Grup Musik: BTS

  • Program Internet Murah 100 Mbps Sudah Dibuka, Harga Sebenarnya Dinanti

    Program Internet Murah 100 Mbps Sudah Dibuka, Harga Sebenarnya Dinanti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membuka proses seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access/BWA) pada 28 Juli 2025 lalu. Frekuensi ini ditujukan untuk memperluas layanan internet cepat hingga ke pelosok Indonesia dengan tarif terjangkau.

    Program internet cepat dan terjangkau ini sempat dijelaskan oleh Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni beberapa waktu lalu.

    Ia mengatakan frekuensi 1,4 GHz disiapkan agar investasinya bisa dibuat murah. Di sektor komunikasi secara tarif masih berbasis biaya (cost based). Jadi investasi yang murah akan berdampak pada tarif yang dinikmati pelanggan akan makin murah juga.

    “Kita punya program internet murah. Jadi kita akan melakukan lelang frekuensi 1,4 Ghz artinya bagaimana dengan menggunakan frekuensi ini, investasi atau investor, menginvestasikan untuk layanan fixed broadband itu murah. Jadi pelanggan pun dapat murah,” ujar Wayan.

    Menurutnya, skema internet murah ini juga berbeda dengan lauyanan WiFi seluler di rumah. Layanan yang digulirkan lewat frekuensi 1,4 GHz adalah layanan fixed broadband.

    “Dan ingat, 1,4 yang kami lelang ini tujuannya untuk fixed broadband. Tidak ada untuk WiFi di rumah yang seperti WiFi di rumah ya. Ini benar-benar dari BTS masuk ke router dalam, kemudian router masuk ke PC,” jelas Wayan. “Jadi digunakan untuk aktivitas fixed broadband. Bukan sampai di rumah digunakan untuk WiFi, seluler, itu bukan, itu masih ranah penyelenggara seluler.”

    Langkah ini menjadi bagian dari strategi Komdigi untuk mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dalam menyediakan internet berkualitas dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat.

    Meskipun rencananya akan ada internet murah, tetapi pemerintah tidak akan menetapkan harga pasti. Pihaknya akan meminta calon peserta lelang untuk memberikan tarif berapa yang bisa diberikan untuk layanan internet 100 Mbps.

    “Kami tidak mematok, karena secara regulasi di undang-undang komunikasi kita tidak mengatur tarif, tapi kita mengatur formula tarif,” ujar Wayan.

    Setelah melalui tahap evaluasi administrasi dan penawaran harga, Komdigi mengumumkan dua pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz pada 15 Oktober 2025.

    PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), keluar sebagai pemenang Regional 1 dengan nilai penawaran tertinggi Rp403,76 miliar. PT Eka Mas Republik (pemilik merek MyRepublic) memenangkan Regional 2 dan Regional 3 dengan nilai penawaran masing-masing Rp300,88 miliar dan Rp100,88 miliar.

    Pita frekuensi yang dilelang mencakup rentang 1432 MHz hingga 1512 MHz atau total lebar pita 80 MHz. Komdigi membagi area lelang menjadi tiga regional dengan 15 zona, mencakup seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dan Maluku.

    Berikut pembagian tiga regional yang menjadi objek seleksi:

    Regional 1

    Zona 4 : Banten, Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi
    Zona 5 : Jawa Barat (kecuali Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi)
    Zona 6 : Jawa Tengah dan Yogyakarta
    Zona 7 : Jawa Timur
    Zona 9 : Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya
    Zona 10 : Maluku dan Maluku Utara

    Regional 2

    Zona 1 : Aceh dan Sumatra Utara
    Zona 2 : Sumatra Barat, Riau, dan Jambi
    Zona 3 : Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung
    Zona 8 : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
    Zona 15 : Kepulauan Riau

    Regional 3

    Zona 11 : Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
    Zona 12 : Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah
    Zona 13 : Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
    Zona 14 : Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur

    Harga layanan internet 100 Mbps

    Setelah menang tender, WIFI mengumumkan program internet murah, yaitu perusahaan berencana menghadirkan layanan internet 100 Mbps dengan tarif hanya Rp 100.000 per bulan.

    Direktur WIFI, Shannedy Ong, mengatakan paket ini ditujukan bagi segmen masyarakat berpendapatan rendah yang selama ini belum terjangkau layanan internet tetap.

    “Kita sudah lock sepaket Rp100.000, ini akan meng-address low income segment. Potensi pasarnya sekitar 4-5 juta rumah tangga,” ujar Shannedy saat Public Expose 5G FWA Execution Plan di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

    WIFI akan memanfaatkan teknologi FWA dan Fixed Point-to-Home (FPTH) untuk mendukung penetrasi broadband di wilayah Region 1. Shannedy menilai bahwa wilayah ini strategis karena menampung sekitar 61% dari total 74 juta rumah tangga di Indonesia.

    Selain harga terjangkau, pelanggan juga akan mendapatkan fasilitas sewa perangkat dan instalasi gratis.

    “Ini enggak pakai pulsa, enggak pakai kuota. Bayar Rp 100 ribu sebulan, sepuasnya. Tidak ada biaya awal atau instalasi,” kata Yune Marketatmo, Direktur Utama WIFI dalam kesempatan yang sama.

    WIFI menargetkan paket internet murah ini akan melakukan peluncuran awal atau soft launch pada akhir tahun 2025. Kemudian, dijual secara komersial pada kuartal pertama (Q1) tahun depan.

    “Kita masih dalam diskusi internal untuk memfinalisasi,” ungkap Shannedy.

    Sementara itu, MyRepublic Indonesia sebagai pemenang Regional 2 dan 3 menilai wilayah Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi belum menetapkan harga untuk paket internet mereka, kapan akan diluncurkan, dan dijual secara komersial.

    CNBC Indonesia coba menghubungi My Republic untuk menanyakan hal tersebut, namun hingga berita ini ditulis belum ada tanggapan dari pihak terkait.

    Dalam keterangan sebelumnya, MyRepublic Indonesia mengatakan bahwa fokus pada Regional 2 dan 3 didasari pertimbangan strategis terhadap potensi besar wilayah Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi yang memiliki kebutuhan konektivitas tinggi namun masih memiliki tingkat penetrasi internet yang terbatas.

