Hewan: Ayam

  • Harga Cabai Rawit Mulai Turun, Sekarang Rp 91 Ribu per Kg – Page 3

    Harga Cabai Rawit Mulai Turun, Sekarang Rp 91 Ribu per Kg – Page 3

    Harga cabai rawit merah sentuh Rp 100.000 per kilogram (kg) dan telur ayam ras di harga Rp 28.000 per kilogram pada Jumat, (28/3/2025). Demikian harga komoditas itu berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia.

    Selain itu, berdasarkan data dari PIHPS, Jumat pukul 10.00 WIB, harga bawang merah di harga Rp 45.000 per kg, bawang putih di harga Rp 41.750 per kg, demikian mengutip Antara.

    Kemudian beras kualitas bawah I di harga Rp10.900 per kg; beras kualitas bawah II Rp13.750 per kg; beras kualitas medium I Rp15.650 per kg; begitu pun beras kualitas medium II di harga Rp12.950 per kg. Selanjutnya, beras kualitas super I di harga Rp15.500 per kg; dan beras kualitas super II Rp15.000 per kg.

    Lalu, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp43.750 per kg; cabai merah keriting Rp65.000 per kg; dan cabai rawit hijau Rp52.500 per kg.

    Harga daging ayam ras sentuh Rp40.000 per kg, daging sapi kualitas I Rp148.750 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp147.500 per kg. Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp18.650 per kg; gula pasir lokal Rp17.750 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp19.750 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp19.900 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.500 per liter.

  • Harga cabai rawit Rp91.950/kg, telur ayam Rp29.450/kg

    Harga cabai rawit Rp91.950/kg, telur ayam Rp29.450/kg

    Arsip foto – Sejumlah komoditas pangan cabai rawit merah dan cabai merah keriting yang dijual pedagang di Pasar Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (15/3/2025). ANTARA/Harianto

    PIHPS: Harga cabai rawit Rp91.950/kg, telur ayam Rp29.450/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 02 April 2025 – 11:29 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat sejumlah komoditas pangan secara umum, cabai rawit merah di harga Rp91.950 per kilogram (kg) dan telur ayam ras di harga Rp29.450 per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Rabu pukul 10.00 WIB selain cabai rawit merah dan telur ayam ras, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang merah di harga Rp50.150 per kg, bawang putih di harga Rp46.150 per kg.

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp13.450 per kg; beras kualitas bawah II Rp13.950 per kg; beras kualitas medium I Rp14.350 per kg; begitu pun beras kualitas medium II di harga Rp13.800 per kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp16.250 per kg; dan beras kualitas super II Rp15.450 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp51.750 per kg; cabai merah keriting Rp53.200 per kg; dan cabai rawit hijau Rp43.600 per kg. Kemudian, daging ayam ras di harga Rp38.350 per kg, daging sapi kualitas I Rp135.950 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp124.150 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.550 per kg; gula pasir lokal Rp18.550 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp19.700 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.350 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp20.300 per liter.

    Sumber : Antara

  • Hari Ketiga Lebaran, Daging Sapi Rp 135.950 per Kilogram, Cabai Rawit Dibanderol Rp 91.950 per Kg – Halaman all

    Hari Ketiga Lebaran, Daging Sapi Rp 135.950 per Kilogram, Cabai Rawit Dibanderol Rp 91.950 per Kg – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga pangan H+2 Lebaran pada Rabu (2/4/2025), berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, harga daging sapi kualitas I Rp 135.950 per kilogram (kg) dan daging sapi kualitas II di harga Rp 124.150 per kg.

    Pada pukul 11.00 WIB, cabai rawit merah di harga Rp 91.950 per kg. PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp 51.750 per kg; cabai merah keriting Rp 53.200 per kg; dan cabai rawit hijau Rp43.600 per kg.

    Sedangkan, bawang merah di harga Rp50.150 per kg, bawang putih di harga Rp 46.150 per kg. Untuk beras kualitas bawah I di harga Rp 13.450 per kg; beras kualitas bawah II Rp 13.950 per kg; beras kualitas medium I Rp 14.350 per kg.

    Kemudian, beras kualitas medium II di harga Rp 13.800 per kg. Sedangkan, beras kualitas super I di harga Rp16.250 per kg; dan beras kualitas super II Rp 15.450 per kg.

    Daging ayam ras di harga Rp38.350 per kg, gula pasir kualitas premium tercatat Rp 19.550 per kg; gula pasir lokal Rp 18.550 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp 19.700 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp 22.350 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp 20.300 per liter.

    Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyampaikan, harga cabai rawit melonjak dipengaruhi faktor cuaca. Dyah mengatakan kenaikan cabai akibat faktor cuaca yang tidak bisa di kontrol. Dia memastikan pihaknya akan memonitor bersama Bapanas terkait kenaikan harga cabai.

