Dalam penelitian lebih lanjut, virus H5N1 memiliki tingkat kematian 50 persen pada manusia, jauh lebih mematikan dibandingkan COVID-19 yang hanya 1,7 persen.
“PBB dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah mengeluarkan peringatan mengenai potensi bahaya ini,” ujar Among mengingatkan.
Bahkan dalam studi terbaru Universitas Harvard mengungkapkan, adanya kaitan erat antara peternakan industri dan risiko penyakit zoonotik (penyakit yang dapat berpindah dari hewan ke manusia).
“Laporan tersebut merekomendasikan pengurangan industri peternakan hewan intensif secara global sebagai langkah penting untuk mengurangi ancaman pandemi di masa depan,” ujar dia.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) juga mengonfirmasi hal ini, menegaskan bahwa peternakan industri intensif berpotensi memicu pandemi berikutnya jika tidak ada perubahan signifikan dalam praktik-praktik tersebut.
Melihat ancaman itu, AFFA menyatakan solusi untuk menghentikan krisis H5N1 yakni mengakhiri praktik peternakan industri intensif.
“Solusi ini bukan hanya lebih sehat untuk manusia, tetapi juga lebih ramah bagi bumi yang kita tinggali bersama,” kata dia.
Khusus Indonesia,salah satu inisiatif untuk mempromosikan makanan berbasis nabati dan pola hidup sehat adalah Nutrisi Esok Hari. Sejak inisiasi ini di mulai di tahun 2021, Nutrisi Esok Hari telah bekerjasama dengan 16 institusi di Indonesia.
“Krisis flu burung ini adalah bukti nyata bahaya dari pola hidup yang tidak berkelanjutan serta industri peternakan intensif,” ujar Among. Cari tahu lebih lanjut mengenai inisiatif berkelanjutan di nutrisiesokhari.org.