Hewan: Ayam

  • Bappebti Ungkap Peran Vital SRG dalam Tingkatkan Sistem Logistik Nasional

    Bappebti Ungkap Peran Vital SRG dalam Tingkatkan Sistem Logistik Nasional

    Jakarta

    Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) turut meningkatkan efektivitas sistem logistik nasional melalui Sistem Resi Gudang (SRG).

    Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya menjelaskan SRG dapat memberikan informasi stok secara akurat dan real time melalui Information System Warehouse Receipt (ISWARE) yang dikelola oleh Pusat Registrasi SRG. Hadirnya SRG menjadi solusi atas kebutuhan sinkronisasi manajemen dan pemantauan stok di lapangan agar dapat meningkatkan daya saing nasional.

    Resi Gudang adalah dokumen atau surat bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. SRG berkaitan dengan kegiatan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang.

    Adapun SRG yang tersebar di berbagai sentra produksi di Indonesia lantas menjadi pilihan strategis bagi petani dan pelaku usaha untuk menunda penjualan pada saat harga sedang turun. Mereka nantinya dapat menjual komoditas tersebut pada saat harga telah membaik.

    Tirta menambahkan, Resi Gudang juga dapat digunakan sebagai agunan untuk memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank, sehingga kegiatan produksi dapat terus berjalan.

    “Dengan mekanisme tersebut, SRG memiliki peran penting dalam perdagangan komoditas di Indonesia sebagai mekanisme tunda jual (manajemen stok), alternatif pembiayaan bagi pemilik komoditas, efisiensi rantai pasok, serta instrumen pengendalian harga komoditas dan persediaan nasional,” ungkap Tirta dalam keterangannya, Jumat (12/12/2025).

    Tirta menegaskan saat ini, komoditas yang dapat disimpan dalam gudang SRG diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga, atas Permendag Nomor 33 Tahun 2020 tentang Barang dan Persyaratan Barang yang dapat Disimpan dalam SRG.

    Terdapat 27 komoditas SRG, antara lain beras, gabah, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, rotan, garam, gambir, teh, kopra, timah, bawang merah dan, ikan. Kemudian, pala, ayam karkas beku, gula kristal putih, kedelai, tembakau, kayu manis, agar, karagenan, mocaf, pinang, dan tapioka.

    Sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang SRG sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011, SRG menjadi strategi yang efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan. Melalui SRG, pemberian kredit bagi pelaku usaha dapat difasilitasi dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang.

    Tirta berharap implementasi SRG yang optimal dan berkelanjutan mampu mendukung stabilisasi harga dan ketersediaan barang dengan memfasilitasi penjualan yang dapat dilakukan sepanjang tahun. Selain itu, SRG berperan dalam upaya pengendalian harga dan persediaan nasional yang dilakukan oleh pemerintah.

    Adapun saat ini, Bappebti telah membangun 123 gudang SRG di 105 kabupaten/kota yang tersebar pada 25 provinsi di Indonesia. Implementasi ini kian intensif melalui pemanfaatan gudang-gudang swasta.

    Hingga November 2025, nilai SRG telah mencapai Rp1,89 triliun dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp928,6 miliar. Adapun komoditas yang paling banyak tersimpan di gudang SRG antara lain bawang merah, beras, gabah, gula, ikan, kedelai, kopi, rumput laut, tembakau, dan tapioka.

    Dengan sebaran gudang yang luas tersebut, SRG memberikan dampak signifikan sebagai instrumen manajemen stok komoditas nasional.SRG juga menjadi pusat logistik yang mendukung rantai pasok mulai dari tingkat desa kota/kabupaten, nasional, hingga pasar internasional.

    Plt. Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan SRG dan Pasar Lelang Komoditas (PLK), Matheus Hendro Purnomo menegaskan SRG amat tepat untuk dijadikan salah satu jawaban terhadap tantangan sistem logistik nasional.

    “Visi sistem logistik nasional yaitu terwujudnya sistem yang terintegrasi. Dari sini, SRG menjadi instrumen yang dapat menjawab tantangan tersebut. Gudang-gudang yang tersebar dari wilayah timur hingga barat Indonesia terintegrasi melalui ISWARE dan dari sana dapat diketahui stok komoditas pangan nasional hingga potensi ekspornya,” jelas Hendro.

    Meskipun demikian, penerapan SRG masih dihadapkan dengan berbagai tantangan. Pelaksanaan SRG harus didukung berbagai lembaga, antara lain pengelola gudang, Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Uji Mutu, serta lembaga pembiayaan dan asuransi yang belum tersedia di setiap daerah.

    Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat tentang SRG yang kurang optimal, sulitnya menciptakan pengelola gudang SRG yang kompeten, mandiri, dan profesional juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan SRG.

    “Tantangan lainnya terkait kelengkapan fasilitas penunjang gudang SRG, seperti pengering, RMU, dan sarana angkut. Sementara itu, di beberapa gudang SRG yang telah memiliki fasilitas penunjang tersebut, kondisinya telah rusak dan perlu segera diperbaiki. Dukungan pemerintah daerah juga perlu terus didorong demi optimalisasi peran SRG di Indonesia,” imbuh Hendro.

    Di sisi lain, Sekretaris Bappebti, Ivan Fithriyanto menyampaikan adanya beberapa faktor kunci dalam memastikan implementasi SRG berjalan optimal dan berkelanjutan, salah satunya dukungan infrastruktur. Hal ini menyangkut aspek budi daya, panen, pascapanen hingga pemasaran seperti sarana pengolahan, gudang, dan transportasi.

