Grup Musik: God Bless

  • Mantan Drumer God Bless Yaya Moektio Meninggal dalam Usia 68 Tahun

    Mantan Drumer God Bless Yaya Moektio Meninggal dalam Usia 68 Tahun

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar duka datang dari dunia musik Indonesia, mantan pemain drum grup band legendaris God Bless Yahya Moektio meninggal dunia pada Senin (8/12/2025) pukul 04.00 WIB dalam usia 68 tahun. Kabar duka ini dibagikan langsung oleh akun Instagram resmi God Bless, @godblessrocks. 

    “Kami dari keluarga besar God Bless menyampaikan kabar duka yang mendalam. Telah berpulang dini hari ini (8/12/2025) pada pukul 04.00 WIB di RS Fatmawati, Jakarta, saudara kami Bapak Yahya Karya Konsepsianto bin Moektio (Yaya Moektio),” tulis akun Instagram @godblessrocks, Senin (8/12/2025). 

    Bagi grup God Bless, pria bernama asli Yahya Karya Konsepsianto bin Moektio tersebut merupakan salah satu bagian penting dalam sejarah perjalanan karier God Bless dan dunia musik Indonesia. 

    “Beliau turut memberikan warna dan kontribusi yang tak akan pernah terlupakan. Atas nama keluarga besar God Bless, kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan. Semoga diberi ketabahan dan kekuatan,” tutup God Bless. 

    Sebelum bergabung dengan God Bless, pria kelahiran 30 Agustus 1957 tersebut diketahui mengawali kariernya sebagai drumer sejak 1970 dengan mengiringi penyanyi pop seperti Helly Gaos dan Herlin Widhasmara di DD Record, serta Endar Pradesa.

  • Petugas Gabungan Sisir Perairan hingga Gorong-gorong Cari Buaya Muncul di Teluk Manado

    Petugas Gabungan Sisir Perairan hingga Gorong-gorong Cari Buaya Muncul di Teluk Manado

    JAKARTA – Tim gabungan terdiri dari Ditpolairu Polda Sulawesi Utara (Sulut) bersama BPBD, BKSDA, Basarnas, dan Dinas Perhubungan menggelar patroli laut setelah kemunculan buaya di Teluk Manado.

    “Petugas gabungan menyisir beberapa titik di perairan Teluk Manado dengan menggunakan satu unit safeboat Ditpolairud Polda Sulut dan satu unit kapal C2 patroli Dinas Perhubungan,” kata Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Alamsyah Parulian Hasibuan, di Manado, Rabu, disitat Antara. 

    Alamsyah mengatakan, pencarian dimulai dari dermaga Youth Center, Kawasan Megamas Manado. Kemudian menyisir beberapa titik antara lain, perairan sekitar Tugu Lilin Kawasan Marina Plaza, Kuala Jengki, God Bless Park, dan gorong-gorong Pantai Megamas.   

    “Upaya pencarian ini untuk mengantisipasi serangan buaya yang dapat membahayakan keselamatan warga masyarakat,” katanya.

    Alamsyah menambahkan, upaya pencarian buaya hingga 10 November 2025 belum membuahkan hasil. 

    “Meski demikian, upaya pencarian melalui patroli gabungan terus dilanjutkan,” katanya.

    Alamsyah mengimbau nelayan dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan.

    “Apabila mengetahui kemunculan buaya agar segera melapor kepada pihak terkait. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang dapat berakibat fatal,” kata Alamsyah.

    Pada awal November 2025, masyarakat dihebohkan dengan penggalan video kemunculan seekor buaya di Teluk Manado, tak jauh dari aktivitas warga di perairan sekitar Manado Bay.

  • Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB, Dukungan Tegas untuk Perdamaian

    Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB, Dukungan Tegas untuk Perdamaian

    Presiden Prabowo berbicara pada sesi pertama Debat Umum dengan posisi istimewa yakni urutan ketiga. Sebuah posisi strategis yang menempatkan Indonesia berdampingan dengan dua negara besar, Brasil dan Amerika Serikat. Brasil, yang sejak 1955 selalu membuka sidang sebagai tradisi diplomatik, tampil di urutan pertama. Amerika Serikat, sebagai tuan rumah, mendapat giliran kedua. Tepat setelah keduanya, Presiden Prabowo berdiri membawa suara Indonesia ke hadapan dunia.

    Kehadiran Presiden Prabowo di podium Majelis Umum PBB menandai babak baru diplomasi Indonesia. Sepuluh tahun terakhir, Presiden Joko Widodo sempat menyampaikan pidato secara daring saat pandemi Covid-19, sementara selebihnya Indonesia diwakili Wakil Presiden maupun pejabat setingkat menteri. Kini, dengan tampil langsung, Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam forum global yang sarat makna simbolik dan politis.

    Posisi pidato Presiden Prabowo juga menorehkan sejarah tersendiri. Sebelumnya, Presiden Soekarno pernah berpidato di urutan ke-46, Presiden Soeharto di urutan ke-61, dan Presiden Megawati Soekarnoputri di urutan ke-17. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tercatat tiga kali berpidato dengan urutan 20, 21, dan 16, sementara Presiden Joko Widodo dua kali hadir secara daring di urutan ke-16. Kini, Presiden Prabowo menempati urutan ke-3—salah satu posisi paling awal dan paling bergengsi yang pernah diraih Indonesia di forum PBB.

    Di hadapan para pemimpin dunia yang hadir di ruang sidang Majelis Umum PBB, Presiden Prabowo membuka pidato perdananya dengan penuh penghormatan. Kepala Negara menekankan pentingnya persaudaraan universal di tengah perbedaan bangsa dan agama.

