Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas pada perdagangan Jumat (15/11/2024) jatuh dan mencatat penurunan mingguan terbesar dalam 3 tahun karena ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) tidak terlalu agresif.
Hal ini membuat dolar menguat sehingga mengurangi daya tarik emas di kalangan investor.
Harga emas di pasar spot turun 0,1% menjadi US$ 2.562,59 per ons. Sedangkan sepanjang minggu ini, harga emas ambles lebih 4%. Adapun harga emas berjangka AS turun 0,2% menjadi US$ 2.567.
Dolar mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam lebih sebulan, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melanjutkan kenaikan setelah penjualan ritel Oktober naik lebih dari yang diharapkan.
“Semua ketidakpastian, khususnya jangka pendek telah disingkirkan. Sekarang emas kembali ke fundamental dasar,” kata Kepala Operasi Allegiance Gold, Alex Ebkarian dilansir CNBC International.
Para ekonom meyakini rencana kenaikan tarif oleh presiden terpilih Donald Trump akan memicu inflasi, yang berpotensi memperlambat siklus pelonggaran suku bunga Fed.
Suku bunga lebih tinggi membuat menyimpan emas menjadi kurang menarik karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Sementara Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis (14/11/2024) mengatakan, bank sentral AS tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunga.
Analis Kinesis Money Carlo Alberto De Casa mengatakan, sejauh ini emas terdampak negatif akibat kemenangan Trump. “Namun, ini dapat berubah jika ada ketidakpastian dalam jangka menengah,” kata dia.
Sementara, harga perak turun 0,5% menjadi US$ 30,28 per ons, platinum naik 0,3% menjadi US$ 942,90 dan paladium naik 0,8% menjadi US $949,00. Ketiga logam tersebut mencatat penurunan secara mingguan.