    “Potensi SRG yang sangat besar harus dioptimalkan melalui berbagai langkah. Sinergi pemerintah pusat dan daerah serta keterlibatan aktif kelembagaan terkait SRG menjadi kunci utama dalam optimalisasi SRG. Selain itu, baik pemilik komoditas maupun Pengelola Gudang SRG harus memiliki kepastian jaringan pemasaran, termasuk dengan kehadiran off taker atau stand by buyer,” ungkap Ivan.

    Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengelola Gudang SRG Indonesia (SINNERGI), Nana Sukatna menjelaskan SRG di Indonesia memiliki manfaat bagi petani maupun pelaku usaha komoditas yang terlibat di dalamnya.

    Ia menilai SRG merupakan salah satu wujud pemberdayaan ekonomi rakyat karena didukung oleh ekosistem yang lengkap. SRG juga mampu menjadi alternatif skema perdagangan komoditas di samping sistem jual beli konvensional yang telah lama dikenal masyarakat.

    “Penguatan literasi kepada masyarakat termasuk kepada pengelola gudang SRG harus terus dilakukan. Pengelola gudang perlu memiliki tekad untuk mengembangkan SRG melalui pengelolaan yang profesional dan mandiri. Jenis komoditas yang dapat disimpan di SRG serta kapasitas gudang juga perlu ditingkatkan agar peran dan manfaat SRG di Indonesia makin optimal,” pungkas Nana

    (akn/ega)

  • Harga Cabai Rawit Merah Sentuh Rp 80.700 per Kg Jelang Akhir Pekan

    Harga Cabai Rawit Merah Sentuh Rp 80.700 per Kg Jelang Akhir Pekan

    Liputan6.com, Jakarta – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia merilis sejumlah harga pangan komoditas. Pada Jumat pagi, (12/12/2025), harga cabai rawit merah tembus Rp 80.700 per kilogram (kg) dan telur ayam ras Rp 32.650 per kg.

    Selain itu, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional yakni harga bawang merah Rp 52.500 per kg dan harga bawang putih di harga Rp 39.900 per kg pada Jumat pagi, berdasarkan data PIHPS, seperti dikutip dari Antara, Jumat pekan ini.

    Lalu beras kualitas bawah I di harga Rp14.350 per kg, begitu pun beras kualitas bawah II Rp14.350 per kg. Sedangkan beras kualitas medium I Rp15.900 per kg, dan beras kualitas medium II di harga Rp15.750 per kg.

    Kemudian beras kualitas super I di harga Rp17.100 per kg, dan beras kualitas super II Rp16.600 per kg. Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp58.900 per kg, cabai merah keriting Rp65.400 per kg, dan cabai rawit hijau Rp60.400 per kg.

    Kemudian, daging ayam ras di harga Rp41.000 per kg, daging sapi kualitas I Rp141.050 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp133.050 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.800 per kg, gula pasir lokal Rp18.150 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.800 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.450 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.500 per liter.

  • Desa Pakel Banyuwangi Bikin Peternakan Ayam Petelur, Hasilnya Rutin Dibagikan Warga Kurang Mampu

    Desa Pakel Banyuwangi Bikin Peternakan Ayam Petelur, Hasilnya Rutin Dibagikan Warga Kurang Mampu

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Desa Pakel, Kecamatan Licin, Banyuwangi, mengembangkan peternakan ayam petelur untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan desa. Menariknya, peternakan ini dikelola Pemerintah Desa bersama Tim Penggerak (TP) PKK setempat dan rutin telur produksinya dibagikan untuk warganya yang kurang mampu.

    Pemerintah desa setempat juga menggandeng warga dalam pengelolaannya, peternakan ini memproduksi sebanyak 18-20 kilogram kilogram telur setiap hari untuk memenuhi kebutuhan telur warga desa.

    “Kami sangat apresiasi peternakan ayam petelur yang dikelola Pemdes Pakel bereng PKK. Ini bisa meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan desa,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Jumat (12/12/2025).

    Ipuk sendiri sempat meninjau pengelolaan peternakan tersebut saat menggelar Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di desa tersebut pada 8 Desember 2025 lalu.

    Ipuk mengatakan secara ekonomi, adanya peternakan ayam menjadi sumber penghasilan bagi desa dan juga para warga desa yang ikut mengelolanya. Selain itu produksi telur mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar.

    Sedangkan dari segi ketahanan pangan, peternakan memenuhi kebutuhan telur yang menjadi sumber protein warga desa dengan harga yang lebih terjangkau dan berkualitas karena telur diproduksi setiap hari sehingga selalu baru.

    “Pengembangan peternakan ayam petelur juga sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang tengah mendorong desa-desa memperkuat produksi pangan lokal. Semoga semakin banyak desa mengembangkan inisiatif serupa sehingga kemandirian pangan dapat terus meningkat,” kata Ipuk.

    Kepala Desa Pakel, Mulyadi menjelaskan dalam pengelolaannya, Pemdes Pakel melibatkan warga sekitar. Saat ini ada 430 ayam petelur yang diternak. Ayam tersebut mampu menghasilkan 18-20 kilogram telur per hari atau sektar 500 kilogram perbulan.

    Hasil produksi telur dijual dengan harga kisaran Rp25.000-Rp26.000 per kilogram. Hasil keuntungan penjualan masuk ke kas pemdes yang nantinya digunakan untuk mendukung pelayanan dan pembangunan desa.

    “Kami jual di wilayah sini. Bahkan setiap dua pekan sekali, produksi telur kami bagikan gratis ke warga kurang mampu maupun yang stunting,” ungkap Mulyadi.