    “Sungguh suatu kehormatan besar bagi saya untuk berdiri di General Assembly Hall yang agung ini, di antara para pemimpin yang mewakili hampir seluruh umat manusia. Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul bersama sebagai satu keluarga. Kita di sini pertama dan terutama sebagai sesama manusia — masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak yang tidak dapat dicabut untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan,” ujar Presiden Prabowo.

    “Bismillahirrahmanirrahim,

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Shalom, Salve, Om swastiastu,

    Salam kebajikan, Rahayu, rahayu.

    His Excellency, Mr. Antonio Guterres, Secretary General of the United Nations. Her Excellency, Madame Annalena Baerbock, President of the United Nations General Assembly.

    His Excellency, Mr. Morses Abelian, Under-Secretary-General for General Assembly and Management. Excellencies, Heads of States, Heads of Governments, Distinguished Delegates, Ladies and Gentlemen,

    It is indeed a great honor to stand in this august General Assembly Hall, among leaders who represent almost all of humanity.

    We differ in race, religion, and nationality, yet we gather together as one human family. We are here first and foremost as fellow human beings — each created equal, endowed with unalienable rights to life, liberty, and the pursuit of happiness.

    The words of the U.S. Declaration of Independence have inspired democratic movements across continents — including the French Revolution, the Russian Revolution, the Mexican revolutions, the Chinese Revolution, and Indonesia’s own struggle and journey to freedom.

    It also gave birth to the Universal Declaration of Human Rights adopted by the UN in 1948. “All men are created equal” was the creed that opened the way to unprecedented global prosperity and dignity. And yet, in our own era of scientific and technological triumphs — an era capable of ending hunger, poverty, and environmental ruin — we also continue to face today’ s grave dangers, challenges, and uncertainties. Human folly, fueled by fear, racism, hatred, oppression, and apartheid, threatens our common future.

    My country knows this pain. For centuries, Indonesians lived under colonial domination, oppression, and slavery. We were treated less than dogs in our own homeland. We Indonesians know what it means to be denied justice and what it means to live in apartheid, to live in poverty, and to be denied equal opportunity. We also knew what solidarity can do. 

    In our struggle for independence, in our fight to overcome hunger, disease, and poverty, the United Nations stood with Indonesia and gave us vital assistance. Decisions made here based on human solidarity — by the Security Council and this Assembly — gave Indonesia international legitimacy, opened doors, and supported our early development through the UN Children’s Fund (UNICEF), the UN Food and Agriculture Organization (FAO), the World Health Organization (WHO) and many, many other United Nations institutions.

    And because of that, Indonesia today stands today on the cusp of shared prosperity and greater equality and dignity.

    Madam President, excellencies,

    Our world is driven by conflict, injustice, and deepening uncertainty. Every day we witness suffering, genocide, and a blatant disregard for international law and human decency.

    In the face of these challenges, we must not give up, as the United Nations’s Secretary General said, “we cannot give up”. We cannot surrender our hopes or our ideals. We must draw closer, not drift apart. Together we must strive to achieve our hopes, our dreams.

    The UN was born from the ashes of the Second World War that claimed scores of millions of lives. It was created to secure peace, security, justice, and freedom for all. We remain committed to internationalism, multilateralism, and to every effort that strengthens this great institution.

    Today, Indonesia is nearer than ever before to meeting the Sustainable Development Goals of ending extreme poverty and hunger — because years ago this very chamber chose to listen and uphold social and economic justice. We will never forget. And today we must never be silent while Palestinians are denied that same justice and legitimacy in this very Hall.

    Excellency’s, Thucydides warned: “The strong do what they can, the weak suffer what they must.” We must reject this doctrine. The UN exists to reject this doctrine. We must stand for all, the strong and the weak. Right cannot be right. Right must be right.

    Indonesia is today one of the largest contributors to United Nation Peacekeeping Forces. We believe in the United Nations, we will continue to serve where peace needs guardians — not with just words, but with boots on the ground. If and when the Security Council and this Great Assembly decide, Indonesia is prepared to deploy 20,000 or even more of our sons and daughters to secure peace in Gaza or elsewhere, in Ukraine, in Sudan, in Libya, everywhere when the peace needs to be enforced, peace needs to be guarded, we are ready.

    We will take our share of the burden, not only with our sons and daughters. We are also willing to contribute financially to support the great mission to achieve peace by the United Nations.

    Madam President, excellencies,

    I propose to this assembly a message of hope and optimism — grounded in action and execution. Today we heard the speech of Madam President, the President of the United Nations General Assembly. It is true what she said. Without the International Civil Aviation Organization, will we be here today? Will we sit in this great Hall? Without the United Nations, we cannot be safe. No country can feel secure. 

    We need the United Nations, and Indonesia will continue to support the United Nations. Even though we still struggle, but, we know the world needs a strong United Nations.

    The world’s population is growing. Our planet is under strain. Food, energy, and water insecurity haunt many nations. We choose to answer these challenges directly at home and to help abroad whenever we can.

    This year, we recorded the highest rice production and grain reserves in our history. We are now self‑sufficient in rice and we have exported rice to other nations in need, including providing rice to Palestine. We are building resilient food supply chains, strengthening farmer productivity, and investing in climate‑smart agriculture to ensure food security for our children and for the children of the world. We are confident, in a few years time, Indonesia will be the granary of the world.

    As the world’s largest island state, we testify before you that we are already experiencing the direct consequences of climate change, particularly the threat of rising sea levels. The sea level on the north coast of our capital city is increasing by 5 centimeters every year. Can you imagine in ten years? In twenty years? For this, we are forced to build a giant sea wall, 480 kilometres in length. It will take us maybe 20 years, but we have no choice. 

    We have to start now. Therefore we choose to confront climate change — not by slogans, but by immediate steps. We are committed to meeting our 2015 Paris Agreement obligations.