    MyRepublic Indonesia menilai bahwa layanan internet berbasis FWA ini akan melengkapi layanan internet berbasis jaringan fiber optik (FTTH) yang telah dimiliki, sehingga keduanya dapat saling mendukung dalam memperluas jangkauan dan meningkatkan pengalaman konektivitas pelanggan di berbagai wilayah.

    “Kami percaya bahwa ketersediaan infrastruktur digital yang kuat dan inklusif merupakan fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional di era digital. MyRepublic Indonesia berkomitmen untuk terus menjadi mitra pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan visi tersebut, sejalan dengan aspirasi kami untuk menjadi kebanggaan Indonesia,” tambah Timotius Max Sulaiman, Chief Executive Officer MyRepublic Indonesia, dalam keterangan tertulis.

    Ia menyatakan, ke depan, MyRepublic Indonesia akan memfokuskan langkah pada kesiapan teknis, operasional, dan komersial untuk menghadirkan layanan FWA di wilayah yang telah dimenangkan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 60 Juta Warga RI Belum Terkoneksi Internet

    60 Juta Warga RI Belum Terkoneksi Internet

    Bisnis.com, JAKARTA— Sebanyak 60 juta masyarakat Indonesia belum tersentuh oleh jaringan internet selama satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melakukan sejumlah langkah untuk menghubungkan masyarakat di desa dengan jaringan internet. 

    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan pemerintah terus mempercepat pembangunan konektivitas digital hingga ke desa-desa tertinggal melalui kolaborasi lintas kementerian. 

    Langkah percepatan tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) dan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT).

    “Sekitar 60 juta jiwa belum terkoneksi dengan internet sehingga kita perlu melakukan percepatan karena akses terhadap informasi merupakan hak asasi manusia sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945,” kata Meutya dalam keterangan resmi dikutip dari laman Komdigi pada Rabu (22/10/2025). 

    Dengan MoU ini, lanjut Meutya, Kemkomdigi dan Kemendes PDT akan mencocokkan data desa yang belum terkoneksi untuk menentukan mana yang akan menjadi prioritas untuk dibangun koneksinya pada 2026. Meutya menegaskan, kerja sama ini menjadi langkah nyata pemerintah dalam memastikan pemerataan akses informasi di seluruh wilayah Indonesia.

    Meutya berharap sinergi dengan Kemendes PDT dapat mempercepat pembangunan infrastruktur konektivitas agar masyarakat desa turut merasakan manfaat transformasi digital.

    “Transformasi digital harus bisa dirasakan di tingkat terkecil hingga ke desa-desa,” ujarnya.

    Sementara itu, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto menilai ketersediaan jaringan internet menjadi faktor penting dalam menentukan kemajuan desa.

    “Salah satu yang sangat menentukan maju atau tidaknya suatu desa itu adalah masalah internet dan sinyal,” tuturnya.

    Yandri menambahkan, konektivitas digital membuka peluang besar bagi masyarakat desa untuk mengoptimalkan potensi daerahnya.

    Dia mencontohkan, para pembudidaya ikan mas koki di Desa Kertasana, Kabupaten Pandeglang, telah mampu mengekspor produknya ke berbagai negara berkat pemanfaatan internet.

    Melalui kerja sama ini, pemerintah menargetkan pembangunan konektivitas di pedesaan dapat lebih tepat sasaran.

    “Kami akan menyusun prioritas desa mana yang harus diintervensi lebih dulu, lebih cepat, lebih tepat,” tandas Yandri.

    Sejak satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Kemkomdigi telah mengambil sejumlah langkah untuk memperluas konektivitas digital. 

    Upaya tersebut meliputi pembangunan Base Transceiver Station (BTS) dan titik akses di Papua, pelaksanaan lelang frekuensi, serta kerja sama dengan operator seluler guna pemerataan layanan di seluruh wilayah Indonesia.

  • Komdigi Kaji Internet Satelit Langsung ke HP dan A2G Berbasis 2 GHz, Ini Pemainnya

    Komdigi Kaji Internet Satelit Langsung ke HP dan A2G Berbasis 2 GHz, Ini Pemainnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah mengkaji Regulasi dan Kebijakan Potensi Implementasi Teknologi Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D) dan Air-to-Ground (A2G) di pita frekuensi 2 GHz. Komdigi menunggu masukan publik mengenai implementasi teknologi ini hingga 9 November 2025. 

    Diketahui, teknologi NTN-D2D memungkinkan perangkat seluler terhubung langsung ke satelit tanpa menara BTS, sementara teknologi A2G memungkinkan komunikasi langsung antara pesawat dengan jaringan darat.

    Perusahaan yang telah melakukan komersialisasi teknologi Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D) dan Air-to-Ground (A2G) di pita frekuensi 2 GHz saat ini melibatkan sejumlah pemain satelit dan teknologi komunikasi global seperti Starlink dan SkyFive.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, satelit orbit rendah milik SpaceX Elon Musk, Starlink, telah menandatangani kesepakatan dengan EchoStar untuk memperoleh hak eksklusif 50 MHz spektrum S-band 2 GHz di Amerika Serikat dan global. 

    Kesepakatan itu digunakan untuk pengembangan dan peluncuran layanan Direct to Cell (direct-to-device) Starlink, yang memungkinkan ponsel terhubung langsung ke jaringan satelit tanpa infrastruktur BTS tradisional.

    Adapun EchoStar Corporation merupakan pemilik portofolio spektrum 2 GHz global dan menjadi pemegang utama hak siar serta infrastruktur MSS (Mobile Satellite Services) di band ini, baik untuk layanan IoT maupun direct-to-device.

    EchoStar juga telah berinvestasi dan bermitra dengan perusahaan lain untuk pengembangan layanan NTND2D berbasis 2 GHz. 

    Selain EchoStar, Omnispace juga dikabarkan memegang konsolidasi spektrum 2 GHz secara global, yang berfokus pada pengembangan layanan hybrid 5G NTN berbasis direct-to-device, termasuk penggunaan 2 GHz sebagai bagian dari ekosistem jaringan satelit dan seluler.

