Grup Musik: BTS

  • 2 WNA China Diringkus, Pakai BTS Palsu untuk Tebar SMS Massal Penipuan

    2 WNA China Diringkus, Pakai BTS Palsu untuk Tebar SMS Massal Penipuan

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua warga negara asing (WNA) asal China ditangkap dalam operasi gabungan pada 18 dan 20 Maret 2025 karena menggunakan perangkat Base Transceiver Station (BTS) palsu untuk menyebarkan SMS penipuan.

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kemkomdigi, Wayan Toni Supriyanto, menyampaikan operasi ini merupakan bagian dari kerja Satuan Tugas Penanganan Fake BTS, yang dibentuk bersama dengan Bareskrim, Bank Indonesia, BSSN, Diskominfo DKI Jakarta, dan para operator seluler.

    “Penindakan ini adalah upaya mencegah kerugian material yang jauh lebih besar kepada masyarakat dari penipuan melalui pancaran Fake BTS. Mengingat perputaran uang dan transaksi pada momen hari raya meningkat signifikan,” kata Wayan dalam siaran pers, Selasa (25/3/2025).

    Perangkat BTS ilegal yang digunakan para pelaku mampu memancarkan sinyal di frekuensi 900 MHz, 1800 MHz, dan 2100 MHz.

    Teknologi ini disalahgunakan untuk mengelabui sistem jaringan seluler dan mengirimkan pesan massal (SMS blast) berisi penipuan yang berpotensi menyebabkan kerugian finansial signifikan. Terutama, di tengah meningkatnya transaksi keuangan masyarakat menjelang idulfitri.

    Wayan menjelaskan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bersama dengan aparat penegak hukum akan terus melanjutkan proses hukum terhadap para pelaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Dari sisi teknis, Kemkomdigi dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkuat koordinasi dengan operator seluler guna memastikan keamanan sistem BTS secara menyeluruh.

    Langkah preventif tidak hanya melalui pengawasan lapangan, tetapi juga penguatan sistem internal seperti enkripsi.

    Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Himawan Bayu Aji, menyampaikan pihaknya terus mendalami jaringan pelaku serta teknologi yang digunakan, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.

    Masyarakat juga diimbau untuk lebih berhati-hati saat menerima pesan-pesan promosi atau tautan dari nomor yang tidak dikenal, khususnya selama periode libur Idulfitri. Ia menekankan pentingnya kesadaran publik agar tidak mudah tertipu oleh pesan mencurigakan.

     

  • WNA China Sebar SMS Bajak HP ke Semua Nomor di SCBD, Caranya Begini

    WNA China Sebar SMS Bajak HP ke Semua Nomor di SCBD, Caranya Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto menjelaskan para penjahat siber menggunakan jaringan frekuensi 2G untuk menyebarkan pesan SMS phising.

    “Kan modusnya gini ya, alat ini sebenarnya dalam tanda kutip berarti seperti di jamming,” jelas Wayan saat konferensi pers Fake BTS, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025).

    Ketika bergerak, lanjutnya, korban akan menerima SMS blast dan saat membuka link yang dikirim melalui pesan tersebut jaringan sudah menjadi 4G lagi.

    Wayan menjelaskan, penipuan seperti ini tak hanya di Indonesia. Modus penipuan fake BTS juga terjadi di negara lain seperti Thailand, China, hingga Hongkong.

    “Karena yang dikirim harus data kan. Di beberapa negara juga 2G ini sudah tidak ada. Tapi mereka masih bisa melakukan. Kenapa? Di handphonenya 2G-nya tidak hilang,” jelas Wayan saat konferensi pers Fake BTS, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025).

    Sebelumnya, Bareskrim Polri menangkap dua Warga Negara Asing (WNA) asal China pelaku penipuan online dengan modus mengirim SMS phishing ilegal. Pelaku ditangkap di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

    Di dalam mobil terdapat perangkat rakit fake BTS pada semua frekuensi seluler.