    We aim to achieve net zero emission by 2060 and we are confident we can achieve net zero emission much earlier. We aim to reforest more than 12 million hectares of degraded land, to reduce forest degradation, and to empower local communities with quality green jobs for the future.

    Indonesia is shifting decisively from fossil fuel based development towards renewable based development. From next year, most of our additional power generation capacity will come from renewables. Our goal is clear: To lift all of our citizens out of poverty and make Indonesia a hub for solutions to food, energy, and water security.

    Madam President, excellencies,

    We live in a time when hatred and violence can seem like the loudest voices. But beneath this loud noise lies a quieter truth: that every person longs to be safe, to be respected, to be loved, and to leave a better world to their children. Our children are watching. They are learning leadership not from textbooks, but from our choices.

    Today, still, a catastrophic situation in Gaza is unfolding before our eyes. At this very moment, the innocent are crying for help, are crying to be saved. Who will save them? Who will save the innocent? Who will save the old and the women? Millions are facing danger at this very moment, as we sit here, they are facing trauma, and irreparable damage to their bodies, they are dying of starvation. Can we remain silent? Will there be no answer to their screams? Will we teach them that the human family can rise to the challenge?

    Madam President, we must act now. Many speakers have said that. We must stand for multilateral order where peace, prosperity, and progress, are not the privilege of a few but the right of all.

    With a strong United Nations, we can build a world where the weak do not suffer what they must, but live the justice they deserve. Let us continue humanity’s great journey of ideals — the selfless aspirations that created the United Nations.

    Let us use science to uplift, not use science to destroy. Let rising nations help others to lift themselves. I am convinced that the leaders of the great world civilisations: Civilisations of the West, of the East, of the North, of the South. Leaders of America, Europe, of India, China, the Islamic world, the whole world. I am convinced they will rise to their role demanded by history. We are all hopeful that the leaders of the world will show great statesmanship, great wisdom, restraint, and humility, overcome hate, overcome suspicion.

    Madam President, Distinguished Delegates,

    We are greatly heartened by the events of the last few days, where significant leading countries of the world have chosen to side with history—the path of the moral high ground, path of rectitude, path of justice, humanity, and to shun hatred, to overcome suspicion, and to avoid the use of violence. The use of violence will beget violence. Not one country can bully the whole community of the human family. 

    We may be weak individually, but the sense of oppression, of injustice, has proven in the history of mankind, will unite with a strong force that will overcome this oppression, this injustice.

    To close, I would like to reiterate again Indonesia’s complete support for the Two-State Solution in Palestine. We must have an independent Palestine, but we must also recognize and guarantee the safety and security of Israel. Only then can we have real peace: peace without hate, peace without suspicion.

    The only solution is this two-state solution. Two descendants of Abraham must live in reconciliation, peace, and harmony. Arabs, Jews, Muslims, Christians, Hindus, Buddhists, all religions. We must live as one human family. Indonesia is committed to being part of making this vision a reality.

    Is this a dream? Maybe. But this is the beautiful dream we must work toward together. Let us continue humanity’s journey of hope, a journey started by our forefathers, a journey that we must complete.

    Thank you. Terima kasih.

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Shalom, Om shanti shanti shanti om.

    Namo Budaya.

    Thank you very much.

    May God bless us all, may peace be upon us.

    Thank you very much.”

    “Yang Mulia, para kepala negara, kepala pemerintahan, para delegasi yang terhormat, hadirin sekalian

    Sungguh merupakan suatu kehormatan besar bagi saya untuk berdiri di Aula Sidang Umum bulan Agustus ini di antara para pemimpin dan perwakilan yang mewakili hampir seluruh umat manusia. 

    Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul bersama hari ini sebagai satu keluarga manusia. Kita di sini, pertama dan terutama, sebagai sesama manusia, masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak-hak yang tidak dapat dicabut untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.

    Kata-kata Deklarasi Kemerdekaan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menginspirasi gerakan-gerakan demokrasi di seluruh benua, termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi China, dan perjuangan serta perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Deklarasi ini juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948, “Semua manusia diciptakan setara.”

    Deklarasi ini membuka jalan menuju kemakmuran dan martabat global yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun, di era kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita sendiri, sebuah era yang mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan.  

    Kami juga terus menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang serius dan berbahaya saat ini, kebodohan manusia yang dipicu oleh rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid mengancam masa depan kita bersama.

    Nyonya Presiden, Yang Mulia,

    Kita hidup di masa ketika kebencian dan kekerasan mungkin terdengar paling keras, tetapi di balik kebisingan ini terdapat kebenaran yang lebih tenang bahwa setiap orang mendambakan rasa aman, dihormati, dicintai, dan mewariskan dunia yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Anak-anak kita sedang menyaksikan. Mereka belajar kepemimpinan, bukan dari buku teks, tetapi dari pilihan kita.

    Saat ini, situasi bencana di Gaza masih terbentang di depan mata kita. Saat ini, orang-orang tak berdosa menangis minta tolong. Menangis untuk diselamatkan. Siapa yang akan menyelamatkan mereka? Siapa yang akan menyelamatkan orang tak berdosa? Siapa yang akan menyelamatkan para lansia dan perempuan. Jutaan orang menghadapi bahaya saat ini, sementara kita duduk di sini. Mereka menghadapi trauma. Mereka menghadapi kerusakan yang tak tergantikan pada tubuh mereka. Mereka sekarat karena kelaparan.

    Bisakah kita tetap diam? Akankah jeritan mereka tak terjawab? Akankah kita mengajari mereka bahwa umat manusia dapat bangkit menghadapi tantangan ini?

