Harmoni Doa dan Kasih yang Tak Putus dalam Keseharian Panti Asuhan Karena Doa
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Lantunan doa yang merdu nan indah menggema di ruang utama
Panti Asuhan
Karena Doa, Jalan H. Sulaiman, Bedahan, Sawangan, Kota
Depok
, Selasa (29/7/2025).
Iringan doa keselamatan dan doa bahagia memenuhi setiap sudut aula besar berbentuk persegi panjang itu.
Meski ruangan aula tampak terlalu besar, suara nyanyian dari 12 anak laki-laki yang duduk saling berjauhan justru tampak tak mau mengalah.
Lantunan doa ini terdengar hangat di telinga, seolah menjadi bukti terlatihnya nyanyian mereka yang dilakukan setiap hari.
Wangi ruangan yang tidak begitu familiar justru menyatu dalam harmoni bersama nyanyian anak-anak dan petikan gitar.
Para anjing peliharaan panti bahkan tak mau kalah dan ikut hadir di tengah-tengah anak, ikut mendengarkan lantunan doa kepada tuhan.
Hal itulah yang sekiranya terasa sejak awal saat
Kompas.com
berkunjung dan tengah menunggu dengan khidmat doa bersama para
anak Panti Asuhan
Karena Doa.
Anak-anak di sana berasal dari belahan barat hingga timur Indonesia. Perbedaan latar belakang telah hidup beriringan di bawah bangunan panti dengan gaya kolonial bercat putih.
Setelah 41 tahun berdiri, Panti Asuhan Karena Doa telah mengasihi dan menjamin pendidikan terhadap ratusan anak.
Hal itu terlihat dari doa bersama yang selalu digelar empat kali sehari pada waktu berbeda.
“Nanti aktivitas kami pasti diawali doa pagi sekitar pukul 04.30-05.00 WIB,” ucap Matius, Pengurus Panti Asuhan Karena Doa saat ditemui di lokasi, Selasa.
Doa yang diucapkan sehari-hari memprioritaskan kebahagiaan dan keselamatan anak panti, pengurus, pengasuh, pemilik yayasan, dan para donatur.
Matius menceritakan, durasi doa bisa berlangsung sekitar 30 menit. Paling lama, doa subuh dan malam yang mencapai satu jam.
Biasanya, waktu doa pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB hanya diikuti oleh para anak yang masih bersekolah SD.
“Karena mereka jam segitu suka sudah pulang, kalau yang lebih tua kan lebih sore lagi,” ungkapnya.
Berdirinya Panti Asuhan Karena Doa ini juga bermula dari panjatan doa seorang pendeta di gereja daerah Jawa Timur bernama Yohanes pada 1984.
Yohanes menemukan jemaatnya kesulitan untuk hidup sehari-hari, terlihat tersesat usai kehilangan orangtua.
“Jadi lewat doa itu, Yohanes tergerak untuk buka
panti asuhan
. Kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan menyewa sebuah rumah kontrakan kecil dengan membawa 12 anak di daerah Meruya,” ujar Matius.
Anak-anak “hilang arah” semakin banyak dan membuat Yohanes terus berdoa menghadap tuhan agar bisa mendapat rumah yang lebih besar lagi panti.
Doa-doa itu yang kemudian menuntun Yohanes bisa pindah dan membeli rumah untuk panti di Bedahan.
“Beliau dikabulkan (doanya) untuk beli tempat ini. Jadi di awal ke Jakarta tahun 1984, lalu pindah ke Sawangan sekitar tahun 1988,” terangnya.
Kisah perjalanan Yohanes yang membuat Panti Asuhan Karena Doa terus berpegang kuat pada kekuatan doa untuk kebaikan kehidupan manusia.
Selain doa, tata krama dan kedisiplinan menjadi pembelajaran yang turut ditekankan kepada anak panti.
“Yang diutamakan belajar sungguh-sungguh, disiplin, kebiasaan baik, hormat kepada orangtua, biasanya kan di sekolah kurang dapat soal budi pekerti jadi kami coba didik itu di panti,” jelas Matius.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Harmoni Doa dan Kasih yang Tak Putus dalam Keseharian Panti Asuhan Karena Doa Megapolitan 30 Juli 2025
/data/photo/2025/07/30/6889938630a7c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)