    “Di dalam mobil terdapat perangkat perakitan fake BTS pada semua frekuensi seluler. Jadi frekuensi 1800 (MHz) ada, 900 (MHz) ada, 2,1 (GHz) ada. Luar biasa mereka memancarkan di semua frekuensi yang digunakan oleh seluler,” jelas Wayan.

    Dalam paparannya, Wayan menjelaskan bahwa pelaku fake BTS menggunakan alat rakitan untuk menjalankan aksinya. Mereka memancarkan alat tersebut dari mobil berjenis MPV dan berputar-putar di area yang menjadi target operasi mereka.

    Saat pengawasan, tim satgas juga menerima SMS blast penipuan ketika masuk di area operasi para pelaku. Ini menunjukkan pelaku berada dalam jarak yang dekat.

    (dem/dem)

  • Video: Langkah Komdigi Lindungi Masyarakat Seusai Kasus Fake BTS Terkuak

    Video: Langkah Komdigi Lindungi Masyarakat Seusai Kasus Fake BTS Terkuak

    Video: Langkah Komdigi Lindungi Masyarakat Seusai Kasus Fake BTS Terkuak

  • Modus Baru Bajak HP Kuras Rekening Muncul Jelang Lebaran, Ini Cirinya

    Modus Baru Bajak HP Kuras Rekening Muncul Jelang Lebaran, Ini Cirinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dengan modus penipuan Fake BTS. Apalagi menjelang Hari Raya Idulfitri, yaitu banyak pesan promosi yang dikirim melalui WhatsApp maupun SMS.

    Wakil Kepala BSSN Komjen Pol Albertus Rachmad Wibowo mengatakan, masyarakat perlu teliti dengan setiap pesan yang masuk apakah pengirimnya valid dan bukan pesan penipuan.

    Sebab modus penipuan fake BTS, disebut cukup canggih karena dia bisa melakukan masking atau penyamaran sehingga korbannya tidak menyadari bahwa pesan tersebut bisa menguras isi rekening.

    “Karena dia menggunakan nomor-nomor HP dan domain-domain yang valid,” jelas Albertus dalam konferensi pers Fake BTS di Kantor Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Jakarta, Selasa (25/3/2025).

    Untuk mencegah agar tak jadi korban penipuan fake BTS, BSSN memberikan saran klasik seperti think before click atau berpikir sebelum mengklik sesuatu dari internet.

    Langkah mudahnya, masyarakat bisa memperhatikan link atau URL yang dikirimkan dalam pesan. Penipu biasanya akan mengganti nama dengan menambah satu huruf atau angka di link tersebut.

    Misalnya, sebuah bank bernama KLM, akan ditambah I di bagian HTTPS menjadi KLMI hingga korbannya menganggap bahwa pesan tersebut dikirim dari otoritas resmi.

    Bagi mereka yang tidak teliti, akan langsung meng-klik link tersebut. Dan ketika diklik, modus ini menyambungkan device yang digunakan korban ke sebuah server yang sudah menyiapkan tampilan yang mirip dengan website milik bank yang bersangkutan.

    “Nah kemudian yang kedua adalah to good to be true, terlalu bagus untuk dipercayainya,” kata dia.

    Pelaku biasanya menjanjikan suatu iming-iming yang terlalu mengada-ada. Biasanya berupa ribuan poin yang bisa ditukarkan dengan uang. Ketika korban menyetujui, kemudian dia akan diantar ke halaman berikutnya sehingga kredensial atau data-data pribadi dicuri.

    Setelah tahap ini, pelaku akan meminta agar nomor ATM atau nomor kartu kredit korban, kemudian diminta tiga huruf di belakangnya.

    “Nah pada saat itu sudah dikuasai oleh pelaku, bahkan kartu dari korban bisa digunakan oleh orang yang tidak berhak.” pungkasnya.

    (dem/dem)

  • Jelang Lebaran, BSSN Imbau Masyarakat Jangan Mudah Tergiur SMS Promosi

    Jelang Lebaran, BSSN Imbau Masyarakat Jangan Mudah Tergiur SMS Promosi

    Jakarta

    Masyarakat diminta lebih berhati-hati saat menerima SMS dan pesan promosi yang banyak beredar menjelang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi di tengah kasus SMS penipuan yang melibatkan fake base transceiver station (BTS).