    Sementara itu untuk Air-to-Ground (A2G) di 2 GHz, SkyFive disebut telah mengembangkan dan mengelola European Aviation Network (EAN), layanan A2G komersial berbasis frekuensi 2 GHz (Band 65A: 1980-1995 MHz dan 2170-2185 MHz).

    Jaringan ini sudah berjalan di Eropa sejak 2019, memfasilitasi internet broadband di dalam pesawat dengan cakupan hampir seluruh Eropa dan lebih dari 300 armada pesawat telah dipasangi terminal A2G.

    SkyFive sendiri merupakan perusahaan teknologi Jerman yang mengkhususkan diri dalam layanan konektivitas inflight berbasis teknologi A2G, didirikan sebagai spin-off dari Nokia pada 2019 dan berkantor pusat di Munich. 

    “Kedua teknologi ini dipandang sebagai solusi strategis untuk memperluas jangkauan layanan digital di wilayah terpencil, perbatasan, perairan, dan jalur udara Indonesia,” tulis Komdigi dalam websitenya, Rabu (22/10/2025).  

    Komdigi menyampaikan kajian ini menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Digital 2025–2029 yang mendukung sasaran RPJMN 2025–2029.

    Pemanfaatan pita 2 GHz untuk NTN-D2D dan A2G diharapkan dapat memperkuat konektivitas nasional, menjaga ketahanan komunikasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital sesuai visi Indonesia Emas 2045.

    Dokumen Call for Information (CFI) ini membahas potensi pemanfaatan pita frekuensi 2 GHz untuk pengembangan dua teknologi strategis: Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D) dan Air-to-Ground (A2G).

    NTN-D2D memungkinkan konektivitas langsung antara ponsel dan satelit, sedangkan A2G memungkinkan komunikasi langsung antara pesawat dan jaringan darat.

    Melalui proses konsultasi publik ini, Kemkomdigi membuka ruang bagi operator telekomunikasi, penyedia layanan satelit, industri penerbangan, produsen perangkat, asosiasi, akademisi, dan masyarakat luas untuk menyampaikan pandangan terkait peluang teknis, kebutuhan spektrum, model bisnis, dan kebijakan pendukung.

    Masukan dapat dikirim melalui surat elektronik ke sat-ins@postel.go.id dan orsat@infradig.komdigi.go.id dengan batas waktu penyampaian tanggapan 9 November 2025

  • Satu Tahun Prabowo-Gibran: 5G Berjalan Lambat, Lelang 700 MHz Tak Kunjung Tiba

    Satu Tahun Prabowo-Gibran: 5G Berjalan Lambat, Lelang 700 MHz Tak Kunjung Tiba

    Bisnis.com, JAKARTA – Setahun sudah pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berjalan, namun pengembangan teknologi 5G di Indonesia dinilai masih tertatih-tatih.

    Diketahui, hingga Juli 2025 Telkomsel memiliki lebih dari 3.000 BTS 5G yang telah beroperasi di 56 kota/kabupaten di Indonesia. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan target perusahaan untuk terus memperluas jangkauan jaringan 5G mereka. Sementara itu BTS 5G Indosat masih 107 unit pada kuartal I/2025. XLSMART tidak pernah menyebutkan jaringan 5G mereka. 

    Dibandingkan dengan BTS 4G pada masing-masing operator yang telah mencapai lebih dari 200.000 unit, jumlah BTS 5G masih sangat sedikit.

    Adapun salah satu penyebab 5G berjalan lambat karena pita frekuensi 700 MHz, yang sering disebut sebagai “spektrum emas” karena potensinya yang luas, hingga kini belum dilelang oleh pemerintah.

    Komdigi masih berfokus pada pita 1,4 GHz untuk layanan broadband wireless access (BWA) atau jaringan akses internet cepat nirkabel.

    Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menilai perkembangan 5G belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam satu tahu pemerintahan Prabowo. Teknologi 5G yang dahulu digadang-gadang sebagai game changer, kekurangan frekuensi.  

    Pemerintah hakikatnya telah berencana untuk melelang pita 700 MHz untuk kebutuhan 5G. Bekas frekuensi penyiaran ini memiliki lebar hingga 112 MHz dan secara ekosistem telah banyak digunakan untuk 5G.

    “Ya kan lelang ditunda sejak 2023 sampai sekarang. Kemudian, operator juga masih coba manfaatkan frekuensi yang ada saja untuk memberikan layanan karena khawatir lelang mahal,” kata Heru kepada Bisnis, Rabu (22/10/2025). 

    Heru mengatakan operator telah mencoba bernegosiasi agar lelang 700 MHz digelar dengan harga murah. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan operator untuk menggunakan pita frekuensi saat ini telah mencapai 12,2% dari total pendapatan mereka. Di tengah pendapatan yang melandai, kenaikan biaya frekuensi pada lelang 700 MHz akan membebankan mereka. 

    Heru mengatakan tantangan utama mendorong 5G adalah keterbatasan spektrum frekuensi yang tersedia. Lelang di 700 MHz dan 2,6 GHz diharapkan dapat digelar pemerintah pada awal 2026. Namun, operator masih menanti penurunan regulatory cost yang dinilai terlalu tinggi. 

    “Perhitungan ulang regulatory cost diperlukan agar lebih ramah bagi operator, sehingga pada akhirnya konsumen bisa menikmati layanan 5G yang terjangkau,” kata Heru. 

    Sementara itu, pandangan berbeda datang dari Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward. Dia menilai perkembangan 5G sebenarnya sudah cukup baik di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa dan Bali. 

    “Untuk ketiga operator utama, layar ponsel di wilayah tertentu sudah menampilkan ikon 5G, bukan lagi 4G+,” katanya. 

    Dari sisi tantangan, kata Ian, sebagian besar gadget masyarakat masih mentok di teknologi 4G, dan kawasan jangkauan 5G masih jarang serta sering berbagi dengan 4G. Tidak banyak wilayah di Indonesia yang 5G berdiri secara mandiri. 

