Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia mencatatkan kenaikan signifikan dan mencapai level tertinggi dalam dua pekan pada Selasa (10/12/2024). Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, serta ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan minggu depan. Fokus pasar kini tertuju pada data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada Rabu (11/12/2024).
Dilansir dari Reuters, harga emas spot naik 1,3% menjadi US$ 2.692,32 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup lebih tinggi 1,2% di level US$ 2.718,40 per ons.
“Kekhawatiran terkait meningkatnya ketegangan di Timur Tengah mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven, seperti emas,” ungkap Peter Grant, wakil presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Selain itu, tren pelonggaran moneter global juga menjadi perhatian. Beberapa bank sentral, termasuk Bank Kanada, ECB, dan SNB, diperkirakan akan menyesuaikan suku bunga, sementara The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada pertemuan 17-18 Desember mendatang.
Pasar kini menantikan rilis indeks harga konsumen (CPI) AS yang diperkirakan akan meningkat sebesar 0,3% untuk November 2024. Data ini bersama dengan data indeks harga produsen (PPI) yang akan dirilis Kamis (12/12/2024) berperan penting dalam menentukan keputusan suku bunga The Fed.
“Jika data CPI sesuai dengan ekspektasi, dampaknya terhadap harga emas dunia cenderung terbatas. Namun, hasil yang mengejutkan dapat mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar di Forex.com.
Selain harga emas dunia yang mengalami kenaikan, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan. Harga perak spot naik 0,7% menjadi US$ 32,04 per ons, platinum naik 0,5% menjadi US$ 940,90, sementara paladium turun 0,4% ke level US$ 969,52.