Gubernur Rudy Mas’ud Gambarkan Potensi Besar Benua Etam

Gubernur Rudy Mas’ud Gambarkan Potensi Besar Benua Etam

Jakarta, Beritasatu.com – Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud menjelaskan kondisi geografis daerah yang sangat luas mendorong pemprov mengembangkan aplikasi digital bernama sakti atau satu akses untuk Kalimantan Timur atau Benua Etam.

Aplikasi tersebut digunakan masyarakat dari wilayah pesisir, pedalaman, hingga perkebunan untuk berkomunikasi langsung dengan organisasi perangkat daerah (OPD) ataupun gubernur.

“Melalui Sakti, warga dapat melaporkan berbagai persoalan seperti kerusakan jalan dan mengakses informasi lowongan kerja, layanan publik, hingga pariwisata. Sistem ini dianggap mampu menggantikan keterbatasan mobilitas pemerintah ke daerah-daerah terpencil,” ujarnya dalam acara Beritasatu Regional Forum 2025 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, pada Rabu (10/12/2025) yang digelar media grup B-Universe yang menaungi BTV, Beritasatu TV, Beritasatu.com, Investor Daily, dan Jakarta Globe.

Rudy Mas’ud juga menyoroti potensi wisata kelas dunia di Kaltim, termasuk Pulau Maratua di Kabupaten Berau, yang dikenal sebagai habitat ikan barakuda tornado dan berbagai biota laut. “Informasi pariwisata ini juga disatukan ke dalam aplikasi,” tambahnya.

Di bidang pendidikan, Pemprov Kalimantan Timur menjalankan program gratis total untuk siswa dan mahasiswa. Pendidikan mulai SMA hingga S-3 di wilayah Kalimantan Timur dibebaskan dari biaya, baik di sekolah negeri maupun swasta. Untuk mahasiswa di luar provinsi, disediakan beasiswa nasional dan internasional.

“Pada tahun sebelumnya, pemprov mendanai 32.000 mahasiswa baru melalui skema pergeseran anggaran. Mulai tahun berikutnya, seluruh mahasiswa dari semester awal hingga akhir akan ditanggung biaya pendidikannya,” sergahnya.

Gubernur menambahkan, Kalimantan Timur mengembangkan strategi keluar dari ketergantungan sumber daya alam menuju penguatan sumber daya manusia. Selain itu, wilayah laut Kalimantan Timur yang berada pada jalur ALKI II memiliki potensi besar untuk pengembangan ekonomi biru.

“Produksi batu bara provinsi yang mencapai 56% dari total nasional disebut masih menyimpan peluang nilai tambah bila didukung regulasi pusat, terutama terkait pengelolaan wilayah 12 mil laut,” tutupnya.