    Ian menekankan perlunya use case nyata yang benar-benar memerlukan kecepatan dan latensi rendah dari 5G. Peluang makin terbuka jika 5G bisa beroperasi secara stand alone, yang akan membuat biaya operasional lebih murah dan meningkatkan kualitas layanan (QoS/QoE). Dia optimistis 5G akan melesat dengan adanya persaingan sehat, terutama melalui Bandwidth Wireless Access (BWA) di 1,4 GHz. 

    “Dengan banyak pilihan dan kompetisi, operator akan menawarkan QoS/QoE yang kompetitif, sehingga 5G bisa berkembang pesat,” pungkasnya.

  • Frekuensi 1,4 GHz Dirilis, Penetrasi Internet Meningkat

    Frekuensi 1,4 GHz Dirilis, Penetrasi Internet Meningkat

    Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatatkan sejumlah capaian dalam mempercepat transformasi digital, termasuk meningkatkan penetrasi internet serta menghadirkan frekuensi baru.

    Salah satu capaian yang dipandang penting adalah keberhasilan membuka akses digital di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

    Sejak 20 Oktober 2024 hingga akhir September 2025, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Komdigi telah merampungkan pembangunan 479 lokasi BTS 4G di 6 provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Tengah.

    Langkah ini disebut memastikan konektivitas digital menjangkau seluruh pelosok Tanah Air, memperkuat integrasi nasional, serta membuka peluang ekonomi dan pendidikan berbasis digital di kawasan timur Indonesia.

    Untuk mendukung pertumbuhan ekosistem digital nasional, Kemkomdigi meluncurkan program WiFi 6E/7 yang menjawab kebutuhan akan jaringan nirkabel berkecepatan tinggi, efisien, dan stabil. Teknologi ini diharapkan mampu memperkuat daya saing industri serta mendukung pertumbuhan startup digital di berbagai sektor.

    Selain itu, pemerintah juga menggulirkan program internet murah dengan menyediakan layanan fixed broadband berkecepatan hingga 100 Mbps melalui pemanfaatan pita frekuensi 1,4 GHz untuk layanan Broadband Wireless Access (BWA).

    “Program ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat di daerah terpencil, khususnya dalam sektor pendidikan dan kesehatan,” tulis Kemkomdigi dalam unggahan Instagram resmi Kementerian, dikutip Bisnis, Senin (20/10/2025).

    Kemkomdigi juga mengaku mengambil langkah besar dalam menjaga keamanan ruang digital nasional melalui percepatan migrasi ke teknologi embedded SIM atau e-SIM.

    Integrasi sistem komunikasi ini dinilai menjadi kunci untuk melawan kebocoran data dan penyalahgunaan identitas digital yang semakin marak di era konektivitas tinggi. Pemerintah menilai implementasi e-SIM akan menjadi pondasi penting dalam memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap layanan digital.

    Capaian strategis lain yang turut dipamerkan adalah pembangunan Pusat Data Nasional (PDN). Proyek ini merupakan langkah pemerintah dalam melakukan efisiensi pengelolaan data yang selama ini tersebar di berbagai instansi.

    Melalui PDN, pengelolaan data akan lebih terpusat, aman, dan efisien. Salah satu sasaran utama pembangunan PDN adalah memastikan penyaluran bantuan sosial (bansos) lebih transparan dan akuntabel dengan dukungan sistem digital yang terintegrasi.

    Di sisi lain, Indonesia juga menunjukkan keseriusan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) melalui peluncuran Peta Jalan AI Nasional.

    Dokumen strategis ini menegaskan komitmen pemerintah untuk membangun ekosistem AI yang inklusif, etis, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat. Terdapat 6 sektor prioritas dalam peta jalan tersebut, yakni kesehatan, pendidikan, pengembangan talenta digital, reformasi birokrasi, pengembangan kota cerdas, dan ketahanan pangan.

    Selain itu, kehadiran Indonesia Central Cloud Region oleh Microsoft dianggap menjadi penguat utama infrastruktur digital nasional. Investasi senilai Rp41 triliun ini menandai langkah besar Indonesia menuju pusat ekonomi digital di kawasan Asia Pasifik.

    Menurut pemerintah, pusat data komersial tersebut tidak hanya memperkuat kapasitas nasional dalam pengelolaan data dan komputasi awan, tetapi juga memperluas kemampuan Indonesia dalam bidang kecerdasan buatan dan transformasi digital lintas sektor.

    “Langkah-langkah konkret ini menjadi fondasi penting dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai kekuatan digital utama di Asia, sejalan dengan arah kebijakan pemerintahan Prabowo–Gibran yang menempatkan digitalisasi sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi dan pelayanan publik,” tulis Komdigi.

  • Ini Cara Geng Mulyono Ngembat Duit Kereta Cepat

    Ini Cara Geng Mulyono Ngembat Duit Kereta Cepat

    Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan

    GENG Solo eh geng Mulyono mulai panik atas kebijakan keuangan sang Menteri. Kereta cepat dihambat. Membayar hutang Whoosh tidak boleh menggunakan APBN. B to B tawaran Jepang ternyata dipilih China yang bergeser B to G. Kini dibuat kalang-kabut karena harus kembali menjadi B to B sebagaimana konsep awal. Tapi B atau G banci juga, soalnya saat ini BPI Danantara yang harus menangani.

    Setelah Purbaya menyebut tidak gunakan dana APBN maka Luhut sang kreator dan motor KA Cepat Whoosh mencak-mencak “Siapa yang minta APBN ?”, ketusnya. Rupanya soal APBN itu lemparan atau usul Rosan Roeslani CEO Danantara. Akhirnya semua setuju Danantara yang menanggulangi. Toh dana BUMN terhimpun di dalamnya. Hutang Whoosh ke China fantastis mencapai 116 trilyun rupiah.

    Menurut analis kebijakan publik Agus Pambagio proyek kerjasama Whoosh dengan skim hutang ke China adalah ide dari Jokowi. Ekonom Anthoni Budiawan menyatakan  proyek ini terindikasi mark up berlipat. Beban berat Whoosh dapat berakibat pailit dan ini berarti berpeluang untuk diambil alih atau dalam kendali penuh China. Jokowi sebagai pihak yang memaksakan harus bertanggungjawab. Diduga kuat Jokowi adalah bagian dari penikmat dana mark up.

