TRIBUNNEWS.COM – Pasar cryptocurrency kembali terkontraksi setelah harga Bitcoin turun ke titik terendah dalam tiga bulan terakhir pada perdagangan Rabu (26/2/2025).
Mengutip pantauan Coinmarketcap, selama 24 jam terakhir harga Bitcoin merosot 0,98 persen hingga berada di kisaran 88.598 dolar AS per koin.
Harga tersebut turun dari harga tertinggi Bitcoin, dimana BTC sempat menyentuh 106.000 dolar AS er koin saat pelantikan Trump di 20 Januari kemarin.
Selain Bitcoin, harga sejumlah aset kripto lainnya juga dilaporkan merosot pada perdagangan hari ini, seperti reli Ethereum yang amblas 8,37 persen menjadi 2.483 dolar AS per koin.
Sementara Tether terseret turun 0,08 persen hingga harganya terjun ke level 0.9991 dolar AS per koin.
Menyusul yang lainnya, Solana yang sebelumnya berjaya secara mengejutkan merosot 2 di kisaran 140.39 dolar AS per koin.
Kemudian TRON bergerak pada tren penurunan 0,36 persen ke level 0.2299 dolar AS per koin. Sedangkan Shiba Inu amblas ke level 0.00001425dolar AS per koin.
Adapun penurunan harga kripto di awal pekan ini terjadi akibat kombinasi berbagai tekanan negatif yang terjadi di pasar.
Salah satu faktor utama adalah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan tarif baru yang direncanakan oleh pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Perang dagang yang melibatkan tarif tinggi antara Amerika Serikat dan negara-negara besar seperti China dapat menambah ketidakpastian ekonomi global.
Meskipun Bitcoin sering dianggap sebagai “safe haven” (tempat berlindung) oleh sebagian investor, namun ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh tarif ini bisa menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjauh dari aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Selain itu ketika ketegangan pasar semakin meningkat, pemerintah justru lebih cenderung fokus pada pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap pasar cryptocurrency.
Kebijakan pemerintah yang ketat terkait dengan Bitcoin dan aset digital lainnya bisa menyebabkan harga Bitcoin turun, karena ketakutan akan penurunan kebebasan pasar atau pembatasan pada penggunaannya.
“Saham-saham menghadapi beberapa sesi yang sulit selama minggu lalu, dengan saham-saham dengan kinerja terbaik turun berkali-kali lipat dari indeks, karena pasar bergulat dengan meningkatnya ketidakpastian di bawah pemerintahan baru,” kata Steven Lubka, kepala klien swasta dan kantor keluarga di Swan Bitcoin, mengutip dari CNBC International.
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan munculnya berita negatif yang mengguncang pasar kripto, seperti baru-baru ini terjadi sebuah peretasan besar-besaran terhadap bursa kripto Bybit, dengan kerugian mencapai 1,5 miliar Dolar AS.
Kendati pendiri Bybit, Ben Zhou, telah meyakinkan pengguna dana mereka tetap aman. dan Perusahaan berkomitmen mengganti seluruh kerugian bagi pengguna yang terdampak.
Namun hal tersebut tak lantas membuat kekhawatiran investor mereda justru memicu aversi risiko di kalangan investor.
Alhasil investor mungkin mengalihkan dana mereka dari cryptocurrency ke aset yang lebih aman, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan harga Bitcoin.
Laporan Reporter: Namira Yunia