Singapura, Beritasatu.com – Harga minyak dunia bertahan di level tertinggi dalam dua pekan pada perdagangan Senin (8/12/2025) seiring ekspektasi investor terhadap pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).
Penurunan suku bunga diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, di tengah meningkatnya risiko geopolitik yang berpotensi mengganggu pasokan dari Rusia dan Venezuela.
Kontrak berjangka Brent naik 4 sen atau 0,06% ke level US$ 63,79 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 7 sen atau 0,12% menjadi US$ 60,15 per barel.
Berdasarkan data LSEG, pasar memproyeksikan peluang sebesar 84% bank sentral AS memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan besok hingga lusa.
Kebijakan ini diperkirakan menjadi salah satu yang paling kontroversial dalam beberapa tahun terakhir, sehingga pelaku pasar mencermati arah kebijakan serta dinamika internal The Fed.
Di Eropa, perkembangan perundingan perdamaian Ukraina masih berjalan lambat. Perbedaan pandangan terkait jaminan keamanan bagi Kyiv dan status wilayah yang diduduki Rusia masih belum mencapai titik temu. Analis ANZ menilai, hasil perundingan tersebut akan sangat memengaruhi pergerakan harga minyak global.
“Berbagai potensi hasil dari dorongan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakhiri perang dapat memicu fluktuasi pasokan minyak global lebih dari 2 juta barel per hari,” tulis analis ANZ dalam catatannya seperti dilansir dari Reuters.
Sementara itu, negara-negara Group of Seven (G7) dan Uni Eropa tengah mempertimbangkan untuk mengganti kebijakan pembatasan harga minyak Rusia dengan larangan penuh layanan maritim. Langkah ini berpotensi memangkas pasokan dari produsen minyak terbesar kedua di dunia.
Amerika Serikat juga meningkatkan tekanan terhadap Venezuela melalui serangan terhadap kapal yang diduga terlibat penyelundupan narkoba, serta ancaman aksi militer untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