    Luhut sang kreator, motor, dan ambassador proyek China menganggap enteng masalah. Baginya hanya persoalan restrukturisasi hutang dengan China Development Bank (CDB). Ia minta segera turunkan Keppres untuk tim juru runding. Menurutnya pihak China telah bersedia. Luhut dan Jokowi merupakan Duo Whoosh. Jika proyek ini bangkrut mereka berdua harus bertanggungjawab secara hukum.

    Mengingat terindikasi mark up, maka ruang  korupsi sangat terbuka. BPK harus berhitung, PPATK mengusut aliran dana, dan KPK tidak boleh menutup mata. Harus mulai bergerak. Terlalu banyak pintu korupsi Jokowi baik dari 200 proyek PSN, BTS Kemenkominfo, dana haji Kemenag, proyek-proyek Kemendikbud, Bansos, pelepasan aset 6 Jt Ha hutan Kemenhut, izin tambang, IKN, Blok Medan,  proyek infrastruktur, dana Covid, dan lainnya. Kini diramaikan KCIC Whoosh.

    Jokowi Presiden korup, tukang bohong, jago pencitraan, ijazah palsu, dan banyak kenistaan lainnya jelas merupakan figur buruk bangsa. Memilukan dan memalukan.

    Ironinya ternyata sekelas UGM sang Rektor Ova Emilia masih memuji-muji sebagai alumni yang menjadi kebanggaan Fakultas Kehutanan UGM. Figur bobrok kok dibanggakan ?

    Bersama kasus-kasus lain Whoosh yang faktanya menjadi beban keuangan negara akan menyeret Jokowi dan geng nya ke tempat sampah. Siapa menanam akan menuai. Jokowi sudah sangat layak untuk dipenjara. Sumpek Indonesia atas keberadaannya.

    Whoosh..owhoosh..owhoosh..bablas Jokowine.

    Bandung, 18 Oktober 2025.

  • Membandingkan Biaya Frekuensi 1,4 GHz vs 2,1 GHz: WIFI Bayar Kemahalan?

    Membandingkan Biaya Frekuensi 1,4 GHz vs 2,1 GHz: WIFI Bayar Kemahalan?

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), melalui anak usahanya Telemedia Komunikasi Pratama, memenangkan penawaran lelang spektrum frekuensi 1,4 GHz untuk regional I.

    WIFI mengajukan penawaran tertinggi dengan Rp403 miliar untuk dapat mengoptimalkan spektrum selebar 80 MHz guna melayani pelanggan di Pulau Jawa, Pulau Maluku, dan Pulau Papua saja. Tantangannya ekosistem yang belum matang.

    Sementara itu, jika dibandingkan dengan lelang frekuensi terakhir pada 2022, Telkomsel mengeluarkan Rp600 miliar-an untuk memberikan layanan seluruh nasional dengan ekosistem yang telah matang, nilai Rp400 miliar yang dikeluarkan menjadi perdebatan.

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan dengan diperbolehkan berjualan di Jawa, WIFI diuntungkan karena Jawa paling layak secara bisnis untuk produk internet. 

    Dengan kondisi tersebut, biaya Rp400 miliar adalah nilai yang murah, yang dikeluarkan WIFI untuk menyewa pita 1,4 GHz di Pulau Jawa selama 10 tahun menurut Ian. 

    Dia juga mengatakan penggelaran jaringan di Papua tidak akan menjadi masalah bagi WIFI mengingat jaringan tulang punggung di Papua sudah tersedia.

    “Tidak masalah karena backbone optik sudah sampai ke Papua. Layanan minimal 100 Mbps tentu dengan backbone optik. Jadi sudah jelas bukan yang dilayani oleh satelit. Kewajiban tersebut tentu harus melihat kondisi lapangan,” kata Ian kepada Bisnis, Kamis (16/10/2025).

    Sekolah di daerah 3T menggunakan satelit untuk mendapat layanan internet

    Ian juga mengatakan bahwa dibandingkan 2×5 MHz di pita 2,1 GHz yang dimenangkan oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) pada 2022 lalu, biaya yang dikeluarkan oleh WIFI relatif lebih murah dengan pita yang lebih besar.

    WIFI mendapat 80 MHz di pita 1,4 GHz dengan biaya Rp400 miliar-an, sementara itu Telkomsel harus mengeluarkan Rp600 miliar demi 2×5 MHz. Namun perlu diingat, saat Telkomsel mendapat 2,1 GHz, smartphone masyarakat di seluruh Indonesia sudah siap untuk menangkap sinyal 2,1 GHz. Sementara itu perangkat yang kompatibel dengan pita 1,4 GHz masih sangat terbatas.

    Sementara itu, Dosen ITB yang juga Mantan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Agung Harsoyo menyoroti mengenai beban yang akan dikeluarkan para pemenang pita 1,4 GHz. Selain membayar ratusan miliar per tahun, WIFI dan MyRepublik juga harus mengeluarkan ongkos layaknya menggelar layanan seluler seperti menara, elemen radio, listrik, dan lain sebagainya.

    Di tengah ongkos yang tinggi, sempat tercetus janji menjual layanan internet Rp100.000 dengan kecepatan hingga 100 Mbps.

    “Seluruh masyarakat mesti  ikut mengawasi dan menagih janji mereka sejak sekarang,” kata Agung.

    Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan tidak bisa dibandingkan apple to apple antara harga lelang di pita 1,4 GHz dengan 2,1 GHz.

    Pertama, memang frekuensi yang dialokasikan lebih besar. Namun, kedua, lelang menggunakan sistem regional, bukan nasional. Kemudian, di lelang 1,4 GHz ini banyak komitmen yang harus dijalankan sesuai dengan kepentingan nasional yang ditetapkan Komdigi seperti kecepatan 100 Mbps dan juga tarif lebih terjangkau

    “Frekuensi 1,4 GHz ini berbeda dengan konsep misal frekuensi yang dipakai 3G dulu, 4G atau 5G dimana dari MSC ke BTS hingga pengguna menggunakan nirkabel. Sementara untik 1,4 GHz ini, hybrid. Dimana 1,4 GHz hanya dipakai untuk jaringan akses ke pengguna, sementara dari backbone dan back haul pakai serat optik,” kata Heru.

