Grup Musik: Naif

  • Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 Januari 2025

    Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran Nasional 28 Januari 2025

    Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    JIKA
    kita amati secara mendalam kehidupan dan perkembangan di
    Papua
    , dari berbagai sisi, kita akan mendapati daerah yang sangat jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di belahan Nusantara ini, alih-alih dibandingkan dengan Jakarta.
    Sebagai pengamat dan peneliti dan juga sering ke Bumi Cendrawasih, menyaksikan kondisi tersebut, terkadang terbesit di dalam alam pikiran saya untuk mencoba memahami mengapa pada akhirnya konflik dan pemberontakan di Papua muncul dan tidak juga kunjung selesai.
    Namun, lebih dari sekadar memahami hadirnya resistensi yang berkelanjutan di sana, saya justru jauh lebih tertarik untuk memikirkan opsi-opsi perdamaian yang permanen antara Jakarta dan para pihak yang telah dianggap sebagai ‘pemberontak atau teroris’ di Papua tersebut, ketimbang berpikir sebaliknya.
    Artinya, setiap masalah sejatinya adalah sebab dan solusinya. Sehingga tidak mungkin masalah di Papua tidak jelas sebabnya di satu sisi dan tidak bisa diselesaikan di sisi lain.
    Setiap masalah, tentu ada solusi yang pas dan tepat, jika diagnosa atas persoalan dilakukan secara jujur dan objektif, pun dengan niat yang tulus untuk menyelesaikan masalah.
    Lantas apa penyebab fundamentalnya dan mengapa solusi sekaligus strategi yang diambil selama ini tak juga berimbas positif terhadap penyelesaian persoalan di Papua?
    Dalam hemat saya, kita semua, termasuk pemerintah, sebenarnya memahami secara prinsipil masalah di Papua adalah masalah keadilan, tentunya keadilan dari berbagai sisi, yang belum juga hadir di sana.
    Sejak Papua pertama kali berhasil dirangkul sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kecenderungan Jakarta memandang Papua tak lebih dari lahan eksploitasi di satu sisi dan daerah di mana “orang-orang terbelakang” harus didikte untuk menjadi maju seperti yang diinginkan oleh Jakarta di sisi lain.
    Dari cara pandang awal ini saja, sejatinya Jakarta sudah tidak adil terhadap Papua. Unsur dasar dari keadilan sudah tercederai sebelum keadilan tersebut bisa dihadirkan sebagai substansi kebijakan dari Jakarta.
    Karena adagium awal dari keadilan, sebagaimana kita semua telah memahaminya, adalah bahwa keadilan harus dimulai dari dalam pikiran.
    Dan sejarah membuktikan bahwa Indonesia bahkan belum mampu untuk bersikap adil terhadap Papua sedari dalam pikiran, alih-alih dalam kenyataan.
    Dengan kata lain, bahkan sampai hari ini, Papua di mata para elite di Jakarta, baik sipil maupun militer, adalah daerah di mana sumber daya alamnya bisa dikeruk untuk sebesar-besarnya keuntungan Jakarta.
    Untuk mewujudkan itu, dianggap rakyatnya bisa diakal-akali dengan berbagai macam cara dan gaya serta pendekatan, elite-elite lokalnya dianggap bisa diikat dengan berbagai macam perjanjian tidak adil, budayanya seolah-olah dihargai dan dianggap unik, tapi sekaligus dibiarkan terbelakang, dan semua itu diasumsikan harus dipastikan realisasinya di bawah “pengawalan” strategi-strategi perang ala militer.
    Model berpikir terhadap Papua semacam ini, diakui atau tidak, menjadi perkara awal mengapa urusan Papua terkesan tak pernah bisa selesai, karena dilihat dari sisi manapun, model relasi yang dibangun atas logika-logika tak adil di atas akan berujung kemarahan, resistensi dan bahkan perlawanan.
    Sebodoh-bodohnya manusia dan masyarakat, jika diperlakukan tak adil, tentu pada satu titik akan melawan, sekalipun dalam bentuk yang paling rendah, yakni dalam bentuk kebencian yang disimpan di dalam hati.
    Celakanya, di saat perkara Papua yang tak pernah selesai tersebut, upaya pengerukan atas sumber daya alamnya, tanahnya, hutannya, dan segala sumber ekonomi yang ada di sana terus saja berlangsung ibarat tak peduli dengan kondisi lapangan yang ada.
    Lahannya terus saja dikavling berdasarkan “kalkulator” Jakarta, sumber daya alam yang terkandung di dalamnya pun demikian, tidak terkecuali sumber daya kehutanan dan perikanannya sekalipun.
    Sebagaimana telah saya jelaskan dalam beberapa tulisan tentang Papua sebelumnya, pendekatan keamanan (
    security approach
    ) sekaligus pendekatan “Jakarta Centric” yang telah dijalankan oleh pemerintah selama ini justru memperumit persoalan, memperpanjang jalan menuju kehadiran keadilan di Papua.
    Sehingga, semakin panjang jalan untuk menciptakan keadilan, maka akan semakin suram jalan menuju kedamaian di tanah Papua. Sesederhana itu sebenarnya urusannya.
    “If you want peace, work for justice”, kata Pope Paul IV.
    Dengan kata lain, jika tidak mampu menghadirkan keadilan, maka jangan pernah berharap akan hadir kedamaian dan perdamaian di Papua.
    Kondisi tersebut kemudian menjadi semakin rumit dan “complicated” ketika berbaur dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek dari oknum-oknum elite, baik di pusat maupun di daerah, yang akan tetap terjaga dengan baik selama konflik tetap bertahan di bumi Papua.
    Boleh jadi, para pihak ini dengan sengaja dan dengan segala cara menyuarakan pendekatan keamanan sebagai satu-satunya pendekatan terbaik, yang secara substantif sebenarnya hanya untuk menjaga kepentingan jangka pendek yang telah mereka nikmati di balik keberlanjutan konflik di Papua selama ini.
    Pertanyaannya kemudian; jika asumsi itu benar demikian, mengapa cara pandang Jakarta terhadap Papua senaif itu selama ini?
    Hemat saya, jawaban awalnya sangatlah sederhana, karena Jakarta tak pernah menganggap orang Papua setara dengan orang Jawa, Sumatera, Kalimantan, atau orang dari pulau lainnya di Indonesia.
    Jakarta masih menganggap orang Papua terbelakang, sekaligus bodoh dan mudah untuk diakali.
    Padahal sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, Orang Papua sebenarnya menyadari bahwa mereka sedang dibodoh-bodohi. Namun, karena proses pemiskinan yang terstruktur dan dalam jangka waktu yang lama di Papua, peluang dan kapasitas mereka untuk menyampaikan dan menyuarakan dirinya akhirnya menjadi sangat terbatas.
    Sehingga yang tersisa hanya ungkapan yang sering kita dengar belakangan di Papua, yakni “Sa bodoh, tapi sa tau”.
    Cara pandang yang “kurang manusiawi” terhadap orang Papua menyebabkan opsi pendekatan dialogis dan interaktif menjadi tidak layak lagi di mata elite-elite di Jakarta.