    “Kalau harga cabai itu karena faktor cuaca ya tapi kita koordinasi terus dengan Bapanas karena. Ini menjadi salah satu komoditas yang dipantau,” ujar Dyah kepada wartawan, Jakarta, Senin (31/3/2025).

  • Siasat Cegah Perut Buncit Meski Kalap Makan Ketupat-Opor saat Lebaran

    Siasat Cegah Perut Buncit Meski Kalap Makan Ketupat-Opor saat Lebaran

    Jakarta

    Lebaran menjadi momen keluarga berkumpul bersama, baik untuk saling bermaafan dan makan bersama. Adapun berbagai makanan khas yang tersedia di meja selama Lebaran, seperti kue kering, opor ayam, rendang, dan ketupat sayur.

    Pastinya, selama momen tersebut akan merasa sulit untuk makan makanan yang sehat. Lantas, bagaimana caranya agar tetap bisa mengonsumsi makanan sehat selama Lebaran?

    Dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh, SKM, MKes, membagikan tips agar bisa menjaga pola makan yang sehat selama Lebaran.

    “Prinsipnya ambil makanan secukupnya, boleh menikmati berbagai hidangan namun dalam jumlah yang wajar atau tidak berlebihan,” terang Laila yang dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (1/4/2025).

    “Kurangi makanan bersantan dan berlemak tinggi, tambahkan sayuran, batasi konsumsi makanan dan minuman manis, serta gorengan. Minum air putih yang cukup, dan tetap aktif bergerak, jangan mager,” sambungnya.

    Laila mengungkapkan kebanyakan makanan yang disajikan selama Lebaran cenderung bersantan, manis, dan berlemak. Tetapi, masih ada jenis makanan sehat yang menjadi alternatif untuk mengurangi kalori selama Lebaran.

    Menurutnya, makanan berat saat Lebaran dapat tetap dinikmati. Tetapi, perlu ada penyesuaian pada beberapa hal agar makanan tersebut menjadi lebih sehat.

    Rekomendasi makanan lainnya dapat memilih sayur asem, sayur bening, sup sayuran, sup ikan, pepes ikan, tumis sayuran, atau urap.

    “Beberapa contoh makanan ringan sehat contohnya berbagai macam buah seperti apel, jeruk, melon, semangka, salad buah, kurma, puding santan rendah lemak, hingga roti gandum,” jelas Laila.

    “Sedangkan untuk minumannya bisa air putih, infuse water, atau jus buah dengan hanya sedikit tambahan gula,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Berikut Makna, Manfaat, dan Jenis Hidangan yang Dibagikan

    Berikut Makna, Manfaat, dan Jenis Hidangan yang Dibagikan

    YOGYAKARTA – Lebaran tidak hanya menjadi momen kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga waktu yang penuh dengan kebersamaan dan berbagi. Salah satu kebiasaan yang telah melekat di masyarakat adalah tradisi berbagi makanan Lebaran. Tradisi ini menjadi wujud kepedulian dan kebersamaan antar sesama, mempererat silaturahmi, serta menghadirkan kebahagiaan bagi mereka yang menerima.

    Sejak dulu, berbagi makanan saat Lebaran sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Hidangan khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan kue-kue tradisional sering kali dibagikan kepada tetangga, kerabat, hingga orang-orang yang kurang mampu. Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga menjadi ajang mempererat hubungan sosial di lingkungan sekitar.

    Makna dan Manfaat Tradisi Berbagi Makanan Lebaran

    Bentuk Rasa Syukur

    Setelah menjalani bulan Ramadan dengan penuh ibadah dan menahan diri dari hawa nafsu, Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk mensyukuri segala berkah yang telah diberikan. Salah satu cara mengekspresikan rasa syukur adalah dengan berbagi makanan kepada orang lain, terutama kepada mereka yang kurang beruntung.

    Mempererat Hubungan Sosial

    Tradisi berbagi makanan Lebaran tidak hanya dilakukan di antara anggota keluarga, tetapi juga melibatkan tetangga, teman, dan bahkan orang yang tidak dikenal. Dengan berbagi, hubungan antar sesama menjadi lebih erat, menciptakan suasana harmonis, dan memperkuat rasa kebersamaan.

    Meningkatkan Kepedulian Sosial

    Di tengah kesibukan hidup, Lebaran menjadi momen yang tepat untuk mengingat kembali pentingnya berbagi. Membagikan makanan kepada mereka yang kurang mampu dapat menjadi bentuk kepedulian sosial, membantu orang lain agar bisa turut merasakan kebahagiaan di hari raya.