    Pekerja memperbaiki BTS

    Heru menambahkan jika dalam mengukur  berdasarkan lebar frekuensi, memang 1,4 GHz lebih luas dan lebih murah. Pita 1,4 GHz juga memiliki jangkauan yang lebih luas ketimbang 2,1 GHz.

    “Jadi nanti pemenang 1,4GHz akan menyasar pasar residensial. Dimana jika sebelumnya ke rumah-rumah pakai serat optik yang mahal, maka nanti serap optik ke rumah-rumah atau biasa diistilahkan homepass menggunakan frekuensi 1,4 GHz. Dan pasar residensial akan sangat besar ke depannya,” kata Heru.

    Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura mengatakan tantangan utama pengembangan frekuensi 1,4 GHz di Indonesia terletak pada belum terbentuknya ekosistem perangkat dan pasar, karena Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang menggunakannya untuk layanan komersial.

    “Kondisi ini akan membuat ketersediaan chipset, perangkat, dan dukungan vendor global masih terbatas, sehingga biaya investasi dan waktu adopsi berpotensi tinggi,” kata Tesar kepada Bisnis, Kamis (16/10/2025).

    Tesar menambahkan untuk membangun ekosistem, seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama.

    Dia menambahkan dengan kolaborasi lintas sektor, dukungan pemerintah, serta keterlibatan vendor global, ekosistem ini dapat berkembang dalam 2–3 tahun. Selama ekosistem belum terbentuk, WIFI-DSSA sulit mendapat pengembalian investasi yang maksimal dari pita 1,4 GHz.

    “Namun tanpa arah kebijakan dan koordinasi yang kuat, pembentukannya bisa melambat hingga 5–7 tahun,” kata Tesar.

    Sebelumnya, Global System for Mobile Communications Association (GSMA), asosiasi yang mewadahi operator telekomunikasi di seluruh dunia, mengungkap tantangan utama dalam pemanfaatan frekuensi 1,4 GHz berkaitan dengan kesiapan ekosistem pendukung yang masih minim.

    Di berbagai belahan dunia, pita frekuensi paling populer yang lebih dulu diadopsi secara masif adalah 3,5 GHz, diikuti dengan 2,6 GHz dan 2,1 GHz. Pita-pita ini mendapat sambutan luas karena didukung oleh rantai pasok global yang matang dan biaya produksi perangkat yang efisien karena skala adopsi yang besar.

    Sebaliknya, pita 1,4 GHz hanya digunakan secara sporadis di beberapa wilayah dunia, sehingga keberadaan perangkat, chip, dan dukungan teknis lainnya masih relatif terbatas. 

  • Cerita Telkom Sambungkan Internet Hingga Ujung Timur Indonesia

    Cerita Telkom Sambungkan Internet Hingga Ujung Timur Indonesia

    Merauke

    Di ujung timur Indonesia, di tempat Matahari pertama kali menyapa Nusantara, sinyal tak datang semudah kecepatan cahaya. Di Merauke, tempat waktu berjalan dua jam lebih awal dari pusat pemerintahan di Jakarta, justru sering tertinggal dalam hal konektivitas.

    Papua bukan wilayah yang mudah dijangkau. Kontur alamnya membuat pemasangan kabel darat sangat menantang untuk dilakukan. Karenanya, sejak 2018 Telkom memilih jalur laut dengan membentangkan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Papua Selatan 1 yang menjadi tulang punggung konektivitas Indonesia Timur. Ia terbentang di dasar Laut Arafura, membawa data dengan kecepatan cahaya.

    Menurut Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, fiber optik merupakan teknologi komunikasi paling diandalkan saat ini, terutama dari sisi kapasitas dan kecepatan.

    “Fiber optik masih jadi teknologi paling cepat, tapi juga paling rumit pemasangannya di Papua. Makanya kita gelar kabel laut, karena jalan daratnya tidak semua ada,” ujarnya di kantor Gubernur Papua Selatan, Merauke, dalam rangka audiensi Telkom dengan Pemerintah Papua Selatan pekan ini.

    “Fiber optik kecepatannya kecepatan cahaya, sekitar 310 ribu km per detik sehingga menjadi media transmisi data paling cepat yang kita miliki, dan itu butuh presisi luar biasa,” imbuhnya.

    Namun laut tak akan sepenuhnya bersahabat. Jangkar kapal besar, gempa, pergeseran lempeng, hingga arus kuat kerap membuat jaringan serat optik itu terputus. Ketika itu terjadi, seluruh Papua bisa seketika ‘gelap’, kehilangan sambungan ke dunia luar.

    Setiap kali itu terjadi, tim Telkom bekerja dalam krisis, mengaktifkan sistem darurat, termasuk ‘meminjam’ sinyal dari langit lewat satelit. Dalam kondisi normal, jaringan Telkom di Merauke menanggung traffic data hingga 73 Gbps. Tapi ketika kabel putus, jaringan hanya bisa bertahan di kisaran megabit, jauh di bawah kebutuhan akses digital warga yang kian meningkat.

    Kesadaran bahwa infrastruktur di Papua tak bisa hanya bergantung pada satu jalur, melahirkan rencana besar pembangunan Papua Selatan 2, SKKL baru yang akan menghubungkan Merauke – Tual – Timika.

    Namun jalan menuju itu masih panjang. Kabel laut Papua Selatan 2 saat ini tengah dirancang, dan direncanakan rampung pada 2028. Sementara menunggu, solusi jangka menengah seperti pembangunan Content Delivery Network (CDN) dan perluasan radio backbone terus dikerjakan agar konektivitas Merauke makin tangguh.

    “Kami ingin membangun resiliensi. Karena tantangan di sini bukan hanya soal teknologi, tapi juga geografi, alam, dan keberlanjutan,” kata Amin.