    Pasalnya, kegagalan Jakarta untuk “memanusiakan orang Papua” membuat Jakarta merasa jauh lebih tinggi dan lebih “pintar” sekaligus lebih “beradab” dibanding orang Papua.
    Hal itu memunculkan anggapan awal yang fatal bahwa dialog tidak perlu dilakukan, karena posisi kedua pihak dianggap tidak setara, tidak
    equal
    , seolah-olah orang Papua bukanlah manusia. Sangat disayangkan cara pandang kolonial semacam itu masih tetap dipakai sampai hari ini.
    Bahkan dalam beberapa kesempatan
    off the record
    , saya mendengar cerita beberapa pihak yang mengisahkan bagaimana oknum-oknum elite memunculkan pernyataan-pernyataan yang tidak terlalu membedakan orang Papua dengan “makluk nonmanusia”, yang dianggap bisa diperlakukan sesuai keinginan orang Jakarta di satu sisi dan didikte sesuai dengan kepentingan-kepentingan oknum-oknum elite tertentu di Jakarta dan di daerah Papua di sisi lain.
    Sebagai contoh, jika bukan karena cara pandang yang demikian, tidak mungkin lahir wacana “dua juta hektare lahan” untuk ketahanan gula di Papua.
    Pertanyaan sederhananya, atas dasar apa wacana tersebut bisa lahir, sementara orang Papua sendiri tidak pernah ditanya atau diajak bicara tentang hal itu.
    Berapa banyak manusia Papua yang akan direlokasi dan dicerabutkan dari lahannya, jika itu benar-benar terwujud, tak pernah terpikirkan oleh pembuat wacana tersebut.
    Mengapa ada wacana yang menyembunyikan logika seolah-olah Jakarta bisa dengan mudah mengatakan bahwa urusan dua juta hektare lahan di Papua adalah urusan sepele dan mudah, tanpa terlebih dulu berkonsultasi dengan masyarakat Papua?
    Bukankan akhirnya wacana semacam itu terasa sangat naif, yang menunjukkan secara vulgar bagaimana sebenarnya pemerintah dan para elite di Jakarta memandang orang Papua.
    Saya cukup yakin bahwa Jakarta tentu tak mau dipersalahkan atas berkelanjutannya konflik di Papua, seolah-olah tak ada jalan penyelesaian selain dengan senjata dan pendekatan keamanan.
    Saat ini, tentu masalahnya sudah bukan lagi soal siapa yang salah, tapi apa langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada di Papua.
    Bukan berarti tak dibutuhkan kehadiran militer di sana, karena di mana pun daerah konflik di dunia ini, tentu membutuhkan kehadiran militer.
    Masalahnya bukan terletak di sana tentunya, tapi terletak pada cara pandang awal dan pendekatan yang dilahirkan dari cara pandang tersebut, yang saya yakin juga membutuhkan kehadiran militer pada akhirnya.
    Artinya, selama Jakarta masih belum mampu memandang orang Papua sebagai manusia layaknya manusia-manusia dari pulau lain, termasuk layaknya orang-orang di Jakarta, maka selama itu pula pendekatan keamanan akan dianggap sebagai satu-satunya cara penyelesaian persoalan di Papua.
    Nahasnya dengan cara pandang ini adalah bahwa Indonesia, utamanya Jakarta, akan terperangkap selamanya dengan pendekatan yang sama sekali belum mampu membuahkan perdamaian di Papua, yakni pendekatan keamanan.
    Senaif itukah Indonesia memandang Papua, sehingga tak pernah mampu, bahkan untuk mencoba memikirkan cara yang jauh lebih manusiawi dalam memandang dan memperlakukan orang Papua, sehingga bisa berujung pada pendekatan yang jauh lebih manusiawi dan bersahabat?
    Keadilan di Papua, bagaimanapun, seharusnya tidak sepenuhnya hasil pendefinisian dari orang Jakarta, apalagi jika pendefinisian tersebut lahir dari arogansi ke-Jakarta-an yang berlebihan.
    Adil menurut Jakarta, selama ini terbukti tidak adil menurut orang Papua. Karena itulah konflik tak pernah menemukan titik damai.
    Lagi-lagi penyebabnya adalah ketidakmampuan Jakarta dalam memosisikan orang Papua setara dengan orang Jakarta di satu sisi dan ketidakberhasilan Jakarta dalam memanusiakan orang Papua secara utuh dan adil di sisi lain.
    Awal mulanya memang dari sana, yakni di dalam diri elite-elite Jakarta sendiri, justru bukan dari orang Papua. Papua hanya pelengkap penderita selama ini, karena terlanjur dipandang tidak layak untuk berada pada posisi “pembuat definisi keadilan” untuk Papua sendiri.
    Jadi pendeknya, dalam hemat saya, menghadirkan cara pandang yang adil terlebih dahulu, sebelum berusaha untuk berbuat adil untuk Papua, adalah poin paling penting dalam penyelesaian masalah Papua.
    Jika Jakarta tidak mampu memanusiakan orang-orang Papua layaknya manusia-manusia lain di negeri ini, maka selama itu pula masalah Papua akan terus berkelanjutan tanpa jelas juntrungan penyelesaiannya. Dan selama itu pula sebenarnya Jakarta sedang mengingkari keadilan yang sebenarnya.
    Masalahnya, Jakarta tak selamanya bisa mengendalikan pergerakan isu di tingkat global, katakanlah di PBB, terkait dengan posisi OPM dan organisasi sejenis di Papua. Apalagi situasi geopolitik dunia terlihat semakin tak pasti dari waktu ke waktu.
    Dengan kata lain, jangan sampai Indonesia terlambat dalam mengubah cara pandang, pendekatan, dan strategi dalam menyelesaikan masalah Papua ini, karena tak ada yang benar-benar mengetahui kapan situasi geopolitik dunia akan berpindah dukungan kepada kelompok-kelompok yang dianggap teroris dan pemberontak di Papua.
    Karena itu, cara pandang, pendekatan, dan strategi yang lebih sesuai dengan asas keadilan dan kemanusiaan semestinya segera dimulai.
    “Justice delayed is justice denied,” kata Martin Luther King Jr.
    Menunda-nunda perwujudan dan realisasi keadilan di Papua, yang sejatinya harus dimulai sejak dalam pikiran orang-orang di Jakarta, maka selama itu pula sebenarnya Indonesia dan Jakarta sedang mengingkari keadilan itu sendiri, tentunya keadilan terkait dengan masalah penyelesaian di Papua.
    Dan selama itu pula keadilan tidak akan pernah ikut memelihara kita sebagai negara bangsa. Karena sejatinya keadilan adalah penjaga Indonesia yang hakiki sebagai sebuah negara bangsa.
    Karena sebab itulah mengapa keadilan diletakan pada sila kelima oleh para pendiri bangsa kita.
    Nah, selama keadilan sulit diwujudkan, selama itu pula berbagai ancaman dan masalah sedang menanti kita sebagai bangsa.
    “If we do not maintain justice, justice will not maintain us,” kata Filosof Francis Bacon. Dan saya cukup yakin, logika keadilan yang sama juga berlaku bagi Papua.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Balas Donald Trump, Ini Pernyataan Lengkap Presiden Kolombia: Saya Tidak Takut dengan Anda – Halaman all