    Nyonya Presiden, kita harus bertindak sekarang.  Banyak pembicara telah menyatakan bahwa kita harus memperjuangkan tatanan multilateral, di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan hak semua orang. Dengan persatuan bangsa yang kuat, kita dapat membangun dunia di mana kaum lemah tidak menderita apa yang seharusnya mereka derita, melainkan hidup dalam keadilan yang pantas mereka dapatkan.

    Kita mungkin lemah secara individu, tetapi rasa penindasan, rasa ketidakadilan, telah membuktikan dalam sejarah umat manusia bahwa rasa ketidakadilan ini, rasa penindasan ini, akan bersatu menjadi kekuatan yang kuat yang akan mengatasi penindasan ini, yang akan mengatasi ketidakadilan ini.

    Sebagai penutup, saya ingin kembali menegaskan dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara di Palestina.

    Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus, kita juga harus mengakui, kita juga harus menghormati, dan kita juga harus menjamin keselamatan dan keamanan Israel. Hanya dengan begitu kita dapat memiliki kedamaian sejati, kedamaian sejati, dan tidak ada lagi kebencian dan kecurigaan. Satu-satunya solusi adalah ini, solusi dua negara, dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, damai, dan harmoni.

    Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama, kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia. Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dalam mewujudkan visi ini. Apakah ini mimpi? Mungkin, tetapi inilah mimpi indah yang harus kita perjuangkan bersama. 

    Mari kita bekerja menuju tujuan mulia ini.  Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia, sebuah perjalanan yang telah dimulai oleh para leluhur kita, sebuah perjalanan yang harus kita selesaikan.

    Terima kasih. Wassalamualaikum.”

  • Rekan Sedang Sakit, Para Musisi di Tuban Gelar Konser Aksi Galang Dana

    Rekan Sedang Sakit, Para Musisi di Tuban Gelar Konser Aksi Galang Dana

    Tuban (beritajatim.com) – Seduluran Musisi Tuban (SEMUT) lakukan konser musik peduli sosial untuk galang dana bagi saudara musisi yang sedang sakit. Adapun kegiatan tersebut diselenggarakan di kawasan Car Free Day (CFD) Tuban.

    Ketua SEMUT Tuban, Wawan Saputra mengatakan, bahwa tujuan kegiatan ini untuk membantu teman musisi yang sedang sakit supaya meringankan beban biaya.

    “Kami sudah sepekan mempersiapkan acara ini dan Alhamdulillah acara terselenggara dengan baik, konser musik galang dana untuk teman kami yang sedang sakit,” ujar Wawan sapanya. Minggu (14/09/2025).

    Lanjut, konser musik ini juga diikuti oleh puluhan musisi di Tuban yang sudah sangat melegenda, sehingga pihaknya berterimakasih kepada semua pihak yang ikut mensukseskan kegiatan ini.

    “Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman musisi, Dinas Kopumdag, Dinsos P3A, Wings, Honda Cipto motor yang telah membantu tenda, Bete Sound Sistem dan kru, para pedagang dan Paguyuban CFD Tuban, serta masyarakat yang telah memberikan donasi,” imbuhnya.

    Melihat antusiasme masyarakat, para musisi di Tuban ini memberikan penampilan terbaiknya melalui lagu-lagu Koes Plus, Stranger Band dengan lagu God Bless-nya, D Javu, Romantic, DSD, Kece entertainment, Badplus, Briliant band, Rani and Friend.

    “Alhamdulilah hasil galang dana telah terkumpul Rp 5 juta dan akan segera kami salurkan kepada teman kami, bersama dengan teman musisi yang lain,” pungkasnya. [dya]

     

  • Daftar 10 Lagu Wajib Nasional Buat Upacara dan Lomba 17 Agustus dan Liriknya

    Daftar 10 Lagu Wajib Nasional Buat Upacara dan Lomba 17 Agustus dan Liriknya

    Bisnis.com, JAKARTA – Hari kemerdekaan 17 Agustus menjadi momen yang tepat untuk mengingat kembali lagu wajib nasional, berikut karya-karya musisi lintas generasi yang sempat menjadi ikon musik bertema nasionalisme.

    Menyambut HUT ke-80 RI, lagu-lagu mereka biasanya terus diputar sebagai lagu wajib acara terkait perayaan hari kemerdekaan, maupun sesederhana musik latar ketika Lomba 17 Agustus-an.

    Berikut merupakan 10 Lagu Wajib Nasional yang wajib dikenal, beserta pengarang dan lirik lengkapnya, juga beberapa lagu populer bertema kebanggsaan yang mampu membangkitkan jiwa patriotisme:

    1. Indonesia Raya (versi tiga stanza)

    Sebagai lagu kebangsaan yang diputar setiap upacara bendera, semua warga Indonesia sudah pasti hafal stanza pertama lagu Indonesia Raya di luar kepala. 

    Namun, untuk menghayati lebih dalam karya Wage Rudolf Supratman yang diperkenalkan sejak Sumpah Pemuda ini, tak ada salahnya mulai memutar lagu lengkap alias versi tiga stanza pada momen menyambut hari kemerdekaan.

    Stanza I

    Indonesia tanah airku,

    Tanah tumpah darahku,

    Di sanalah aku berdiri,

    Jadi pandu ibuku.

    Indonesia kebangsaanku,

    Bangsa dan tanah airku,

    Marilah kita berseru,

    Indonesia bersatu.

    Hiduplah tanahku,

    Hiduplah negeriku,

    Bangsaku, Rakyatku, semuanya,

    Bangunlah jiwanya,

    Bangunlah badannya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Refrein

    Indonesia Raya,

    Merdeka, merdeka,

    Tanahku, negeriku yang kucinta!

    Indonesia Raya,

    Merdeka, merdeka,

    Hiduplah Indonesia Raya.