    Menghidupkan Budaya Gotong Royong

    Di beberapa daerah, tradisi berbagi makanan Lebaran dilakukan secara gotong royong. Masyarakat berkumpul untuk memasak dalam jumlah besar dan kemudian membagikannya kepada orang-orang sekitar. Hal ini menciptakan kebersamaan dan menguatkan nilai kerja sama dalam kehidupan sosial.

    Jenis Makanan yang Dibagikan Saat Lebaran

    Dalam tradisi berbagi makanan Lebaran, berbagai jenis hidangan khas sering menjadi pilihan untuk diberikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Berikut beberapa makanan yang umum dibagikan saat Lebaran:

    Ketupat dan Opor Ayam

    Ketupat adalah makanan yang identik dengan Lebaran. Biasanya disajikan dengan opor ayam, rendang, atau sambal goreng ati. Banyak keluarga yang memasak dalam jumlah besar dan membagikannya kepada tetangga atau sanak saudara.

    Rendang

    Sebagai salah satu makanan khas Indonesia yang terkenal, rendang sering kali menjadi hidangan utama saat Lebaran. Rasanya yang gurih dan tahan lama membuatnya cocok untuk dijadikan makanan yang dibagikan kepada keluarga dan kerabat.

    Kue Kering Lebaran

    Kue-kue kering seperti nastar, kastengel, putri salju, dan lidah kucing juga menjadi favorit untuk dibagikan saat Lebaran. Banyak orang yang sengaja membuat atau membeli dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada saudara, tetangga, atau kolega sebagai tanda silaturahmi.

    Bubur Sumsum atau Kolak

    Di beberapa daerah, bubur sumsum atau kolak pisang juga sering dibagikan sebagai bagian dari tradisi berbagi makanan Lebaran. Makanan ini dianggap sebagai hidangan yang membawa keberkahan dan sering dibagikan kepada tetangga atau masyarakat sekitar.

    Daging Kurban atau Sembako

    Di beberapa daerah, berbagi makanan saat Lebaran juga dilakukan dengan memberikan daging kurban (jika bersamaan dengan Idul Adha) atau paket sembako kepada mereka yang membutuhkan. Ini menjadi salah satu cara berbagi yang lebih luas manfaatnya.

    Cara Berbagi Makanan Lebaran yang Praktis dan Bermakna

    Berbagi makanan saat Lebaran bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik secara tradisional maupun modern. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

    Membagikan Makanan Langsung ke Tetangga

    Salah satu cara paling umum dalam tradisi berbagi makanan Lebaran adalah dengan membagikan makanan langsung ke rumah tetangga atau keluarga terdekat. Biasanya, makanan dikemas dalam wadah khusus atau rantang untuk menjaga kehangatan dan kebersihan.

    Mengirim Paket Makanan Melalui Jasa Pengiriman

    Di era digital saat ini, banyak orang memilih untuk mengirim makanan menggunakan jasa pengiriman. Hal ini sangat membantu bagi mereka yang tidak bisa bertemu langsung dengan keluarga atau teman-teman saat Lebaran.

    Berbagi Makanan ke Panti Asuhan atau Panti Jompo

    Selain berbagi dengan orang terdekat, mengirim makanan ke panti asuhan atau panti jompo bisa menjadi cara yang lebih bermakna untuk menyebarkan kebahagiaan Lebaran.

    Mengadakan Acara Makan Bersama

    Jika memungkinkan, mengadakan acara makan bersama dengan tetangga atau keluarga besar juga bisa menjadi salah satu bentuk berbagi makanan. Ini tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga mempererat hubungan sosial.

    Tradisi berbagi makanan Lebaran merupakan salah satu bentuk kepedulian dan kebersamaan yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Berbagi makanan tidak hanya memberikan kebahagiaan kepada penerima, tetapi juga menjadi wujud rasa syukur atas segala berkah yang diterima.

    Dari ketupat dan opor ayam hingga kue kering dan paket sembako, berbagai jenis makanan dapat dibagikan untuk mempererat tali silaturahmi. Dengan memahami makna di balik tradisi ini, kita bisa terus melestarikannya agar tetap menjadi bagian dari perayaan Lebaran di masa depan.

    Untuk menambah refrensi baca juga: Sejarah Tradisi “Nganter” ketika Lebaran TIba

    Jadi setelah mengetahui tradisi berbagi makanan lebaran, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!

  • Harga Pangan Hari Ini (2/4): Cabai dan Daging Makin Mahal H+2 Lebaran 2025

    Harga Pangan Hari Ini (2/4): Cabai dan Daging Makin Mahal H+2 Lebaran 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan harga berbagai jenis cabai dan daging pada Rabu (2/4/2025) atau H+2 Lebaran 2025 secara rata-rata masih tinggi.