    Halaman Selanjutnya: Internet Penopang Kehidupan di Timur Indonesia

    Internet Penopang Kehidupan

    Ilustrasi kabel laut. Foto: Shutterstock

    Di balik hal teknis, banyak wajah lain yang ikut hidup jika sinyal tak putus-putus, mengingat jaringan internet telah menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat. Di kampus Universitas Musamus, konektivitas Telkom menopang sistem pembelajaran dan riset.

    “Kolaborasi ini penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Papua Selatan. Kami berharap kerja sama dengan Telkom akan memperkuat akses digital bagi mahasiswa dan mendorong lahirnya generasi muda Papua yang menguasai teknologi informasi,” kata Rektor Universitas Musamus, Daud Andang Pasalli.

    Di sisi lain kota, di sebuah bangunan sederhana, ada Rumah BUMN Telkom Merauke yang menjadi tempat bernaung para pelaku UMKM. Sejak berdiri pada 2017, lebih dari 1.500 usaha kecil di bidang makanan, fesyen, dan kerajinan mendapat pendampingan digital.

    “Programnya dari Go Modern, Go Digital, hingga Go Online. Kami juga rutin mengadakan pelatihan e-commerce dan konsultasi bisnis digelar hampir setiap hari, dari Senin sampai Jumat,” kata Amadea Sampepadang, Fasilitator Rumah BUMN Telkom Merauke.

    Salah satu yang merasakan manfaatnya adalah Kadir Jaya, perajin lokal yang kini punya toko fisik di Tangerang, dan menjual produknya hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Apalagi di awal memulai usaha ia sempat bingung mengenai bagaimana mengurus izin usaha.

    “Setelah dibantu Rumah BUMN Telkom semuanya selesai. Kami juga dapat pelatihan digital. Selain itu koneksi internet juga membantu kami melayani pelanggan lewat Shopee, Tokopedia, TikTok. Telkom di sini satu-satunya yang bikin kami tetap terhubung. Kalau tidak ada jaringan internet susah kami jualan online,” kenangnya.

    Cerita seperti Kadir bukan satu dua. Di Merauke, internet menjadi penanda kemajuan dan harapan. Ia menghubungkan perajin di ujung rawa dengan pasar di Tangerang, mengantarkan pelajar mengakses pembelajaran online, dan membuat petugas perbatasan negara bisa melapor cepat ke pusat.

    Bagian dari Pembangunan Nasional

    Internet di Merauke juga merupakan kebutuhan strategis dan menjadi bagian dari pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan konektivitas digital akan menopang kawasan swasembada pangan dan energi nasional.

    “Bapak Presiden menetapkan wilayah kita sebagai dua tempat implementasi pelaksanaan program strategis nasional untuk swasembada pangan dan swasembada energi. Semua sistem yang dibangun menggunakan konsep smart farming dan smart energy, yang artinya seluruh aktivitasnya berbasis internet. Oleh karena itu memang layak Merauke itu dibantu untuk penguatan kapasitas internetnya,” kata Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo.

    Di Merauke, sinyal bukan sekadar teknologi, tetapi simbol keadilan akses digital. Di baliknya, ada kerja para teknisi yang menantang badai laut, mengukur arah cahaya dalam kabel, dan memastikan koneksi itu akhirnya sampai.

    Membangun konektivitas di ujung Indonesia merupakan perjalanan panjang. Bagi Telkom ini bukan hanya soal bisnis, melainkan tentang memastikan Indonesia benar-benar tersambung dari Sabang sampai Merauke, bukan sekadar lirik dalam lagu nasional. Ketika wilayah lain dengan mudah terhubung dengan kecepatan cahaya, ujung timur negeri ini tak boleh tertinggal dalam ‘gelap’ akibat ketiadaan sinyal komunikasi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Inovasi Telkom: Bangun BTS Ramah Lingkungan dari Sabang Sampai Merauke!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (rns/fay)

  • Telkomsel Hadirkan iPhone 17 Series Bundling Halo+, Ini Keuntungannya

    Telkomsel Hadirkan iPhone 17 Series Bundling Halo+, Ini Keuntungannya

    Jakarta

    Setelah periode pre-order yang disambut antusias oleh pelanggan, Telkomsel kini menawarkan produk terbaru Apple termasuk iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max. Pelanggan dapat melakukan pemesanan untuk model iPhone terbaru mulai 17 Oktober 2025.

    Direktur Marketing Telkomsel, Derrick Heng, mengungkapkan promo paket bundling Halo+ iPhone Bold 100k 24 Bulan secara resmi Telkomsel hadirkan mulai hari ini.

    “Kami harap seluruh pelanggan Telkomsel dapat memanfaatkan promo istimewa ini. Telkomsel berharap kehadiran paket bundling ini dapat menjadi solusi bagi seluruh pelanggan yang ingin memaksimalkan penggunaan iPhone terbaru mereka dengan dukungan jaringan Telkomsel,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (17/10/2025).

    Paket bundling Halo+ iPhone Bold 100k 24 Bulan hadir dengan ragam keuntungan, yakni:

    Buy 12 Get 24. Cukup membayar 12 bulan bisa mendapatkan langganan 24 bulan.

    Penawaran dari Halo+ dengan harga spesial Rp1.332.000 (termasuk pajak) dari harga normal Rp2.109.000.

    Paket data 58 GB dan data eSIM 10 GB tiap bulan.

    Kuota telpon 80 menit dan 80 SMS tiap bulan, yang dapat digunakan ke semua operator.

    1 Extra Benefit tanpa biaya tambahan untuk menikmati langganan layanan digital Disney+ Hotstar, Google Play Pass, Vidio, Capsyl, TREND, Noice, WeTV, Langit Musik Premium, atau Fita melalui tsel.id/halolifestyle.

    Pelanggan dapat membeli di ragam channel pembelian, seperti GraPARI Kota Kasablanka Jakarta, GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta, Blibli offline store , Blibli.com, Digimap, Digiplus, Erafone, Hello Store, dan iBox dengan cara:

    Channel pembelian offline:

    Kunjungi tsel.id/iPhone17, pilih varian iPhone 17, dan pilih lokasi pembelian mitra offline pilihan Anda.

