Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Kukuh Kurniawan
TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Kenaikan harga bahan pokok khususnya cabai yang melambung hingga Rp 110 ribu per kilogram, membuat sejumlah pedagang makanan di Kota Malang menjerit.
Salah satu pedagang makanan di Pasar Klojen, Arik menuturkan, bahwa kenaikan harga cabai sangat terasa dampaknya.
Di warungnya, ia menjual sejumlah makanan mulai rawon hingga lalapan.
“Cabai adalah salah satu bahan utama dalam membuat sambal, dan tentunya sambal harus tersedia sebagai pendamping makanan. Dan dengan adanya kenaikan cabai, maka tentunya ini sangat berdampak, apalagi kenaikan ini sudah berjalan dua minggu,” ujarnya, Rabu (8/1/2025).
Dengan adanya kenaikan harga cabai, ia memilih tak menaikkan harga makanan yang dijualnya.
“Namun terpaksa, jumlah cabai untuk membuat sambal saya kurangi. Sehingga mau tidak mau, rasa pedasnya cukup jauh berkurang,” tambahnya.
Dirinya mengaku tak bisa berbuat banyak, serta berharap agar harga cabai dapat segera turun.
“Kalau saya sebagai pedagang makanan mau gimana lagi. Disyukuri saja dan sabar menunggu berharap harganya segera turun,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan pedagang makanan ayam geprek bernama Lutfi. Ia mengaku cukup frustasi atas kenaikan harga cabai yang tergolong sangat tinggi.
“Sekarang serba repot, mau bikin sambal tapi cabainya dikurangi sehingga enggak terlalu pedas. Tapi khawatirnya, konsumen enggak suka sehingga terpaksa cabainya tetap butuh banyak,” terangnya.
Pihaknya berharap baik kepada pemerintah pusat maupun daerah, untuk segera mengambil tindakan.
“Harapan kami sebagai pedagang makanan cuma satu, harga cabai segera turun. Sehingga, kami bisa berjualan dengan tenang,” pungkasnya.