Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (20/3/2025), setelah sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di awal sesi perdagangan. Namun, prospek harga emas masih tetap moncer karena didukung kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed serta ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang terus berlanjut.
Melansir CNBC International, Jumat (21/3/2025), harga emas spot turun 0,3% ke level US$ 3.038,79 per ons akibat aksi ambil untung setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi di angka US$ 3.057,21 per ons. Di sisi lain, kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) justru mengalami kenaikan 0,1% menjadi US$ 3.043,8 per ons.
“Investor mencoba memanfaatkan momentum pasar dengan mengambil sebagian keuntungan. Ketika harga emas menyentuh rekor tertinggi, biasanya ada sedikit hambatan teknis yang menyebabkan koreksi harga,” ujar Chief Operating Officer Allegiance Gold Alex Ebkarian.
Menurut Ebkarian, emas masih belum sepenuhnya dianggap sebagai aset safe haven oleh investor ritel karena ekonomi AS belum secara teknis memasuki fase resesi. Namun, perlambatan ekonomi yang sedang berlangsung dapat menambah ketidakpastian dan berpotensi meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.
Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya pada Rabu (20/3/2025) menyebutkan, kebijakan awal Donald Trump, termasuk tarif impor yang tinggi, turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatnya inflasi.
Trump mengkritik keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga, meskipun ada proyeksi pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali sebesar 0,25% hingga akhir tahun sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi dan inflasi yang masih tinggi.
Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 69 basis poin sepanjang tahun ini, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada bulan Juli, menurut data dari LSEG.
Sementra, analis Citi memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 3.500 per ons pada akhir tahun, didorong oleh peningkatan permintaan sebagai lindung nilai terhadap kekhawatiran stagflasi atau kemungkinan hard landing ekonomi AS.
Selain itu, ketegangan geopolitik turut memengaruhi pergerakan harga emas. Serangan udara Israel ke Gaza menyebabkan setidaknya 91 warga Palestina meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka, setelah Israel kembali melancarkan serangan usai gencatan senjata dua bulan berakhir, menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebagai aset yang sering digunakan untuk melindungi nilai terhadap ketidakpastian, harga emas cenderung menunjukkan performa yang baik di tengah kondisi suku bunga rendah.
Sementara itu, harga perak spot turun 1,2% menjadi US$ 33,41 per ons, platinum melemah 1,1% ke US$ 982,00 per ons, dan palladium mengalami penurunan 1,3% ke US$ 946,50 per ons. Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pasar, harga emas diperkirakan akan tetap menjadi perhatian utama para investor di tahun ini.