    Balas Donald Trump, Ini Pernyataan Lengkap Presiden Kolombia: Saya Tidak Takut dengan Anda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Amerika Serikat (AS) dan Kolombia tegang.

    ‘Bentrokan diplomatik’ dua negara di belahan benua Amerika itu terjadi menyusul langkah Presiden AS Donald Trump mendeportasi imigran dari Kolombia.

    Sejumlah imigran Kolombia yang selama ini menetap di AS mulai dipulangkan sejak akhir pekan lalu.

    Penerbangan pertama menggunakan pesawat militer mulai lepas landas dari AS.

    Gedung Putih menerbitkan foto-foto migran yang menaiki pesawat bersama dengan pernyataan, “penerbangan deportasi telah dimulai.”

    Namun demikian pemerintah Kolombia bereaksi keras. 

    Kolombia menolak menerima penerbangan deportasi migran Kolombia.

    Mengapa Hal Ini Penting

    Deportasi imigran Kolombia adalah satu dari janji kampanye Donald Trump di Pilpres AS 2024 lalu.

    Setelah dilantik jadi Presiden AS pada 20 Januari 2025 lalu, Donald Trump langsung mewujudkan janji kampanyenya memulangkan para imigran asal Amerika latin.

    Jajak pendapat New York Times/Ipsos yang dilakukan dari tanggal 2 hingga 10 Januari, menemukan 55 persen pemilih sangat atau agak mendukung rencana tersebut.

    Delapan puluh delapan persen mendukung “Deportasi imigran yang berada di sini secara ilegal dan memiliki catatan kriminal.”

    Mayoritas besar dari Demokrat dan Republik sepakat bahwa sistem imigrasi rusak.

    Kolombia Menolak, Trump Membalas

    Kolombia menolak menerima penerbangan deportasi AS untuk para migran Kolombia.

    Donald Trump kemudian mengumumkan beberapa tindakan balasan di Truth Social, platform media sosialnya:

    Tarif awal 25 persen, meningkat menjadi 50 persen dalam seminggu
    Pembatasan visa bagi pejabat pemerintah Kolombia
    Peningkatan pemeriksaan bea cukai
    Presiden Kolombia Gustavo Petro menanggapi di X, sebelumnya Twitter , dengan tarif yang sesuai dan pernyataan tegas yang membela kedaulatan Kolombia.

    Berikut ini balasan dan pernyataan lengkap Presiden Kolombia Gustavo Petro:

    Trump, saya tidak begitu suka bepergian ke AS.

    Memang agak membosankan, tetapi saya akui ada beberapa hal yang patut dipuji. 

    Saya suka pergi ke daerah pemukiman warga kulit hitam di Washington, tempat saya melihat perkelahian di ibu kota AS antara warga kulit hitam dan warga Latin dengan barikade, yang menurut saya tidak masuk akal, karena mereka seharusnya bersatu.

    Saya akui bahwa saya menyukai Walt Whitman dan Paul Simon dan Noam Chomsky dan Miller.

    Saya akui bahwa Sacco dan Vanzetti, yang memiliki darah saya, adalah orang-orang yang tak terlupakan dalam sejarah AS dan saya mengikuti jejak mereka.

    Mereka dibunuh oleh para pemimpin buruh di kursi listrik, oleh kaum fasis yang berada di AS dan juga di negara saya.

    Saya tidak suka minyak Anda, Trump. Minyak itu akan memusnahkan spesies manusia karena keserakahan.

    Mungkin suatu hari, dengan segelas wiski yang saya terima, meskipun saya menderita gastritis, kita dapat berbicara terus terang tentang hal ini, tetapi sulit karena Anda menganggap saya bagian dari ras yang lebih rendah dan saya bukan, begitu pula orang Kolombia mana pun.

    Jadi, jika Anda mengenal seseorang yang keras kepala, itu saya, titik.

    Anda dapat mencoba melakukan kudeta dengan kekuatan ekonomi dan kesombongan Anda, seperti yang mereka lakukan terhadap Allende. 

    Namun, saya akan mati sesuai dengan prinsip saya, saya menolak penyiksaan dan saya menolak Anda. Saya tidak ingin budak-budak berikutnya di Kolombia, kami sudah memiliki banyak budak dan kami telah membebaskan diri.

    Yang saya inginkan berikutnya di Kolombia adalah para pencinta kebebasan. Jika Anda tidak dapat bergabung dengan saya, saya akan pergi ke tempat lain.

    Kolombia adalah jantung dunia, dan Anda tidak mengerti itu, ini adalah negeri kupu-kupu kuning, negeri keindahan Remedios, tetapi juga negeri para kolonel seperti Aureliano Buendía, di mana saya adalah salah satunya, mungkin yang terakhir.

    Kau akan membunuhku, tetapi aku akan bertahan hidup bersama orang-orangku, yang hidup, sebelum orang-orangmu, di Amerika. Kita adalah orang-orang yang tinggal di daerah berangin, pegunungan, Laut Karibia, dan kebebasan.