    Wakil Kepala Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) Komjen Pol A. Rachmad Wibowo memberikan imbauan klasik untuk masyarakat yaitu ‘think before click’ atau berpikir sebelum klik, dan ‘too good to be true’ alias promosi yang terlalu menggiurkan.

    “Jadi kepada masyarakat, terutama pada saat libur Hari Raya Idul Fitri, mungkin banyak promo-promo yang dikirimkan baik melalui WhatsApp maupun melalui SMS. Dilihat dengan jelas, apakah pengirimnya itu valid?” kata Rachmad dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Komdigi di Jakarta, Selasa (25/3/2025).

    Wakil Kepala BSSN A. Rachmad Wibowo Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET

    “Modus ini cukup canggih, karena dia bisa melakukan masking korbannya tidak menyadari bahwa (SMS) itu tidak valid. Karena dia menggunakan nomor-nomor handphone dan domain-domain yang valid,” sambungnya.

    Jika menerima SMS atau pesan promosi di WhatsApp yang berisi link, masyarakat diminta lebih jeli sebelum klik link tersebut. Link penipuan phishing biasanya dibuat sedikit berbeda dari URL yang biasa dipakai entitas yang dicatut namanya.

    Rachmad mencontohkan ada bank bernama KLM yang dicatut namanya untuk penipuan phishing. Link phishing yang dibagikan penipu biasanya dimodifikasi dengan cara ditambahi huruf atau kata lain di belakangnya.

    “Ketika diklik, modus ini menyambungkan device yang sudah digunakan oleh masyarakat ke sebuah server yang sudah menyiapkan tampilan (website) yang mrip dengan perbankan,” jelas Rachmad.

    Lebih lanjut, Rachmad mengimbau masyarakat yang menerima SMS promosi dengan iming-iming hadiah luar biasa. Biasanya penipuan ini menjanjikan korban puluhan ribu poin yang dapat ditukarkan dengan uang.

    Sama seperti kasus penipuan yang mengatasnamakan bank, penipuan promosi ini juga sudah menyiapkan halaman phishing untuk mencuri data korban seperti nomor kartu kredit, tiga digit belakang kartu, dan informasi lainnya.

    “Nah, saat itu sudah dikuasai oleh pelaku, maka kartu milik korban bisa digunakan oleh orang yang tidak berhak, oleh tersangka,” pungkasnya.

    (vmp/fay)

  • Komdigi Cari Solusi Jangka Panjang untuk Lawan Kasus Fake BTS

    Komdigi Cari Solusi Jangka Panjang untuk Lawan Kasus Fake BTS

    Jakarta

    Kasus SMS penipuan yang menggunakan fake base transceiver station (BTS) sedang menjadi sorotan karena menimbulkan kerugian ratusan juta rupiah. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencoba mencari solusi jangka panjang untuk melawan penipuan ini.

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Wayan Toni Supriyanto mengatakan penipuan ini melibatkan perangkat fake BTS yang mengirimkan SMS blast mengatasnamakan bank swasta.

    Perangkat tersebut dibawa berkeliling kawasan SCBD, Jakarta Selatan menggunakan mobil dan bekerja seperti jammer yang membuat koneksi di sekitar turun menjadi 2G untuk mengirim SMS blast berisi link phishing ke pengguna ponsel di sekitar.

    “Nah pada saat mereka bergerak terus, masyarakat yang menerima SMS blast ini akan melihat. Nah pada saat melihat mereka membuka link yang dikirim itu sudah 4G lagi, karena yang dikirim harus data kan,” kata Wayan dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Komdigi di Jakarta, Selasa (25/3/2025).

    Wayan menambahkan kasus penipuan seperti ini juga ditemukan di negara lain seperti Hong Kong, Thailand, dan China. Di beberapa negara ini jaringan 2G sudah dipensiunkan, namun penipuan SMS blast menggunakan fake BTS ini tetap bisa dilakukan karena dukungan jaringan 2G di ponsel tidak dihilangkan.