    Camat Licin, Donny Arsilo Sofyan menambahkan, peternakan ayam petelur tersebut mempekerjakan warga setempat. Modal awal membangun peternakan menggunakan Dana Desa Program Ketahanan Pangan.

    “Sesuai peraturan, dana desa minimal 20 persen harus dialokasikan untuk program ketahanan pangan. Di desa Pakel digunakan untuk peternakan ayam petelur. Di desa lainnya di kecamatan Licin penerapannya sesuai potensinya masing-masing. Ada yang mengelola peternakan kambing, perkebunan hidroponik dan lainnya,” pungkas Donny. [alr/aje]

  • Kapolri Tinjau Posko Kesehatan dan Dapur Umum Pengungsian di Aceh Tengah

    Kapolri Tinjau Posko Kesehatan dan Dapur Umum Pengungsian di Aceh Tengah

    Aceh

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meninjau sejumlah fasilitas yang disediakan Polri di lokasi pengungsian Aceh Tengah. Di lokasi itu, Kapolri meninjau sejumlah fasilitas dari Polri berupa dapur lapangan hingga posko kesehatan.

    Diketahui, Kapolri dan rombongan meninjau lokasi pengungsian di Masjid Besar Al Abrar, pada Kamis (11/12/2025). Posko tersebut menjadi tempat sementara bagi 426 orang warga yang mengungsi akibat bencana.

    Kapolri lalu meninjau posko kesehatan dan dapur lapangan yang berada di lokasi pengungsian. Dapur lapangan tersebut berkapasitas 250 porsi untuk 1 kali masak.

    Selain itu, sebanyak 5 tenaga kesehatan berada di lokasi untuk melakukan perawatan bagi korban terdampak bencana.

    Dalam agenda ini Kapolri turut didampingi Ketum Bhayangkari, Juliati Sigit Prabowo. Selain itu Kapolri juga didampingi Dankorbrimob Polri Irjen Ramdani Hidayat, Aslog Kapolri Irjen Suwondo Nainggolan, Kapusdokkes Polri Irjen Asep Hendradiana, Kapolda Aceh Irjen Marzuki Ali Basyah, Karomulmed Divhumas Polri Brigjen Ade Ary Syam Indradi.

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tinjau dapur umur di Aceh Tengah (Foto: dok. Istimewa)

    Sebelumnya, Kapolri melakukan kunjungan ke posko pengungsi di Aceh Tamiang, tepatnya di Jembatan Kuala Simpang. Di lokasi tersebut, Kapolri mendistribusikan sejumlah bantuan makanan hingga trauma healing kepada masyarakat.

    Tak hanya itu, di Aceh Tamiang, Kapolri juga meninjau proses pembersihan di 3 lokasi yang terdampak banjir dan lumpur, diantaranya di SDN 01 Karangbaru, Masjid Syuhada, dan Mapolres Aceh Tamiang. Sebanyak 200 personel dilibatkan dalam kegiatan pembersihan 3 lokasi tersebut.

    Di posko pengungsian Jembatan Kuala Simpang, Aceh Tamiang itu, Kapolri telah mendistribusikan bantuan kepada para korban sebanyak 6 truk.

    Adapun rincian bantuan yang diserahkan Kapolri sebagai berikut:

    Truk 1

    Chainsaw merek Supra (20 set), Jet Pump merek Yamamoto (30 unit), Genset Bensin merk PG3500E (15 set), Pompa Robin 3 inchi merk Ecolite (30 unit), Selang Buang (4 rol), Selang Hisap (6 rol), Genset (5 unit), Kain Kaffan (5 rol), Mainan anak-anak (156 pcs).

    Truk 2
    Tandon Air 1100 Liter (8 buah).

    Truk 3
    Tandon 1100 L (12 buah), Solar 23 jerigen (1 Jerigen = 20L), Bensin 13 jerigen (1 Jerigen = 20L), Oli Campur Genset 4 botol, Pompa Minyak Dari Jerigen (2 buah).

    Truk 4
    200 paket Paket sembako (masing-masing berisi 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, 1 kg gula, 8 buah indomie, 2 pcs biskuit, 1 kotak
    teh), PDL (600 stel), Wifi (3 unit), Baju penanggulangan bencana (300 pcs), Topi Rimba (10 pcs), PDL Tactical (20 stel), Kaos kaki Dislap (10 pasang), T-Shirt (20 pcs).

    Truk 5 → Bantuan dari Ibu Ketum Bhayangkari
    Masker (300 box), kasa (5 koli), Obat-obatan (1.745 box), nasi instan (10 dus), sajiku (6 dus),
    bumbu racik (3 dus), bumbu dapur bubuk (2 dus), royco rasa sapi (10 dus), bumbu opor ayam (1 dus), royco rasa ayam (10 dus), promina (2 dus), nyam-nyam (4 dus), top (2 dus), nabati (3 dus), rokok (1.300 bungkus), mukena (200 pcs), selimut (300 pcs), tas selempang (50 pcs), dan seragam sekolah (591 pcs)

    Truk 6
    Seragam sekolah SD, SMP, SMA (1.184 stel), Stiker Polri (40 pcs), dan Selimut (300 pcs)

    (yld/hri)

  • Kapolri Kirim 6 Truk Bantuan ke Posko Bencana Aceh Tamiang

    Kapolri Kirim 6 Truk Bantuan ke Posko Bencana Aceh Tamiang

    Bisnis.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meninjau posko pengungsian bencana alam di wilayah Aceh Tamiang, Kamis (11/12/2025). 

    Dalam peninjauan itu, Sigit turut menyerahkan bantuan energi seperti BBM dan genset. Kemudian sembako, alat-alat bantu penanganan bencana hingga pakaian.