    Berdasarkan data Panel Harga Bapanas, Rabu (2/4/2025) pukul 09.30 WIB, harga berbagai jenis cabai di tingkat konsumen secara rata-rata meningkat dibandingkan dengan hari sebelumnya.

    Bapanas mencatat, harga cabai merah keriting naik signifikan 3,68% menjadi Rp60.436 per kilogram (kg), cabai merah besar naik 2,24% menjadi Rp60.062 per kg, dan cabai rawit merah terkerek 1% menjadi Rp89.598 per kg.

    Tidak jauh berbeda, harga berbagai jenis daging juga masih tinggi. Di tingkat konsumen, harga daging ayam ras mencapai Rp37.347 per kg atau naik 1,42% dibandingkan dengan hari sebelumnya.

    Seturut dengan itu, harga daging sapi murni naik 1,07% menjadi Rp140.843 per kg, harga daging kerbau beku impor naik 0,83% menjadi Rp110.159 per kg, dan daging kerbau segar lokal melonjak 1,3% menjadi Rp147.121 per kg.

    Lantas, bagaimana dengan harga komoditas lainnya?

    Bapanas mencatat, harga beras premium mencapai Rp15.594 per kg atau naik 0,24% dari hari sebelumnya. Kemudian, harga beras medium naik tipis 0,15% dari hari sebelumnya menjadi Rp13.725 per kg dan beras SPHP naik sebesar 0,18% menjadi Rp12.592 per kg.

    Begitu juga dengan harga berbagai jenis ikan kompak mengalami peningkatan harga. Bapanas mencatat, harga ikan kembung naik 0,52% menjadi Rp41.738 per kg, ikan tongkol naik 0,88% menjadi Rp34.543 per kg, dan ikan bandeng naik 0,9% menjadi Rp35.020 per kg.

    Sementara itu, harga jagung di tingkat peternak turun tipis 0,06% menjadi Rp6.253 per kg dan kedelai biji kering impor turun 0,14% menjadi Rp10.610 per kg.

    Di sisi lain, berbagai jenis bawang kompak terkerek 0,56% dibandingkan dengan hari sebelumnya, menjadi Rp44.206 per kg untuk bawang merah dan bawang putih bonggol Rp44.919 per kg.

    Kemudian, telur ayam ras turun tipis 0,04% menjadi Rp29.521 per kg, gula konsumsi masih stabil di level Rp18.551 per kg, sedangkan garam naik 1,13% menjadi Rp11.763 per kg.

    Selanjutnya, harga minyak goreng kemasan pagi ini naik tipis 0,03% menjadi Rp20.744 per liter, minyak goreng curah turun 0,23% menjadi Rp17.951 per liter, dan minyakita turun tipis 0,07% menjadi Rp17.601 per liter.

    Sebagai informasi, harga pangan dalam laman Bapanas tersebut akan terus bergerak seiring dengan masuknya data dari pasar-pasar se-Indonesia, dengan harga final pada pukul 13.00 WIB.

  • Barong Ider Bumi 2025 di Banyuwangi, Ritual Sakral Digelar Khidmat di Tengah Hujan

    Barong Ider Bumi 2025 di Banyuwangi, Ritual Sakral Digelar Khidmat di Tengah Hujan

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Ritual adat Barong Ider Bumi 2025 kembali digelar dengan khidmat di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Selasa (1/4/2025). Meski diguyur hujan, tradisi yang rutin dilaksanakan setiap 2 Syawal ini tetap ramai dikunjungi masyarakat yang ingin menyaksikan prosesi sakral tersebut.

    Sebagai bagian dari perayaan Lebaran di Banyuwangi, Barong Ider Bumi menjadi daya tarik utama bagi warga setempat maupun wisatawan. Ritual ini diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala dan telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Kemiren.

    Tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa ritual Barong Ider Bumi pertama kali dilakukan sekitar tahun 1840-an. Kala itu, Desa Kemiren dilanda wabah yang menyebabkan banyak korban jiwa serta gagal panen akibat serangan hama. Dalam menghadapi situasi sulit tersebut, sesepuh desa meminta petunjuk kepada leluhur mereka, Mbah Buyut Cili. Dalam mimpinya, Mbah Buyut Cili mendapat petunjuk agar warga mengadakan arak-arakan Barong keliling kampung sebagai upaya penolak bala.

    “Ritual diawali dengan doa yang dipanjatkan oleh para tokoh pelestari Barong di petilasan Buyut Cili,” ungkap Suhaimi. Barong dalam tradisi ini digambarkan sebagai sosok makhluk bermahkota dengan sayap yang dipercaya mampu melindungi desa dari marabahaya.

