Laporan Wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI TIMUR – Kebijakan melarang gas Elpiji 3 kg bersubsidi dijual di warung eceran menimbulkan dampak besar, masyarakat sulit mendapatkan akses membeli karena langka.
Hal tersebut dirasakan warga di Bekasi, mereka harus berjuang antre ke agen atau pangkalan LPG yang jauh dari kediaman untuk membeli gas Elpiji 3kg.
Pantauan TribunJakarta.com di agen LPG di Jalan Karang Satria, Kampung Crewed, Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi pada Selasa (4/2/2024).
Antrean terlihat di agen LPG tersebut, warga beramai-ramai datang membawa tabung gas melon menunggu di depan gerbang.
Ada yang membawa lebih dari satu tabung, mereka rata-rata sudah mencari ke berbagai tempat tapi tak kunjung dapat.
Sejumlah warga bahkan antre sejak pagi, mereka menunggu kedatangan truk berisi gas Elpiji 3kg dari distributor untuk suplai di agen tersebut.
Sekira pukul 11.30 WIB, truk yang ditunggu-tunggu datang. Warga yang sudah berkumpul terlihat antusias menyambut kedatangan mobil berisi gas Elpiji 3kg bersubsidi tersebut.
Setelah truk distributor datang, warga kemudian masuk ke dalam dan kembali harus mengantre dengan menyerahkan KTP.
Warga hanya diperbolehkan membeli satu tabung, harga jualnya pun di angka Rp19.000 di atas HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah.
Satu per satu warga dipanggil, gas Elpiji 3kg yang sudah lama dinanti akhirnya berhasil didapat meski harus antre dari pagi sampai siang.
Nur Komalasari (34) mengatakan, gas Elpiji 3kg sudah menjadi kebutuhan utama di rumahnya sehingga dia rela mengantre bahkan sudah mencari ke berbagai tempat.
“Yang penting saya punya gas, demi anak demi keluarga,” kata Nur.
Nur harus menempuh jarak cukup jauh untuk mendapat satu tabung gas Elpiji 3kg, berbeda sebelum pemeriksaan melarang penjualan gas eceran di warung.
“Kalau dulu deket paling 100 meter ke warung, kalau begini coba saya dari Gabus ke sini (Bekasi Timur) berapa ratus meter, belum anak saya tinggalin buat nyari gas,” ucapnya.
Nur meminta pemerintah mencabut kebijakan larangan penjualan gas Elpiji 3kg di warung eceran, ia tak masalah jika harga yang dijual lebih mahal dari HET asal dekat dan mudah dijangkau.
“Saya butuh gas bapak ibu, jangankan soal harga saya yang penting punya gas, saya bisa makan, saya bisa masak, masa saya masak pake kayu,” kata Nur.
Hal yang sama diutarakan suratman, akses mendapatkan gas Elpiji 3kg harus dipermudah bukan malah dipersulit.
“Harus yang bener bikin kebijakan, harus cek ke lapangan. Turun langsung. Iya kita gak perlu jauh jauh buat beli gas gak buang buang waktu,” terang dia.
Sementara itu, warga lain bernama Nur Maida mengatakan, pemerintah seharusnya melihat kondisi di lapangan sebelum membuat kebijakan yang berdampak luas.
“Maunya si pejabat atas turun langsung. Kalau cuma tau dari mulut ke mulut enggak ngeliat langsung percuma, kami maunya eceran diadain lagi lah,” tegas dia.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