    “Kita pastikan respons cepat. Warga tidak boleh menunggu terlalu lama untuk mendapatkan bantuan,” ujar Sigit dalam keterangan tertulis, Kamis (11/12/2025).

    Selain itu, Sigit juga telah mengerahkan 200 personel untuk melakukan pembersihan di tiga lokasi mulai dari SD Karangbaru, Masjid Syuhada dan Mapolres Aceh Tamiang.

    Berikut ini enam truk pengangkut bantuan yang dikirim Polri di Aceh Tamiang :

    Truk 1 

    Chainsaw merek Supra (20 set), Jet Pump merek Yamamoto (30 unit), Genset Bensin merk PG3500E (15 set), Pompa Robin 3 inchi merk Ecolite (30 unit), Selang Buang (4 rol), Selang Hisap (6 rol), Genset (5 unit), Kain Kaffan (5 rol), Mainan anak-anak (156 pcs). 

    Truk 2 

    Tandon Air 1100 Liter (8 buah). 

    Truk 3 

    Tandon 1100 L (12 buah), Solar 23 jerigen (1 Jerigen = 20L), Bensin 13 jerigen (1 Jerigen = 20L), Oli Campur Genset 4 botol, Pompa  

    Minyak Dari Jerigen (2 buah). 

    Truk 4 

    200 paket Paket sembako (masing-masing berisi 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, 1 kg gula, 8 buah indomie, 2 pcs biskuit, 1 kotak teh), PDL (600 stel), Wifi (3 unit), Baju penanggulangan bencana (300 pcs), Topi Rimba (10 pcs), PDL Tactical (20 stel), Kaos kaki Dislap (10 pasang), T-Shirt (20 pcs). 

    Truk 5 

    Bantuan dari Ibu Ketum Bhayangkari Masker (300 box), kasa (5 koli), Obat-obatan (1.745 box), nasi instan (10 dus), sajiku (6 dus), bumbu racik (3 dus), bumbu dapur bubuk (2 dus), royco rasa sapi (10 dus), bumbu opor ayam (1 dus), royco rasa ayam (10 dus), promina (2 dus), nyam-nyam (4 dus), top (2 dus), nabati (3 dus), rokok (1.300 bungkus), mukena (200 pcs), selimut (300 pcs), tas selempang (50 pcs), dan seragam sekolah (591 pcs).

    Truk 6

    Seragam sekolah SD, SMP, SMA (1.184 stel), Stiker Polri (40 pcs), dan Selimut (300 pcs

  • Ratusan Warga Ngawi Rela Berdesakan di Pasar Murah, Harga Cabai Tembus Rp105 Ribu di Pasaran

    Ratusan Warga Ngawi Rela Berdesakan di Pasar Murah, Harga Cabai Tembus Rp105 Ribu di Pasaran

    Ngawi (beritajatim.com) – Ratusan warga memadati kawasan Alun-alun Ngawi, Jawa Timur, pada Kamis (11/12/2025) pagi, demi berburu kebutuhan pokok dengan harga miring dalam gelaran pasar murah. Antrean panjang yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga ini berlangsung padat, bahkan sempat terjadi aksi saling berhimpitan demi mendapatkan nomor antrean.

    Kepadatan ini dipicu oleh lonjakan harga pangan yang signifikan di pasar tradisional menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Warga rela berdesakan untuk membeli komoditas vital seperti minyak goreng, gula pasir, telur, daging ayam, hingga cabai yang selisih harganya cukup jauh dibanding harga pasaran.

    Salah satu komoditas yang paling dicari adalah minyak goreng merek Minyakita yang dijual Rp16.000 per kilogram, lebih hemat sekitar Rp2.500 dibanding harga pasar. Selain itu, gula pasir yang di pasar umum tembus Rp16.500 per kilogram, di lokasi ini hanya dibanderol Rp15.000.

    “Sampai terjepit mas, beli gula kan lebih murah dibanding di pasar,” ujar Ratna Windyasari, salah satu warga yang ikut dalam antrean padat tersebut.

    Hal senada diungkapkan Wahyu, warga lain yang tetap bertahan di tengah kerumunan demi menekan pengeluaran belanja dapur. “Ya berebut beli gula, alhamdulillah lebih murah, tapi ya terjepit-jepit,” ujarnya.

    Lonjakan harga paling ekstrem terjadi pada komoditas bumbu dapur. Cabai rawit yang di pasar tradisional meroket hingga Rp105.000 per kilogram, di pasar murah ini dijual seharga Rp81.000. Begitu pula dengan cabai merah keriting yang dijual Rp60.000 per kilogram, terpaut Rp20.000 dari harga pasar yang mencapai Rp80.000.

    Dampak kenaikan harga ini tidak hanya memukul konsumen rumah tangga, tetapi juga pelaku usaha kecil. Pemilik warung makan mengaku kesulitan mengatur biaya produksi akibat mahalnya bahan baku, terutama sayuran.

    “Semua mahal mas, warung jadi sepi. Kita kurangi porsi biar tetap dapat untung. Sayuran semua naik harganya,” keluh Puji Lestari, seorang pemilik warung makan di Ngawi.

    Selain cabai dan minyak, pasar murah yang digelar pemerintah daerah ini juga menyediakan komoditas lain dengan harga bersubsidi untuk meredam gejolak inflasi daerah. Bawang merah dijual Rp50.000 per kilogram (pasar: Rp60.000), ayam potong Rp34.000 per kilogram (pasar: Rp40.000), dan beras medium kemasan 5 kg seharga Rp62.500 (pasar: Rp70.000). [fiq/beq]

  • Harga Pangan Hari Ini 11 Desember: Harga Beras Turun, Cabai Rawit Naik

    Harga Pangan Hari Ini 11 Desember: Harga Beras Turun, Cabai Rawit Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan harga pangan secara rata-rata nasional di Indonesia terpantau beragam pada Rabu (11/12/2025) hari ini dibandingkan dengan hari sebelumnya.