    Kepala Desa Kemiren, Arifin, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya ritual tahun ini meskipun dalam kondisi hujan. “Meski dalam kondisi hujan, kami tetap bersyukur karena hujan juga anugerah dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

    Saat gamelan mulai dimainkan, barong siap diarak keliling desa dengan iringan masyarakat yang mengenakan pakaian adat. Arak-arakan dimulai dari sisi timur Desa Kemiren menuju bagian barat, menempuh jarak sekitar 2 km. Sepanjang perjalanan, tokoh adat melakukan tradisi sembur uthik-uthik, yaitu menebarkan sekitar 999 koin logam yang dicampur dengan beras kuning dan berbagai macam bunga sebagai simbol penolak bala.

    Sebagai penutup rangkaian ritual, masyarakat menggelar selamatan kampung dengan menyajikan kuliner tradisional khas Banyuwangi, tumpeng pecel pitik. Hidangan ini dibuat dari ayam kampung muda yang dipanggang utuh, kemudian disuwir dan dicampur dengan bumbu khas yang terdiri dari cabai rawit, terasi, daun jeruk, gula, serta parutan kelapa muda.

    “Keunikan dan nilai budaya yang terkandung dalam ritual Barong Ider Bumi menjadikannya warisan leluhur yang terus dipertahankan. Selain sebagai bagian dari tradisi, acara ini juga menjadi magnet wisata yang memperkaya keberagaman budaya Banyuwangi,” jelas Arifin.

    Wisatawan asal Surabaya, Dian Eka Putri Nasution (25), mengaku atmosfer kekeluargaan dalam ritual tersebut sangat terasa. “Yang paling saya suka adalah kendurinya. Semua duduk bersama, makan bersama di jalanan desa. Rasanya hangat dan sangat membumi. Ini pengalaman yang tidak bisa saya temukan di kota,” pungkasnya. [alr/beq]

  • Duka Warga Yogyakarta, Jambi, dan Papua Dihantam Banjir saat Lebaran

    Duka Warga Yogyakarta, Jambi, dan Papua Dihantam Banjir saat Lebaran

    PIKIRAN RAKYAT – Di tengah semaraknya perayaan Idul Fitri di sebagian besar wilayah Indonesia, sekelompok warga menyambut Lebaran dalam keadaan duka akibat hantaman banjir. Itulah yang dirasakan warga Jambi, Yogyakarta, dan Papua.

    Padahal, berbagai jenis makanan dan cemilan kering khas Lebaran, serta minuman kemasan telah tersusun rapi di ruang tamu. Perabot rumah juga sudah ditata sedemikan rupa agar membuat nyaman sanak saudara yang akan datang.

    Warga Kelurahan Simpang III Sipin, Kota Baru, Jambi, Desmayati (54) pun berharap keluarga besarnya yang datang akan merasa nyaman dan bahagia saat merayakan Lebaran di rumahnya. Namun, harapan itu sirna.

    Semangat merayakan Lebaran bersama keluarga yang datang dari Sumatra Barat dan Lampung seketika berubah jadi kepanikan. Rumah yang telah dihuni lebih dari 25 tahun itu diserang banjir untuk kali pertama pada Minggu 30 Maret 2025.

    “Keramik belakang jebol, hancur. Lalu masuk airnya. Tidak bisa disetop lagi, kayak bom. Air masuk dari belakang karena ada parit kecil,” kata Desmayati di Jambi, Senin 31 Maret 2025.

    Dia menuturkan, air tidak henti-hentinyya memasuki rumah hingga setinggi pinggang orang dewasa. Dia dan keluarganya pun berusaha menyelamatkan barang-barang yang bisa diselamatkan.

    Akan tetapi, derasnya air mengakibatkan lemari rusak, pakaian basah, dan sejumlah barang elektronik rusak. Air sempat surut sebentar, tetapi keesokan paginya hujan kembali datang. Rumah Desmayati pun dilanda banjir lagi.

    Dia dan keluarganya tidak bisa mengikuti salat Idul Fitri. Lagi pula, mereka tidak memiliki pakaian yang layak dan bersih untuk beribadah karena telah dilumuri lumpur banjir. Bukan hanya itu, anggota keluarga yang berasal dari luar kota pun batal ke rumahnya.

    “Suasana Lebaran yang menyedihkan. Kita sudah siapkan kue. Sudah siap yang lain, tetapi tamu tidak bisa datang ke sini karena genangan air seperti ini,” ujar Desmayati.

    Banjir Jambi: Tak Ada Lebaran yang Meriah

    Duka yang sama juga dirasakan Misrina Suryani (33), warga Kelurahan Simpang IV Sipin, Jambi. Dia dan suami telah membersihkan rumahnya yang diserang banjir pada Minggu 30 Maret 2025.