    Kunjungi mitra offline dan beli iPhone 17 pilihan Anda.

    Beli promo “Halo+ iPhone bold 100k 24 bulan bayar 12 bulan”.

    Selesaikan pembayaran, dan nikmati bundling terbaru Telkomsel dengan Apple.

    Channel pembelian online:

    Kunjungi tsel.id/iPhone17, pilih varian iPhone 17, dan pilih lokasi pembelian di “Blibli.com”.

    Pilih iPhone 17 pilihan dan pilih promo Telkomsel yang ada pada link produk.

    Pilih promo “Halo+ iPhone bold 100k 24 bulan bayar 12 bulan”.

    Selesaikan pembayaran di Blibli.com, dan nikmati bundling terbaru Telkomsel dengan Apple.

    Untuk menambah keuntungan, pelanggan yang melakukan pembelian di mitra penjualan seperti GraPARI Kota Kasablanka Jakarta, GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta, Blibli offline store, Erafone, Hello Store, dan iBox dapat menukarkan Telkomsel Poin untuk mendapatkan tambahan potongan harga hingga Rp2.000.000.

    Selain itu, tambahan benefit khusus bagi pelanggan yang melakukan pembelian di GraPARI Kota Kasablanka Jakarta dan GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta (selama persediaan masih ada).

    Semua rangkaian iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max telah didukung layanan eSIM Telkomsel yang memungkinkan akses ke jaringan 4G dan 5G tanpa kartu SIM fisik.

    Selain itu, kecanggihan lineup iPhone 17 juga semakin optimal dengan dukungan jaringan broadband 5G tercepat dan terluas milik Telkomsel yang memiliki lebih dari 3.000 BTS 5G Telkomsel di seluruh wilayah Indonesia.

    Untuk informasi lengkap mengenai harga dan ketersediaan, silakan kunjungi tsel.id/iPhone17.

    (anl/ega)

  • Telkomsel Hadirkan iPhone 17 Series dengan Paket Bundling Halo+

    Telkomsel Hadirkan iPhone 17 Series dengan Paket Bundling Halo+

    Bisnis.com, JAKARTA – Setelah periode pre-order yang disambut antusias oleh pelanggan, Telkomsel kini menawarkan produk terbaru Apple termasuk iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max. Pelanggan dapat melakukan pemesanan untuk model iPhone terbaru mulai 17 Oktober 2025. Untuk informasi lengkap mengenai harga dan ketersediaan, silakan kunjungi tsel.id/iPhone17.

    Paket bundling Halo+ iPhone Bold 100k 24 Bulan hadir dengan ragam keuntungan, yakni:

    Buy 12 Get 24. Cukup membayar 12 bulan bisa mendapatkan langganan 24 bulan.
    Penawaran dari Halo+ dengan harga spesial Rp1.332.000 (termasuk pajak) dari harga normal Rp2.109.000.
    Paket data 58 GB dan data eSIM 10 GB tiap bulan.
    Kuota telpon 80 menit dan 80 SMS tiap bulan, yang dapat digunakan ke semua operator.
    1 Extra Benefit tanpa biaya tambahan untuk menikmati langganan layanan digital Disney+ Hotstar, Google Play Pass, Vidio, Capsyl, TREND, Noice, WeTV, Langit Musik Premium, atau Fita melalui tsel.id/halolifestyle.

    Pelanggan dapat membeli di ragam channel pembelian, seperti GraPARI Kota Kasablanka Jakarta, GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta, Blibli offline store, Blibli.com, Digimap, Digiplus, Erafone, Hello Store, dan iBox dengan cara:

    Channel pembelian offline:

    Kunjungi tsel.id/iPhone17, pilih varian iPhone 17, dan pilih lokasi pembelian mitra offline pilihan Anda.
    Kunjungi mitra offline dan beli iPhone 17 pilihan Anda.
    Beli promo “Halo+ iPhone bold 100k 24 bulan bayar 12 bulan”.

    Selesaikan pembayaran, dan nikmati bundling terbaru Telkomsel dengan Apple.

    Channel pembelian online:

    Kunjungi tsel.id/iPhone17, pilih varian iPhone 17, dan pilih lokasi pembelian di “Blibli.com”.
    Pilih iPhone 17 pilihan dan pilih promo Telkomsel yang ada pada link produk.
    Pilih promo “Halo+ iPhone bold 100k 24 bulan bayar 12 bulan”.
    Selesaikan pembayaran di Blibli.com, dan nikmati bundling terbaru Telkomsel dengan Apple.

    Direktur Marketing Telkomsel, Derrick Heng, mengungkapkan, “Promo paket bundling Halo+ iPhone Bold 100k 24 Bulan secara resmi Telkomsel hadirkan mulai hari ini. Kami harap seluruh pelanggan Telkomsel dapat memanfaatkan promo istimewa ini. Telkomsel berharap kehadiran paket bundling ini dapat menjadi solusi bagi seluruh pelanggan yang ingin memaksimalkan penggunaan iPhone terbaru mereka dengan dukungan jaringan Telkomsel.”

    Untuk menambah keuntungan, pelanggan yang melakukan pembelian di mitra penjualan seperti GraPARI Kota Kasablanka Jakarta, GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta, Blibli offline store, Erafone, Hello Store, dan iBox dapat menukarkan Telkomsel Poin untuk mendapatkan tambahan potongan harga hingga Rp2.000.000. Selain itu, tambahan benefit khusus bagi pelanggan yang melakukan pembelian di GraPARI Kota Kasablanka Jakarta dan GraPARI Mall Kelapa Gading Jakarta (selama persediaan masih ada).

    Semua rangkaian iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max telah didukung layanan eSIM Telkomsel yang memungkinkan akses ke jaringan 4G dan 5G tanpa kartu SIM fisik. Selain itu, kecanggihan lineup iPhone 17 juga semakin optimal dengan dukungan jaringan broadband 5G tercepat dan terluas milik Telkomsel yang memiliki lebih dari 3.000 BTS 5G Telkomsel di seluruh wilayah Indonesia.