    Berdasarkan laman panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.25 WIB, harga rata-rata beras premium di Tanah Air turun 1,53% menjadi Rp15.273 per kilogram dibandingkan kemarin.

    Harga beras medium juga turun 2,87% ke Rp13.119 per kilogram, sedangkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Perum Bulog lebih murah 0,95% ke Rp12.330 per kilogram.

    Komoditas lainnya seperti jagung peternak turun 5,31% ke Rp6.530 per kilogram, serta kedelai biji kering impor turun 1,72% menjadi Rp10.604 per kilogram. Sementara itu, bawang merah turun 5,66% ke Rp45.526 per kilogram, sedangkan bawang putih bonggol juga lebih murah 4,68% ke Rp35.860 per kilogram.

    Harga aneka cabai bergerak beragam. Cabai merah keriting turun 3,55% ke Rp60.492 per kilogram, cabai merah besar turun 10,11% ke Rp50.023 per kilogram, dan cabai rawit merah naik 0,52% menjadi Rp73.714 per kilogram.

    Sementara itu, harga daging sapi murni turun 3,10% menjadi Rp130.644 per kilogram. Harga daging ayam ras turun 0,29% ke Rp39.671 per kilogram, sedangkan harga telur ayam ras turun 0,02% menjadi Rp31.224 per kilogram.

    Lebih lanjut, gula konsumsi terpantau turun 1,42% ke Rp17.786 per kilogram, garam konsumsi naik 0,57% ke Rp11.505 per kilogram, tepung terigu curah turun 2,40% ke Rp9.474 dan tepung terigu kemasan turun 4,83% ke Rp12.300.

    Untuk minyak goreng, harga kemasan dan curah masing-masing turun 2,25% dan turun 6,12% menjadi Rp20.475 dan Rp16.556 per liter. Sementara itu, Minyakita turun 3,85% menjadi Rp16.881 per liter.

    Perubahan harga juga terjadi pada daging kerbau segar lokal yang turun 0,60% ke Rp140.000 per kilogram, serta daging kerbau beku impor yang turun 10,30% ke Rp96.250 per kilogram.

    Adapun, harga komoditas ikan bergerak turun. Ikan kembung turun 5,12% ke Rp41.035 per kilogram, ikan tongkol turun 2,02% ke Rp34.903 per kilogram, sedangkan ikan bandeng turun 4,71% menjadi Rp34.000 per kilogram.

  • Bunga Desa Banyuwangi Dorong Warga Kembangkan Wisata Ijen Golden Route

    Bunga Desa Banyuwangi Dorong Warga Kembangkan Wisata Ijen Golden Route

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) yang digagas Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sejak 2021 terus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi desa. Saat Bunga Desa di empat desa lereng Gunung Ijen, Ipuk mendorong warga menjadi pelaku utama dalam pengembangan destinasi wisata Ijen Golden Route.

    Ijen Golden Route merupakan konsep jalur wisata yang mengangkat berbagai destinasi hidden gem di kawasan lereng Ijen. Rute ini mencakup wisata alam, kuliner lokal, kafe Instagramable, hingga deretan tempat staycation bernuansa etnik.

    “Berbagai potensi di sepanjang Ijen Golden Route adalah peluang besar bagi warga. Karena itu, kami ingin agar warga bisa menjadi aktor utama dalam pengelolaannya,” kata Ipuk.

    Lokasi wisata ijen golden route di Banyuwangi.

    Selama pelaksanaan Bunga Desa di Desa Tamansari, Pakel, Licin, dan Jelun, Ipuk mengeksplorasi sejumlah destinasi. Salah satunya wisata petik stroberi yang menjadi magnet baru di Desa Tamansari. Lokasinya berada tepat di jalur menuju Gunung Ijen dan buka setiap hari mulai pukul 07.00–17.00 WIB.

    Sekitar 50 meter dari lokasi tersebut, Ipuk meninjau pengolahan kopi milik kelompok tani setempat, mulai dari proses pulping, hulling, roasting, hingga grinding. Menurutnya, wisata petik stroberi dan kopi cocok untuk wisata keluarga karena menawarkan edukasi langsung di lapangan.

    “Ini sangat menarik, terutama untuk wisata edukasi,” ujar Ipuk yang baru-baru ini meraih penghargaan Most Inspiring Tourism Leader dari Kementerian Pariwisata.

    Ipuk juga mengunjungi homestay “Pesona Java Ijen”, yang dikelola warga setempat. Kawasan Licin memang memiliki banyak homestay dan cottage dengan pemandangan sawah serta latar Gunung Ranti dan Gunung Ijen. Selain menginap, wisatawan juga bisa menikmati paket pengalaman seperti trekking alam dan kegiatan bertani.

    “Saya anak petani dan ingin mengembangkan potensi yang kami punya. Kawasan kami berkembang menjadi daerah wisata, jadi saya ingin memanfaatkan peluang ini,” ujar Dani, pemilik homestay Pesona Java Ijen.

    Di banyak homestay lokal, wisatawan dapat merasakan interaksi langsung dengan masyarakat, lengkap dengan keramahtamahan dan budaya setempat. Tarifnya pun terjangkau, terutama bagi backpacker.