    Karena itu, Komdigi berupaya mencari solusi teknologi yang sifatnya jangka panjang untuk melawan kasus penipuan ini. Wayan berharap teknologi ini bisa membantu masyarakat agar tidak menebak-nebak apakah SMS yang mereka terima asli atau palsu.

    “Harus ada nanti skema atau mekanisme enkripsi atau apa yang meyakinkan bahwa masyarakat itu tidak melakukan upaya double checking lah,” ujar Wayan.

    “Itu sudah dikenali di selulernya nanti pada saat solusi teknologi ini. Inilah solusi jangka panjang yang secara sistem juga masyarakat siapa pun, bagaimana pun kondisi mereka terhindar dari adanya SMS palsu,” pungkasnya.

    (vmp/vmp)

  • Banyak Warga RI Jadi Korban SMS Phishing, Lokasinya Terpusat di Sini

    Banyak Warga RI Jadi Korban SMS Phishing, Lokasinya Terpusat di Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Modus kejahatan fake Base Transceiver Station (BTS) mengincar korban yang berada di kawasan bisnis dengan mengirim SMS penipuan alias phishing yang menyamar sebagai entitas resmi.

    Hal ini diungkap oleh Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Pol. Himawan Bayu Aji saat konferensi pers Fake BTS di Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025).

    “Yang jelas, kalau kita melihat itu di daerah Jakarta dan SCBD, itulah daerah bisnis yang memungkinkan terjadi secara ekonomis. Karena itu yang dijadikan sasaran adalah perbankan,” kata Himawan.

    Pihak Bareskrim masih melakukan koordinasikan dengan BSSN dan dengan Komdigi untuk melihat apakah ada kemungkinan di wilayah-wilayah lain.

    Mengenai sindikat pelaku lainnya, mereka masih penyelidikan karena kemungkinan pelakunya tidak hanya berdua.

    “Kalau melihat peran dia hanya sebagai driver, maka kemungkinan lebih dari dua orang,” ujar Himawan.

    Dikabarkan sebelumnya, dua warga negara asing asal China ditangkap karena terlibat sindikat kejahatan siber internasional yang memanfaatkan teknologi fake BTS untuk menyebarkan SMS phishing secara ilegal.

    Keduanya ditangkap dalam operasi yang digelar oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

    Dua tersangka, berinisial XY dan YXC, ditangkap saat mengemudikan mobil Toyota Avanza yang dilengkapi perangkat fake BTS.

    Menurut penyelidikan, keduanya hanya berperan sebagai operator lapangan dengan tugas berkeliling di area ramai agar sinyal palsu menjangkau lebih banyak ponsel.

    “Mereka hanya disuruh mutar-mutar saja, semua sistem sudah diatur dari pusat. Bahkan siapa pun bisa melakukannya, karena tidak butuh keahlian teknis khusus,” jelas Kabareskrim Polri Komjen Pol Wahyu Widada, dalam keterangan pers.

    Tersangka XY diketahui baru masuk ke Indonesia pada Februari 2025 dan dijanjikan gaji Rp22,5 juta per bulan.

    Sementara tersangka YXC sudah keluar masuk Indonesia sejak 2021 dengan visa turis, dan tergabung dalam grup Telegram bernama Stasiun Pangkalan Indonesia yang membahas operasional fake BTS.

    Barang bukti yang diamankan meliputi dua unit mobil yang dilengkapi alat fake BTS, tujuh unit handphone, tiga SIM card, dua kartu ATM, serta dokumen identitas milik tersangka YXC.

    (fab/fab)

  • Komdigi Cari Solusi Jangka Panjang untuk Lawan Kasus Fake BTS

    Kronologi Pengungkapan Kasus Fake BTS yang Libatkan Dua WN China

    Jakarta

    Bareskrim Polri baru saja menahan dua warga negara China tersangka kasus fake base transceiver station (BTS). Berikut ini kronologi penyelidikan dan penangkapan dua tersangka tersebut.

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Wayan Toni Supriyanto mengatakan berdasarkan laporan yang diterima mendorong dibentuknya Satuan Tugas Penanganan Fake BTS yang melibatkan Komdigi, Bareskrim, Bank Indonesia, Diskominfotik Jakarta, dan operator seluler.

