakat (Ormas) pemuda Islam besar, yakni Apel Jambore KOKAM Jawa Tengah 2025 di Tegal dan Gerakan Kebangkitan Ekonomi Rakyat GP Ansor di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    Semangat persatuan dalam membangun kemandirian bangsa. Baginya sinergi dan kolaborasi lintas sektor menjadi hal penting, katanya, menegaskan.

    Di Apel Jambore KOKAM Jawa Tengah 2025, Zulhas disambut lebih dari 2.000 peserta.

    Menteri Koordinator Bidang Pangan Republik Indonesia Zulkifli Hasan (Zulhas) membuka Gerakan Kebangkitan Ekonomi Rakyat GP Ansor di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ANTARA/HO-Kemenko Pangan

    Hadir mendampingi Wakil Menteri P2MI sekaligus Ketum Pemuda Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono dan Anggota DPR RI Wahyudin Noor Aly.

    Usai dari Tegal, Zulhas membuka Gerakan Kebangkitan Ekonomi Rakyat GP Ansor di Soreang, Kabupaten Bandung, yang diikuti sekitar 5.000 peserta.

    Hadir pada kegiatan itu Ketua Umum GP Ansor, Bupati Bandung, serta Anggota DPR RI Ahmad Najib Qodratullah dan Hery Dermawan.

    Zulhas mengapresiasi semangat gotong royong dan kemandirian ekonomi yang dibangun GP Ansor seperti memulai usaha peternakan ayam dan menjadi pengusaha pangan.

    Baginya kehadiran di dua acara ormas pemuda Islam besar seperti KOKAM dan GP Ansor menunjukkan penerimaan lintas ormas Islam terhadap kepemimpinannya yang mampu menjembatani semangat nasionalisme dan kemandirian ekonomi rakyat.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • GP Ansor luncurkan kelompok usaha gotong royong di 22 ribu desa

    GP Ansor luncurkan kelompok usaha gotong royong di 22 ribu desa

    Jakarta (ANTARA) – Gerakan Pemuda (GP) Ansor meluncurkan program Gerakan Ekonomi Rakyat melalui pembentukan kelompok usaha gotong royong di 22.800 desa/kelurahan di seluruh Indonesia, yang ditujukan membangun pertumbuhan ekonomi berbasis desa.

    “Gerakan Ekonomi Rakyat yang kita luncurkan bersama hari ini memiliki program unggulan yaitu Kelompok Usaha Gotong Royong dengan sektor usaha membangun kampung peternakan ayam terpadu di 22.800 desa/kelurahan di seluruh Indonesia,” kata Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

    Ia mengatakan gerakan ini menggunakan pendekatan korporasi, ekonomi, komunitas, dan individu, yang bergotong royong membangun fondasi ekonomi rakyat yang kokoh.

    Ia menjelaskan program diproyeksikan membentuk 100 kader per desa yang akan menjadi penggerak ekonomi produktif. Setiap kader akan diberikan modal berupa 100 ekor ayam, dengan begitu diproyeksikan akan ada 10 ribu ekor per desa.

    Nantinya, secara nasional produksi mencapai 228 juta ekor ayam per satu siklus panen, atau setara dengan 342.000 ton daging ayam. Dalam kurun waktu satu tahun, total produksi dapat menembus 2,05 juta ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp115 triliun.

    Program ini juga diperkirakan mampu menciptakan 1,5 juta lapangan kerja baru dan berkontribusi terhadap pemenuhan gizi nasional sebesar 0,8 persen

    Ia mengatakan visi gerakan ini mengintegrasikan seluruh rantai nilai usaha peternakan ayam, dari hulu hingga hilir.

    “Dengan demikian, tidak hanya petani atau peternak kecil yang diuntungkan, tetapi seluruh ekosistem ekonomi mulai dari pakan ternak, pemeliharaan, pengolahan, distribusi, hingga pemasaran akan terhubung,” ujarnya.

    Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Ansor sesuai dengan konsep pemberdayaan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

    “Pangan menyangkut sepertiga penduduk Indonesia, petani kita. Menyangkut peternak dan nelayan kita. Ini harus dibereskan. Buktinya satu tahun ini, kalau kita dulu impor, kita sudah surplus 4 juta ton. Pangan akan menyelesaikan banyak hal,” katanya.

    Pewarta: Asep Firmansyah
    Editor: M. Hari Atmoko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.