    Dalam rangkaian Bunga Desa, Ipuk turut meresmikan destinasi baru Banyu Kuwung di Desa Licin, berupa pemandian alami yang dikelola warga. Kawasan kaki Ijen sendiri menyimpan deretan wisata alam lain seperti Sendang Seruni di Tamansari, Air Terjun Kalibendo, hingga Wana Wisata Air Terjun Jagir.

    Untuk kuliner, Kecamatan Licin menawarkan berbagai pilihan. Warung Kanggo Riko di Desa Segobang dikenal dengan menu ayam kesrutnya, sementara setiap akhir pekan tersedia Pasar Kuliner Jadoel di Desa Licin yang menyajikan aneka pangan tradisional.

    Ipuk menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung pengembangan wisata daerah, khususnya di rute Ijen Golden Route. Ia menegaskan bahwa berbagai upaya penguatan kapasitas warga terus dilakukan, termasuk pelatihan content creator bagi pengelola homestay agar mampu membuat materi promosi yang menarik.

    “Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kemajuan pariwisata daerah. Bersama-sama kita akan mendorong pariwisata Banyuwangi yang lebih maju dan menyejahterakan warga,” kata Ipuk. [ayu/but]

     

  • Pemerintah Target Swasembada Gula-Daging Sapi di 2026

    Pemerintah Target Swasembada Gula-Daging Sapi di 2026

    Jakarta

    Pemerintah mengklaim Indonesia telah mencapai swasembada beras dan jagung di tahun ini. Untuk 2026, pemerintah fokus meningkatkan produksi komoditas lain, mulai dari gula, garam, telur ayam, daging ayam, dan daging sapi.

    Sejumlah komoditas itu juga ditargetkan mencapai swasembada. Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan utamanya pada swasembada telur ayam hingga daging sapi untuk kebutuhan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Ke depan, Presiden menginginkan kita swasembada gula, karena kebutuhan gula kita besar, baik gula konsumsi maupun gula industri. Kemudian kalau di KKP ada swasembada garam, baik garam konsumsi maupun garam industri. Nah tahun depan di Kementerian Pertanian ada dua program besar, pertama, bagaimana meningkatkan produksi swasembada telur dan ayam, serta sapi sebetulnya,” kata dia di Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2025).

    Untuk peningkatan produksi telur dan daging ayam, pemerintah telah merencanakan pembangunan peternakan terintegrasi di 13 provinsi. Sudaryono mengatakan pembangunan ini di fokuskan pada daerah Luar Pulau Jawa, kecuali Jawa Timur.

    “Kita sudah identifikasi semua, melibatkan BUMN, terus nanti Kopdes Merah Putih, peternak lokal. Intinya untuk meningkatkan produksi telur dan ayam,” terangnya.

    Selain itu, pemerintah juga menargetkan untuk menghilirisasi sejumlah komoditas perkebunan, kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, kopi, pala, lada, gambir, dan lain-lain.

    “Presiden ingin mengembalikan semua produk komoditi perkebunan itu, kita menduduki posisi puncak dalam percaturan perdagangannya di dunia. Kelapa kita harus juara, kopi harus juara, kakao harus juara, itu nomor satu semua. Kita harus ekspor lebih banyak,” ujar dia.

    Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga telah mengatakan akan meningkatkan produksi daging dan susu. Untuk tahap awal, diutamakan peningkatan produksi susu dengan membangun peternakan sapi perah.

    Rencananya, akan dibangun dua peternakan sapi perah yang akan menggunakan pendanaan dari Danantara. Estimasi investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan peternakan itu mencapai Rp 2,4 triliun per satu paket peternakan.

    Tonton juga Video: Zulhas Raih detikcom Awards 2025: Swasembada Pangan Itu Kedaulatan

    (ada/kil)

  • Rumah Kremasi Hewan, Tempat Tidur Terakhir Peliharaan Kesayangan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Desember 2025

    Rumah Kremasi Hewan, Tempat Tidur Terakhir Peliharaan Kesayangan Megapolitan 10 Desember 2025