    Anda tidak suka kebebasan kami, oke. Saya tidak berjabat tangan dengan para budak kulit putih.

    Saya berjabat tangan dengan pewaris kebebasan kulit putih Lincoln dan anak-anak petani kulit hitam dan putih di AS, yang di makamnya saya menangis dan berdoa di medan perang, yang saya capai setelah berjalan di pegunungan Tuscany Italia dan setelah diselamatkan dari Covid.

    Mereka adalah Amerika Serikat, dan di hadapan mereka aku berlutut, tidak di hadapan siapa pun lainnya.

    Gulingkan saya, Tuan Presiden, dan Amerika serta umat manusia akan membalas.

    Kolombia kini berhenti melihat ke utara, ia melihat ke dunia.

    Darah kami berasal dari darah Kekhalifahan Cordoba, peradaban pada masa itu, dari orang-orang Latin Romawi di Mediterania, peradaban pada masa itu, yang mendirikan republik, demokrasi di Athena.

    Darah kami berasal dari para pejuang perlawanan kulit hitam yang diperbudak oleh Anda.

    Kolombia adalah wilayah bebas pertama Amerika, sebelum Washington, [sebelum] seluruh Amerika, dan saya berlindung pada lagu-lagu Afrika-nya.

    Tanah saya terdiri dari para tukang emas yang bekerja pada zaman firaun Mesir dan para seniman pertama di dunia di Chiribiquete.

    Kalian tidak akan pernah memerintah kami. Kalian menentang pejuang yang menunggangi tanah kami, meneriakkan kebebasan, yang bernama (Simon) Bolívar.

    Rakyat kami agak takut, agak pemalu, mereka naif dan baik hati, penyayang, tetapi mereka akan tahu cara memenangkan Terusan Panama, yang Anda rebut dari kami dengan kekerasan.

    Dua ratus pahlawan dari seluruh Amerika Latin dimakamkan di Bocas del Toro, Panama saat ini, dulunya Kolombia, yang Anda bunuh.

    Saya menaikkan bendera dan seperti yang dikatakan (Jorge Eliecer) Gaitán, bahkan jika bendera itu tetap berdiri sendiri.

    Bendera itu akan terus dikibarkan dengan martabat Amerika Latin, yakni martabat Amerika, yang tidak dikenal oleh kakek buyut Anda, dan dikenal oleh kakek buyut saya, Tuan Presiden, seorang imigran di AS.

    Blokade Anda tidak membuat saya takut karena Kolombia, selain sebagai negara yang indah, adalah jantung dunia.

    Saya tahu bahwa Anda mencintai keindahan seperti saya, jangan meremehkannya dan keindahan akan memberikan kemanisannya kepada Anda.

    Mulai hari ini, Kolombia terbuka untuk seluruh dunia, dengan tangan terbuka kami. Kami adalah pembangun kebebasan, kehidupan, dan kemanusiaan.

    Saya diberitahu bahwa Anda mengenakan tarif sebesar 50 persen pada hasil kerja manusia kami untuk memasuki Amerika Serikat, dan saya melakukan hal yang sama.

    Biarkan masyarakat kami menanam jagung yang ditemukan di Kolombia dan memberi makan dunia.

    Sumber: Newsweek/Reuters

     

  • Masa Depan TikTok AS Ada di Tangan Trump

    Masa Depan TikTok AS Ada di Tangan Trump

    Jakarta

    Pro & Me, sebuah agensi berbasis di Berlin yang mengembangkan strategi untuk sejumlah perusahaan besar di platform TikTok menyimpulkan, meskipun ada pelarangan aplikasi asal Cina tersebut di Amerika Serikat (AS), tapi permintaannya tetap kuat.

    “Saya yakin kekhawatiran serius akan muncul sesaat setelah keputusan akhir dibuat dan diimplementasikan di AS,” kata Pimpinan Pro & Me, Sven Oechler, kepada DW.

    Mulai tanggal 19 Januari 2025 nanti, perusahaan induk TikTok di Cina, ByteDance, harus menjual anak perusahaannya, aplikasi TikTok di Amerika, atau platform tersebut akan dilarang dipasarkan di sistem aplikasi. Hal ini sudah diputuskan sebelumnya oleh Kongres AS pada April 2024. Alasannya, ByteDance diduga kuat berada di bawah pengaruh pemerintah Cina dan berpotensi membagikan data sensitif warga AS kepada Beijing.

    Seberapa Cina aplikasi TikTok?

    Buntut putusan ini, ByteDance mengutip soal kebebasan berekspresi dan telah mengajukan banding terhadap UU tersebut ke Mahkamah Agung AS. Persidangan perdana berlangsung pada 10 Januari 2025.

    ByteDance juga menyangkal soal intervensi langsung dari pemerintah Cina pada TikTok di AS. Lewat situsnya ByteDance berdalih, kepemilikan Cina atas 1% saham pada anak perusahaan mereka, Douyin Information Service, adalah “standar” aturan hukum Cina dan “tidak akan berdampak terhadap operasi global ByteDance di luar Cina, termasuk TikTok.”

    Hanya saja, sampai berita ini ditulis ByteDance belum menanggapi permintaan klarifikasi dari DW.

    Namun, laporan dari Finansial Times pada pertengahan 2024 menunjukkan bahwa hubungan Cina dan TikTok di AS semakin kuat. Surat kabar itu mengutip salah seorang eks pekerja yang mengutarakan kalau klaim soal kedua unit itu terpisah adalah salah.

    Didirikan di Beijing pada tahun 2012 oleh mahasiswa TI, Zhang Ziming dan Liang Rubo, ByteDance berkembang pesat. Pada tahun 2021, Yiming tiba-tiba mengundurkan diri sebagai CEO, dan diambil alih oleh warga negara Singapura, Shou Chew.

    Dalam sebuah rapat dengar pendapat Kongres AS pada Maret 2023 lalu, Shou Chew, mengelak dari pertanyaan tentang sejarah ByteDance, dan hanya menyatakan kalau ByteDance adalah perusahaan yang didirikan di Cina dan sekarang diklaim sebagai perusahaan global.

    Pendiri konsultan digital Strand Consult, John Strand, merasa ada keraguan. “TikTok adalah platform Cina dan pada dasarnya, data apa pun yang dihasilkan pada perangkat lunak atau keras Cina, di bawah hukum Cina, akan tersedia untuk pemerintah Cina setiap saat dan demi alasan apa pun,” katanya John Strand kepada DW.