    Satgas ini mengumpulkan data aduan dari masyarakat, dilanjutkan dengan analisis menggunakan perangkat G-net Track, alat monitoring spektrum frekuensi radio, dan handover failure jaringan dari operator seluler.

    Berdasarkan analisis tersebut, dilakukan pencocokan waktu dan lokasi kejadian yang melibatkan Bareskrim dan operator seluler. Pengawasan ini dimulai sejak tanggal 13 Maret hingga 21 Maret 2025 dan ditemukan adanya penyebaran SMS palsu mengatasnamakan salah satu bank swasta, penggunaan frekuensi secara ilegal, dan penggunaan perangkat frekuensi tidak bersertifikat.

    “Mereka merakit alatnya di Indonesia tanpa melakukan sertifikasi alat perangkat yang memang sesuai perundang-undangan,” kata Wayan dalam konferensi pers bersama di Kantor Kementerian Komdigi di Jakarta, Selasa (25/3/2025).

    Saat dilakukan pengawasan, salah satu petugas di lapangan menerima SMS blast yang dipancarkan oleh fake BTS. Alarm yang ada di alat monitoring spektrum frekuensi milik Komdigi juga menyala, sehingga pelaku dapat terdeteksi dan dilakukan penangkapan.

    Penangkapan dilakukan secara terpisah pada 18 dan 20 Maret 2025, saat dua warga negara China dengan inisial XY dan YXC sedang mengemudikan mobil yang membawa perangkat fake BTS di dalamnya.

    “Di dalam mobil terdapat perangkat rakitan fake BTS pada semua frekuensi seluler. Jadi frekuensi 1.800 ada, frekuensi berapa lagi ya? 900 ada, 2,1 ada ya,” jelas Wayan.

    “Luar biasa mereka memancarkan di semua frekuensi yang digunakan oleh seluler padahal mereka nggak ada izinnya menggunakan izin frekuensi tersebut. Dan itu pun berdampak latensi atau pengurangan kualitas daripada BTS asli yang dimiliki oleh operator seluler yang ada di sekitar sana,” pungkasnya.

    (vmp/vmp)

  • Polisi Tangkap 2 WNA China Pengirim SMS Phising Pakai Fake BTS

    Polisi Tangkap 2 WNA China Pengirim SMS Phising Pakai Fake BTS

    Bisnis.com, JAKARTA – Bareskrim Polri meringkus dua warga negara asing (WNA) asal China yang menyebarkan SMS phising secara ilegal melalui teknologi fake BTS.

    Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan dua tersangka WNA China berinisial YXC dan XY ditangkap saat mengendarai mobil Toyota Avanza yang dilengkapi perangkat fake BTS. 

    Kedua tersangka WNA China yang diamankan itu, kata Wahyu, berperan jadi operator lapangan dan ditugaskan berkeliling ke area ramai masyarakat, sehingga sinyal palsu yang disiapkan dua tersangka itu menjangkau lebih banyak ponsel milik warga.

    “Mereka hanya disuruh mutar-mutar saja, semua sistem sudah diatur dari pusat. Bahkan siapa pun bisa melakukannya, karena tidak butuh keahlian teknis khusus,” tuturnya di Bareskrim Polri Jakarta, Senin (24/3/2025).

    Wahyu menjelaskan perkara itu terungkap setelah adanya laporan dari salah satu bank swasta yang menerima aduan dari 259 nasabah terkait SMS mencurigakan. 

    Dia juga menjelaskan delapan korban yang telah mengklik tautan phishing dalam SMS tersebut mengalami kerugian hingga Rp289 juta. Menurut Wahyu, total kerugian yang tercatat telah mencapai Rp473 juta dari 12 korban.

    “Pelaku menggunakan perangkat fake BTS untuk mencegat sinyal asli BTS 4G dan menurunkannya ke 2G, kemudian pelaku mengirimkan SMS blast ke perangkat handphone di sekitar agar diklik,” katanya.