    Rumah Kremasi Hewan, Tempat Tidur Terakhir Peliharaan Kesayangan
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com
    – Bagi banyak pecinta hewan, kehilangan anak berbulu (anabul) bukan sekadar kehilangan peliharaan, melainkan kehilangan anggota keluarga.
    Di momen inilah, sebuah
    rumah kremasi
    bernama Rainbow Bridge Memorial House menjadi ruang perpisahan yang memberi ketenangan.
    Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pemilik hewan memilih kremasi dibandingkan menguburkannya di tanah.
    Selain itu, kremasi memberi kesempatan bagi pemilik membawa pulang abu hewan kesayangannya sebagai kenangan.
    Berletak di kawasan Rawakalong, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, bangunan itu tampak sederhana.
    Pagar bambu, rumah sederhana, dan suasana yang seolah menyatu dengan pepohonan di sekelilingnya.
    Namun, begitu melangkah masuk, suasana terasa berubah. Ada duka yang berdiam di udara, tapi juga cinta dan penghormatan.
    Di halaman depan, beberapa anjing berlarian dan menyambut tamu dengan gonggongan pelan.
    Di sudut bangunan, rak-rak kayu dipenuhi guci kecil berwarna putih, masing-masing dengan foto hewan yang pernah menjadi kesayangan seseorang.
    Wajah-wajah yang tak lagi ada di dunia, tetapi masih “pulang” ke tempat ini untuk terakhir kalinya.
    Di sinilah Joan Pascaline Majabubun membangun sesuatu yang lebih dari sekadar layanan kremasi.
    Ia menciptakan jembatan—penghubung antara manusia dan kenangan terakhir mereka terhadap hewan yang dicintai.
    Joan mengisahkan, perjalanan menuju pekerjaan ini tidak dimulai dari hal yang indah.
    Salah satu pengalaman paling menyakitkan itu yakni kala ia menyelamatkan Boja, anak anjing yang ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.
    Meski ia merawat Boja dengan penuh harapan, virus parvo merenggut nyawa hewan kecil itu.
    Kesedihan itu berubah menjadi amarah ketika ia melihat proses kremasi Boja tidak dilakukan dengan layak.
    “Karena kekecewaan itu, jadi gue mau bikin tempat kremasi yang seperti yang gue mau, di mana tempat kremasinya kayak punya sendiri gitu,” kata Joan saat ditemui di Rainbow Bridge Memorial House, Selasa (9/12/2025).
    Semua berawal dari niat menyelamatkan seekor anjing, meski kondisi keuangannya sedang kekurangan.
    Ada orang yang menemukan anjing tersebut, lalu mengawinkannya dan menjual anak-anaknya. Joan mencoba menolong, dibantu seseorang yang iba pada kondisinya.
    Dalam benaknya, ia hanya ingin memberikan hidup yang layak bagi Boja.
    Saat proses kremasi dilakukan, kekecewaan itu semakin dalam.
    Ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, sesuatu yang membuat perasaan kehilangan berubah menjadi kemarahan.
    “Jadi gue bawa kremasi satu tempat, terus gue ngeliat si orangnya itu ada yang dia buang. Gue bilang,
    ‘apaan tuh yang dibuang?’,
    ” kata Joan.
    “Gue cari ternyata kakinya anak gue yang gak selesai kekremasi. Dibuang gitu aja? Ngamuk gue,” sambung dia.
    Dari pengalaman itu, muncul tekad untuk membangun tempat kremasi yang menghormati hewan dan pemiliknya.
    Di halaman tanah yang teduh, suara lantunan ayam dan pohon bergesekan menjadi latar proses perpisahan. Joan berjalan santai, menyapa hewan-hewan yang menghuni tempat itu.
    Meski fasilitasnya sederhana, banyak pemilik hewan menemukan ketenangan di sini.
    Bagi Joan, kasih sayang tidak pernah bisa diukur oleh bentuk hewan atau bagaimana orang lain menilainya.
    “Namanya sayang kan kita gak bisa membatasi gitu ya,
    unlimited
    gitu loh. Kayak kemarin, gue kremasi, dia itu punya kayak lipan gitu. Gue kremasi di sini,” kata Joan.
    Kisah tentang seekor luwing bernama Jony menjadi salah satu contohnya.
    “Dia udah bilang,
    ‘Kak, gue mau kremasi peliharaan gue (luwing) bisa gak, Kak?’. 
    Bisa,” jelas dia.
    Bagi Joan, selama hewan itu dicintai seseorang, maka ia berhak diperlakukan dengan hormat.
    Di ruang kecil tempat guci-guci ditata, Joan menyaksikan berbagai bentuk rasa kehilangan. Ada pemilik yang menangis lama, ada yang memeluk guci sambil bercerita. Ia tak pernah membatasi hewan yang bisa ia layani.
    “Nah, jadi yang namanya kita sayang itu kan gaada batasan. Lo mau pelihara kecoak juga sekarang banyak orang pelihara kecoak,” ujar dia.
    Tidak hanya anjing atau kucing, ia pernah menerima tikus peliharaan, ikan gurame, hingga hewan liar yang pernah dirawat seseorang.
    “Terus apapun ya sah-sah aja gitu, kan. Jadi gue berusaha untuk bisa fasilitasi bahkan tikus aja ada,” katanya.
    Tempat ini pun menjadi rumah duka yang universal—untuk semua jenis makhluk.
    Joan cukup sering menerima hewan yang datang dari klinik atau shelter kecil. Ia memahami beban mereka, terutama ketika wabah menyerang dan jumlah hewan yang mati meningkat.
    “Jadi gue ada beberapa klinik yang memang bekerjasama. Jadi kalo misalnya di tempat mereka ada yang RIP dan mau dikremasi dan itu mereka yang kirim,” kata dia.
    Bagi Joan, inti dari pekerjaannya bukan sekadar fasilitas, melainkan empati.
    “Cuma maksud gue kalo gue
    personally
     enggak peduli gue mau hewan lu apa. Ya kayak yang gue bilang dari awal tadi. Sayang itu gak ada batasnya,” imbuh dia.
    Di Rainbow Bridge Memorial House, kematian dan kehidupan terasa saling menyapa.
    Saat pemilik menyeka air mata, anjing-anjing di halaman berjalan mondar-mandir, seolah menemani.
