Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Gercep Tinjau Rumah Pompa, Pj. Gubernur Teguh Tingkatkan Efektivitas Penanganan Banjir Megapolitan 13 November 2024

Gercep Tinjau Rumah Pompa, Pj. Gubernur Teguh Tingkatkan Efektivitas Penanganan Banjir 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        13 November 2024

Gercep Tinjau Rumah Pompa, Pj. Gubernur Teguh Tingkatkan Efektivitas Penanganan Banjir
Editor
JAKARTA, KOMPAS.COM
– Menghadapi musim hujan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan infrastruktur untuk mengatasi banjir. Salah satunya dengan memastikan kesiapan rumah pintu pompa yang berfungsi meminimalkan genangan yang kerap terjadi di sejumlah wilayah.
Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mendatangi Rumah Pompa di Green Garden, Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (6/11/2024). Dalam tinjauan ini, ia ingin memastikan, infrastruktur yang ada sudah siap untuk mengatasi banjir akibat curah hujan yang tinggi.
“Kami betul-betul mengantisipasi musim hujan yang sudah mulai tiba, khususnya untuk mitigasi terkait masalah banjir. Kali ini, Pompa Polder Green Garden. Kami melihat sudah berfungsi dengan baik,” kata Teguh, seperti dikutip dari Beritajakarta.id, Rabu.
Teguh melanjutkan, berdasarkan laporan yang ia terima dari warga dan Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, kawasan Green Garden mengalami pengurangan wilayah yang terkena banjir setelah ada rumah pompa. Karena itu, Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Provinsi DKI Jakarta akan merawat, mengecek, serta menjaga rumah pompa agar tetap berfungsi dengan baik menjelang musim hujan.
“Rumah pompa ini sudah bagus, baik dari sisi sarana dan prasarana maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengoperasikannya. Pastinya juga ada peran masyarakat, seperti tidak membuang sampah sembarangan,” ujar Teguh.
Selain ke Rumah Pompa Kedoya,
Pj. Gubernur Teguh
juga meninjau Rumah Pompa Waduk Pluit. Dari peninjauan ini, ia akan berkoordinasi dengan DSDA, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perhubungan (Dishub), serta jajaran wali kota di setiap wilayah untuk bersiap mengantisipasi banjir.
“Kami juga terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memprediksi cuaca di Jakarta secara
day-to-day
dan
real time
, di mana saja titiknya, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami terus melakukan mitigasi untuk mencari jalan keluarnya. Kalau ada yang belum tuntas, kita cari solusinya,” tutur Teguh.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala DSDA Provinsi DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum menyampaikan bahwa, menurut informasi BMKG, puncak intensitas hujan diprediksi akan terjadi pada Januari dan Februari. Ia pun menjelaskan, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musim hujan.
“Upaya ini akan terus dilakukan bersamaan dengan seluruh persiapan yang telah dilakukan oleh DSDA Jakarta. Warga jangan khawatir, karena kami telah siapkan pompa mobile di lima wilayah Jakarta yang berpotensi terjadi genangan. Jika ada daerah yang memang belum tertangani oleh DSDA Jakarta, warga bisa menghubungi kami melalui 112, lewat kanal Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), atau aplikasi JAKI,” papar Ika.
Mendekati musim hujan, Jakarta harus kembali bersiap menghadapi banjir. Rumah-rumah pompa yang ada di berbagai lokasi pun mulai diinspeksi, agar siap menerima air hujan yang diprediksi akan datang selama satu bulan ke depan.
Pakar manajemen air dari Universitas Gadjah Mada Agus Maryono mengapresiasi mitigasi banjir Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya, mempersiapkan rumah pompa merupakan langkah emergency yang dapat dilakukan jika wilayah Jakarta terdampak banjir.
“Peninjauan rumah pompa untuk memastikan agar mesin berfungsi dengan baik merupakan langkah yang baik. Sebab mesin-mesin dari sistem
polder
yang dinyalakan saat musim hujan perlu dicek kembali untuk melihat apakah masih berfungsi dengan baik. Perlu ada overhaul,” urai Agus kepada Kompas.com, Selasa (12/11/2024).
Dalam mengoperasikan rumah pompa, tambahnya, harus diketahui dahulu ke mana air yang disedot akan dibuang. Apakah ke hulu, sungai, atau ke embung terdekat? Karena itu, evaluasi dan uji coba juga perlu dilakukan. Bahkan, sebelum musim hujan datang, untuk melihat jalur buangan air yang tersedia.
“Setiap pompa yang dipasang, harus memiliki jalur pembuangan air yang jelas. Jangan dibuang di tempat yang lebih rendah, karena malah akan membanjiri daerah sekitarnya. Tidak bisa juga dibuang ke laut, jika permukaannya sudah naik,” beber Agus.
Ia menilai, rumah pompa hanya dapat mengatasi banjir lokal atau lokasi yang berada di sekitarnya. Dengan isu perubahan iklim yang semakin serius, Agus menyarankan Pemprov DKI Jakarta agar lebih berupaya menanggulangi banjir.
Misalnya, dengan mencegat aliran air langsung ke hulu dan mengarahkannya ke embung yang dibangun di atas sungai. Jika sudah surut, air yang ditampung baru dialirkan secara bertahap.
Menurut Agus, cara ini sama efektif dengan menangkap air hujan dalam skema tampung, resapkan, alirkan, dan pelihara. Air hujan yang disimpan dapat dijadikan sumber air tanah atau air cadangan ketika musim kemarau.
“Mengatasi banjir di Jakarta seharusnya tidak hanya dari sisi infrastruktur saja, tetapi juga penanganan dari berbagai sisi. Perlu ada perbaikan saluran air supaya tidak ada yang menghambat air, edukasi ke masyarakat, hingga
early warning system
agar pemerintah tahu titik mana yang akan banjir, sehingga penanganannya pun lebih tepat, sekaligus meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat,” ujar Agus.
(Rindu Pradipta Hestya)
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.