Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia cenderung stabil pada perdagangan Jumat (18/7/2025). Pasar saat ini dihadapkan pada kekhawatiran terganggunya pasokan akibat serangan drone di ladang minyak Kurdistan, Irak, serta potensi penurunan permintaan di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data pukul 09.39 WIB, harga minyak Brent hanya turun tipis 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 69,48 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 3 sen atau 0,04% ke posisi US$ 67,51 per barel.

Dilansir dari Reuters, dalam empat hari terakhir, serangkaian serangan drone menghantam ladang minyak di wilayah Kurdistan, Irak, yang menyebabkan setengah dari total produksi wilayah itu terhenti. Kondisi ini sempat mendorong kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 pada Kamis (17/7/2025).

Selain itu, permintaan musiman akibat tingginya aktivitas perjalanan turut menopang pasar. Menurut laporan analis JPMorgan, permintaan minyak global selama dua pekan pertama Juli rata-rata mencapai 105,2 juta barel per hari (bph), meningkat 600.000 bph dibandingkan tahun lalu dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

Meski demikian, ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS masih menekan pasar. Kekhawatiran bertambah dengan rencana negara-negara produsen minyak utama yang berencana mencabut pemangkasan produksi mereka. Hal ini diperkirakan akan menambah pasokan global saat permintaan musiman di musim panas belahan bumi utara mulai menurun.

Secara mingguan, harga minyak Brent dan WTI sama-sama mencatatkan penurunan lebih dari 1%.

“Fundamental minyak dalam jangka pendek masih mendukung harga, dan pasar kemungkinan tetap ketat hingga kuartal ini berakhir, sebelum mulai mendapat suplai tambahan di tiga bulan terakhir tahun ini,” tulis analis ING dalam riset mereka.

Menurut dua pejabat energi Irak, produksi minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah turun 140.000–150.000 barel per hari, atau lebih dari setengah produksi normal wilayah tersebut yang biasanya mencapai 280.000 bph.

Pejabat keamanan menduga serangan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran, meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.

Di sisi lain, pemerintah pusat Irak menyatakan bahwa ekspor minyak dari wilayah Kurdistan akan segera dilanjutkan melalui jalur pipa menuju Turki setelah sempat terhenti selama 2 tahun.