    Ketika seseorang memandikan hewannya untuk terakhir kalinya, perasaannya pasti campur aduk. Luapan emosi tak terbendung.
    Dalam momen seperti itu, Joan berusaha memastikan setiap pemilik bisa melepas tanpa merasa dihakimi.
    “Kayak yang kemarin itu dia ini.
    ‘Kak, lu jangan ketawain gue ya, Kak’
    , Kenapa gue mesti ketawain lu? Karena lu sendiri di video lu bilang megang mereka tuh
    calming,
     itu hal yang baik sih,” jelas Joan.
    Itulah alasan ia ingin tempat ini terasa hangat, setara, dan dekat.
    “Makanya gue bikin kremasi ini seperti maunya gue, kita sama-sama penyayang, kita tahu rasanya kehilangan gimana,” imbuh dia.
    Dari Trauma Menjadi Dedikasi
    Tidak banyak yang tahu bahwa Joan dulunya takut kucing. Ia pernah dicakar hingga membuat tangannya bengkak.
    Namun hidup justru membawanya masuk ke dunia hewan—shelter, penyelamatan, hingga kremasi.
    “Dulu gue takut kucing, gue takut ayam tapi terus kan gue mikir ya sampe kapan gue takut sama hal-hal yang kalo menurut gue gak pantes buat ditakutin,” ujarnya.
    Pengalamannya mengurus hewan-hewan di shelter menjadi titik balik terbesar.
    Ia mulai merawat anak-anak kucing, memberi mereka susu, dan mendampingi mereka bertahan hidup.
    Proses itulah yang perlahan mengikis rasa takutnya, Joan menemukan bahwa ketakutan itu selama ini hanya bayangan, bukan kenyataan.
    “Waktu gue kasih susu itu nyakar gue eh kok ga bolong ya. Ternyata kucing itu gak semenyeramkan itu ya. Dari situlah gue baru mulai buka kremasi,” ungkapnya.
    Bangunan bambu, halaman tanah, oven kecil berbahan gas, dan meja pemandian sederhana—semua tampak jauh dari kesan mewah. Namun justru kesederhanaan inilah yang membuat banyak orang merasa dekat.
    Joan ingin tempat ini ramah, bukan membingungkan.
    “Jadi intinya gue nyari duit. Bohong orang punya usaha enggak nyari duit. Pasti. Cuma dengan bisa bantu teman-teman, jadi makanya gue bertahan dengan
    stay low
    kayak gini,” kata dia.
    Joan sengaja menjaga tempatnya tetap
    low profile.
    Ia tidak ingin orang takut datang karena mengira biayanya akan mahal.
    Ia ingin orang merasa bahwa tempat ini adalah milik mereka sendiri.
    “Lu mau gendong sendiri anak lu masuk dalam
    tray.
    Lu mau tungguin, lu mau pelototin anak lu dikremasi sampai selesai, silakan,” kata dia.
    Nama Rainbow Bridge sendiri merujuk pada sebuah keyakinan populer di kalangan pecinta hewan.
    Ketika
    hewan peliharaan
    meninggal, mereka dipercaya menyeberangi sebuah jembatan menuju tempat damai di alam baka.
    Di sana, hewan-hewan peliharaan yang telah mati menjadi muda dan sehat kembali. Mereka menunggu untuk dipersatukan kembali dengan pemiliknya yang tercinta suatu hari nanti.
    “Karena
    all animals goes to Rainbow Bridge
    (Semua hewan pergi ke Jembatan Pelangi),” kata Joan.
    Di kawasan perkotaan, kepadatan hunian terus meningkat, sementara hubungan masyarakat dengan hewan peliharaan justru semakin intens.
    Para pemilik kini memberi perhatian lebih besar terhadap kesehatan, kenyamanan, dan perlakuan etis bagi hewan yang mereka rawat sehari-hari.
    Perubahan ini, menurut Rakhmat Hidayat, Sosiolog dari UNJ, ikut membuka ruang bagi hadirnya berbagai layanan baru, termasuk
    kremasi hewan
    .
    Ia menilai fenomena tersebut merupakan kebutuhan yang relatif baru muncul, terutama di lingkungan kelas menengah kota-kota besar.
    Dalam beberapa tahun terakhir khususnya setelah masa pandemi industri yang bergerak di bidang perawatan hewan berkembang dengan cepat.
    Pet shop
    tumbuh lebih banyak, layanan
    grooming
    semakin mudah ditemui, hingga berbagai jasa pendamping lain yang sebelumnya tidak dikenal kini mulai populer.
    Bagi Rakhmat, semua perkembangan itu menunjukkan bahwa kultur merawat hewan telah berubah menjadi lebih serius dan lebih terstruktur di mata masyarakat.
    “Layanan kremasi ini menurut saya itu melengkapi bagaimana peliharaan hewan itu menjadi isu yang menarik bagi sebagian masyarakat atau bagi masyarakat menengah perkotaan gitu ya,” ujar dia saat dihubungi, Senin (9/12/2025).
    Ia juga menilai, hadirnya layanan semacam ini menandakan pola baru dalam cara masyarakat memperlakukan hewan peliharaan mereka.
    “Ini sudah mulai menunjukkan ada tren yang lebih spesifik gitu ya di kalangan kelas menengah elite perkotaan gitu kan dengan layanan kremasi ini,” kata dia.
    Bagi banyak pemilik, hewan peliharaan telah menempati posisi lebih dari sekadar makhluk yang diberi makan atau dirawat seperlunya.
    Keberadaan mereka kerap menyatu dengan keseharian menjadi yang pertama disapa saat pagi tiba, menemani di sela aktivitas, hingga hadir setiap kali pemilik pulang membuka pintu rumah.
    Tidak sedikit orang yang menjadikan hewan peliharaan sebagai tempat bercerita, penawar penat sepulang kerja, atau pengisi kesunyian di rumah yang terasa terlalu sepi.
    Karena kedekatan itu pula, kehilangan hewan peliharaan dapat menghadirkan kesedihan mendalam yang sulit diungkapkan.
    Kedekatan tersebut tumbuh dari ikatan emosional yang terbentuk lama dalam keseharian.
    “Kenapa hewan itu orang perlu ditangis sih? Karena itu kan ada semacam keterikatan ya, keterikatan moral, keterikatan secara psikologis antara manusia tersebut dengan hewan tersebut gitu kan,” ujarnya.
    Ikatan itu bahkan, menurut dia, semakin kuat seiring rutinitas yang dijalani bersama.
    “Apalagi udah bertahun-tahun, sudah jadi sering bareng,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.