     

    Stanza II

    Indonesia, tanah yang mulia,

    Tanah kita yang kaya,

    Di sanalah aku berdiri,

    Untuk s’lama-lamanya.

    Indonesia, tanah pusaka,

    Pusaka kita semuanya,

    Marilah kita mendoa,

    Indonesia bahagia.

    Suburlah tanahnya,

    Suburlah jiwanya,

    Bangsanya,

    Rakyatnya, semuanya,

    Sadarlah hatinya,

    Sadarlah budinya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Kembali ke Refrain

     

    Stanza III

    Indonesia, tanah yang suci,

    Tanah kita yang sakti,

    Di sanalah aku berdiri,

    N’jaga ibu sejati.

    Indonesia, tanah berseri,

    Tanah yang aku sayangi,

    Marilah kita berjanji,

    Indonesia abadi.

    Selamatlah rakyatnya,

    Selamatlah putranya,

    Pulaunya, lautnya, semuanya,

    Majulah negerinya,

    Majulah pandunya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Kembali ke Refrein

    2. Hari Merdeka

    Sesuai judulnya, lagu Hari Merdeka yang dibuat Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Saim bin Ahmad al-Mutahar (Husein Mutahar) ini wajib diputar selama 17 Agustus-an.

    Sekadar info, Pria yang juga penggagas awal ide pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) ini menciptakan Hari Merdeka pada 1946 berdasarkan tantangan Bung Karno pada suatu pagi, untuk membuat lagu yang mampu memompa semangat nasionalisme.

    Tujuh belas Agustus tahun empat lima

    Itulah hari kemerdekaan kita

    Hari merdeka nusa dan bangsa

    Hari lahirnya bangsa Indonesia

    Merdeka

    Sekali merdeka tetap merdeka

    Selama hayat masih dikandung badan

    Kita tetap setia tetap sedia

    Mempertahankan Indonesia

    Kita tetap setia tetap sedia

    Membela negara kita

    3. Indonesia Tetap Merdeka

    Lagu yang singkat-padat, namun sarat unsur patriotisme yang wajib diperkenalkan sejak dini, salah satunya Indonesia Tetap Merdeka karya Cornel Simanjuntak. 

    Punya latar belakang guru dengan bakat seni, Cornel Simanjuntak membuat beberapa lagu bertema heroik dan patriotik selepas dikirim ke Yogyakarta, karena pahanya tertembak dalam peperangan melawan penjajah di Jakarta dan Karawang.

    Sorak-sorak bergembira

    Bergembira semua

    Sudah bebas negeri kita

    Indonesia merdeka

    Indonesia merdeka

    Republik Indonesia

    Itu lah hak milik kita

    Untuk slama-lamanya

     

    4. Bangun Pemudi Pemuda

    Karya musisi Alfred Simanjuntak atau akrab disapa Pak Siman ini kerap diputar pada perayaan menyambut hari kemerdekaan maupun Sumpah Pemuda. 

    Pak Siman memiliki latar belakang sebagai pengajar dan wartawan, juga pembuat lagu anak-anak dan rohani. Cikal-bakal lagu Bangun Pemudi Pemuda pun awalnya merupakan mars Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang juga diciptakannya. 

    Bangun pemudi pemuda Indonesia

    Tangan bajumu singsingkan untuk negara

    Masa yang akan datang kewajibanmu lah

    Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

    Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

    Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas

    Tak usah banyak bicara trus kerja keras

    Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih

    Bertingkah laku halus hai putra negri

    Bertingkah laku halus hai putra negri

     

    5. Garuda Pancasila

    Lagu yang ditulis oleh Sudharnoto pada 1956 ini awalnya bernama Mars Pancasila. Lantas, bersama Pamu Rahardjo sebagai penggubah, sehingga hari ini dikenal dengan Garuda Pancasila. 

    Sudharnoto berkarier sebagai musisi dan penyiar radio, kendati sempat mengenyam kuliah bidang kedokteran. Dia juga pernah menjadi anggota pimpinan pusat dari Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). 

    Garuda Pancasila

    Akulah pendukungmu

    Patriot proklamasi

    Sedia berkorban untukmu

    Pancasila dasar negara

    Rakyat adil makmur sentosa

    Pribadi bangsaku

    Ayo maju, maju

    Ayo maju, maju

    Ayo maju, maju!

     

    6. Berkibarlah Benderaku

    Tokoh pencipta lagu anak legendaris, Saridjah Niung atau dikenal sebagai Ibu Soed menciptakan Berkibarlah Benderaku pada 1947. 

    Inspirasinya datang setelah melihat kegigihan seorang pimpinan kantor RRI bernama Jusuf Ronodipuro yang pada Agresi Militer Belanda I menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api dari pasukan Belanda.

    Ibu Soed menjadi guru musik dan pengarang lagu sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Dia terkenal karena jiwa patriotismenya yang tinggi, terutama dalam hal memberikan semangat dan keceriaan bagi anak-anak di era itu. Tak heran, lagu-lagunya melegenda buat lanskap pendidikan anak usia dini sampai hari ini.

    Sekadar info, sebagai pemain biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

    Berkibarlah benderaku

    Lambang suci gagah perwira

    Di seluruh pantai Indonesia

    Kau tetap pujaan bangsa

    Siapa berani menurunkan engkau

    Serentak rakyatmu membela

    Sang merah putih yang perwira

    Berkibarlah selama-lamanya

    Kami rakyat Indonesia

    Bersedia setiap masa

    Mencurahkan segenap tenaga

    Supaya kau tetap cemerlang

    Tak goyang jiwaku menahan rintangan

    Tak gentar rakyatmu berkorban

    Sang merah putih yang perwira

    Berkibarkah selama-lamanya

     

    7. Bagimu Negeri

    Lagu besutan tokoh musik keroncong Kusbini ini ternyata tercipta atas permintaan Bung Karno pada 1942 untuk memperbanyak lagu bertema perjuangan, dalam rangka mengimbangi banyaknya lagu-lagu propaganda Jepang kala itu.