    Dia berharap bisa menerima tamu esok harinya, saat Idul Fitri. Namun, banjir kembali datang.

    “Kemarin bersih-bersih nian, mau Lebaran. Sudah disterilkan, tetapi hari ini banjir lagi. Kue-kue sudah siap. Masak lontong, ketupat di meja makan. Dua hari kami kebanjiran. Ini memang tertinggi sepanjang sejarah banjir,” tutur Misirna Suryani.

    Ketua RT di Kelurahan Simpang III Sipi, Rozjiman mengatakan bahwa terdapat 25 rumah yang terdampak banjir di wilayahnya.

    “Di hari bahagia ini mestinya menghadapi bahagia juga. Tetapi malah menghadapi situasi ini. Sudah surut, datang lagi air. Masuk ke rumahnya. Ini kan tidak kondusif. Tidak merasakan Lebaran yang meriah,” ujarnya.

    Banjir di Kota Jambi juga mengakibatkan satu orang meninggal dunia pada Minggu 30 Maret 2025.

    “Lantai bangunan (kamar mandi yang membelakangi anak sungai runtuh) menimpah korban, dan korban langsung tertimbun,” kata Mustari, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi.

    Selain itu, dia mengatakan bahwa banjir yang berlangsung selama dua hari ini terjadi di 23 kelurahan dalam delapan kecamatan. Penyebab banjir berbeda-beda di setiap wilayah, seperti drainase yang kurang memadai, sedimentasi pada drainase, penumpukan sampah, dan minimnya titik resapan air.

    Banjir Yogyakarta: Semangat Lebaran yang Hilang

    Suasana sore Hari Raya Idul Fitri 2025 di Dusun Nogosari 1 Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tampak sepi. Beberapa pintu rumah tertutup dan tak terlihat keramaian orang yang saling berkunjung.

    Desa ini menjadi salah satu titik terparah banjir pada Jumat 28 Maret 2025, akibat luapan Sungai Celeng. Salah seorang warga, Fredi Giyanto (50) terlihat tengah membersihkan mobilnya yang terendam banjir.

    “Semangat Lebarannya hilang, bahkan makanan yang seharusnya dipersiapkan untuk waktu Lebaran, kita makan pada malam itu (banjir), karena sudah tidak bisa masak atau apa,” katanya.

    Meski sisa lumpur dan bekas banjir sudah tak terlalu terlihat, tetapi masih nampak kesedihan di wajah pria yang berprofesi sebagai tukang kayu tersebut.

    “Harusnya mau bersiap menyambut Lebaran, malah kayak gini. Di masjid itu, kita sudah bikin maskot (mempersiapkan untuk takbir keliling) tapi terkena dampak banjir, hilang,” tutur Fredi Giyanto.

    Dia juga mengatakan bahwa selama tiga hari menjelang Lebaran mereka mengalami kesulitan air bersih karena kondisi sumur yang tercemar lumpur banjir.

    “Kita beli air buat masak. Kita bisa mandi itu setelah tiga hari, itu pun airnya belum benar-benar jernih, tapi kita paksakan untuk mandi,” ucapnya.

    Fredi Giyanto menaksir, mengalami kerugian belasan juta rupiah akibat banjir ini. Dia bercerita, banjir berlangsung selama dua jam dari sore hingga malam.

    “Ketinggiannya itu setengah meter masuk rumah, kalau di jalan itu tinggi banget satu meter lebih mungkin,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Dusun Nogosari 2, Dalmuji mengatakan bahwa banjir telah merendam belasan rumah warga dan area pertanian yang siap panen di wilayahnya pada Jumat 28 Maret 2025 sore lalu. Banjir melanda desanya memang bukan hal baru, bahkan sudah ada sejak 1980.

    “Akan tetapi, semakin ke sini makin jadi (parah) karena sungai semakin dangkal, dan bantaran menyempit. Banjir ini juga mengganggu psikologis masyarakat, namun kita karena orang Jawa ya menerima saja (pasrah),” tuturnya.

    Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, banjir dan longsor mengakibatkan tiga orang luka-luka, dan puluhan bangunan rusak. Bencana ini pun ditaksir menyebabkan kerugian hingga Rp150 juta.

    Banjir Jayapura: Sudah Down, Tak Antusias Sambut Lebaran

    Tak hanya di Pulau Jawa, banjir juga merendam beberapa wilayah di Jayapura, Papua, sesaat sebelum Lebaran, pada Minggu 30 Maret 2025 malam.

    “Selama Lebaran, baru pertama kali saya Lebaran, malam takbiran banjir,” ucap Warwey (46), ibu yang tinggal di di Entrop, Kota Jayapura.

    Dia mengatakan, air masuk lewat saluran pembuangan kamar mandi rumahnya. Air lalu merembet masuk ruang tamu, hingga kamar.