    Pengaruh politik lewat algoritma?

    TikTok telah menjadi media yang berpengaruh secara politik di dunia, terutama di kalangan para pemilih muda. AS bukanlah negara pertama di dunia yang berupaya melarang TikTok. Di India, TikTok sudah dilarang sejak tahun 2020 dengan alasan keamanan.

    Sementara di Rumania, TikTok dipercaya secara signifikan telah memengaruhi hasil pilpres tahun 2024. Hasilnya dibatalkan setelah ada laporan soal campur tangan Rusia yang menggunakan TikTok untuk mendukung politisi sayap kanan Calin Georgescu yang pro-Rusia. Uni Eropa sendiri telah menjalankan penyelidikan terhadap tuduhan ini.

    Di negara lain, Albania, larangan satu tahun TikTok diberlakukan pada akhir tahun 2024. Alasannya bukan karena campur tangan politik, melainkan demi melindung generasi muda, setelah adanya rencana perkelahian bersenjata di TikTok yang diinisiasi oleh sekolompok remaja.

    “Sangat naif kalau kita berpikir, di Eropa tidak akan lebih banyak lagi pelarangan TikTok,” kata Oechler, yang juga memantau dengan seksama perkembangan terbaru TikTok.

    Untuk saat ini, TikTok telah dilarang di perangkat kerja yang digunakan oleh staf Uni Eropa, dan politisi Jerman juga dilarang mengunduh aplikasi ini di ponsel kerja mereka.

    John Strand percaya kalau sikap atas TikTok yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump akan memiliki “pengaruh signifikan” terhadap kebijakan Uni Eropa di masa yang akan datang.

    Trump lebih pilih solusi politik ketimbang pelarangan

    Desember 2024 kemarin, Donald Trump meminta Mahkamah Agung untuk menghentikan sementara pelaksanaan UU yang akan melarang TikTok di AS jika aplikasi ini tidak dijual oleh perusahaan induknya di Cina.

    “Presiden Trump tidak mengambil posisi apa pun tentang manfaat yang mendasari sengketa ini,” tulis Pengacara Donald Trump, D John Sauer, yang juga ditunjuk lewat pengajuan ke pengadilan sebagai Jaksa Agung AS.

    “Sebaliknya, dia dengan hormat meminta Pengadilan mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu Undang-Undang demi divestasi… sehingga memberikan kesempatan kepada Pemerintahan yang akan datang untuk mengejar resolusi politik atas pertanyaan yang dipermasalahkan dalam kasus ini.”

    Sementara itu, Departemen Kehakiman AS telah mendesak Mahkamah Agung untuk menolak permintaan Trump. Dilaporkan juga, presiden terpilih AS ini sudah melakukan pembicaraan untuk mencari solusi politik.

    Strand meyakini kalau Trump akan punya pengaruh signifikan terhadap hasil dari persoalan ini. “Meskipun ada banyak laporan, saya rasa Trump tidak berubah pikiran soal TikTok. Pertempuran melawan platform ini dimulai pada masa jabatan pertamanya. Sekarang, dia menginginkan pujian untuk menyelesaikan masalah ini,” ungkap Strand.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Seberapa penting pasar AS untuk TikTok?

    TikTok sangat populer di Paman Sam, dengan sekitar 170 juta pengguna, sekitar setengah dari populasi AS menggunakan aplikasi ini, termasuk untuk konsumsi berita.

    ByteDance tidak menanggapi pertanyaan DW tentang pentingnya pasar AS bagi mereka, tetapi Strand mengatakan bahwa penjualan di AS hanya menyumbang 15% dari total pendapatan ByteDance.

    “Masalah yang lebih besar bagi ByteDance adalah kehilangan muka jika mereka dipaksa untuk menjual salah satu permata mahkota mereka,” kata Strand kepada DW.

    Dia menambahkan bahwa investor AS akan terpengaruh oleh larangan itu, pasalnya sekitar 60% perusahaan dimiliki oleh perusahaan investasi, yang banyak di antaranya berbasis di AS dan Jepang. Di antara mereka ada Jeff Yass, investor utama TikTok dan donatur utama Partai Republik AS.

    Oechler percaya bahwa potensi pelarangan operasi TikTok di AS dapat “pada awalnya menguntungkan” beberapa kliennya di Jerman. Karena, mereka sering bersaing dengan influencer AS dalam algoritme rekomendasi TikTok.

    Kata Strand, penghapusan saingan mereka dari AS dari platform tersebut dapat menciptakan lebih banyak visibilitas untuk unggahan dari Jerman.

    Tulisan ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris.

    Lihat juga Video ‘Reaksi Trump-Elon Musk soal Kebijakan Baru Mark Zuckerberg di Meta’:

    (ita/ita)

  • Top 5 News: Pelatih Baru Pengganti Shin Tae-yong hingga Prabowo Subianto Masuk Daftar 10 Pemimpin Dunia

    Top 5 News: Pelatih Baru Pengganti Shin Tae-yong hingga Prabowo Subianto Masuk Daftar 10 Pemimpin Dunia

    Jakarta, Beritasatu.com – Pelatih baru Timnas Indonesia pengganti Shin Tae-yong diumumkan 12 Januari 2025 dan update kasus penembakan di rest area Tol Tangerang-Merak, menjadi berita terpopuler atau top 5 news sepanjang Senin (6/1/2025).

    Berita lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu Audrey Davis jalani sidang pertama dugaan video syur hingga Prabowo Subianto masuk daftar 10 pemimpin dunia pada 2025.

    Berikut lima berita terpopuler atau top 5 news di Beritasatu.com yang dirangkum pada Selasa (7/1/2025).

    1. Pelatih Baru Timnas Indonesia Pengganti Shin Tae-yong Diumumkan 12 Januari 2025
    Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akan mengumumkan pelatih baru tim nasional Indonesia yang menggantikan Shin Tae-yong pada 12 Januari mendatang.

    Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengungkapkan bahwa pelatih baru ini dijadwalkan tiba di Indonesia pada Sabtu (11/1/2025) malam dan akan diperkenalkan kepada publik sehari setelahnya, yaitu pada Minggu (12/1/2025).

    2. Berkaca dari Kasus Penembakan di Rest Area Tol Tangerang-Merak, Begini Prosedur Permintaan Pengawalan Polisi
    Kasus penembakan yang terjadi di Rest Area Tol Tangerang-Merak pada Kamis (2/1/2025), mengungkapkan betapa pentingnya mematuhi prosedur permintaan pengawalan atau pendampingan dari pihak kepolisian.

