Liputan6.com, Yogyakarta – Hari Kelereng Sedunia atau World Marbles Day diperingati bertepatan dengan peringatan Jumat Agung. Tahun ini, Hari Kelereng Sedunia jatuh pada 18 April.
Peringatan Hari Kelereng Sedunia merujuk pada Kejuaraan Kelereng Inggris pertama yang berlangsung pada 1588 di Inggris. Hingga kini, kejuaraan tahunan tersebut masih diselenggarakan di Tinsley Green, Inggris.
Sementara itu di Indonesia, kelereng telah menjadi salah satu media permainan tradisional yang banyak dimainkan oleh anak-anak tempo dulu. Permainan tradisional ini kemudian berkembang menjadi kekayaan budaya Indonesia.
Mengutip dari laman Kemdikbud RI, permainan kelereng telah dikenal dan dimainkan sejak zaman Mesir Kuno atau 3.000 tahun sebelum Masehi. Saat itu, kelereng terbuat dari batu dan tanah liat.
Adapun The British Museum di London memiliki koleksi kelereng dari era 2000 hingga 1700 SM. Pada 1864, Jerman mulai membuat kelereng dari kaca.
Setelahnya, kelereng mulai tersebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kelereng di Indonesia juga dikenal dengan nama gundu, keneker, guli, dan kelici.
Kelereng memiliki ukuram bulat sempurna dengan ragam warna-warni. Permainan kelereng umumnya dilakukan di area luas dan membutuhkan kapur atau tongkat untuk membuat garis permainan.
Ada banyak model permainan kelereng yang biasa dimainkan, yakni kelereng lingkaran, kelereng segitiga, kelerenh garis, dan kelereng lubang. Setiap model memiliki peraturan berbeda.
Sebagai contoh, cara bermain kelereng lingkaran dimulai dengan mengumpilkan kelereng taruhan di sebuah lingkaran sebagai pembatas. Penembak pertama membidik kelereng tersebut hingga tersebar ke sekeliling.
Tujuan dasar dari permainan ini adalah untuk menjatukan kelereng sasaran atau penembak pemain lain agar benar-benar keluar dari lingkaran. Cara menembak kelereng adalah dengan menyelipkan ibu jari di belakang buku jari keduanya atau jari telunjuknya.
Jari telunjuk memegang jempol dengan kelereng di tangannya sambil mengambll ancang-ancang untuk menembakkan kelerengnya. Pemain harus menjentikkan kelereng sekuat mungkin dan harus tepat sasaran.
Selama si pemain menembakkan terus kelereng-kelereng tersebut hingga keluar dari lingkaran tanpa kehilangan posisinya atau selalu kena, maka ia bisa terus bermain. Namun, jika si penembak pertama gagal melumpuhkan kelereng lawannya, makagilirannya dianggap selesai.
Kelereng yang berhasil ditembak atau dibidik menjadi hak milik si penembak. Permainan berakhir ketika semua kelereng telah tersingkir dari lingkaran.
Selanjutnya, para pemain akan menghitung jumlah kelereng yang telah mereka kumpulkan. Pemain dengan jumlah kelereng terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.
Dahulu, permainan tradisional ini banyak dimainkan oleh anak-anak. Namun saat ini, permainan ini perlahan tersingkir dengan permainan modern lainnya.
Penulis: Resla
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4738584/original/010885300_1707448692-Ilustrasi_bermain_kelereng.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)