    “Banjir masuk lewat pembuangan kamar mandi. Saya sudah pasang setiap batu di pintu rumah, untuk mencegah banjir itu. Tapi air masuk lewat pembuangan kamar mandi itu,” kata Warwey.

    Dia bercerita, air banjir masuk ke rumah saat dirinya dan keluarga tengah membuat kue Lebaran. Warwey mengatakan bahwa air membasahi kasur dan pakaian, tetapi barang elektronik sempat diselamatkan.

    Dia pun tidur bersama keluarganya beralaskan tikar pada malam sebelum Lebaran. Dia memperkirakan kerugian akibat banjir itu sebesar Rp5 juta.

    “Barang-barang elektronik sempat diselamatkan. Kasur terendam kita tidur melantai, tidak pakai kasur, tidur di lantai. buka kain tidur. Kan kasur basah semua,” ucap Warwey.

    Dia mengaku, banjir membuatnya tidak semangat menyambut hari raya Idul Fitri.

    “Yang pertama kita down yah, karena antusias besok mau [persiapan] tiba-tiba banjir (bikin) pikiran terpecah. Mau urus rumah kah, mau terima tamu kah, mau masak kah. Akhirnya down. Perasaan sudah tidak antusias lagi, seperti tahun-tahun kemarin begitu,” kata Warwey.

    Dia pun hanya menyiapkan menu seadanya yaitu opor ayam, kerupuk dan sambal untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.

    Warwey memiliki ayah dari Raja Ampat yang beragama Muslim dan ibu dari Port Numbay. Dia mengatakan, dirinya mendapatkan dukungan yang luar biasa dari keluarga ibunya yang Kristen.

    “Buka puasa dikasih selamat, lebaran dikasih selamat. Saya open house lebih banyak untuk keluarga Kristen. Dukungan keluarga sangat besar ke kami saat bencana ini,” ujarnya.

    Banjir juga merendam tempat tinggal Hamdana (54) di Jayapura. Dia menuturkan sudah tiga kali mengalami kebanjiran.

    Menurut ceritanya, air yang meluap dari got depan rumah masuk melalui saluran pembuangan kamar mandi. Namun, dia bersyukur banjir tidak merendam barang-barang di rumahnya.

    “Belum ada barang terendam. Kalau sudah mulai hujan, kita persiapan angkat barang-barang. Kalau air masuk lewat belakang, otomatis angkat barang duluan. Tadi malam (saat banjir) kasih naik barang-barang di bangku,” kata Hamdana.

    Akan tetapi, banjir menganggu persiapannya dalam merayakan Idul Fitri. Dia hanya menghindangkan menu makanan khas Lebaran yang seadanya untuk disantap bersama keluarganya.

    Selain itu, Hamdana mengaku tidak mudik ke tempat asalnya di Makassar, Sulawesi Selatan. Alasannya, biaya yang mahal membuatnya memilih Lebaran bersama anak-anaknya di Jayapura.

    “Mama sudah dari 1997 di Kota Jayapura. Pikiran mau mudik tapi banyak orang, sementara biaya untuk mudik mahal,” ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari BBC.

    Ini bukan kali pertama wilayah Jayapura dihantam banjir. Tahun lalu, banjir merendam empat lokasi di ibu kota Papua ini, yang menyebabkan 62 orang terserang penyakit.

    Bahkan banjir bandang dan longsor pernah menghantam Sentani, Jayapura pada Maret 2019. Bencana ini menewaskan ratusan orang, dan menyebabkan sekitar 4.000 warga mengungsi. Banjir menghantam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani Tami, akibat curah hujan yang tinggi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Daftar Opor Ayam Termahal di Dunia, Harganya Bikin Geleng-Geleng – Page 3

    Daftar Opor Ayam Termahal di Dunia, Harganya Bikin Geleng-Geleng – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Opor ayam adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang terkenal dengan cita rasa gurih dan kaya rempah. Meski umumnya dianggap sebagai makanan rumahan atau hidangan khas Lebaran, beberapa restoran dan hotel berbintang telah menghadirkan versi opor ayam premium dengan harga fantastis.

    Berikut adalah daftar opor ayam termahal di dunia berdasarkan kompliasi beberapa situs resmi hotel di dunia:

    1.Opor Ayam di The Mulia, Bali – Rp 750.000 per Porsi

    The Mulia Bali, salah satu hotel bintang lima paling mewah di Indonesia, pernah menyajikan opor ayam dengan bahan premium seperti ayam organik pilihan, santan segar dari kelapa terbaik, dan rempah-rempah impor.

    Penyajiannya pun sangat eksklusif dengan plating mewah di restoran kelas atas.

