Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia ditutup naik tipis pada perdagangan fluktuatif, Kamis (14/11/2024). Hal ini terjadi karena penarikan stok bahan bakas Amerika Serikat (AS) lebih besar daripada kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan.
Mengutip Reuters, Jumat (15/11/2024), harga minyak mentah Brent ditutup 28 sen atau 0,4% lebih tinggi pada US$ 72,56 per barel. Kemudian, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 27 sen atau 0,4% pada US$ 68,70. Kedua harga acuan sempat merosot ke wilayah negatif selama sesi perdagangan.
Brent diperkirakan akan kehilangan sekitar 1,7% dalam seminggu, sementara WTI diperkirakan akan mengakhiri minggu dengan penurunan lebih dari 2% karena dolar AS yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan di tengah pertumbuhan permintaan yang lambat.
Badan Informasi Energi menyebutkan, persediaan bensin AS turun 4,4 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penambahan 600.000 barel. Persediaan sebesar 206,9 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 8 November adalah yang terendah sejak November 2022.
Badan Energi Internasional memperkirakan pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada 2025 bahkan jika pemotongan tetap dilakukan oleh OPEC+. Pemotongan itu mencakup organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutu, seperti Rusia, karena meningkatnya produksi dari AS dan produsen luar lainnya di tengah permintaan lesu.
Badan itu menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2024 sebesar 60.000 barel per hari menjadi 920.000 barel per hari, dan menargetkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 menjadi 990.000 barel per hari.
Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal itu dapat mengurangi permintaan.
Ahli strategi minyak UBS Switzerland AG Giovanni Staunovo mengatakan, minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata US$ 80 sepanjang 2025, turun dari perkiraan akhir September sebesar US$ 85 berdasarkan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, terutama dari China.
“Secara keseluruhan, kami melihat pasar minyak seimbang hingga sedikit kelebihan pasokan tahun depan,” pungkas Staunovo.