New York, Beritasatu.com – Harga emas global naik signifikan karena investor berbondong-bondong ke aset safe haven menyusul serangan udara Israel terhadap Iran. Aksi Israel ini memicu kembali kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Harga emas spot naik 1,3% menjadi US$ 3.428,10 per ons, mendekati rekor tertingginya di US$ 3.500,05 yang dicetak pada bulan April. Harga emas sudah naik sekitar 4% sepanjang minggu ini. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup 1,5% lebih tinggi pada US$ 3.452,80.
“Serangan Israel terhadap target Iran menyebabkan sedikit ketakutan atas isu geopolitik di pasar. Harga emas akan tetap tinggi untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi, termsuk pembalasan oleh Iran,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, dilansir dari Reuters, Sabtu (14/6/2025).
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Iran telah melakukan serangan terhadap dirinya sendiri dengan menolak ultimatum AS dalam pembicaraan untuk membatasi program nuklirnya.
Di sisi lain, laporan inflasi AS yang lebih rendah awal minggu ini menambah kilau emas, memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Emas batangan secara luas dianggap sebagai aset yang aman, terutama selama masa gejolak ekonomi dan kerusuhan geopolitik. Emas batangan juga cenderung berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah.
Goldman Sachs menegaskan kembali perkiraannya bahwa pembelian bank sentral yang kuat terhadap emas secara struktural akan menaikkan harga emas menjadi US$3 .700 troi ons pada akhir tahun 2025 dan US$ 4.000 pada pertengahan tahun 2026. Sementara, BofA melihat jalur bagi emas untuk naik ke US$ 4.000 selama 12 bulan ke depan.
Sementara itu, harga perak di pasar spot turun 0,3% pada US$ 36,27 per ons, naik 0,9% untuk minggu ini.
Platinum turun 5,9% menjadi US$ 1.219,03 dan naik 4,8% untuk minggu ini. Paladium turun 1,3% menjadi US$1.041,51 dan turun 1,1% sepanjang minggu ini.