    2. Opor Ayam Sultan di Hotel Raffles Jakarta – Rp 1.200.000 per Porsi

    Hotel Raffles di Jakarta menyajikan “Opor Ayam Sultan”, hidangan spesial yang hanya tersedia pada momen tertentu seperti Lebaran dan Natal.

    Hidangan ini menggunakan ayam kampung berkualitas tinggi, tambahan jamur truffle hitam, dan taburan emas 24 karat sebagai garnish, menjadikannya salah satu harga opor ayam termahal di dunia.

     

  • Daftar Harga Pangan yang Naik Gila-gilaan hingga Hari Kedua Lebaran

    Daftar Harga Pangan yang Naik Gila-gilaan hingga Hari Kedua Lebaran

    Jakarta

    Harga sejumlah bahan pangan terpantau masih merangkak naik di pasar, salah satunya di Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Terpantau, harga cabai rawit merah hingga daging sapi naik tinggi dibandingkan harga normal.

    Menurut pantauan detikcom, Selasa, 1 April 2025, harga cabai keriting merah per kilogramnya dipatok seharga Rp 100 ribu. Lalu, harga tertinggi didapuk oleh cabai rawit merah dengan nominal Rp 150 ribu per kilogramnya.

    “Kalau cabai keriting hijau Rp 70 ribu per kilo, cabai rawit hijau Rp 80 ribu per kilo, dan cabai rawit putih Rp 60 ribu per kilo,” ujar Fitri, salah satu pedagang sayur-mayur di Pasar Rumput.

    Fitri bilang, harga yang masih tinggi tersebut karena kondisi pasar induk di momen Lebaran tidak banyak yang berjualan, sehingga stok cabai cenderung sulit didapat.

    “Biasanya kalau lagi tidak momen Lebaran, cabai keriting merah itu cuma Rp 30 ribu per kilogram, cabai rawit merah ada yang Rp 40 ribu-Rp 50 ribu,” katanya merinci.

    Segelintir harga sayuran juga terpantau naik. Beberapa di antaranya adalah kentang dan daun seledri. Per kilogram kentang jadi seharga Rp 25 ribu, dan daun seledri juga naik jadi Rp 60 ribu per kilogramnya.

    Sementara harga bawang juga tergolong tinggi. Harga bawang merah mencapai Rp 100 ribu per kilogramnya. Padahal di luar momen Lebaran biasanya hanya di kisaran Rp 30 ribu per kilogram.

    Fitri bilang, harga biasanya mulai mengerem lagi di seminggu pasca-Lebaran.

    Tidak cuma itu, harga daging ayam ras terpantau berada di angka Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu di pasaran. Salah satunya, di kios ayam milik Syifa, salah satu pedagang yang juga berada di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan.

    Dari pengamatan langsung detikcom, harga daging ayam ras yang dijual Syifa ada yang seharga Rp 35 ribu per ekor, dan Rp 50 ribu per ekornya. Syifa bilang, harga ini tergantung dari ukuran unggas yang ia jual, yang besar punya harga lebih mahal ketimbang ukuran yang lebih kecil.

    Syifa mengaku, harga ayam cenderung mengalami kenaikan saat momen Lebaran. Ia bilang, kisaran nominal kenaikannya berada di angka Rp 5 ribu per kilogramnya.

    “Untuk harga ayam itu naiknya sekitar Rp 5.000 per kilogram,” katanya.

    Sementara itu, harga daging sapi menyentuh angka Rp 150 ribu per kilogramnya. Kisaran harga berbeda-beda, tergantung jenis daging dan bagian daging yang dijual.

    Untuk harga daging sapi bagian paha depan dibanderol seharga Rp 145 ribu per kilogramnya. Sedangkan untuk bagian paha belakang lebih mahal, yakni di harga Rp 150 ribu per kilogram.

    “Harganya beda-beda, ya. Ada yang Rp 145.000, ada yang Rp 150.000. Karena masih harga Lebaran. Itu beda harganya karena ada yang daging paha depan, ada daging paha belakang. Kalau yang paha depan Rp 145 ribu, kalau yang daging paha belakang Rp 150 ribu. Ini harga daging sapi saja,” ujar pria pedagang daging yang enggan menyebutkan namanya.

    Ada pula daging kerbau yang dibekukan dan sudah dalam kemasan plastik vakum. Harga daging kerbau beku ini dipatok sebesar Rp 100 ribu per kilogramnya.

    Sedangkan harga telur ayam di hari kedua Idulfitri tercatat mencapai angka Rp 32 ribu per kilogramnya. Biasanya, di luar momen Lebaran, kisaran harga telur ayam berada di angka Rp 29 ribu-Rp 30 ribu per kilogram.

    (eds/eds)