    Selain menjadi legenda keroncong, Kusbini juga penulis buku tentang musik dan tercatat sebagai tokoh pendiri Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta SMINDO 1954 yang kemudian menjadi AMI dan ISI Yogyakarta.

    Padamu negeri kami berjanji

    Padamu negeri kami berbakti

    Padamu negeri kami mengabdi

    Bagimu negeri jiwa raga kami

     

    8. Satu Nusa Satu Bangsa

    Karya dari pengajar musik dan filolog Batak, Liberty Manik ini terinspirasi dari semangat Sumpah Pemuda dengan merujuk pada tiga inti dari Sumpah Pemuda, yaitu satu nusa (satu Tanah Air), satu bangsa, dan satu bahasa. 

    Satu nusa

    Satu bangsa

    Satu bahasa kita

    Tanah air

    Pasti jaya

    Untuk Selama-lamanya

    Indonesia pusaka

    Indonesia tercinta

    Nusa bangsa

    Dan Bahasa

    Kita bela bersama

     

    9. Indonesia Pusaka

    Karya komponis paling berpengaruh di Indonesia, Ismail Marzuki ini menjadi satu dari sekian banyak lagu populer bertema kebangsaan yang dirinya ciptakan, seperti Halo Halo Bandung, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, dan Gugur Bunga

    Berisi ungkapan rasa cinta dan syukur terhadap Tanah Air, lagu Indonesia Pusaka menjadi salah satu lagu wajib nasional yang kerap mengaduk emosi dan membawa perasaan haru. 

    Indonesia tanah air beta

    Pusaka abadi nan jaya

    Indonesia sejak dulu kala

    Slalu dipuja-puja bangsa

    Disana tempat lahir beta

    Dibuai dibesarkan bunda

    Tempat berlindung di hari tua

    Sampai akhir menutup mata

    Indonesia tanah air beta

    Pusaka abadi nan jaya

    Indonesia sejak dulu kala

    Slalu dipuja-puja bangsa

    Disana tempat lahir beta

    Dibuai dibesarkan bunda

    Tempat berlindung di hari tua

    Sampai akhir menutup

    Mata

     

    10. Dari Sabang Sampai Merauke

    Berisi ungkapan aar rakyat Indonesia mencintai semua wilayah kepulauan yang ada di Tanah Air, membawa karya besutan RWY. Larassumbogo atau R. Suharjo ini wajib diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

    Dari Sabang sampai Merauke

    Berjajar pulau pulau

    Sambung menyambung menjadi satu

    Itulah Indonesia

    Indonesia Tanah Airku

    Aku berjanji padamu

    Menjunjung Tanah Airku

    Tanah Airku Indonesia

    Lagu bertema kebangsaan populer lainnya:

    Tanah Airku – Ibu Soed

    Bendera Merah Putih – Ibu Soed

    Maju Tak Gentar- Cornel Simanjuntak

    Mengheningkan Cipta – Truno Prawit

    Syukur – H. Mutahar

    Hymne Guru – Sartono

    Halo-Halo Bandung – Ismail Marzuki

    Gugur Bunga – Ismail Marzuki

    Rayuan Pulau Kelapa – Ismail Marzuki

    Ibu Kita Kartini – W.R. Supratman

    Kebyar & Kebyar – Gombloh

    Garuda di Dadaku – NTRL

    Bendera – Eross Candra, dibawakan oleh Cokelat

    Dari Mata Sang Garuda – Pee Wee Gaskins

    Dimana Merdeka – Kelompok Penerbang Roket

    Rumah Kita – Ian Antono, God Bless

    Meraih Bintang – Pay, dibawakan Via Vallen

  • Jelang puncak HUT Ke-79 Bhayangkara, Kapolri sapa warga-nyanyi di CFD

    Jelang puncak HUT Ke-79 Bhayangkara, Kapolri sapa warga-nyanyi di CFD

    “Nanti kami informasikan lebih lanjut, menyesuaikan dengan jadwal Presiden,”

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyapa warga hingga bernyanyi pada hari bebas kendaraan bermotor (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu, dalam rangka menjelang puncak Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Bhayangkara.

    Kapolri yang usai berolahraga pagi itu tampak menyambangi stan di sekitaran Pos Polisi Bundaran HI. Dia berbincang singkat dengan warga yang sedang mengantre fasilitas pelayanan masyarakat yang disediakan Polri.

    Jenderal Sigit turut membagikan bingkisan kepada masyarakat yang hadir. Dia pun menghibur warga dengan melantunkan dua tembang populer, “Rumah Kita” oleh grup musik God Bless dan “It’s My Life” yang dipopulerkan penyanyi legendaris Bon Jovi.

    Acara yang bertajuk Bhayangkara Sport Day dan dibalut dengan bakti sosial ini mengangkat tema “Polri untuk Masyarakat”.

    Pada kegiatan itu, Polri menyediakan pelayanan kesehatan gratis yang terdiri atas konsultasi dokter, pemeriksaan mata, pembagian paket imunitas, edukasi bantuan hidup dasar (BHD), dan pemeriksaan tekanan darah.

    Selain itu, tersedia pula layanan permohonan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK), pengesahan surat tanda nomor kendaraan (STNK), serta perpanjangan aktif surat izin mengemudi (SIM) dengan masing-masing tiga unit mobil keliling.

    Kegiatan bakti sosial ini tidak hanya dilaksanakan di Jakarta, tetapi juga serentak di berbagai kepolisian daerah (polda) di Indonesia. Di sela kegiatan itu, Jenderal Sigit sempat pula berkoordinasi dengan perwakilan sejumlah polda melalui sambungan telekonferensi.