    Wahyu menjelaskan bahwa tersangka XY diketahui baru masuk ke Indonesia pada Februari 2025 dan dijanjikan gaji Rp22,5 juta per bulan.

    Sementara tersangka YXC sudah keluar masuk Indonesia sejak 2021 dengan visa turis, dan tergabung dalam grup Telegram bernama Stasiun Pangkalan Indonesia yang membahas operasional fake BTS.

    “Jadi karena sinyal palsu ini lebih kuat, ponsel korban secara otomatis menerima pesan berisi tautan palsu yang menyerupai situs resmi bank,” ujarnya.

  • Begini Penipuan Modus BTS Palsu, Bareskrim Kejar Otak Aksi dan Minta Masyarakat Waspada – Halaman all

    Begini Penipuan Modus BTS Palsu, Bareskrim Kejar Otak Aksi dan Minta Masyarakat Waspada – Halaman all

    TRIBUNNEWS, JAKARTA – Bareskrim Polri memburu “bos” sindikat penipuan daring yang menggunakan modus Base Transceiver Station (BTS) palsu.

    Dalang dibalik penipuan ini, diduga merupakan warga negara asing (WNA) asal China yang kini telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

    “Tentu untuk yang menjadi bos di atasnya ini akan kita cari, sementara kita tetapkan sebagai DPO terus kita lakukan pencarian, bekerja sama juga dengan teman-teman kita di Imigrasi untuk melihat perlintasan, karena mereka ini juga orang China,” ujar Kepala Bareskrim Polri Komjen. Pol Wahyu Widada saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (24/3/2025).

    Sindikat ini menggunakan perangkat BTS palsu untuk memancarkan sinyal yang menipu ponsel di sekitarnya.

    Ketika ponsel terhubung dalam jaringan ini, pelaku kemudian dapat mengirimkan link palsu yang mengatasnamakan bank atau situs resmi melalui SMS dan WhatsApp.

    Ini kemudian memungkinkan pelaku untuk mengendalikan aliran data dan untuk meminta kode One-Time Password (OTP).

     Pelaku bertindak sebagai “man-in-the-middle”, sehingga korban percaya mendapat pesan dari situs resmi.

    Korban kemudian memasukkan data pribadinya, tanpa tahu bahwa data tersebut sebenarnya telah jatuh ke tangan pelaku.

    “Banyak juga di WhatsApp kita sering dapat undangan. Tiba-tiba undangannya adalah aplikasi yang tidak jelas. Nah ini juga berbahaya buat kita. Begitu kita klik, siap-siap saja data kita disedot. Perlindungi, mari sama-sama kita harus sadar betul bagaimana melakukan perlindungan terhadap data pribadi kita,” ujar Wahyu.

    Sebelumnya, Bareskrim Polri telah menangkap dua WNA China, yang berinisial XJ dan YXC, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

    Mereka ditangkap saat mengemudikan mobil yang dilengkapi perangkat BTS palsu.

    “Pada tanggal 18 Maret 2025, Bareskrim Polri bersama Direktorat Pengendalian Infrastruktur Digital Kemenkomdigi melakukan penangkapan bersama terhadap tersangka warga negara China dengan inisial XJ, saat sedang mengemudikan kendaraan mobil Toyota Avanza Veloz warna hitam, nomor polisi B2146UYT yang dilengkapi dengan perangkat elektronik fake BTS di sekitar area SCBD Jakarta Selatan,” jelas Wahyu.

    “Selanjutnya pada tanggal 20 Maret 2025, tim kembali melaksanakan penangkapan terhadap tersangka warga negara China dengan inisial YXC saat sedang mengemudikan kendaraan Toyota Avanza warna putih dengan nomor polisi B2328NFB, yang dilengkapi dengan perangkat elektronik fake BTS di sekitar SCBD Jakarta Selatan,” lanjutnya.

    Para pelaku berkeliling di area ramai untuk mengirimkan SMS penipuan.

    “Yang bersangkutan (tersangka) mengemudikan kendaraan berputar-putar di area keramaian, khususnya di area SCBD sampai dengan pukul 20.00,” imbuhnya.

