Jakarta, CNN Indonesia —
Harga nikel dunia kembali melanjutkan penurunan. Turunnya harga komoditas disinyalir akibat meningkatnya pasokan dari Indonesia.
Sementara, komoditas logam dasar lainnya juga menurun akibat berkurangnya spekulasi bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada bulan depan.
Dilansir The Business Times, harga nikel di London Metal Exchange (LME) merosot hampir 50 persen selama setahun terakhir. Hal ini mendorong para penambang di luar negeri untuk menutup operasionalnya.
Minat risiko untuk nikel dan komoditas industri lainnya melanjutkan penurunan pada Senin (5/2) usai Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut para pembuat kebijakan kemungkinan akan menunggu hingga Maret sebelum memangkas suku bunga.
Sementara itu, pasar nikel tercatat dilanda krisis setelah banjir pasokan baru dari Indonesia, yang merupakan hasil dari investasi besar-besaran dari China dan terobosan teknologi.
Ketika harga jatuh, tambang-tambang di seluruh dunia berisiko ditutup. Sementara, beberapa di antaranya meminta dana talangan dari negaranya, atau bangkrut.
Contohnya, perusahaan pertambangan asal Melbourne, Australia BHP yang kini tengah mempertimbangkan masa depan tambang unggulannya Nickel West di Australia.
Lantaran pasokan nikel di Indonesia terus meningkat, pasar diperkirakan akan tetap surplus selama sisa dekade ini.
Analis BloombergNEF Allan Ray Restauro menyebut hal ini mendorong harga nikel untuk turun lebih jauh.
Allan meragukan penutupan tambang-tambang yang bukan berasal dari Indonesia akan memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap harga.
Pasalnya, aset-aset tersebut hanya mewakili kurang dari 2 persen kapasitas global sejauh ini.
Kendati demikian, para analis di bank investasi multinasional AS Morgan Stanley menyebut pemangkasan produksi yang diumumkan sejauh ini setara dengan sekitar 30 persen dari surplus 200 ribu ton yang diperkirakan untuk tahun ini.
Mereka melihat ada sebanyak 253 ribu ton kapasitas yang berisiko dan mengatakan bahwa produsen besi kasar nikel yang tidak terintegrasi di China dan Indonesia kemungkinan juga akan segera mengurangi produksi.
“Penurunan harga nikel sebesar 45 persen pada tahun 2023 mulai mendorong pengurangan pasokan, menunjukkan bahwa harga hampir mencapai titik terendah,” tulis para analis bank tersebut.
Namun, mereka mencatat latar belakang permintaan yang lebih kuat akan dibutuhkan untuk kenaikan harga yang lebih signifikan.
(del/sfr)