    Sebelumnya, Jenderal Sigit mengatakan bahwa puncak HUT Ke-79 Bhayangkara akan dilaksanakan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada tanggal 1 Juli 2025.

    Namun di sisi lain, Kapolri mengatakan pihaknya masih menunggu kepastian kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam acara tersebut.

    “Nanti kami informasikan lebih lanjut, menyesuaikan dengan jadwal Presiden,” ujar Kapolri di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (21/6).

    Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo bernyanyi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (22/6/2025), dalam rangka menjelang puncak Hari Ulang Tahun Ke-79 Bhayangkara. (ANTARA/Fath Putra Mulya)

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kapolri-Panglima TNI Duet Nyanyi ‘Rumah Kita’ saat Gala Dinner Bareng Prabowo

    Kapolri-Panglima TNI Duet Nyanyi ‘Rumah Kita’ saat Gala Dinner Bareng Prabowo

    Bogor

    Presiden Prabowo Subianto serta jajaran anggota Kabinet Merah Putih makan malam bersama para kadet di Universitas Pertahanan (Unhan). Makan malam itu berlangsung penuh keakraban.

    Dikutip keterangan Tim Media Presiden, makan malam bersama ini digelar usai peresmian Kampus Bhinneka Tunggal Ika, di Unhan, Sentul, Jawa Barat, Rabu (11/6/2025). Suasana makan malam itu, semakin hangat dan akrab saat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto berduet menyanyikan lagu “Rumah Kita” karya band legendaris God Bless.

    Para hadirin terbawa suasana yang semakin meriah. Tidak hanya Kapolri dan Panglima, para kepala staf angkatan juga ikut maju ke atas panggung untuk menyanyi bersama.

    Penampilan mereka disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Tepuk tangan riuh terdengar saat momen tersebut.

    Para tamu undangan hingga kadet Unhan tampak ikut bernyanyi dan menikmati irama lagu. Selain hiburan penutup, lagu ini menjadi tersirat bahwa Indonesia adalah rumah bersama.

    Begitu juga dengan, Unhan yang bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah bagi para calon pemimpin masa depan Indonesia, dari beragam latar belakang.

    Prabowo Resmikan Kampus Bhinneka Tunggal Ika Unhan

    “Pendidikan adalah demikian penting dan saya berharap Unhan ini menciptakan kader kader tidak hanya untuk pertahanan, tapi untuk bangsa,” ujarnya.

    “Ini yang saya tangkap dari negara-negara besar, waktu saya berkunjung ke Amerika Serikat, United States Military Academy. Tujuan dari United States Military Academy adalah menciptakan pemimpin-pemimpin untuk The United State of America jadi bukan untuk tentara jadi untuk bangsa,” lanjut Prabowo.

    “Itu yang kita harapkan Unhan dan semua lembaga pendidikan untuk berkarya, berbakti untuk negara dan bangsa di bidang manapun, khususnya di jaman kita sekarang adalah saint dan teknologi harus kita kuasain. Di dunia modern ini hanya dengan sains dan teknologi kita bisa menghilangkan kemiskinan, kita bisa jadi negara maju dan modern,” ujarnya.

    Lihat juga Video ‘Prabowo Klaim Anggaran Pendidikan Saat Ini Tertinggi dalam Sejarah RI’:

    (eva/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ayah hingga Anak, Ini 3 Kasus Narkoba yang Jerat Keluarga Ahmad Albar

    Ayah hingga Anak, Ini 3 Kasus Narkoba yang Jerat Keluarga Ahmad Albar

    Jakarta, Beritasatu.com – Keluarga musisi legendaris Ahmad Albar kembali menjadi sorotan publik setelah anaknya, Fachri Albar, kembali tersandung kasus penyalahgunaan narkoba.

    Ini bukan kali pertama anggota keluarga Ahmad Albar tersandung perkara serupa. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut beberapa kasus narkoba yang melibatkan keluarga besar Ahmad Albar.

    Kasus Narkoba Ahmad Albar

    1. Ahmad Albar Tersandung Kasus Ekstasi (2007)

    Ahmad Albar, vokalis grup musik legendaris God Bless, pernah menjalani hukuman penjara akibat kasus narkoba pada tahun 2007. Saat itu, polisi menemukan 490 butir pil ekstasi di sebuah apartemen di kawasan Taman Anggrek, Jakarta Barat.

    Ia dianggap lalai karena membiarkan seorang buronan yang menyimpan narkoba menginap di tempat tinggalnya. Akibat perbuatannya tersebut, Ahmad Albar dijatuhi hukuman delapan bulan penjara.

    2. Penangkapan Pertama Fachri Albar (2018)

    Aktor sekaligus putra Ahmad Albar, Fachri Albar, pertama kali ditangkap polisi pada 14 Februari 2018 di rumahnya yang berlokasi di perumahan Serenia Hills, Cirendeu, Tangerang Selatan.

    Dalam penangkapan tersebut, aparat kepolisian menemukan satu plastik berisi sabu seberat 0,8 gram, 13 butir Dumolid, satu butir Calmlet, serta alat isap sabu.

    Fachri mengakui bahwa dirinya mulai mengonsumsi ganja sejak 2015 dan beralih menggunakan sabu satu tahun sebelum penangkapan. Atas perbuatannya, Fachri dijatuhi hukuman rehabilitasi selama tujuh bulan di RSKO Cibubur.

    3. Fauzi Albar (Ozzy) Ditangkap di ATM (2018)

    Fauzi Albar, atau yang dikenal dengan nama Ozzy, juga pernah berurusan dengan hukum akibat narkoba. Ia ditangkap pada 11 September 2018 dini hari di sebuah mesin ATM di kawasan Jakarta Selatan.

