Jakarta, CNN Indonesia —
Pejabat senior Hamas, Mussa Abu Marzuq, menuturkan kelompoknya berencana membebaskan sejumlah warga Rusia yang menjadi sandera di Jalur Gaza Palestina pada Rabu (29/11) malam waktu lokal.
Marzuq menuturkan sejauh ini baru satu warga Rusia yang dibebaskan kelompoknya. Menurutnya, pembebasan warga Rusia yang menjadi sandera ini bentuk apresiasi atas pendirian Presiden Vladimir Putin yang kerap membela Palestina.
Marzuq menekankan kesepakatan Hamas-Israel hanya mencakup pembebasan tahanan dan sandera perempuan serta anak-anak.
“Namun, hanya satu orang laki-laki, yakni warga dengan kewarganegaraan ganda Israel-Rusia, yang akan dibebaskan sejauh ini. Beberapa warga (Rusia) lainnya juga akan dibebaskan secara bertahap berdasarkan perjanjian gencatan sebagai apresiasi terhadap sikap Presiden Putin,” ucap Marzuq melalui akun X seperti dikutip AFP.
Sementara itu, melalui akun Telegram, Hamas juga memaparkan bahwa sekitar 30 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan dari penjara Israel.
Salah satu dari puluhan tahanan Israel yang akan dibebaskan itu adalah aktivis Palestina Ahed Tamimi.
Pengumuman sepihak Hamas ini seakan memperbesar peluang jika gencatan senjata dengan Israel yang akan berakhir hari ini bakal diperpanjang lagi.
Menurut laporan AFP, seorang sumber dekat dengan Hamas menuturkan kelompok milisi penguasa Jalur Gaza itu telah menawarkan perpanjangan gencatan senjata selama empat hari ke depan.
“Hamas telah memberi tahu para mediator bahwa mereka bersedia memperpanjang gencatan senjata selama empat hari dan bahwa gerakan tersebut akan dapat membebaskan tahanan Israel yang mereka, gerakan perlawanan lainnya, dan pihak lain [telah tahan] selama periode ini, sesuai dengan ketentuan. gencatan senjata yang ada,” kata sumber itu kepada AFP.
Meski begitu, belum ada konfirmasi dari Israel atau pengumuman resmi dari Qatar, sang mediator negosiasi gencatan senjata sampai saat ini.
(rds/rds)
[Gambas:Video CNN]