    Kedua tersangka berperan sebagai operator lapangan, bertugas mengemudikan kendaraan yang telah dimodifikasi untuk mengirimkan SMS massal yang meniph di area-area ramai.

    “Tetapi yang diincar memang daerah
    yang crowded, yang memang banyak crowdnya, yang banyak orang yang berkumpul di situ, sehingga pasti di titik keramaian,” ujar Wahyu.

    Tugas kedua tersangka tersebut hanyalah mengoperasikan kendaraan yang dilengkapi peralatan untuk mengirimkan SMS massal ke area-area publik yang padat.

    “Kemudian background mereka, mereka sebenarnya orang-orang biasa aja, karena tugas mereka kan cuma dikendalikan hanya suruh nyupir muter-muter saja,” ujar Wahyu.

    Karena itu, kata Wahyu, tugas Bareskrim Polri saat ini adalah berupaya memburu jaringan yang lebih besar dibalik sindikat penipuan menggunakan perangkat BTS palsu ini.

    “Oleh karena itu kita bukan hanya sekedar mengungkap yang ada di sini, kita akan berusaha membongkar yang lebih besar lagi. Bagaimana kalau ada jaringannya kita bongkar jaringannya supaya nanti kita bisa tahu kemana saja mereka menyebarkan orang-orangnya,” kata dia.

    Bareskrim Polri mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap SMS yang mencurigakan, terutama yang berisi tautan atau permintaan informasi pribadi.

    “Dan dalam kesempatan ini juga kami juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk selalu waspada, hati-hati apabila mendapatkan SMS, dicek betul, jangan buru-buru. Kalau misalnya di SMS yang menggunakan, Anda mendapatkan poin dari bank X, ternyata kita bukan nasabah bank X, kan pasti gak mungkin,” ujar Wahyu.

    Lebih lanjut, Wahyu menyarankan agar masyarakat melakukan verifikasi kebenaran informasi dengan menghubungi layanan pelanggan resmi bank yang bersangkutan.

    “Oleh karena itu agar betul-betul dicermati, diverifikasi, kalau betul ditanyakan kembali. Kan biasanya ada customer service number-nya di masing-masing bank itu, bisa tanya dulu betul gak ada tersebut. Supaya jangan sampai kita diperdaya oleh para pelakunya,” tuturnya.

    Modus penipuan ini tergolong mudah dilakukan karena pelaku tidak memerlukan nomor telepon spesifik untuk mengirimkan SMS.

    “Apakah kalau menyebarkan perlu nomor? Tidak perlu, yang penting disebar saja nanti yang nyangkut, nyangkutlah. Kayak nyebar jaring. Namanya juga blasting ya kadang nyangkut, kadang tidak nyangkut,” jelasnya.

    Tujuan utama pelaku, kata Wahyu adalah menyebarkan SMS tipuan sebanyak mungkin, dengan harapan ada yang “nyangkut” dan menjadi korban mereka.

    “Tapi artinya mereka kan nothing to lose. Yang penting nyebar saja berita ini SMS-nya sehingga bisa masuk, sehingga mungkin kadang-kadang kita juga terima. Tidak kenal ini dari mana. Nah justru kadang-kadang kita harus waspada terhadap nomor-nomor yang tidak kenal,” lanjutnya.

    Akibat dari penipuan menggunakan perangkat “Fake BTS” dan SMS phishing ini terdapat 12 nasabah menjadi korban dan menyebabkan kerugian total sekitar Rp473,7 juta.

    “Ada Rp473.767.388, ini kerugian yang dialami oleh 12 orang korban,” papar Wahyu.

    Meskipun kasus penipuan menggunakan perangkat BTS palsu baru terdeteksi di Jakarta, tidak menutup kemungkinan bahwa modus operandi ini dapat meluas ke wilayah lain.

    “Tidak menutup kemungkinan, tapi kita belum punya bukti. Tetapi namanya juga orang melakukan kejahatan, bisa terjadi di setiap tempat sepanjang ada BTS yang ada di situ dan mereka punya kemampuan,” ujarnya.(Grace Sanny Vania)