    Penembakan yang terjadi di Rest Area Tol Tangerang-Merak, diduga terkait dengan masalah penggelapan mobil, yang memicu kejar-kejaran antara korban dan pelaku hingga berujung pada insiden berdarah di depan minimarket di rest area tersebut.

    3. Audrey Davis Jalani Sidang Pertama Dugaan Video Syur, David Naif: Saya Dampingi hingga Akhir
    Top 5 news selanjutnya, Audrey David, David “Naif” berjanji kepada putrinya akan menemani hingga persidangan dugaan video syur Audrey Davis di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan berakhir.

    “Saya sebagai ayah sekaligus keluarga dari putri saya (Audrey Davis) tidak akan meninggalkan putri saya. Saya akan mendampingi putri saya sampai persidangan ini selesai,” tegas David “Naif” kepada awak media di PN Jakarta Selatan, Senin (6/1/2025).

    4. Progres Ranking FIFA Timnas Indonesia di Era Shin Tae-yong
    Perjalanan Timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong penuh dengan dinamika yang menggambarkan perjalanan panjang menuju kemajuan di kancah sepak bola internasional.

    Ketika Shin Tae-yong pertama kali menangani timnas pada 2019, Indonesia berada di peringkat FIFA yang sangat rendah, yaitu posisi ke-173, berada di bawah rival regional seperti Malaysia dan Vietnam.

    5. Prabowo Subianto Masuk Daftar 10 Pemimpin Dunia Bakal Berpengaruh pada 2025
    Presiden Prabowo Subianto masuk dalam daftar pemimpin dunia yang akan berpengaruh pada 2025 versi media Singapura, The Straits Times. Prabowo dinilai tidak hanya berpengaruh di tingkat Kawasan, tetapi juga global.

    Prabowo Subianto masuk daftar pemimpin dunia yang akan berpengaruh pada 2025 bersama sembilan presiden dan perdana menteri dari berbagai negara.

    Demikian top 5 news Beritasatu.com yang menarik perhatian pembaca. Namun, terdapat update berita lainnya yang tak kalah menarik, informatif, serta menghibur yang bisa pembaca simak lebih lanjut.

  • Audrey Davis Jalani Sidang Pertama Dugaan Video Syur, David Naif: Saya Dampingi hingga Akhir

    Audrey Davis Jalani Sidang Pertama Dugaan Video Syur, David Naif: Saya Dampingi hingga Akhir

    Jakarta, Beritasatu.com – Ayah Audrey David, David “Naif” berjanji kepada putrinya akan menemani hingga persidangan dugaan video syur Audrey Davis di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan berakhir.

    “Saya sebagai ayah sekaligus keluarga dari putri saya (Audrey Davis) tidak akan meninggalkan putri saya. Saya akan mendampingi putri saya sampai persidangan ini selesai,” tegas David “Naif” kepada awak media di PN Jakarta Selatan, Senin (6/1/2025).

    Menurutnya, kasus yang menimpa putrinya harus dihadapi dan tidak bisa lagi untuk mundur. Apalagi, sudah merusak nama baik Audrey Davis dan keluarga.

    “Apa pun resikonya tentu kita harus hadapi dengan segala proses yang diterima. Saya akan selalu mendampingi putri saya dalam proses ini sampai selesai dan berharap segera selesai, semua beres dengan hasil apa pun,” jelasnya lagi.

    David “Naif” menegaskan, kehadirannya di persidangan bukan dalam rangka sebagai saksi melainkan sebagai penguatan terhadap putrinya, Audrey Davis.

    “Kita ikuti saja sidangnya, ditunda mau gimana. Saya hanya mengikuti intruksi dari persidangan. Saya cuma mendampingi anak dan bukan sebagai saksi,” ungkap David “Naif” yang menemani putrinya, Audrey Davis di PN Jakarta Selatan terkait dugaan video syur.

  • Tom Lembong Kembali Tulis Surat, Kali Ini soal Pemberantasan Korupsi

    Tom Lembong Kembali Tulis Surat, Kali Ini soal Pemberantasan Korupsi

    Tom Lembong Kembali Tulis Surat, Kali Ini soal Pemberantasan Korupsi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong atau
    Tom Lembong
    yang kini tengah berada di balik jeruji tahanan kembali menulis surat tepat di
    Hari Anti Korupsi
    Sedunia, Senin (9/12/2024).
    Tom yang saat ini tengah terjerat masalah hukum karena dituduh melakukan
    korupsi
    importasi gula di masa kepemimpinannya, menuliskan pesan bahwa membebaskan Indonesia dari korupsi bukan hal yang mustahil.
    “Kerja keras, keyakinan dan keteguhan saya untuk ikut dan terus berkontribusi dalam membangun sebuah Indonesia yang bebas dari korupsi, sedang diuji dengan situasi yang saya hadapi sekarang di dalam tahanan,” kata Tom mengutip Instagram resminya.
    “Namun saya tetap percaya bahwa aspirasi kita untuk membangun Indonesia yang bebas korupsi bukan sekedar mimpi,” ujarnya.
    Tom mengatakan, sejauh ini ada banyak cara dan langkah yang ditempuh oleh berbagai pihak dalam upaya menekan angka korupsi di Indonesia.
    “Banyak langkah konkret dan sederhana yang dapat ditempuh untuk mengurangi korupsi, asal kita bisa galang kemauan politik dan keberanian politik,” katanya. 
    Dia juga mengatakan bahwa tidak sedikit yang menilainya sebagai seorang yang polos, naif, dan terlalu percaya dengan orang lain.
     
    Bahkan, meski dirinya ditetempatkan di balik sel tahanan-pun, Tom tetap percaya dan mencintai Indonesia.
    “Banyak yang bilang saya terlalu polos, naif, terlalu percaya sama orang. Dari dulu saya selalu menaruh kepercayaan saya pada bangsa Indonesia,” ujarnya.
    “Hari ini pun, saya tetap percaya pada bangsa Indonesia, saya tetap cinta Indonesia. Selamat Hari Anti-
    Korupsi
    Se-Dunia,” kata Tom.
    Tom Lembong ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada 29 Oktober 2024, terkait pemberian izin impor gula kepada swasta saat kondisi dalam negeri sedang surplus.
    Tom Lembong dituduh telah merugikan negara hingga Rp 400 miliar karena mengizinkan impor gula ketika stok gula di dalam negeri sedang surplus.
    Selain Tom, Kejagung menetapkan eks Direktur Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Perdagangan Indonesia 2015-2016 Charles Sitorus sebagai tersangka dalam kasus ini.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Pilu Penyintas HIV asal Tangerang, Ternyata Tertular dari Mantan Suami

    Kisah Pilu Penyintas HIV asal Tangerang, Ternyata Tertular dari Mantan Suami

    Jakarta

    Salah seorang perempuan bernama H (44) harus hidup berdampingan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) seumur hidupnya. Dirinya mengaku tertular HIV dari sang mantan suami.