    Dari hasil penggeledahan, polisi menemukan ganja seberat 2,6 gram di saku celananya. Selain itu, hasil tes urine menunjukkan bahwa Ozzy positif mengonsumsi sabu.

    4. Penangkapan Kedua Fachri Albar (2025)

    Fachri Albar kembali diamankan oleh Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat di sebuah rumah kawasan Jakarta Selatan. Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Vernal Armando Sambo, membenarkan penangkapan ini.

    Meski belum dirinci barang bukti yang ditemukan kali ini, insiden ini menandai kali kedua Fachri terjerat kasus narkotika setelah penangkapan pertamanya pada 2018.

    Keterlibatan beberapa anggota keluarga Ahmad Albar dalam kasus narkoba tentu menjadi catatan penting dalam dunia hiburan Tanah Air.

  • Ahmad Dhani Ajak Baladewa Bantu Istri Deddy Dores yang Sakit

    Ahmad Dhani Ajak Baladewa Bantu Istri Deddy Dores yang Sakit

    Jakarta, Beritasatu.com – Musisi Ahmad Dhani yang juga merupakan pendiri dan pemimpin grup musik Dewa 19, mengajak para penggemar setia Dewa 19 atau Baladewa, untuk ikut membantu istri dari penyanyi serta pencipta lagu legendaris Deddy Dores, yakni Dagmar Clara Sunardi.

    Sebagai Ketua Dewan Pembina Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) dan anggota Komisi X DPR, Ahmad Dhani mengungkapkan bahwa Dagmar Clara Sunardi yang juga dikenal sebagai Dagmar Twin Sister, sedang menghadapi kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang cukup besar.

    “Untuk seluruh teman-teman Baladewa dan Baladewi di seluruh Indonesia, pada Ramadan yang penuh berkah ini, kami dari AKSI memohon bantuan sedekah. Istri dari komposer ternama Indonesia ini sedang dirawat di rumah sakit,” ungkap Ahmad Dhani di Jakarta beberapa waktu lalu.

    Para penggemar Dewa 19 yang ingin memberikan bantuan dapat mengirimkan sumbangan ke rekening bank yang terdaftar atas nama Dagmar C Sunardi.

    “Kami sendiri sudah memberikan kontribusi melalui nomor rekening tersebut,” lanjut Ahmad Dhani.

    Selain itu, ia juga mengajak para pencinta musik yang memiliki kenangan dengan lagu-lagu ciptaan Deddy Dores untuk turut membantu meringankan beban istri almarhum komposer legendaris ini.

    Deddy Dores, yang dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu, meninggal dunia pada 17 Mei 2016 akibat penyakit jantung. Deddy Dores juga dikenal sebagai bagian dari grup musik God Bless dan telah menciptakan sejumlah lagu hit untuk penyanyi terkenal, seperti Nike Ardila dan Nafa Urbach.

    Lama tak terdengar, ternyata istri Deddy Dores tengah jatuh sakit. Sebagai solidaritas sesama musisi, Ahmad Dhani pun mengajak para penggemarnya, khususnya fan Deddy Dores untuk membantu istri penyanyi legendaris tersebut.

  • Finalis Miss Earth 2019 Soroti Larangan Beri Makan Kucing Tak Bertuan di Kelapa Gading

    Finalis Miss Earth 2019 Soroti Larangan Beri Makan Kucing Tak Bertuan di Kelapa Gading

    loading…

    Larangan memberi makan kucing tak bertuan di RW 08, Kelapa Gading, Jakarta Utara mendapat sorotan publik. Salah satunya dari Finalis Miss Earth 2019 Lirabica. Foto: Ist

    JAKARTA – Larangan memberi makan kucing tak bertuan di RW 08, Kelapa Gading, Jakarta Utara mendapat sorotan publik. Salah satunya dari Finalis Miss Earth 2019 Lirabica.

    Lirabica yang dikenal sebagai pencinta hewan bersama timnya mendatangi kantor RW 08, Selasa, 7 Januari 2025 didampingi sejumlah warga sebagai saksi. Dalam pertemuan itu, Lirabica menyampaikan pernyataan tegas terhadap larangan tersebut.

    Dia tidak akan tinggal diam saat mengetahui aksi larangan pemberian makan terhadap kucing. “Saya Lirabica bersama tim dan seluruh pencinta hewan di Indonesia tidak akan tinggal diam jika ada kezaliman terhadap makhluk Allah, terutama kucing,” tulis Larabica melalui media sosial resminya, Jumat (10/1/2025).

    “Negara kita adalah negara yang berbelas kasih dan bermartabat. Presiden kita adalah sosok mulia yang sangat peduli pada kesejahteraan hewan. Jangan ada yang coba-coba berbuat kejahatan terhadap makhluk Tuhan yang lemah,” ungkap Lirabica.

    Berkat desakan dari Lirabica dan dukungan masyarakat, semua papan larangan bertuliskan “Dilarang memberi makan kucing” yang dipasang sejak Senin, 6 Januari 2025 telah dicopot. Warga kini kembali bebas memberi makan kucing tak bertuan

    Warga Kelapa Gading menyambut baik penyelesaian ini. Pasalnya, memberi makan kucing telah menjadi rutinitas dan bagian dari kepedulian warga terhadap hewan-hewan tak bertuan di kawasan tersebut.

    Warga juga menyampaikan bahwa hal tersebut menjadi pelajaran oknum pengurus RW agar tidak berperilaku jahat dan lebih berempati lagi terhadap sesama mahkluk ciptaan Tuhan. “Selamat memberi makan kucing-kucing tak bertuan. Barakallah dan God bless!” tutup Lirabica.

    (jon)