Jakarta, Beritasatu.com – Desember banyak dinantikan oleh para investor lantaran identik dengan fenomena window dressing. Fenomena window dressing adalah fenomena saat fund manager mengakumulasi saham-sahamnya untuk memperbaiki atau menjaga portofolio sahamnya sebelum menutup tahun. Fenomena ini juga yang menjadi katalis tren penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Desember.
Secara historis, selama sepuluh tahun ke belakang hanya pada 2022 IHSG mencatatkan koreksi pada Desember. Kini, separuh Desember pada 2024 telah dijalani dan separuh dari total hari perdagangan saham ditutup memerah. Apakah masih ada harapan window dressing tahun ini?
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, Desember tahun ini pasar modal Indonesia diterpa berbagai sentimen yang kurang menguntungkan dari luar negeri. Hal ini mendorong investor asing untuk mengambil dananya keluar dari Indonesia. Keraguan investor asing, kata Felix, juga membuat investor domestik tidak bergairah.
“Tren outflow yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir mengurangi kepercayaan diri investor bahwa window dressing dapat terjadi di tahun ini. Kalau kita lihat dari beberapa sentimen akhir-akhir ini juga sedikit mengkhawatirkan, terkait apakah window dressing akan terjadi atau tidak,” ucap Felix kepada Beritasatu.com di BEI Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Jika dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang, sentimen di Desember tahun ini disebut kurang bagus. “Tentu ini bisa berdampak pada performa saham-saham yang biasanya naik pada Desember ataupun saat window dressing,” ucap dia.
Menurut Felix, tak hanya window dressing, tetapi nasib IHSG bulan ini ditentukan oleh reaksi investor atas sentimen-sentimen yang terjadi bulan ini. Beberapa sentimen yang dimaksud adalah optimisme penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun depan di bawah kepemimpinan Trump, keputusan suku bunga acuan Amerika Serikat oleh The Fed, pergerakan imbal hasil obligasi (yield treasury) AS, tensi geopolitik, serta kebijakan-kebijakan ekonomi dari dalam negeri yang tengah menjadi sorotan masyarakat.
“Ini tergantung dari bagaimana para investor mencermati perkembangan isu-isu tersebut setiap hari. Kita juga harus berhati-hati dalam merespon mood investor internasional,” tambah Felix.
Di sisi lain, Felix menjelaskan, meskipun dilanda banyak sentimen negatif, tetapi pada dasarnya fundamental perusahaan-perusahaan dalam negeri masih cukup stabil. Hal ini mengindikasikan tekanan yang terjadi di pasar modal adalah cerminan situasi ekonomi internasional, bukan mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan dalam negeri.
“Kalau kita lihat dari valuasi, ada banyak rally to discount karena terdapat penurunan harga saham dan juga IHSG dalam beberapa bulan terakhir. Namun, menurut saya investor tidak terlalu mengkhawatirkan valuasi yang murah, tetapi memang outlook dari tahun depan bahwa dolar AS akan sangat kuat di bawah Trump,” ucap dia.
Hal Ini sebenarnya yang mendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia.
“Menurut saya sebenarnya Indonesia tidak terlalu buruk. Namun sentimen negatif dari pasar global begitu mendominasi,” pungkas Felix dalam menanggapi window dressing IHSG.