    “Sudah tahu pada akhirnya pas kondisi saya memburuk. Akhirnya saya tes (HIV), saya tertular dari (mantan) suami saya,” kata H saat bercerita kepada detikcom di Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024).

    Sebelumnya, H tidak mengetahui dengan baik tentang apa itu HIV dan bagaimana penyakit ini dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Namun, setelah kondisinya kian memburuk, dirinya memutuskan untuk meminta pertolongan dokter.

    “Dulu tes HIV itu tidak seperti sekarang, tes satu jam selesai. Dulu itu dua minggu, jadi saya menunggu. Seperti yang saya sebutkan tadi pada 15 Februari 2008, saya buka hasil ternyata saya positif HIV dengan AIDS stadium 4,” kata H.

    Mengetahui bahwa ada HIV di tubuhnya, H sempat tak bisa berpikir jernih. Namun, dokter tetap memberikan obat ARV (antiretroviral) untuk mencegah virus ini lebih merusak tubuhnya.

    “Saya berpikir bahwa saat itu saya mungkin akan mati karena HIV. Tapi saya minum si ARV itu, saya minum ternyata dua minggu setelah minum berat badan saya naik empat kilo,” katanya.

    “Setiap bulan saya tanya ke dokter, ‘dok, kapan saya mati? Berapa lama lagi saya hidup?’” sambungnya.

    Anak Juga Tertular HIV

    Sebelum mencoba untuk dirinya sendiri, pada tahun 2007, H sempat melahirkan salah satu putrinya. Namun, karena dirinya mungkin belum merasakan gejala HIV, virus ini juga tertular ke anaknya.

    “Saya (waktu itu) masih ibu rumah tangga yang cukup naif. Saya konfirmasi ke pasangan (mantan suami) bahwa anak kami positif HIV. Pasangan saya cuma bilang, ‘iya kalaupun HIV bukan dari kita berdua,” kata H.

    “Pada tahun 2007 masih belum ada pemeriksaan ibu hamil dites HIV seperti sekarang. Jadinya saya luput pemeriksaan. Jadi saya melahirkan secara normal, saya memberikan ASI bahkan mix feeding,” sambungnya.

    H mengakui bahwa keterbatasan informasi terkait HIV di keluarganya pada waktu itu membuat anaknya tidak mendapatkan pengobatan secara baik, sehingga membuat sang buah hati ‘berpulang’ dua minggu setelah dinyatakan positif.

    “Pada awal anak ada indikasi tentang HIV dokter minta kami berdua yang tes, tapi suami saya menolak. Jadi hanya anak saya yang dites dan hasilnya positif,” katanya.

    NEXT: Diskriminasi yang Dialami Penyintas HIV

  • Kotak Kosong Surabaya Tepis Tudingan KIPP Pakai Politik Uang, Buka Sayembara Rp1 Miliar

    Kotak Kosong Surabaya Tepis Tudingan KIPP Pakai Politik Uang, Buka Sayembara Rp1 Miliar

    Surabaya (beritajatim.com) – Koordinator paslon 02 Kotak Kosong Surabaya, Heru Satrio, menepis pernyataan Komite Independen Pemantau Pemilu [KIPP] Jatim yang menyebut kotak kosong melakukan praktik money politic dalam Pilwalkot Surabaya 2024.

    Heru Satrio tegas menyebutkan bahwa tidak ada praktik money politic yang dilakukan pason kotak kosong. Kata dia, gerakan yang dilakukan relawan di Surabaya adalah murni swadaya; sejak dalam hati.

    “Tundingan sangat naif dan mengada – ada ketika KIPP berbicara ada temuan money politic [politik uang] yang dilakukan kotak kosong. Karena kotak kosong ini identik dengan swadaya, kotak kosong identik dengan pergerakan hati,” terang Heru dikonfirmasi beritajatim.com, Selasa (3/12/2024) sore.

    Bahkan, Heru Satrio bilang kalau kotak kosong di Surabaya ini tidak ada vendor atau investor yang membiayai gerakan mereka. Mulai dari pembiayaan saksi di TPS, ia menyebut mendapat dana makan siang untuk saksi; diambil dari uang kas MAKI.

    “Tidak ada satupun yang menjadi vendor ataupun investor kotak kosong,” ucap Heru, yang sekaligus Ketua dari Masyarakat Anti Korupsi Indonesia [MAKI] Jawa Timur itu.

    “Serta untuk memberikan konsumsi kepada saksi kami di TPS saja kita menggunakan swadaya kas MAKI sendiri. Habis hampir Rp47 juta,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Heru yang terlanjur merasa kesal ini pun kemudian membuat sayembara. Barang siapa yang dapat membuktikan kotak kosong di Surabaya melakukan politik uang, akan diberi imbalan Rp1 Miliar.

    “Kalau perlu saya buka sayembara. Untuk yang bisa menemukan money politic di kotak kosong, saya ikhtiarkan uang saya Rp1 Miliar untuk itu. Temukan orang tersebut dengan saya langsung,” tegas dia.

    Pemilih di Surabaya yang banyak mencoblos kotak kosong ini, lanjut Heru, adalah legitimasi dari rasa kekesalan masyarakat kepada paslon 01 petahana Eri Cahyadi-Armuji.

    Heru Satrio bilang, dari legitimasi hasil Pilwalkot 2024 ini Eri Cahyadi-Armuji hanya mendapatkan 44 persen suara. Sisanya adalah pemilih yang tak hadir ke TPS dan 16 persen suara murni dari kami kotak kosong.

    “Eri Cahyadi-Armuji hanya meraih total 44 persen dari DPT di Surabaya. Artinya mereka juga tidak legitimate. Dihitung dari tingkat ketidak hadiran pemilih di Surabaya 45 persen, yang hadir cuma 55 persen, sedangkan perolehan suara kotak kosong 16 persen,” tutup dia.

    Diberitakan sebelumnya, Komite Independen Pemantau Pemilu [KIPP] Jawa Timur, Herdian mengaku menemukan praktik money politic, yang dilakukan oleh paslon 02 kotak kosong di Pilwakot Surabaya, hari Senin (2/12) kemarin.

    Ketua KIPP Jawa Timur, Herdian bilang praktik money politic tersebut ditemukan di Kecamatan Pabean Cantikan, tepatnya di wilayah Krembangan Utara pada saat hari H pencoblosan, hari Rabu 27 November 2024 lalu.

    “Kami temukan ada indikasi money politic [politik uang] di daerah Krembangan Utara, di Kecamatan Pabean Cantikan,” kata Herdian saat dikonfirmasi beritajatim.com, pada Senin (2/12/2024) petang.

    Herdian mengaku terkejut mengetahui; ada kotak kosong yang melakukan politik uang di Surabaya. Sebab dibilang, biasanya yang melakukan praktik melanggar politik uang; calon – calon bergambar.

    “Sampai saat ini kita masih terus selidiki terlusuri bersama teman teman. Termasuk pihak Bawaslu dan Pawascam dan lain lain,” ujar Herdian melalui sambungan telepon.

    Ibu ibu tersebut secara halus mengaku, lanjut dia, saat saya tanya apa dia menerima amplop untuk mencoblos calon tertentu. “Kita menggalinya, kita merubah cara dengan pendekatan. “Buk? apa ada yang ngamplop ta?”. Nah terus ia jawab: “iya mas aku kemarin malam dapet, sama ibu ibu yang lain juga dapet”,” jelas dia. [kun]

  • Gus Umar: Omongan Qodari Lama-lama Kayak Tuhan

    Gus Umar: Omongan Qodari Lama-lama Kayak Tuhan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Umar Hasibuan, melontarkan kritik pedas kepada pengamat politik Muhammad Qodari.

    Menurut Gus Umar, sapaannya, Qodari terkesan terlalu percaya diri dalam prediksinya mengenai dinamika politik Indonesia, khususnya untuk Pemilu 2029.

    “Qodari ini omongannya lama-lama kayak Tuhan,” ujar Gus Umar dalam keterangannya di aplikasi X @UnarSyadatHsb__ (28/11/2024).

    Gus Umar memberikan sindiran seolah Qodari yang mengatur ritme politik yang terjadi di Indonesia.

    “Seolah dialah yang mengatur republik ini dan seolah dia tahu apa yang akan terjadi di 2029,” cetusnya.

    Umar mempertanyakan sikap dan pandangan Qodari yang dinilainya terlalu naif.

    “Kenapa lah dia senaif ini sekarang?,” tandasnya.

    Sebelumnya, Pengamat politik Muhammad Qodari menyebut bahwa Pilkada 2024, khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah (Jateng), memiliki peran strategis sebagai batu loncatan menuju Pilpres 2029.

    Menurutnya, siapa pun yang menang di dua wilayah ini berpotensi besar menjadi calon Presiden mendatang.

    “Kalau mas Pram menang, maka calon lawannya Prabowo dan Gibran 2029 itu sudah ada. Namanya Pramono dan Anies atau Anies dan Pramono,” ujar Qodari dikutip dari unggahan akun Instagram @totalpolitikcom (22/11/2024).

    Di sisi lain, kata Qodari, saat ini Megawati dan PDIP sedang mencari sosok yang bisa dijadikan jagoan pada Pilpres 2029 mendatang.

    “Bagi PDIP, bagi ibu Mega, beliau mengatakan sedang mencari jago untuk 2029 dan jago untuk mendongkrak suaranya,” sebutnya.

  • Seknas Indonesia Maju Yakin Budi Arie Tak Terlibat Kasus Judi Online – Espos.id

    Seknas Indonesia Maju Yakin Budi Arie Tak Terlibat Kasus Judi Online – Espos.id

    Perbesar

    ESPOS.ID – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi. (kominfo.go.id)

    Esposin, JAKARTA — Sejumlah sukarelawan pendukung Prabowo Subianto yang tergabung dalam Seknas Indonesia Maju meyakini mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, tidak terlibat dalam kasus judi daring (online).

    Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Seknas Indonesia Maju, Monisyah, di Jakarta, Rabu (13/11/2024), menjelaskan Budi Arie sudah dikhianati para oknum yang selama ini justru dipercaya Budi Arie untuk membantu memberantas judi daring.

    Promosi
    KPR BRI Property Expo 2024 Beri Kemudahan dan Keuntungan Bagi Calon Nasabah

    “Bukan tidak mungkin Budi Arie dijebak,” ujar Monisyah sebagaimana dilansir Antara. 

    Namun, Monisyah menilai sangat naif apabila Budi Arie terlibat kasus judi online atau dikaitkan dengan penangkapan karyawan Kemenkomdigi. Sebab era Budi Arie sebagai Menkominfo justru masif memunculkan gerakan masyarakat anti judi daring dengan menggerakkan organisasi masyarakat (ormas) pemuda, mahasiswa, dan relawan untuk memerangi judi daring.

    Bahkan, Seknas Indonesia Maju juga pernah bekerja sama dengan Relawan Projo, dengan Budi Arie sebagai Ketua Umum, untuk aktif dalam Gerakan Anti Judol.

    Dirinya pun pernah mengetahui bahwa Budi Arie juga memercayakan banyak orang yang ahli di bidang teknologi informasi (TI) untuk ikut menghapus berbagai situs judi online sebagai komitmen memerangi kegiatan haram itu.

    “Tetapi para oknum tersebut malah menyalahgunakan kepercayaan Budi Arie. Budi Arie menjadi korban dan niat buruk oknum tersebut yang mungkin sudah ada sejak awal,” tuturnya.

    Monisyah pun optimistis komitmen Budi Arie dalam memberantas judi daring tidak bergeser, sehingga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum bisa melihat masalah tersebut secara jernih dan tidak termakan berbagai berita hoaks yang beredar.

    Selain itu, dirinya meminta semua anak bangsa untuk berhenti menyebar berbagai berita hoaks yang sama sekali tidak mengandung kebenaran.

    “Perang terhadap judi online harus terus digaungkan, namun berita-berita hoaks juga harus dihentikan,” ucap Monisyah menegaskan.

    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram “Solopos.com Berita Terkini” Klik link ini.